Gladisa buru-buru menutup ponselnya dan meletakkannya di atas meja.Gerakannya yang begitu cepat sedikit membuat Tiara kebingungan. Tetapi sebagai seorang bawahan, Tiara tidak ingin mencampuri urusan pribadi atasannya.Karena merasa kurang nyaman dengan tatapan Asisten pribadinya, pada akhirnya Gladisa memutuskan untuk bertanya. "Kenapa? Apa masih ada yang lain?"Tiara menggigit bibir bawahnya seraya memberanikan diri untuk bertanya. "Nona, apa ada yang mengganggu pikiran anda? Emm maksudku apakah anda baik-baik saja?""Aku baik-baik saja. Terimakasih sudah selalu memperhatikan ku!" Ucap Gladis seraya tersenyum tulus ke arah Tiara yang juga tersenyum lembut ke arahnya. "Nona, jika anda butuh teman bercerita aku akan selalu ada untuk anda! Tempo hari, klien yang kita batalkan kerja samanya sebenarnya tidak terima gaun pengantin rancangan anda di berikan kepada orang lain." Ucap Tiara."Benarkah? Lalu mereka mau apa?" Tanya Gladis seraya menatap tajam ke arah Tiara. "Sebenarnya merek
Siang itu akhirnya Gladis menerima ajakan makan siang Valdo, namun mereka tidak hanya berdua saat itu. Gladis sengaja mengajak Tiara untuk makan siang bersama mereka, meskipun awalnya Valdo ingin menolak, namun rasa-rasanya ia tidak tega jika membuat Gladisa kecewa. "Bolehkan aku mengajak sekretaris ku kak?" Tanya Gladis dengan penuh harap. "Oke terserah kau saja." Ucap Valdo pada akhirnya. Lalu ia mengusap Rambut Gladisa seperti seorang kakak yang begitu menyayangi adiknya.Sejenak Gladis menikmati belaian tangan Valdo di kepalanya. Sebuah belaian yang tidak pernah di berikan Nathan padanya, meskipun saat mereka melakukan sedang melakukan hubungan suami istri. Nathan yang notabene kakak sepupunya itu, bahkan selalu memperlakukannya dengan buruk sejak mengetahui mereka di jodohkan. Sesampainya di Sebuah hotel berbintang. Ketiganya turun dari dalam mobil mewah itu dengan Valdo yang membukakan pintu mobilnya sendiri untuk Gladisa.EHEM Dehem Tiara seraya menahan senyumnya. Gladis
"Auu, sakit kak" protes gadis itu, lalu mengusap keningnya yang terasa sakit. "Aku harus segera pergi!" Nathan berusaha untuk pergi, namun tiba-tiba saja tangannya di cekal oleh Clara yang saat ini tengah menatapnya dengan sedih. "Kau tega meninggalkan aku sendiri kak? Aku sedang sakit." Ucap Clara, lalu ia mengeluarkan secarik kertas dari sakunya yang sudah ia persiapkan tadi. Kertas yang tempo hari ia minta kepada dokter yang menanganinya, kertas di mana ia memalsukan hasil pemeriksaannya yang mengatakan jika Ia terkenal tumor otak hingga peluang hidupnya begitu tipis. Padahal ia sehat dan tidak mengidap penyakit apapun saat ini. Nathan langsung mengambil Alih kertas itu, kertas yang berasal dari rumah sakitnya. Di sana tertulis rekam medis Clara hingga membuat kedua bola mata Nathan membulat dengan sempurna. "A--apa ini Ra?" Sontak kaki Nathan bergetar hebat. Otot-otot nya seakan melemah hingga kini tubuhnya terjatuh ke atas sofa dengan sorot mata Berkaca-kaca. Sement
mendengar itu Valdo yang terkejut pun langsung menoleh ke arah Gladisa dengan tatapan yang sulit di artikan. Sementara Nathan hatinya nampak bergemuruh, karena ia sendiri baru sadar jika selama ini, ia tidak pernah memberikan nafkah sepeserpun kepada Gladis. Selain karena ia sibuk memperhatikan Clara, Gladisa pun tak pernah menuntut apapun darinya. Hingga tanpa sadar ia malah mengabaikan tugasnya sendiri sebagai seorang suami dan seorang kepala rumah tangga. Melihat adanya ketenangan di sana. Pada akhirnya Valdo langsung menyela dan mempersilahkan kedua orang itu untuk bergabung dengan mereka di sana. Namun Nathan menolak, Ia justru memilih untuk menarik tangan Gladisa untuk membawanya pergi dari sana. Namun Valdo tak terima, Gladis yang belum sempat makan apapun membuatnya begitu mengkhawatirkan keadaanmu wanita itu. "Glad, berhenti!" Pinta Valdo Pada akhirnya dengan sengaja Valdo mencekal tangan Gladisa untuk tetap berada di sana, Hingga terjadilah adegan saling tarik
Malam harinya, Gladis sedang menatap dirinya di dalam cermin. Tatapan matanya begitu tajam seolah-olah ia sedang menatap ke arah seseorang yang sangat ia benci. "Apa? Kenapa kau menatapku seperti itu? Hei ingat, aku adalah bagian dari dirimu yang selama ini kau banggakan!! Jika kau ingin menyalahkan seseorang, maka salahkan Bagian di mana kelemahanmu yang selalu di manfaatkan oleh adikmu yang kurang ajar itu untuk menindas mu. Bukan aku yang bodoh di sini, tapi kau sendiri." Ucap sisi gelap yang ada di dalam diri Gladis saat ini. "Kenapa aku yang kau salahkan? Sudah jelas aku melakukan tugasku dengan benar, Sebuah keburukan tidak harus di balas dengan keburukan juga kan? Aku yakin jika suamiku akan berubah dan memberikan kesempatan padaku!" Di saat sisi gelap dan sisi Terang Gladis saling beradu argumen. Tiba-tiba pintu kamar itu pun terbuka, hingga munculah Nathan dari sana dengan wajah begitu murka. Ia berjalan mendekat ke arah sang istri, hingga sesampainya di samping tubuh s
Karena tak bisa menahan amarahnya, Nathan Nathan takut akan menyakiti Istrinya hingga memilih untuk berlalu meninggalkan Gladis pergi ke kamar mandi. Gladis menghela nafasnya dalam-dalam. Ia menggigit bibir bawahnya mana kala mengingat bagaimana Nathan untuk pertama kalinya ingin melayangkan tamparan padanya untuk membela Clara. "Lagi-lagi kau lebih membelanya, Sebenarnya apa kelebihannya ketimbang aku?" Gumam Gladis, dengan senyum yang di paksakan. Seharian penuh mereka berdua tak saling bicara, meskipun mereka tidur di atas ranjang yang sama. Bahkan Nathan tidur dengan membelakangi dirinya seakan-akan merasa begitu jijik padanya. Gladis yang awalnya menatap ke arah punggung suaminya, kini memilih membalikkan tubuhnya ke sisi yang lainnya. Hingga terlihat jelas jika hubungan mereka selalu dingin setiap harinya. "Kenapa Clara kembali? Apa sebenarnya tujuannya? Apa dia benar-benar ingin melanjutkan hubungan mereka sebelumnya??" Memikirkan fakta itu membuat Tenggorokan G
"Dia benar Tiara. Kau harus bersikap jual mahal sedikit bilang ingin membuat pria penasaran dan mau memperjuangkan mu!! Sepeti dia." Valdo mengatakan itu dengan tatapan teduh ke arah Gladisa, hingga wanita itu merasa kurang nyaman karenanya. Dari kejauhan, ternyata Nathan juga datang, namun yang membuat semua orang bertanya-tanya karena di sampingnya berdiri seorang wanita yang mereka tau bukanlah istrinya."Eh lihat itu!! Bukannya itu Putra pertama Keluarga Collins?" "Ya, itu memang dia. Tapi siapa perempuan di sampingnya? Sepertinya itu bukan istrinya, aku pernah bertemu dengan istrinya yang katanya seorang designer terkenal, namun ia jarang sekali mau tampil di televisi hingga membuat banyak orang yang belum tau benar seperti apa wajahnya? Mereka hanya tau namanya saja." "Setauku wanita yang berjalan di samping Tuan Nathan adalah seorang model, namun model khusu majalah dewasa. Apa hubungan mereka? Masak iya tuan Nathan terlibat skandal dengan seorang model majalah dewasa??" "Y
Teriak Tiara dari luar dengan terus menggebrak pintu Mobil mewah itu. Mendengar teriakan itu, sejenak Valdo memejamkan matanya seraya menarik nafasnya dalam-dalam. Dan pada akhirnya ia mengendurkan cekalan tangannya dari lengan Gladisa hingga membuka kunci mobilnya. Klik Setelah pintu tak terkunci lagi, Gladis buru-buru kuat dari Mobil itu tanpa berpamitan terlebih dahulu kepada Valdo. Sementara Tiara nampak begitu khawatir dengan memindai tubuh Atasannya itu dari ujung kaki hingga ujung kepala setelah keluar dari mobil Pria tampan yang membawanya tadi. "Nona anda baik-baik saja kan? Pria tampan itu tidak berbuat jahat pada anda kan?" "Hei, kau pikir aku ini penjahat hingga menyakitinya?" protes Valdo, lalu ia berjalan mendekat ke arah Gladis yang sejak tadi menatapnya. "Glad maafkan aku!" Ucap pria itu, lalu menarik tangan Gladis untuk ia genggam. "EHEM, bukan muhrim!" Ketua Tiara, lalu wanita itu menepis tangan Valdo yang sudah berani menggenggam tangan Atasannya i
Setelah kejadian di ruang rawat Valdo, Gladys mengajak Nathan untuk menemui anak mereka di apartemen yang ia sembunyikan selama ini. "Ini gedungnya?" Nathan mendongakkan kepalanya untuk melihat gedung pencakar langit yang ada di hadapannya. sejenak ia takjub, Valdo benar-benar memperlakukan Gladys dan putranya begitu baik. Bahkan ia saja malu, ia yang merupakan ayah kandung Brian bahkan tidak menyadari keberadaan putranya selama ini. Pantas saja Valdo nampak begitu marah padanya, bahkan mengancam akan kembali memisahkan mereka jika sampai ia berani menyakiti Gladys dan putra mereka. "Ayo masuk!" Entah sejak kapan Gladys, keluar dari mobilnya, yang jelas Nathan melihat adik sepupunya itu sudah berjalan menjauh dari mobilnya. "Glad, tunggu!!" Nathan berteriak, mengejar langkah kaki Gladys sembari mempersiapkan hati bertemu dengan sang putra, untuk pertama kalinya dalam keadaan sadar. Mengingat pertama kali mereka bertemu, ia tak mengenali jika Brian kecil adala
Tanpa keduannya sadari, Nathan ternyata berada di ambang pintu dan mendengar semua yang mereka bicarakan tadi. Meskipun sesak, ia yakin inilah saatnya ia menjelaskan semuanya kepada Gladys dan juga semua orang yang mempercayai kisahnya yang hilang ingatan. Ceklek Mendengar pintu di buka, Valdo reflek melihat ke arah pintu sementara Gladys, langsung mengangkat kepalanya lalu menoleh ke arah sumber suara. Pada saat yang bersamaan masuklah Nathan dari arah pintu dengan ekspresi wajah tengang. "Apa aku mengganggu? jika iya, aku akan pergi!" Ucap Nathan tak enak hati sudah mengganggu kebersamaan Gladys dan Valdo, Meskipun ia memiliki tujuan untuk menjelaskan kesalah pahaman dan kebohongannya selama ini, ia tak boleh egois untuk memaksakan keinginannya. "Tidak perlu dan kemarilah!" Pinta Valdo, sembari menggerakkan jari telunjuknya untuk meminta Nathan mendekat padanya. Melihat itu, Nathan melangkah mendekat meskipun hal itu malah membuat Gladys memalingkan muka tak ku
Setelah dua hari, Clara juga terbangun dari koma. wanita itu begitu terkejut saat mendapati kakinya tak dapat di gerakan sama sekali. apalagi kedua tangannya ternyata di borgol sehingga membuatnya semakin kesulitan untuk bergerak. "Tidak, Kenapa kakiku? kenapa aku di borgol?" Teriakan Clara membuat tuan Nando dan Nyonya Juita berlari masuk ke dalam ruang rawat Clara. Dan hal itu membuat Clara sempat shock hingga menghentikan tingkahnya. "Mom, Dad," Gumamnya sembari menahan tangis. sudah hampir enam tahun, Clara tak melihay kedua orang tuannya begitu pula tuan Nando dan Nyonya Juita, yang sudah begitu lama tidak melihat Clara setelah kejadian pengusiran enam tahun yang lalu. Di mana putri angkat mereka itu sudah bertindak di luar batas hanya demi memenuhi ambisinya. Clara yang ketahuan ingin meracuni kakaknya sendiri agar batal menikahi tunangannya yang tidak lain adalah Nathaniel, yang merupakan kakak sepupu mereka sendiri. Opsesi Clara terhadap Nathan membuatnya teru
Mendengar namanya di panggil, Gladys langsung menoleh ke arah Nicholas sama halnya dengan Nathan. Meskipun cukup terkejut dengan kemunculan Nicholas, namun Gladys bisa bernafas dengan lega karena lampu di atas ruang operasi berubah warna menjadi hijau. dan itu artinya jika operasi sudah berjalan dengan lancar. Gladys yang tak sabar menunggu Nicholas berjalan mendekat, Akhirnya memutuskan untuk ikut berjalan menuju Nicholas, hingga Akhirnya keduanya berdiri saling berhadapan dengan canggung. "Nick, bagaimana keadaan Kak Valdo?" Wajah Gladys memancarkan Aura kesedihan yang mendalam sehingga membuat Nicholas begitu Khawatir. "Nona, apa anda baik-baik saja?" Tanya nya sembari menelisik tubuh Gladys dari ujung kaki hingga ujung kepala. "Apa maksudmu? Tentu saja Aku baik-baik saja." Sembari menjawab pertanyaan Nicholas, Gladys ikut menelisik tubuhnya sendiri seperti hal yang di lakukan Nicholas barusan. Namun entah kenapa Nicholas merasa jika Gladys tengah tak baik-baik sa
Gladys sempat membeku, meskipun dalam keadaan yang tidak baik-baik saja.. Namun telinga dan otaknya masih begitu peka mendengar setiap kalimat yang di lontarkan Yuda. "kau bilang apa tadi? coba ulangi!!" Perintah Gladys sembari bangkit dari kursinya dan kini sudah melangkah mendekati Yuda yang terkejut dengan keberadaan nya di sana. "Tuan," Gumam Yuda seolah membeku di tempatnya berdiri saat ini. "Mom," Panggil Brian. Dan panggilan itu sukses membuat Gladys kembali berbalik, lalu duduk berjongkok di depan sang putra dengan membelai kepalanya. "Sayang, Brian pulang dulu sama Aunty Tiara Ya!!" Ucapnya sembari melirik ke arah Tiara yang berdiri tak jauh darinya. "Tapi Mom, Brian ingin melihat ayah." Ucap bocah kecil itu sembari menahan tangis. "Nanti jika Ayah sudah siuman, Mom janji akan meminta Aunty Tiara dan Uncle Nicholas untuk membawa Brian ke mari! jadi, lebih baik Brian pulang dan beristirahat di apartemen saja ya!!" Setelah mengatakan itu, Gladys mencium k
"Brian," Teriak Gladys hingga membuat fokus Valdo teralihkan. Namun siapa sangka, Clara tiba-tiba menghujamkan sebuah belati tepat mengenai perut Valdo yang berakibat tumbangnya tubuh sang dokter ke atas tanah. Bruk Tubuh Valdo jatuh dengan bersimbah darah, sementara Clara yang tadinya di kira pingsan ternyata hanya berpura-pura agar Valdo lengah. "Ayah, " Brian berteriak memanggil Valdo. "Valdo," Sementara Nathan dan Gladys Nathan berteriak memanggil Valdo agar menghindar, namun sayangnya Clara lebih dulu menyerangnya hingga pria bertubuh tegap itu tak sempat menghindar. Nathan Memutuskan untuk berlari menuju ke arah Valdo, dan karena itu pula Clara yang terlanjur panik akhirnya memutuskan untuk kabur. Nicholas pun melakukan hal yang sama. Namun sebelumnya, ia memberikan Brian kepada ibunya agar lebih aman. "Nicho, selamatkan Valdo!!" Pinta Gladys dengan tangan memohon. Sementara Valdo hanya bisa menganggukkan kepalanya dan akan berusaha sebisa mungkin untuk
"Lepaskan dia!" Valdo berteriak membentak Clara yang sedang berusaha untuk menangkap Brian. Bocah itu menangis ketakutan sementara Clara terus berusaha untuk menariknya masuk ke dalam Mobil. Melihat itu, Valdo langsung bergegas mendekat demi bisa menyelamatkan Brian dari wanita gila seperti Clara. sementara Gladys, wanita itu baru saja keliat dari ruang kerjanya setelah melakukan meeting dengan beberapa Client yang ingin memakai jasa desainnya untuk di kenakan pada acara special mereka. "Nona," Tiara berteriak, sembari berjalan cepat ke arah Gladys. Hal itu membuat Gladys sedikit heran, mengingat wajah Tiara yang di landa kepanikan. "Ara, ada apa?" Tanya Gladys sesampainya Tiara di dekatnya. Sementara Tiara, Wanita tengah berusaha untuk menetralkan nafasnya karena terlalu panik. Melihat itu, Gladys tentu saja tidak tinggal diam dan memilih menggiring Tiara untuk masuk ke ruangannya dan mengambilkannya minuman terlebih dahulu. "Minum lah!" Ucap Gladys sembari ik
Nathan yang baru keluar dari toilet, memutuskan untuk berjalan mendekati Gladys yang masih terduduk di atas Ranjang dengan wajah Shock. "Kak, kau masih di sini? tumben." Celetukan keceplosan. Namun agaknya Gladys tak berniat meralat ucapannya karena merasa jika yang ia katakan memang lah benar, dulu Nathaniel selalu meninggal kan dirinya seusai bercinta. jadi, hal ini adalah hal langka yang baru pertama kalinya di lakukan oleh sang mantan suami setelah pernikahan mereka. Namun sayangnya hal itu terjadi setelah mereka berpisah, hingga Gladys tak bisa berbuat apa-apa jika sampai ingatan Nathan pulih sehingga melupakan memori tentangnya saat ini. "Kenapa? aku suamimu, kenapa kau bicara seperti itu?" Nathan duduk di bibir ranjang, Sehingga tatapan keduanya kini bertemu. Hati Gladys bergetar mendengar ucapan itu keluar dari bibir Nathan, ingin sekali ia berteriak jika mereka sudah bukan pasangan suami istri lagi. namun, Ia tak punya cukup keberanian untuk mengambil resiko
"Glad" Panggil Nathan, saat Gladys baru saja masuk ke dalam rumah mereka. "Ya" Jawab Gladys acuh tak acuh. "Apa kau baik-baik saja?" Tanyanya sembari memegang bahu Gladys, lalu menelisik tubuh sang istri dari ujung kaki hingga ujung kepala, pria itu memastikan jika keadaan wanita itu baik-baik saja. "Aku baik-baik saja kak, jangan khawatir. Maaf, aku harus ke kamar!" Ucap Gladys, sembari menepis tangan Nathan dari bahunya. "Tapi Glad, Kata Tiara, tadi Clara datang ke butikmu. sebenarnya apa yang ia lakukan di sana?" Deg Gladys, langsung menghentikan langkahnya karena terkejut. bukan terkejut karena Nathan tau jika Clara datang ke butiknya? namun terkejut karena Nathan menanyakan apa tujuan Clara datang ke butiknya. apakah itu berarti Nathaniel, sudah mengingat siapa Clara? Gladys, langsung berbalik kembali menatap ke arah Nathan dengan ekspresi wajah curiga. "Kak tau soal Clara?" Deg Kini giliran Nathan yang terkejut mendengar pertanyaan dari Gladys, pria itu b