Perjalanan pulang ke rumah Rosea membutuhkan waktu setengah jam, tapi entah mengapa Rosea merasa waktu kali ini berjalan terasa sangat lambat. Beberapa kali Rosea melihat ke jalanan, dia sudah tidak sabar untuk segera sampai rumah. Dari sudut matanya, Rosea diam-diam melihat Prince dan Leonardo yang kini tengah duduk di sampingnya. Kedua laki-laki itu duduk dengan posisi yang sama, satu kaki terangkat menumpang satu kaki lainnya, tubuh mereka berada dalam posisi tegak sempurna seperti seorang tuan muda yang sering kali Rosea lihat hanya di dunia komik saja. Tanpa sengaja pandangan Rosea bertubrukan dengan Leonardo melalui spion tengah mobil, tatapan mereka saling mengunci. Rosea langsung tersenyum masam karena lagi-lagi Leonardo menatap dirinya dengan penuh penilaian. Rosea tidak tahu apa yang sebenarnya ada di kepala Leonardo, apa yang di pikirkan pria itu tentang dirinya, tatapannya yang penuh penilaian sedikit menginjak harga diri Rosea yang sejak awal tidak pernah memiliki n
Rosea berdiri di depan cermin besar, wanita itu memutar tubuhnya memperhatikan penampilannya dari segala sisi. Malam ini Rosea mengenakan gaun tanpa lengan berwarna merah muda yang ketat dengan tinggi sejengkal di atas pahanya, rambutnya di biarkan terurai, wajahnya terpoles makeup dengan lipstick yang merah.Rosea membungkuk mengenakan sepatu heels tinggi yang masih bisa dia gunakan untuk menari.Malam ini Rosea ingin pergi berpesta mencari hiburan melepas penatnya bersama temannya.Dalam beberapa langkah Rosea mundur dan kembali memperhatikan penampilannya malam ini yang terlihat cukup berani dan cantik.Bibir merah Rosea menyunggingkan senyuman puas karena kini dia sudah percaya diri dengan penampilannya yang telihat kuat dan lebih menonjolkan sisi seksi juga dewasa di dalam dirinya.Dengan anggun Roesa membalikan tubuhnya dan mengambil tasnya, wanita itu melenggang pergi keluar dari kamarnya dan pergi menuruni tangga.Langkah Rosea terhenti begitu dia teringat sebuah kue yang ibun
Karina mengedarkan pandangannya melihat ke sekitar mencari-cari seseorang yang bisa dia ajak bersenang-senang. “Kamu sudah menemukan cowok yang cocok?”“Santailah Rin, kita baru duduk lima belas menit di sini,” jawab Rosea dalam bisikan.“Lebih cepat lebih bagus Sea, jika tidak cocok kamu bisa menggantinya dengan cepat.”Rosea tertawa dan berkata, “Astaga Rin, pria bukan sandal di mall yang bisa kamu lihat dan di pilih lalu di coba.”Bibir Karina mengerucut, wanita itu bersedekap menyilangkan tangannya. “Jangan naif Sea, sandal juga harus di pilih dengan baik agar pas di kaki. Apalagi pria, harus di pilih lebih teliti agar pas di hati. Malam ini pokoknya aku ingin pria yang kuat.”“Kamu bawa pengaman kan?”“Tentu aja Sea, itu wajib,” seru Karina dengan penuh semangat.Rosea kembali tertawa dan meneguk minumannya, pandangannya mengedar melihat ke sekitar mulai menyadari bahwa para pengunjung semakin banyak.“Aku harus merapikan penampilanku dulu di toilet sebelum menari, jangan ke mana
“Ada apa?” tanya Rosea dengan waspada. Atlanta menunjukan jarinya ke arah mata Rosea. “Ada sesuatu di sudut mata kamu.”Mata Rosea terbelalak kaget, wajahnya langsung merah malu karena sudut matanya terdapat kotoran mata. Bibir Rosea menekan kuat dan tangannya bergerak cepat mengusap sudut matanya beberapa kali. Rosea berusaha untuk bersikap biasa saja di depan Atlanta yang masih terus memperhatikannya.Atlanta semakin mencondongkan tubuhnya membuat wajah mereka berdekatan, Atlanta menangkap tangan Rosea dan menurunkannya, di usapnya sudut bawah mata Rosea dan meniupnya, membuat Rosea langsung memejamkan matanya.Dua bulu mata lentik panjang wanita itu terbang entah ke mana.“Dua bulu mata kamu jatuh.”Rosea membuka matanya dan bertemu dengan sepasang mata Atlanta yang kini tengah menatap lekat dirinya. Rosea tidak tahu arti dari tatapan pria itu, namun diamnya Atlanta dan tatapannya yang dalam berhasil membuat Rosea gugup. “Sea, kamu tidak butuh mascara di bulu mata yang secantik
Rosea tersenyum kaku dan mengangguk canggung, sangat berbeda dengan Karina yang langsung menatap Leonardo dengan mata berbinar senang.“Leo!” panggil Karina dengan akrab.“Karina,” Leonardo melihat Karina dan Rosea bergantian.Karina mendekat, tanpa ragu dia melompat memeluk Leonardo sejenak, “Apa kabar?” tanya Karina seraya menguraikan pelukannya.Leonardo tersenyum samar dan sesekali melihat ke arah Rosea yang kini mematung bingung melihat kedekatan sahabatnya dengan Leonardo.“Aku sangat baik, kamu sendiri bagaimana?”“Tentu saja baik! Ngomong-ngomong, kamu kenal Sea?” Karina menunjuk Rosea seketika dan menarik sahabatnya itu untuk berdiri di sampingnya.“Ya, kurang lebih begitu,” jawab Leonardo hati-hati.“Astaga Sea!” Karina terpekik senang. “Kenapa tidak bilang kamu kenal Leo? Leo ini rekan kerja papahku. Leo, Sea ini sahabatku,” cerita Karina semakin berantusias.Rosea tersenyum memaksaan, wanita itu tidak tahu harus berkata apa, yang jelas dia ingin segera pergi daripada harus
“Bicaralah, aku tidak memiliki waktu lagi. Jika kamu masih mengulur waktu dengan omong-kosong, aku akan pergi,” ancam Rosea yang sudah kehilangan kesabarannya. Leonardo berdeham menormalkan suaranya, tangan Leonardo mengepal kuat di bawah meja, entah mengapa dia merasa gemas melihat ekspresi marah Rosea yang tengah marah. Mata Rosea yang bercahaya dan tajam itu mengingatkan Leonardo pada anak kelinci peliharaan Prince. “Aku sudah meneliti interaksi kamu dengan Prince.” “Apa hubungannya denganku?” “Prince terlihat sangat menyukaimu, dia terus membicarakanmu sepanjang perjalanan pulang. Tidak biasanya dia memiliki ketertarikan pada orang asing. Hal sekecil ini sangat berarti untukku karena selama ini Prince mengalami masalah dalam berinteraksi.” Leonardo berhenti bercerita, pria itu terdiam sejenak dan melihat Rosea dengan lekat, sampai akhirnya Leonardo pun berkata, “Aku tidak bermaksud menyinggungmu, namun aku harus mengatakan ini. Apakah kamu tertarik menjadi teman bayaran Princ
“Yang benar saja, dia benar-benar keterlaluan. Dia bilang teman bayaran? Kasarnya dia ingin kamu menjadi pengasuh anaknya, dia pikir berkomunikasi dengan anak-anak itu mudah apa, ini sangat keterlaluan,” celoteh Karina usai mendengarkan semua yang sudah Rosea katakan mengenai kejadian semalam. “Sikapnya dominan dan arrogant, aku sangat tidak suka,” timpal Rosea. “Itu wajar, dia lahir dari kelas bangsawan dari generasi ke generasi dan dia anak tunggal. Sejak kecil semua orang memperlakukan dia seperti raja karena seorang pewaris.” Rosea merenggut, tidak mengherankan jika Leonardo berbicara sangat mudah mengenai uang, ternyata pria itu sudah kaya sejak masih menjadi sel sperma. Kaki Rosea bergerak cepat di atas treadmill mulai berlari, di sampingnya terdapat Karina yang menggunakan sepeda statisnya. Pagi ini mereka olahraga bersama di sebuah gym yang baru pertama kali Rosea kunjungi setelah pindah. “Tapi Sea, kamu pellet apa anak Leonardo sampai anak itu suka sama kamu?” Rosea ter
“Mah, santai dong, sakit tahu!” Rosea menarik-narik tangannya agar Kartika berhenti menyeretnya seperti anak kecil. Rosea sangat malu di perlakukan sembaranga, apalagi kini Atlanta tengah menontonnya.Kartika melepaskan cubitannya dan langsung bertolak pinggang di hadapan Rosea. “Kamu itu ya, mamah sudah bilang sama kamu ratusan kali, jika pagi-pagi itu kamu harus sudah rapi dan cantik. Kamu harus menjaga penampilan kamu! Kamu itu mengerti tidak sih Sea sama nasihat mamah?”“Mamah yang tidak mengerti denganku. Aku kan baru pulang olahraga, penampilan orang selesai olahraga memang seperti ini.” Bela Rosea tidak terima di marahi hanya perkara habis olahraga dan tidak terlihat cantik segar.“Memangnya olaharaga dapat buat kamu dapat calon suami hah?” debat Kartika.“Aku dapat sehat.”“Iya, kamu yang sehat. Mamah yang darah tinggi.”“Siapa suruh mikirin jodoh orang terus.”“Karena jodoh harus di cari Sea!”“Aku juga mencarinya, tapi tidak ada yang masuk standarku.”Kartika membuang mukany
Suara tangisan terdengar di dalam kamar ketika Leonardo kembali pulang, Prince terbaring di ranjangnya tengah di tangani oleh dokter karena mengalami demam lagi. Prince meracau, bergerak gelisah dalam tidurnya, dia terus menangis merintih kesakitan memanggil Leonardo dan memintanya untuk dipertemukan dengan Rosea. “Demamnya masih belum turun, kita harus menjaganya lebih ketat, jika demamnya tidak kunjung mereda, Prince harus dibawa ke rumah sakit.” Leonardo menyandarkan bahunya pada dinding, pria itu tidak banyak berbicara dan hanya bisa memandangi Prince yang kini terus bergerak meracau dan menggigil kesakitan. Sekali lagi dan di waktu yang bersamaan, Leonardo harus menerima diri bahwa kini tidak hanya hatinya yang terluka atas kepergian Rosea, puteranya mengalami hal yang sama. Pembicaraan Prince dengan Rosea mengguncang perasaannya, anak itu tidak mampu menangani emosional dan tekanan yang memenuhi kepalanya. Prince tidak ingin ditinggalkan, namun dia juga tidak tahu mengapa Ro
Suasana rumah berantakan, Abraham mengamuk tidak terkendali sebelum dia memutuskan pergi keluar dan ikut mencari keberadaan Rosea di mana untuk meminta maaf.Kini tinggal Berta seorang diri dengan sebuah renungan yang dalam atas tindakan yang telah dia perbuat yang tanpa sadar menghancurkan keluarganya sendiri. Hubungannya dengan Leonardo menjadi hancur, dan perusahaan yang tidak tertangani kacau. Kepergian Leonardo dari perusahaan adalah sebuah pukulah besar yang tidak mudah di tangani.“Nyonya, Anda harus istirahat,” nasihat seorang assistant rumah tangga.Berta tidak menggubris, dengan lemah wanita itu pergi keluar rumah dan meminta sang sopir untuk mengantarkannya ke rumah Rosea. Berta harus menurunkan egonya untuk menyelamatkan keluargnya, Berta harus meminta maaf dan tidak lagi mengganggu Rosea.Hanya Rosea yang bisa mengubah keputusan Leonardo saat ini.“Kamu tahu di mana rumah Rosea?” tanya Berta pada sopirnya.“Saya tidak tahu, tapi saya akan menayakannya pada anak buah Anda.
Suara bantingan pintu terdengar keras membuat Berta yang tengah bekerja tersentak kaget dan harus segera berdiri melihat kedatangan Leonardo yang mendatanginya.Setelah cukup lama menolak untuk bertemu, kini akhirnya Leonardo datang sendiri menemuinya.Berta sudah bisa merasakan kemarahan dan kebencian Leonardo terhadap dirinya, entah apalagi yang kini akan membuat Leonardo marah. Berta berharap ini mengenai kandasnya hubungan Leonard dan Rosea.“Apa yang sebenarnya Ibu mau?” tanya Leonardo dengan geraman dan mata menyala-nyala di penuhi oleh amarah yang meledak-ledak. “Ibu pikir aku akan menurut jika Ibu bertindak gila seperti ini padaku? Ibu salah, semakin Ibu berusaha menekanku, aku semakin yakin keluar dari keluarga sampah ini!”Tubuh Berta dipenuhi ketegangan karena apa yang ingin di dengar berbeda dengan apa yng di ucapkan oleh Leonardo.“Kita bicara baik-baik Le,” bujuk Berta.“Mengapa kita harus bicara baik-baik jika semuanya sudah tidak ada yang membaik?” tanya balik Leonardo
Rosea membuka handponenya setelah beberapa hari ini dia matikan, tangan wanita itu gemetar melihat ada beberapa pekerjaan yang batal, termasuk pekerjaan yang baru akan dia dapatkan dari meeting di Bali. Semua itu terjadi karena artikel buruk yang menyebar luas di kalangan rekan kerjanya.Nama Rosea tetap tercoreng meski berita itu sudah turun.Semua kerja kerasnya yang di bangun dan dia perjuangkan selama ini harus hangus oleh sebuah fitnah kejam yang mengarah kepadanya. Rosea tidak tahu kehancuran apalagi yang akan dia terima bila dia terus berada di sisi Leonardo.Tidak hanya kariernya, Berta juga sudah mengirim banyak orang untuk menerornya. Terror itu tidak hanya mengarah pada kediamanya, ada banyak pesan masuk dan ancaman pembunuhan bila Rose tidak menyingkir dari kehidupan keluarga Abraham.Ini sangat menyakitkan untuk Rosea, namun akan lebih menyakitkan untuknya bila terus mempertahankan semuanya.Rosea tidak ingin keluarganya menjadi sasaran selanjutnya Berta.Desakan suara ta
Rosea berdiri di depan cermin, memperhatikan dirinya sendiri dengan seksama. Sudah hampir empat hari ini dia mengurung diri dan tidak melakukan kontak apapun siapapun, pekerjaannya yang terbengkalai dikerjakan Helvin begitu dia tahu jika Rosea dengan mengalami masalah.Rosea sudah berbicara dengan Karina secara khusus untuk membicarakan apa yang ingin Rosea lakukan kedapannya, ada banyak hal yang kemungkinan terjadi diluar dari apa yang selama ini Rosea rencanakan dalam hidupnya.Rosea tidak memiliki sedikitpun ketenangan sejak mendapatkan terror di malam itu, ancaman demi ancaman terus datang kepadanya hingga membuat Rosea takut untuk keluar sendirian.Rosea bersyukur karena Karina juga Emmanuel terus menemaninya dan mendorongnya untuk kembali bangkit menjadi lebih berani, mereka tidak membirkan Rosea sendirian karena kondisinya yang tidak stabil.Perasaan Rosea terasa sedikit lebih tenang, kini dia ingin pergi keluar seorang diri untuk menyelesaikan semua masalah yang memang sudah s
Prince duduk dalam kesendirian di pagi hari, sesekali anak itu menyeka air matanya dan melihat ke sekitar, Leonardo tidak pulang sejak kemarin dan Prince hanya di urus oleh para pekerja di rumah.Prince tertunduk dan kembali menangis sendirian, suasana hatinya dilanda oleh kegelisahan dan perasaan yang mendesaknya ingin menangis. Prince merasakan ada sesuatu yang lain akhir-akhir ini, ayahnya terlihat tidak bahagia dan Rosea tidak datang ke rumahnya.Semua ini terjadi sejak pesta ulang tahunnya. Sejak kedatangan ibunya yang bertemu Rosea.Berta tidak datang ke rumah, sekalinya dia datang, para pekerja tidak mengizinkan bertemu Prince. Prince juga tidak lagi diminta untuk menemui Berta dan melewati banyak pelajaran yang melelahkan. Keputusan Leonardo yang menjauhkan Prince dari Berta membuat Prince tersadar bahwa ayah dan neneknya itu tengah bertengkar.Suara langkah seseorang terdengar dari sudut ruangan membuat Prince melihat ke arah pintu.Leonardo datang dalam keadaan kusut dan ter
Rosea tertidur meringkuk sendirian di ranjang, butuh waktu lama untuk dia bisa kembali menenangkan diri di temani Karina, jiwa Rosea terguncang dalam ketakutan.Rosea tidak dapat berhenti menangis begitu melihat ratusan artikel berita online yang bermunculan membuat berita bohong.Karina khawatir sebuah berita bohong yang sebar luaskan Berta akan sampai ke tangan keluarga Rosea dan rekan kerjanya, nama Rosea akan hancur tercoreng oleh sebuah fitnah.Bertahun-tahun Rosea berusaha keras mendedikasikan hidupnya dengan bekerja dan membangun namanya sendiri, sangat tidak adil jika namanya tercoreng begitu saja.Betapa bekerja kerasnya Karina menuntut Leonardo bertindak cepat untuk menurunkan semua berita yang dibuat.Beruntungnya Leonardo memahami dampak berita bohong yang Berta sebarkan, kurun dari waktu dua jam, secara perlahan berita itu menghilang.“Untuk saat ini, biarkan Sea tinggal di sini. Aku tidak ingin dia bertemu dengan Leo untuk sementara waktu, biarkan dia tenang dan mengambi
Berta meletakan alat makannya di atas piring begitu dia selesai makan.“Anda ingin berbicara apa dengan saya?” tanya Rosea.Tubuh Berta menegak, wanita itu itu menatap tajam Rosea dengan pandangan merendahkan seperti biasanya. “Kita langsung pada intinya saja, kamu harus sadar jika kamu dan Leonardo tidak memiliki kemungkinan sedikitpun untuk bersama. Daripada membuang waktu, sebaiknya tinggalkan dia sekarang sebelum kamu merasa menyesal.”Rosea terdiam mendengarkan ucapan mendikte Berta seperti saat pertama kali mereka bertemu.“Keluarga kami tidak bisa menerima orang sembarangan, jika kamu tetap berusaha bertahan seperti ini, kamu akan hancur karena saya bisa menghancurkan kamu dan keluarga kamu.”Berta mengambil tasnya dan mengambil sebuah cek, lalu mengisinya, dengan angkuhnya wanita itu menyodorkannya di hadapan Rosea. “Ambil uang lima milliar itu, lalu tinggalkan Leo dan jangan pernah muncul lagi hadapannya. Sudah cukup banyak uang Leo berikan sama kamu, kamu juga masih muda dan
Rosea ingin tidur, namun hatinya terjebak kegundahan lagi yang membuatnya terus membuka mata dan hanya diam terpaku melihat langit-langit kamar, begitu pula dengan Leonardo yang kini terbaring di sampingnya.Leonardo terjaga sepenuhnya, tangannya menggenggam tangan Rosea di bawah selimut. Pria itu terbaring mirip menatap lekat Rosea, rambutnya yang masih setengah masih terlihat membasahi bantal.“Apa yang kamu inginkan dalam hidup ini Sea?” tanya Leonardo serius.“Aku tidak tahu, aku menjalani apa yang ingin aku jalani. Bagaimana dengan kamu sendiri?”Leonardo terdiam cukup lama sampai akhirnya sebuah kalimat keluar dari mulutnya. “Aku hanya ingin bahagia dan hidup tanpa penyesalan.”Rosea bergerak pelan dan membalas tatapan hangat pria itu, ada jiwa yang kosong di mata pria itu yang membuat Rosea bergerak mendekat dan masuk ke dalam dekapannya.Hangat dan lembut kulit Leonardo membuat Rosea memejamkan mata dan menarik napasnya dalam-dalam, Rosea membalas pelukan Leonardo dan merasaka