Hi, let’s me introduceNamaku Lylyan Kheswari. Namun sayang, nama itu hanya berlangsung hingga aku berusia sepuluh tahun. Dan kini berganti menjadi Jolly Dwyne Kheswari.Penyebab namaku diganti adalah karena dulu tidak ada marga ‘Dwyne’, itu adalah marga Ayahku. Tapi ntah mengapa Bundaku juga mengganti nama depanku menjadi ‘Jolly’. Apa mungkin dia menyukai nama itu? Aku tidak tahu. Yang jelas dari kecil hingga sekarang aku selalu dipanggil dengan sebutan ‘Lyly’, jika kamu memanggilku dengan sebutan itu, pasti aku akan menoleh. Hihihi ...Sepertinya aku akan sering menulis di buku cantik ini. Aku akan memberi nama buku ini bunny bun. Selalu jadi teman ceritaku ya ... sampai ketemu di moument selanjutnya.See u bunny bun ...Begitu tertulis di lembar pertama. Perkenalan kecil yang mampu membuat Shega menangis. Air mata berkilauan di matanya, pria itu sudah tak tahan membendungnya.Tangannya masih bergetar, tak mampu membuka lembaran selanjutnya. Terdengar isak tangis, ini adalah moument
“Sumpah Lyy, selama seminggu itu gue uring-uringan banget. Bolak-balik ke rumah lu setiap hari,” ucap Shega. ia mengerutkan bibirnya.“Ok gue minta maaf. Karena hari gue pindahan itu bener-bener ngedadak banget.” Ujar Jolly beralasan.“Gimana kabar lo tanpa gue Ga?” Tanya Jolly. Serius.Shega menghembuskan nafas sesaat, “gue hancur banget Lyy” Shega menampakan wajah sendu.“Lo kenal gue kaya gimana kan?” Shega bertanya. Sementara Jolly hanya menggubris dengan anggukan kepala.“Lo bisa bandingin kan gimana gue yang dulu dan sekarang?” Tanya Shega lagi kedua kali.“Iya, gue ngerti. Makannya mulai sekarang gue mau lo sembuh Shega.Gue ada di sisi lo, gue mau nemenin lo sampe sembuh,” Jolly berkata dengan nada yang lirih. Sementara di sisi lain Shega malah mengerutkan dahinya. Bingung.“Lo tau soal penyakit gue?” Ucap Shega dengan nada yang kaku.Jolly hanya mengangguk.“Tau dari mana?” Kini retina mata pria itu sudah melebar.“Artha,”sahut Jolly. Singkat.Dugaan Shega benar. Karena selain
“Maafin gue Shega, gara-gara gue lo jadi kaya gini.” Ucap Jolly, ia menundukan kepalanya.“Stop nyalahin lo sendiri, gue kaya gini bukan karena lo. penyebab terbesarnya adalah karena diri gue yang tidak pernah merasakan kehadiran orang tua, sosok orang tua. Walaupun mereka ada, tetapi seperti tak ada. Mungkin moment kepergian lo kala itu, menjadi puncak keterpurukan gue. Yang akhirnya menjadi gue seperti sekarang.” Shega berucap panjang lebar. Kedua tangannya sudah memegangi lengan Jolly sangat erat.Tangkas Jolly memeluk pria di hadapannya itu. Dengan erat.“Please. Ayo sembuh, gue mau lo sembuh.” Ucapnya, lirih. Ia semakin menangis tersedu, air mata mengalir begitu saja di pipinya.“Percuma Lyy. Gue udah nyoba buat nyembuhin, tapi gak ada hasilnya. Gue cape.” Sahut Shega, menyangkal ajakan Jolly.“Apa salahnya kalo mencoba lagi Shega? gue mau liat lo hidup normal kaya dulu lagi. gue tau selama ini lo hidup penuh tekanan dan keterpaksaan.” Jolly bersi keras membujuk pria itu.Benar,
“Hiks ...” terdengar isak tangis. Jolly masih saja menangis usai menonton film.“Apaan sih, gitu aja nangis. Biasa aja padahal gak sedih-sedih amat.” Olok Shega.“Emang orang ga punya hati kaya lo harus di seleding. Emang siapa sih yang gak sedih kalo di tinggal mati sama orang tersayang? Pasti sedih lah.” Jolly membela diri. Terlukis rasa kesal di wajahnya.“Lo nya aja yang alay. Itu Cuma film.” Shega semakin memancing amarah Jolly.“Itu tandanya gue bisa menghayati. Lo emang gak ngerti cara menikmati film.” Ejek Jolly. Seraya menujulurkan lidah pada Shega.“Dih. Lama-lama gue tarik juga lidah lo.” Ancam Shega. dengan wajahnya yang datar.“Tarik aja nih bibir gue,” Jolly malah merayu. Ia menaik turunkan sebelah alisnya.“Mau gue cipok lagi?” Tanya Shega dengan tampang polosnya. Sontak hal ini membuat Jolly melebarkan retina matanya.“Ih. Mulut lo brutal banget yah!” Ucap Jolly. Kini tangannya sudah membekap mulut Shega dengan rapat.“AWHH ...” Jolly meringis kesakitan.“Apaan sih. N
Pagi hari yang cerah. Matahari bersinar menyambut hari yang baru. Burung berkicau dengan merdunya. Angin sepoi-sepoi menyempurnakan suasana pagi. Kini Jolly tengah sibuk bersiap pergi ke sekolah.“Lyly, ini Shega udah dateng nak. Segera ke bawah yah.” Panggil Purwa dari lantai bawah.“Iya Bunda, sebentar lagi juga selesai kok.” Sahut Jolly. Berteriak.Selang beberapa waktu akhirnya wanita itu menampakan batang hidungnya. Ia nampak terburu-buru menuruni tangga. Sementara kini Purwa dan Shega sedang asyik bercengkrama di ambang pintu.“Nanti sering main-main ke sini yah, kamu pasti kangen di masakin Bunda kan.” Ucap Purwa. Semenjak kedatangan Shega Purwa terus bernostalgia ke masa mereka kecil.“Iya Bunda, nanti aku pasti sering main ke sini kok.” Gubris Shega. ia melemparkan senyuman manis.“Iya lah, dulu Bunda inget banget setiap kamu main ke rumah pasti selalu minta dibuatkan makanan.” Purwa lanjut bercerita. Hal ini membuat Shega merasa malu.“Udah yah Bund ngobrolnya, ini udah sian
“Heyy ...” Brandon mengangetkan. Hal ini membuat wanita yang tengah duduk di kantin itu terlonjak.“Ih, ngagetin aja lo!” Jolly nampak gusar. Sementara Brandon hanya terkekeh geli.“Sendiri aja lo?” Ujar Brandon seraya duduk di sebelah Jolly.“Qyara lagi di kantor guru, gak tau ngapain tu anak.” Sahut Jolly. Sementara Shega hanya menggubris dengan anggukan kepala.“Lo gak beli makan?” Kini Jolly yang bertanya. Ia memperhatikan pria itu tidak membawa makanan apapun.“Gue udah pesen, tinggal nunggu makanannya dateng aja,” gubris Brandon memberi tahu.“Oh, ok.” Sahut Jolly.“Btw gue mau nagih utang ke lu.” Ujar Brandon. hal ini membuat wanita di hadapannya nampak kebingungan.“Perasaan gue gak pernah minjem duit ke ni anak,” batin Jolly dalam hati.“Lo inget pas jogging kita pulang bareng kan?” Nampaknya Brandon berusaha membantu temannya mengingat.“Iya,” kata Jolly.“Abis itu sepanjang jalan kita main tebak-tebakan,” lanjut Brandon.“Heem ...” Jolly mengerutkan dahinya. Ia tampak sedan
“Lo gak papa Lyy, gak balik dulu ke rumah?” Tanya Brandon, kala mereka berdua telah sampai di gedung nan tinggi itu.“Kalo bareng lo, mama gue gak bakal marah.” Ujarnya, tak terlihat rasa khawatir pada wajahnya. Purwa memang begitu percaya terhadap Brandon.“Kita cuman temenan aja nyokap lo udah begitu percaya sama gue, apa lagi kalo jadi temen seumur hidup hehe,” Brandon melemparkan senyuman manis. Sementara Jolly malah bergidik ngeri.“Dih, ngadi-ngadi lo.” Ucap Jolly, seraya menaikan sebelah bibirnya.“Gak mau apa lo hidup bareng gue terus?” Brandon memasang wajah memelas.“Emang lo mau ke mana? Toh kita masih hidup di planet yang sama.” Jolly berlagak tidak mengerti maksud ucapan Brandon barusan.“Dih, maksud gue gak gitu.” Brandon nampak gusar.“Udah deh, ayo masuk ke dalem.” Tangkas Jolly menarik tangan pria itu, sementara Brandon belum sempat menjelaskan.Terbesit rasa sakit pada hati Brandon. sebenarnya ia begitu faham bahwa Jolly hanya beralasan tidak mengerti. Namun rasanya
Selama perjalanan pulang Shega dan Jolly sama sekali tidak membuka suara. Keduanya sama-sama membungkam, membuat suasana menjadi genting.Usai sampai di rumah Jolly Shega begitu saja keluar dari mobil kemudian berjalan menuju rumah. Ia tidak meninggalkan sepatah kata apapun pada wanita itu.“Dih. Tu anak kenapa sih? Main nyelonong aja masuk rumah orang.” Ujar Jolly, wanita itu masih berada di dalam mobil.Tanpa basa-basi Jolly pun ikut membuntuti Shega dari belakang. Pria itu bahkan membuka pintu tanpa permisi, sementara pemiliknya saja belum mempersilahkannya masuk.“Bener-bener tu orang. Kesurupan kayaknya.” Jolly berkacak pinggang seraya menggelengkan kepalanya.Ketika Jolly memasuki rumahnya, ia dapati Shega sudah duduk pada ruang tamu bersama wanita berbalut dress hitam itu, yang tak lain Bunda Purwa.“Lyly, kamu abis kemana aja sih?” Sapa Bunda. Wajahnya nampak khawatir.“Lyly abis jalan sama Brandon Bunda, tapi tiba-tiba Shega jemput Lyy secara paksa.” Jolly mengadu.“Oh, sama
Artha membeku di tempat, ia tak berkutik sama sekali. Hatinya teramat hancur melihat kekasihnya sendiri berciuman dengan pria lain. Ia melihatnya secara langsung seperti ini, oleh mata kepalanya sendiri, ini sangat sakit.“L-lo b-berdua ng-ngapain?” Artha berucap gelagapan. Ia tak bisa menahan dirinya. Rasa marah, sedih, hancur berkecamuk menjadi satu.Sontak Shega dan Jolly menghentikan kegiatannya. Dengan susah payah wanita itu mengancingkan kembali pakaiannya. Terlukis rasa panik di wajahnya.“Lancang banget lo main masuk kamar orang tanpa permisi!!” Shega nampak marah. Pria itu hendak mendekat pada Artha, namun tangkas Jolly menahannya.“LO YANG LANCANG BERBUAT JIJIK KAYAK GITU SAMA CEWE GUE!!!” Artha berteriak, rahangnya kini sudah mengeras, jarinya menunjuk ke arah Shega.“ARTHA!” Jolly semakin panik. Ia nampak bingung harus berbuat apa.“APA? GUE UDAH MUAK SAMA MISI LO! GUE UDAH GAK MAU LAGI NYEMBUNYIIN HUBUNGAN KITA BERDUA.” Pria itu sangat emosi. Kedua tangannya pun sudah men
“Gue masih gak nyangka Dara kayak gitu,” Ucap Qyara, seraya mengambil satu bisquit yang di sediakan di rumah Artha. Setelah pulang sekolah mereka tidak langsung pergi. Artha mengajak temannya untuk berkumpul di rumahnya.“Sama, padahal di liat-liat dia kaya dari orang berada.” Sambung Birru.“Justru itu. dia keliatan kaya orang berada karena dari pekerjaannya jadi pelacur. Itu bikin dia kaya.” Timpal Artha.“Iya juga yah. Kok lo pinter banget Tha?” Kata Birru.“Yeuu ... emang gue mah pinter kali.” Sahut Artha.“Btw lo tau gak sih. Barusan Dara chat gue.” gubris Jolly. Hal ini membuat temannya penasaran.“Hah. Serius? Chat apaan dia.” Tanya Qyara. Ia telah memasang wajah serius.“Dia minta maaf. Terus dia jujur sama gue, kalau dia emang gak suka sama gue sejak kecil. Makannya sekarang dia selalu ganggu kehidupan gue.” Lanjut Jolly bercerita.“Kok dari kecil, emang lo berdua udah kenal?” Birru merasa aneh. Pria itu mengerutkan dahinya.“Nah ini makannya. Ternyata dia anak ART di rumah g
“Lo ngapain?” Shega memutar badan ketika merasa ada yang mengikuti dari belakang. Shega mendapati Brandon di sana.“Gue mau kejar Lyly.” Sontak Brandon melanjutkan perjalanannya. Ia lari mengejar Jolly.“Lo gak usah kejar Lyly. gue pacarnya lebih berhak.” Shega berteriak, hal ini membuat Brandon menghentikan langkahnya. Kemudian berbalik menghadap Shega.Ia menatap Shega amat dalam, nampaknya pria itu berbicara serius. Tidak terlukis kebohongan pada wajahnya.“Gue resmi pacaran sama Jolly dari kemarin malam. jadi mulai sekarang, lo gak usah deket-deket sama dia lagi.” Shega berucap dengan nada yang dingin. Kemudian ia melaluli Brandon begitu saja.Kalimat itu berhasil mematahkan hati Brandon. Perasaan sakit, sedih, hancur berkecamuk menjadi satu. Ini adalah hal yang paling ia takutkan. Melihat perempuan yang di cinta bersama orang lain. Setelah ini tidak ada alasan lagi untuk berjuang mendapatkan cintanya.Air mata menggenang di matanya. Kini ia tak bisa menahannya. Rasa sakit kian su
Pagi ini Jolly berangkat bersama Shega yang kini sudah menjadi pacarnya. Ia amat bahagia, sepanjang jalan Jolly tidak melepaskan genggaman pria itu. Tangan mereka kini saling bertautan.Namun sepanjang jalan wanita itu merasa aneh. Setiap orang yang melihatnya menatap dengan tatapan tajam. Hal ini membuat Jolly mengerutkan dahinya, ia merasa aneh.“Lyly, sekarang lo baik-baik aja kan? lo gak papa kan? please dengerin gue yah. Gue percaya sama lo, gue yakin itu bukan lo. Jangan dengerin omongan orang lain yah. Lo bodo amatin aja.” Sapa Qyara panjang lebar. Terlukis rasa panik di wajahnya. Sementara Jolly menatap temannya penuh arti. “Maksudnya apa?” Batinnya.“Lo kenapa sih?” Jolly bertanya.“Gue tau lo pasti terpuruk banget. Tapi gue sebagai sahabat lo, gua gak bakal ninggalin lo kok. Gue mau bantu lo nyari pelaku di balik semua ini.” Lanjutnya lagi.“Apaan sih? Orang gue gak papa.” Ujar Jolly santai.“Bentar, emang yang lo tau, Lyly kenapa?” Shega merasa ada yang janggal.“Lah lo gak
Shega terduduk pada kursi balkon kamar Jolly usai makan malam. Pria itu menatap kosong pada langit gelap nan pekat. Pikirannya kini di penuhi oleh perempuan yang kini terus mengejarnya. Shega juga memikirkan bagaimana perasaan yang sebenarnya. Akhir-akhir ini ia merasa tak suka jika Jolly dekat dengan pria lain, seperti Brandon misalnya. Apa mungkin ini rasa cemburu? Shega saja tidak tahu, bahkan tidak mengerti.“Buset! lo dari tadi di sini? Bunda nyariin noh.” Sapa Jolly. Wanita itu nampak gusar mencari pria bernama Shega ini.Tak ada jawaban, Shega masih saja menikmati lamunannya.“Shega! nyaut kek, elah.” Jolly nampak gusar.“Kamar lo udah bersih noh. Udah Bunda beresin.” Cerocos Jolly, wanita itu terus saja mengoceh.Malam ini Shega akan menginap di rumah Jolly. Itu pun karena Bunda yang memaksa. Bahkan sebenarnya Purwa menyuruh Shega agar tinggal bersama saja di rumahnya, agar pria itu tidak merasa kesepian. Namun Shega menolak, ia merasa tidak enak jika hidup dengan orang lain.
Hari semakin larut. Sementara Shega belum terbangun dari tidurnya. Jolly nampak gusar membangunkan pria itu berkali-kali, namun Shega tak kunjung membuka mata.“Shegaaa ... ayo banguuunnn ...” wanita itu bersi keras membangunkan pria yang tertidur pulas pada ranjang miliknya.“Sumpah lo kebo banget!” Ia semakin gusar.Muncul ide gila di otaknya, wanita itu tersenyum menyeringai.“Apa gue bales dendam sekarang aja ya.” Pikir Jolly, telunjuknya mengetuk pelan pada bibir mungilnya.“Hm ... gue bales perlakuan lo tadi sekarang juga,” ucapnya.Setelah berucap seperti itu, Jolly mengusap pelan pada dada bidang milik Shega. telapak tangannya menyelusuri di setiap sisi. Tak lupa leher jenjang pria itu Jolly usap dengan lembut.Jolly melirik Shega sesaat, ia amat kecewa karena perlakuannya tidak memberikan reaksi pada pria itu. Apa ia harus melakukan hal yang lebih intim lagi?perlahan Jolly membuka kancing baju yang Shega kenakan. Satu persatu ia buka, maka semakin terekspos dada beserta abs-
Selama perjalanan pulang Shega dan Jolly sama sekali tidak membuka suara. Keduanya sama-sama membungkam, membuat suasana menjadi genting.Usai sampai di rumah Jolly Shega begitu saja keluar dari mobil kemudian berjalan menuju rumah. Ia tidak meninggalkan sepatah kata apapun pada wanita itu.“Dih. Tu anak kenapa sih? Main nyelonong aja masuk rumah orang.” Ujar Jolly, wanita itu masih berada di dalam mobil.Tanpa basa-basi Jolly pun ikut membuntuti Shega dari belakang. Pria itu bahkan membuka pintu tanpa permisi, sementara pemiliknya saja belum mempersilahkannya masuk.“Bener-bener tu orang. Kesurupan kayaknya.” Jolly berkacak pinggang seraya menggelengkan kepalanya.Ketika Jolly memasuki rumahnya, ia dapati Shega sudah duduk pada ruang tamu bersama wanita berbalut dress hitam itu, yang tak lain Bunda Purwa.“Lyly, kamu abis kemana aja sih?” Sapa Bunda. Wajahnya nampak khawatir.“Lyly abis jalan sama Brandon Bunda, tapi tiba-tiba Shega jemput Lyy secara paksa.” Jolly mengadu.“Oh, sama
“Lo gak papa Lyy, gak balik dulu ke rumah?” Tanya Brandon, kala mereka berdua telah sampai di gedung nan tinggi itu.“Kalo bareng lo, mama gue gak bakal marah.” Ujarnya, tak terlihat rasa khawatir pada wajahnya. Purwa memang begitu percaya terhadap Brandon.“Kita cuman temenan aja nyokap lo udah begitu percaya sama gue, apa lagi kalo jadi temen seumur hidup hehe,” Brandon melemparkan senyuman manis. Sementara Jolly malah bergidik ngeri.“Dih, ngadi-ngadi lo.” Ucap Jolly, seraya menaikan sebelah bibirnya.“Gak mau apa lo hidup bareng gue terus?” Brandon memasang wajah memelas.“Emang lo mau ke mana? Toh kita masih hidup di planet yang sama.” Jolly berlagak tidak mengerti maksud ucapan Brandon barusan.“Dih, maksud gue gak gitu.” Brandon nampak gusar.“Udah deh, ayo masuk ke dalem.” Tangkas Jolly menarik tangan pria itu, sementara Brandon belum sempat menjelaskan.Terbesit rasa sakit pada hati Brandon. sebenarnya ia begitu faham bahwa Jolly hanya beralasan tidak mengerti. Namun rasanya
“Heyy ...” Brandon mengangetkan. Hal ini membuat wanita yang tengah duduk di kantin itu terlonjak.“Ih, ngagetin aja lo!” Jolly nampak gusar. Sementara Brandon hanya terkekeh geli.“Sendiri aja lo?” Ujar Brandon seraya duduk di sebelah Jolly.“Qyara lagi di kantor guru, gak tau ngapain tu anak.” Sahut Jolly. Sementara Shega hanya menggubris dengan anggukan kepala.“Lo gak beli makan?” Kini Jolly yang bertanya. Ia memperhatikan pria itu tidak membawa makanan apapun.“Gue udah pesen, tinggal nunggu makanannya dateng aja,” gubris Brandon memberi tahu.“Oh, ok.” Sahut Jolly.“Btw gue mau nagih utang ke lu.” Ujar Brandon. hal ini membuat wanita di hadapannya nampak kebingungan.“Perasaan gue gak pernah minjem duit ke ni anak,” batin Jolly dalam hati.“Lo inget pas jogging kita pulang bareng kan?” Nampaknya Brandon berusaha membantu temannya mengingat.“Iya,” kata Jolly.“Abis itu sepanjang jalan kita main tebak-tebakan,” lanjut Brandon.“Heem ...” Jolly mengerutkan dahinya. Ia tampak sedan