Share

Chapter 81

Author: Author newbie
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Hampir dua minggu berlalu, keadaan Sarah sudah mulai pulih seperti sedia kala begitu pula psikisnya meskipun masih tetap merasa sedih dan kehilangan namun Sarah sudah mulai bisa lebih ikhlas sekarang. Sarah sadar bahwa berlarut-larut dalam kesedihan tidak ada gunanya, yang terpenting sekarang adalah ia mendoakan anaknya agar bahagia di sisi Tuhan sampai Sarah bisa menyusulnya nanti.

Selama hampir dua minggu kantor berjalan dengan lancar berkat Gabriel, Sarah memandatkan semua pekerjaan kepada Gabriel karena Barra dipindah tugaskan untuk memantau cabang Amethyst di kota lain sampai dua hari mendatang. Sheila juga tidak banyak bertingkah selama beberapa hari belakangan ini, namun tindakannya selalu mencurigakan saat bersama dengan Anthony. Tidak hanya Sarah yang menyadarinya, namun semua karyawan juga tapi tidak ada yang berani menegurnya karena Sheila selalu mengelak dan playing victim.

Dua hari lagi sidang perceraian Sarah dan Barra akan dimulai, bertepatan dengan kembalinya Barra d
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Mengejar Cinta Tuan Barra   Chapter 82

    Sarah kembali ke rumah tepat saat waktunya makan malam, pekerjaan di Amethyst yang semakin hari semakin banyak membuatnya terkadang kesulitan untuk pulang tepat saat makan malam. Saat hendak memasukkan mobil ke carport, Sarah melihat mobil Barra sudah lebih dulu terparkir disana. Sarah masuk ke dalam rumah dan langsung disambut hormat oleh para pelayan, termasuk Barra yang sudah ada di meja makan dengan segudang masakan kesukaan Sarah. "Selamat datang Sarah," sapa Barra."Iya terimakasih," sahutnya lembut namun terasa dingin. "Sarah, tunggu!" panggil Barra seraya menjegal tangan Sarah. Sarah mengentikan langkahnya dan berbalik mengahadap ke arah Barra, "Ya? ada apa?" "Aku, aku ingin makan malam denganmu." "Aku sudah kenyang," sahut Sarah cepat. "Aku sudah membuatkan makanan kesukaanmu,"Sarah melirik ke meja makan, sebenarnya Sarah belum makan malam dan perutnya juga terasa lapar namun Sarah enggan makan malam bersama Barra. "Aku tidak ingin makan," jawab Sarah lagi namun tanp

  • Mengejar Cinta Tuan Barra   Chapter 83

    "Jadi kita bisa mengambil kain-kain unik dari kampung ini Sarah?" tanya Julian ketika melihat sederetan kain batik dan kain tenun yang terpajang di di hadapannya. "Tentu, kualitas kain disini bagus dan lagi pembuatannya masih secara tradisional. Aku yakin brand mu akan langsung melejit jika kamu bisa memodifikasi kain ini sesuai minat pasar," Julian tersenyum lebar seraya mengelus pucuk kepala Sarah, "Kamu wanita yang pintar Sarah," Sarah mengucapkan terimakasih seraya mengalihkan pandangannya dari Julian, ia melirik ke sekitar untuk mencari lagi bahan obrolan yang lain untuk dibicarakan dengan Julian. Sebisa mungkin Sarah menghindari percakapan yang bersifat pribadi, apalagi jika Julian sampai menunjukkan perasaannya kepada dirinya. Di belakang mereka kini ada Barra yang tengah menguntit mereka dari balik deretan kain, hatinya begitu panas ketika melihat Sarah disentuh pria lain. 'Sheila, kamu telah membuatku kehilangan wanita yang aku cintai.' batinnya. Meskipun Barra belum se

  • Mengejar Cinta Tuan Barra   Chapter 84

    Claudia merangsek masuk ke dalam pelukan Gabriel dan bersembunyi di bawah selimut yang membalut tubuh mereka berdua, sinar mentari menyerebak masuk dan memancarkan sinarnya lewat celah jendela. Menghangatkan dua insan yang kembali merajut cintanya semalaman suntuk, dengan air mata dan juga kebahagiaan. Gabriel mengerjapkan kedua matanya saat merasakan sesuatu memeluk tubuhnya erat hingga ia kesulitan bernafas, "Claudia, kamu sudah bangun?" "Iya Gabriel, tapi kepalaku pusing." rengeknya sambil memeluk Gabriel erat. Gabriel melepaskan tangan Claudia dari tubuhnya, lalu bangkit dari tempat tidur dan mengenakan pakaiannya kembali. "Kamu mau kemana Gabriel?" "Tunggu disini, aku ingin pergi keluar sebentar." ucapnya. Hampir setengah jam Claudia menunggu Gabriel akhirnya kembali dengan beberapa barang di tangannya, obat pengar dan makanan ia beli khusus untuk Claudia. "Ayo makan, setelah itu minum obat ini." Claudia menyantap makanan itu namun ia hanya bisa menghabiskannya beberapa s

  • Mengejar Cinta Tuan Barra   Chapter 85

    Claudia menggenggam erat tangan Gabriel saat mereka tiba di rumah ibunya Gabriel, ia begitu gugup padahal sebelumnya ia sudah mantap dan siap tapi nyatanya nyalinya langsung menciut ketika sampai disini. Kedatangan mereka kerumah tidak Gabriel rencanakan sebelumnya, jadi tidak ada hal spesial apapun yang menyambut mereka. "Kenapa bengong?" tegur Gabriel karena Claudia tidak kunjung bergeming. "Gabriel, aku gugup." sahut Claudia. "Tenang saja, ada aku."Gabriel mengaitkan tangan Claudia ke lengannya, sebenarnya ia juga gugup namun ia lebih bisa menahan kegugupannya dan mencoba bersikap setenang mungkin. Gabriel membawa Claudia ke sebuah gazebo belakang rumah yang dipenuhi dengan tanaman, mulai dari tanaman hias sampai tanaman herbal. Disana ibunya Gabriel tengah menyeruput teh sambil menikmati hari yang mulai menjelang malam, dengan semilir angin dan cahaya matahari yang mulai terlihat meredup ditemani oleh seekor kucing yang ia beri nama Benben. "Ibu," panggil Gabriel. "Gabriel?

  • Mengejar Cinta Tuan Barra   Chapter 86

    Hari sidang perceraian Barra dan Sarah tiba juga hari ini, Sarah datang didampingi oleh Arista dan Claudia sedangkan Barra didampingi oleh Sheila. Sheila nampak sinis dan arogan saat menatap mereka bertiga, seolah-olah ia adalah pemenangnya. Sarah tidak terlalu memusingkan soal perangai Sheila, yang ia inginkan hanya hari ini semuanya berjalan dengan lancar dan tidak ada masalah apapun lagi yang membebaninya. "Sarah, apa kamu sudah memikirkan matang-matang tentang perceraian ini?" tanya Arista."Sarah sudah memikirkannya bu, Sarah tidak ingin melanjutkan pernikahan ini."Arista menghela nafas pelan, "Baiklah, ibu tidak bisa menahan kamu kalai kamu lebih bahagia jika berpisah dengan Barra." Sidang berjalan dengan lancar pada awalnya, tidak ada kendala apapun sampai Barra menyatakan keberatan dan ingin menunda perceraian ini. "Saya telah dimanipulatif oleh seseorang, sehingga sikap saya berubah terhadap Sarah. Saya bisa menujukkan buktinya, bahkan saya juga membawa orang yang sudah m

  • Mengejar Cinta Tuan Barra   Chapter 87

    POV Sheila"Dia anak bos ayah, kalau kamu bisa membuatnya jatuh cinta kepadamu hidup kita akan berubah drastis Sheila." ujarnya berbisik di telinga Sheila saat Barra lewat di lobby bersama Arista. Aku menatapnya dari ujung kepala hingga kaki, wajah blasteran dengan bentuk tubuh tinggi tegap. Siapa wanita yang tidak akan tergoda dengan pesonanya? tentu saja cuma wanita buta yang tidak menyukainya, atau mungkin wanita yang seleranya rendah. "Sheila pamit dulu yah, oh iya tolong kabari Sheila secepatnya kapan Sheila bisa magang di sini." "Kamu bisa magang secepatnya asal kamu mau mendengarkan kata ayah," "Iya, yaudah ayah yang atur semuanya." Aku mengemudikan motor maticku keluar dari lingkungan Amethyst, setiap hari rutinitasku adalah mengantar ayah ke kantor di pagi hari dan menjemputnya jika aku tidak ada kegiatan di kampus saat sore atau malam hari. Aku hanya tinggal berdua saja dengan ayah, karena ibuku pergi entah kemana bersama dengan pria lain. Seperti biasa, setiap mengend

  • Mengejar Cinta Tuan Barra   Chapter 88

    Nathaniel datang ke rumah tahanan setelah mendengar kabar kalau Sheila dipenjara atas perbuatannya, meskipun ia sudah tidak ingin tau lagi apapun tentang Sheila tapi hati kecilnya tetap tidak bisa mengabaikannya. Sheila keluar dari sel dengan didampingi oleh sipir wanita, kelopak matanya nampak sembab dengan pipi sebelah kiri yang membengkak. Pakaian mewahnya sudah berganti dengan pakaian khas tahanan dengan nomor dan identitas kejahatannya, tatapannya kosong seakan tidak ada lagi semangat hidup yang ia rasakan. "Kenapa kamu datang?" tanyanya datar. "Aku ingin menjengukmu," "Aku tidak sakit, jadi tidak perlu kamu jenguk." "Sheila," "Lebih baik kamu pergi Nathan, aku tidak butuh kedatanganmu." Sheila bangkit dari kursi namun tiba-tiba ia malah jatuh pingsan dengan darah keluar dari hidungnya. Sheila dibawa ke rumah sakit terdekat, tempat dimana Dhafin juga di rawat disana. Nathaniel meminta kepada sipir agar Sheila diizinkan bertemu dengan anaknya sebelum kembali ke penjara, mes

  • Mengejar Cinta Tuan Barra   Chapter 89

    Ibu dan anak itu dimakamkan secara berdampingan di makam kelurga Nathaniel, sempat terjadi perdebatan antara Barra dan Nathaniel karena Barra ingin Dhafin dan Sheila di makamkan di pemakaman keluarganya. Barra merasa Dhafin adalah anaknya jadi Dhafin berhak di makamkan disana, namun Nathaniel menolak. Sejak Dhafin belum lahir, Nathaniel lah yang merawat mereka berdua jadi Nathaniel merasa ia lebih berhak atas keputusan ini. Barra akhirnya mengalah, dengan syarat Nathaniel tidak boleh melarangnya untuk mengunjungi makam Dhafin dan Sheila. Kali ini semuanya membiarkan Barra melepaskan kesedihannya dulu, tidak ada yang mengganggunya bahkan semua pekerjaan Barra diserahkan ke Gabriel. Sheila sekarang sudah benar-benar pergi meninggalkannya, bahkan membawa harta miliknya yang paling berharga yang selama ini Barra tidak ketahui keberadaannya. Barra bahkan belum sempat membahagiakan bocah kecil itu, tapi ia harus pergi karena perbuatan ibunya. Surat warisan yang Barra sudah buat sejak lama

Latest chapter

  • Mengejar Cinta Tuan Barra   Chapter 96 (end)

    Pagi hari, Barra pergi lebih dulu ke Amethyst sebelum sarah terbangun. Barra sengaja pergi lebih dulu karena ia tidak ingin melihat Sarah dijemput oleh Julian, namun sebelum pergi Barra sudah menyiapkan sarapan khusus untuk Sarah.Sarah terbangun dengan keheningan yang menyambutnya di pagi hari, semua pelayan sibuk membersihkan rumah dan taman sedangkan penjaga rumah sibuk berjaga didepan. Sarah menyalakan ponselnya yang sejak semalam ia nonaktifkan, puluhan chat dari Julian membombardir ponselnya juga panggilan tidak terjawab. "Aku sudah bangun Julian, maaf aku lelah sekali jadi telat bangun pagi."Jawab Sarah menjelaskan kepada Julian mengapa ia bangun terlambat, namun Julian tetap berbicara omong-kosong terus menerus. "Baiklah, aku akan bersiap sekarang." Sarah memutuskan panggilan teleponnya, lalu bergegas mandi dan berdandan sebelum Julian datang. Lima belas menit kemudian Julian datang dengan sebuket bunga mawar untuk Sarah, Sarah masih berada di kamarnya dan mungkin baru aka

  • Mengejar Cinta Tuan Barra   Chapter 95

    Sarah merenung menatap ke langit-langit kamarnya, ia terus memikirkan dua pria yang sangat mengharapkannya. Sarah belum bisa memutuskan untuk memilih siapa, karena ia juga tidak tau bagaimana perasaannya untuk kedua pria itu. Sarah sebenarnya punya rencana lain setelah pernikahan Claudia nanti, tapi jika seperti ini adanya mungkin Sarah akan lebih memilih untuk menjalankan rencananya sekarang.Sarah mengambil ponselnya, lalu menghubungi mereka dan memintanya untuk bertemu di sebuah cafe terkenal di kota ini. Mereka langsung bergerak cepat ke tempat yang Sarah sebutkan, tidak lupa juga membawa bunga untuk diberikan kepada Sarah."Loh, kenapa si pirang ada disini?!" tunjuk Barra di wajah Julian. "Sarah, kenapa dia datang juga? aku kira hanya kita berdua yang akan bertemu disini." "Aku sengaja meminta kalian datang kesini karena ada satu hal yang harus aku bicarakan dengan kalian," Barra dan Julian serentak mengambil kursi yang berhadapan langsung dengan Sarah, sekarang yang mereka ri

  • Mengejar Cinta Tuan Barra   Chapter 94

    Sarah menatap sengit ke arah dua pria dewasa yang bertingkah kekanakan di depannya, mereka selalu membuat ulah sepanjang acara lamaran Claudia. Sampai akhirnya mereka bertengkar dan memecahkan patung es yang ada di tempat meja minuman, alasannya pun sepele hanya karena mereka berebut mengambilkan minum untuk Sarah. "Jadi kalian mau terus bertengkar seperti ini?"" tanya Sarah. "Bukan aku yang memulai pertengkaran Sarah, tapi si pirang ini yang memulai duluan!" "Hei bro, anda yang selalu menghalangi saya saat saya ingin mendekati Sarah." "Iya jelas aku melarangmu mendekati Sarah karena dia itu masih istriku, kamu harus pahami itu!" "Oh tapi seingatku kamu sudah menggugat cerai Sarah, jadi kamu sebentar lagi hanya akan menjadi masa lalu Sarah.""Stop! aku pusing mendengar pertengkaran kalian, jika kalian pikir aku akan memilih kalian kalian salah besar. Aku hanya ingin sendiri, tidak denganmu Barra atau denganmu Julian." bentak Sarah yang sudah tidak bisa menahan kekesalannya. Sara

  • Mengejar Cinta Tuan Barra   Chapter 93

    Hari lamaran Gabriel dan Claudia pun tiba, semua dekorasi impian Claudia sudah seratus persen rampung. Kini tinggal saatnya mereka menunggu keluarga dari pihak Gabriel datang, tidak banyak yang mereka undang untuk acara lamaran ini. Hanya kerabat, kolega dan teman dekat saja yang di undang. Claudia nampak cantik dengan gaun rancangan Arista, wajah cantiknya hanya di make up sederhana karena Claudia tidak menyukai make up yang terlalu tebal. Setelah Claudia, kini gantian Sarah yang didandani, mereka nampak mirip meskipun bukan saudara kandung. Barra menunggu para wanita kesayangannya keluar dari ruang tempat mereka berdandan, setiap kali ada yang keluar ia langsung berdiri tegap untuk menyambutnya. Tapi sayang yang keluar sejak tadi bukan wanita yang ia tunggu, entah apa yang mereka lakukan di dalam sampai berjam-jam. Barra sangat penasaran, tapi ia tidak diperbolehkan masuk untuk melihat aktifitas mereka. Pintu kamar terbuka perlahan, Claudia keluar dengan diiringi oleh Arista dan

  • Mengejar Cinta Tuan Barra   Chapter 92

    "Mau apa kamu datang kesini?" tanya Barra sengit. "Ada yang harus aku lakukan," senyumnya lalu masuk menghampiri Claudia dan memberikan bunga untuknya. Claudia agak bingung saat menerima bunga dari Julian, tapi setelah Sarah menjelaskannya Claudia baru bisa menerima bunga itu dan bersikap ramah terhadapnya. Belum sempat Sarah menerima bunga miliknya, tiba-tiba bunga tersebut malah direbut oleh Barra dan dibuang ke tempat sampah. "Jangan pernah memberikan bunga murahan kepada istriku, dia alergi terhadap barang murahan." Julian tertawa pelan, "Istrimu? apa aku tidak salah dengar? ah tapi kamu ada benarnya juga, Sarah memang alergi terhdap barang murahan." Julian menatap Barra dengan tatapan merendahkan, membuat Barra semakin emosi dibuatnya. Sebelum terjadi keributan yang semakin parah, Sarah segera membawa Julian pergi dari rumah Arista. Lagipula semakin cepat ia pergi, semakin cepat ia kembali lagi ke rumah ini dan bisa beristirahat lebih awal agar bisa mempersiapkan diri untuk a

  • Mengejar Cinta Tuan Barra   Chapter 91

    Setelah beberapa hari dirawat keadaan Barra kini sudah lebih membaik dan diperbolehkan pulang juga kembali beraktifitas seperti biasa, hanya saja ia harus tetap meminum obat dari dokter kejiwaan karena efek dari obat yang Sheila berikan masih sering ia rasakan. Kepulangan Barra bertepatan dengan hari persiapan lamaran Claudia besok, meskipun acara lamaran tersebut hanya di adakan di rumah Arista namun Arista tetap membuat acara tersebut semeriah mungkin. Apalagi ini kali pertama ia merasakan salah satu anaknya di lamar seseorang, saat Barra menikah kemarin ia bahkan tidak berkontribusi apapun karena saat itu hubunganya dengan Sarah belum baik. Arista ingin sekali menebus kesalahannya tapi semua tidak mungkin lagi bisa ia tebus, karena sebentar lagi Sarah mungkin akan menjadi mantan menantunya. Claudia membantu Arista menyiapkan apapun yang dibutuhkan besok, terutama gaun untuknya dan beberapa gaun untuk kerabat juga yang paling spesial untuk Sarah. Arista menatap putrinya penuh ha

  • Mengejar Cinta Tuan Barra   Chapter 90

    Semenjak berada di rumah sakit, tingkah Barra entah kenapa jadi lebih menjengkelkan menurut Sarah. Barra selalu meminta dilayani ini dan itu seperti anak kecil, bahkan makan pun harus disuapi dengan alasan tangannya lemah karena jarum infus. Sarah juga tidak bisa membuat alasan apapun atau pergi meninggalkannya disini karena Arista meminta tolong kepadanya untuk merawat Barra, dengan terpaksa Sarah menjadi 'pengasuhnya' sampai beberapa hari ke depan sampai Barra keluar dari rumah sakit. Saking kelelahannya, Sarah tertidur di sofa dengan Tab yang masih berada di atas dadanya. Barra bangkit perlahan agar tidak membangunkannya, ia mengambil satu selimut di lemari penyimpanan lalu ia tutupi badan Sarah dengan selimut tersebut. Barra mengecek Tab Sarah, jabatannya sebagai CEO membuat Sarah sebenarnya agak kelelahan. Dibandingkan dengan perusahaan orang tuanya, Amethyst jauh lebih besar dan luas itu sebabnya Sarah terkadang agak kewalahan. Sebagai bentuk rasa terimakasih, Barra membantu S

  • Mengejar Cinta Tuan Barra   Chapter 89

    Ibu dan anak itu dimakamkan secara berdampingan di makam kelurga Nathaniel, sempat terjadi perdebatan antara Barra dan Nathaniel karena Barra ingin Dhafin dan Sheila di makamkan di pemakaman keluarganya. Barra merasa Dhafin adalah anaknya jadi Dhafin berhak di makamkan disana, namun Nathaniel menolak. Sejak Dhafin belum lahir, Nathaniel lah yang merawat mereka berdua jadi Nathaniel merasa ia lebih berhak atas keputusan ini. Barra akhirnya mengalah, dengan syarat Nathaniel tidak boleh melarangnya untuk mengunjungi makam Dhafin dan Sheila. Kali ini semuanya membiarkan Barra melepaskan kesedihannya dulu, tidak ada yang mengganggunya bahkan semua pekerjaan Barra diserahkan ke Gabriel. Sheila sekarang sudah benar-benar pergi meninggalkannya, bahkan membawa harta miliknya yang paling berharga yang selama ini Barra tidak ketahui keberadaannya. Barra bahkan belum sempat membahagiakan bocah kecil itu, tapi ia harus pergi karena perbuatan ibunya. Surat warisan yang Barra sudah buat sejak lama

  • Mengejar Cinta Tuan Barra   Chapter 88

    Nathaniel datang ke rumah tahanan setelah mendengar kabar kalau Sheila dipenjara atas perbuatannya, meskipun ia sudah tidak ingin tau lagi apapun tentang Sheila tapi hati kecilnya tetap tidak bisa mengabaikannya. Sheila keluar dari sel dengan didampingi oleh sipir wanita, kelopak matanya nampak sembab dengan pipi sebelah kiri yang membengkak. Pakaian mewahnya sudah berganti dengan pakaian khas tahanan dengan nomor dan identitas kejahatannya, tatapannya kosong seakan tidak ada lagi semangat hidup yang ia rasakan. "Kenapa kamu datang?" tanyanya datar. "Aku ingin menjengukmu," "Aku tidak sakit, jadi tidak perlu kamu jenguk." "Sheila," "Lebih baik kamu pergi Nathan, aku tidak butuh kedatanganmu." Sheila bangkit dari kursi namun tiba-tiba ia malah jatuh pingsan dengan darah keluar dari hidungnya. Sheila dibawa ke rumah sakit terdekat, tempat dimana Dhafin juga di rawat disana. Nathaniel meminta kepada sipir agar Sheila diizinkan bertemu dengan anaknya sebelum kembali ke penjara, mes

DMCA.com Protection Status