"KEHADIRAN YANG TIDAK DI HARAPKAN" PART II
‘Pokoknya, hari ini kita harus berhasil’, Andre berucap dalam hatinya saat menunggu tidak jauh dari Rumah Yunita—sebab, Yunita agak khawatir dengan respon keluarganya saat melihat Andre secara tiba-tiba.
“Hai, kamu terlihat cantik hari ini,” Andre melontarkan pujian saat melihat Yunita yang tampak cantik dengan long dress berwarna kremnya.
Akan tetapi, Yunita tidak termakan oleh rayuan yang banyak di lontarkan oleh buaya darat tersebut,
“Ngak usah banyak gombal kamu, jalan saja,” ucapnya sambil memakai sabuk pengamannya saat Andre mulai menginjak gas.
Yunita sebenarnya merasa agak gugup kali ini. Sebab saat upacara kelulusan, dia waktu itu tidak hadir karena sedang sakit dan di gantikan oleh kakaknya. Juga, baru kali ini dia mengikuti acara reuni angkatan kampusnya.
Sedangkan bagi Andre sendiri, kali ini merupakan pertama kalinya dia hadir tanpa di temani Fiona.
“Apa saja yang biasa angkatan kita lakukan saat acara reuni seperti ini?” Yunita memutuskan untuk bertanya untuk menghilangkan rasa gugupnya.
“Yah, paling hanya makan-makan saja. Karena rata-rata angkatan kita sudah merantau semua, yang hadir biasa hanya 50 orang paling banyak, karena memang kebetulan mereka ada di sini saja,” Andre menjelaskan.
“Reuni apaan kalo cuma segitu saja yang datang,”
“Memang namanya doang yang reuni, tapi sebenarnya acara makan-makan. Kamu bawa kartu ATM atau kartu kredit?”
“Bawa, kenapa?”
Sambil tersenyum, Andre membuka laci dashboard yang ada di depan kursi Yunita, “Simpan kartumu di situ nanti saat kita turun,”
“Untuk?”
“Lakukan saja, atau kamu bakal menyesal nanti,”
Yunita sedikit bingung dengan perkataan Andre. Namun, layaknya seorang istri yang mendengarkan kata suami, Yunita tetap melakukannya juga.
Begitu tiba di restoran tempat acara reuni angkatan mereka berlangsung, Andre turun lebih dulu lalu membukakan Yunita pintu, memperlakukannya bak ratu.
“Hold my hand,” Andre mengulurkan tangannya.
Yunita awalnya tampak ragu dan menyipitkan mata ke arah Andre, namun menggandeng tangan Andre juga pada akhirnya.
Mendekati pintu restoran, mereka berdua bisa mendengar suara berisik dari teman-teman seangkatan mereka yang menyewa full restoran ini.
Yunita sempat menghentikan langkahnya. Namun, Andre tetap menuntunnya.
Begitu batang hidung Andre dan Yunita muncul, semua pria di angkatan mereka tampak terpana. Kecuali Dodit yang hanya tersenyum lebar karena sudah tahu keduanya yang sedang melakukan proses PDKT.
“Yu.. Yunita?” ucap salah satu teman mereka dengan terbatah-batah.
Maklum sih, mengingat Yunita semasa kuliah memang terkenal dengan kepandaiannya dan tentu saja, kecantikan yang paripurna.
“Hai,” Yunita menyapa dengan agak canggung.
“Hoi, Ms. 30 second,” sahut salah seorang perempuan di meja yang tidak jauh dari posisi Yunita berdiri, memanggilnya dengan sebutan lama yang cukup jarang dia dengar lagi.
Dia menengok ke kanan dan ke kiri untuk mencari orang yang memanggilnya barusan. Seseorang kemudian tampak melambaikan tangan ke arahnya.
Begitu menyadari yang memanggilnya tadi adalah sahabat lamanya, Jasmine, yang sudah tidak ditemuinya untuk waktu yang cukup lama. Yunita langsung melepas tangannya dari tangan Andre dan berjalan menghampiri Jasmine dengan senyum begitu lebar.
Andre sempat ingin menyusul Yunita, namun dirinya malah di tahan oleh Dodit dan beberapa laki-laki yang lainnya,
“Ngak usah terlalu bucin lu,” ejek Dodit,
“Tau, padahal wajah lu itu ganteng. Sekali-kali bisa ngak lu bersifat cool dan membiarkan diri lu duduk manis untuk di kejar cewek-cewek,” timpal temannya yang lain.
“Terus gua jadi yang paling terakhir married begitu? Ogah,” Andre membuat orang-orang yang semeja dengannya terdiam.
Sementara itu, tidak terlalu jauh dari tempat Andre duduk, Yunita sedang sibuk dengan orang-orang yang cukup dia rindukan semasa kuliah dulu.
Dia tidak menyangka saat melihat temannya yang dulu di juluki hitam manis karena memunyai kulit hitam dan wajah yang menggemaskan, sekarang menjadi glowing dan mempunyai badan bak model.
“Kayanya banyak yang harus lu ceritakan deh,” Jasmine menggoda Yunita dengan senyuman jahilnya,
Yunita sempat menatap Jasmine balik tanpa mengatakan apapun karena dia tidak mengerit. Namun, saat melihat lirikan mata Jasmine yang tertuju ke arah meja Andre, dia langsung mengerti.
“Ngak ada yang spesial kok,”
“Ngak ada yang spesial apanya, lu ngak liat wajahnya begitu cerah pas kalian masuk?”
“Bukannya dia memang begitu, selalu tersenyum?”
“Dulu, sampai kecelakaan Fiona 3 bulan yang lalu,”
Yunita nampak terkejut dan tidak bisa berkata apa-apa. Karena alasan dia menjaga jarak selama seminggu ini dengan Andre adalah karena mengira kalau Fiona masih hidup.
“Seriusan?”
“Ya iyalah. Pas pemakaman pun dia sempat berdiam diri di depan makam Fiona selama berjam-jam, hujan deras pun tidak dia pedulikan,”
“Wait, lu bilang 3 bulan lalu?”
“Yup,”
Yunita langsung berdiri dari kursinya setelah mengetahui hal tersebut. Dia tidak ingin menggantung perasaan Andre lebih lama lagi.
Akan tetapi, karena terlalu fokus melihat ke arah Andre, Yunita tidak sengaja menabrak seseorang.
“Are you okay?”
“Maaf, maaf, saya agak buru-bu..” Yunita diam membisu saat menatap wajah orang yang tidak sengaja dia tabrak dan orang itu ternyata adalah Yoshua. “Hai,” “H.. hai,” dia menjawab dengan terbata-bata. “Sudah lama ya?” Yoshua bertanya. Seperti Andre, wajah Yoshua juga tidak banyak berubah semenjak jaman kuliah dulu. “Cukup lama. Mungkin..” “Ternyata ada satu lagi wajah yang cukup akrab ya,” di tengah-tengah Yunita yang sedang berbicara, Andre datang menyela; dia bahkan sengaja menggandeng tangan Yunita secara terang-terangan. Dia tidak tahan melihat Yoshua berada di dekat Yunita. Terlebih lagi karena Yoshua merupakan salah satu saingannya demi memperebutkan Yunita. Dan setelah mendengar dari Dodit dan beberapa teman angkatannya kalau Yoshua ternyata masih sendiri sampai sekarang, Andre menjadi merasa was-was terhadap Yoshua. “Kalian...” “Yup, persis seperti yang lu pikirkan,” ingin menyingkirkan Yoshua secepat mung
“Hai,” Linda menyapa Andre dengan senyuman tipis di wajahnya.Akan tetapi, Andre hanya menatap Linda dengan tatapan yang dingin. Dia memang sudah muak dan kesal karena Linda tidak pernah menyerah sama sekali meski dia sudah menolaknya berkali-kali.“Tidak usah bersikap sok akrab, ada urusan apa kau ke sini?” Andre sengaja berbicara dengan gaya bicara yang biasa dia pakai untuk menghadapi orang yang dia tidak suka, agar Linda tidak merasa tenang sedikit pun.“Kenapa tidak, kita sudah bertetangga satu sama lain? Apakah itu bukan akrab namanya?”“Dulunya, hingga akhirnya kau sendiri yang menghancurkannya dengan sifat keras kepalamu itu,”“Baiklah, tapi suka atau tidak. Kau tetap harus menerimaku bekerja di sini,” ucap Linda sambil menyerahkan selembar kertas yang di masukkan ke dalam map plastik berwarna biru.Dia juga sempat melirik ke arah Yunita dan dengan sengaja memperlihatkan tat
“Yunita, mana laporan untuk Grand Launchnya Ibu Tari?” pinta Andre,Tidak butuh waktu lama bagi Yunita untuk memberikan apa yang Andre minta, sebab dia sudah terbiasa dengan alur kerja dari Tim 8 yang serba gesit.“Oke, Gideon, kalian berdua ikut saya,” ujar Andre setelah melihat sekilas laporan Yunita dan cukup puas dengan hasilnya. Dia juga sempat memberikan kedipan kepada Yunita untuk menggodanya.Namun bagi Linda yang kebetulan melihat semua itu, adegan rayu merayu yang di lakukan keduanya membuatnya semakin merasa cemburu,“Kneapa giliran wanita itu kamu malah bisa tersenyum seperti itu,” gumamnya.Akan tetapi, dia berusaha untuk tetap menekan emosinya. Sekarang ini, dia lebih memilih untuk fokus mengambil hati semua Tim 8 dengan kinerjanya; tentu juga sambil memikirkan bagaimana caranya untuk menjatuhkan Yunita.“Ini pak, refrensi yang bapak minta,”“Thanks. Oh iya,
Beberapa menit yang lalu..“Oke, kasitahu Andre, kami kasih waktu tim kalian 2 hari untuk menyelediki apa yang sebenarnya terjadi. Jika pihak klien mengajukan gugatan, kami akan mengulur waktu sebanyak mungkin,” ujar Dodit.“Oke, thanks ya,”“No problem, bukan masalah besar juga sih,”Setelah meninggalkan ruangan Dodit, Yunita bergegas menuju kembali ke lift untuk memberitahukan Andre apa yang di sampaikan Dodit.Namun, saat lfit terbuka. Dia bertemu dengan orang yang tidak dia sangka-sangka akan bertemu, Presdir Perusahaan tempatnya bekerja, yang juga merupakan Ayahnya Andre.Lupa kalau Ayahnya Andre tidak mengenalnya sama sekali, Yunita malah mencoba menyembunyikan wajahnya.“Tidak masuk?” saat Ayahnya Andre bertanya, barulah dia ingat kalau sampai sekarang; semenjak dari dia pacaran dengan Andre dulu, dia tidak pernah bertemu dengan Ayahnya Andre sama sekali.Dia meneg
“AHHH BAGAIMANA INI?!!” Yunita berteriak histeris ketika melihat isi chat yang ada di dalam group karyawan perusahaan sudah sampai 999+ yang isinya tentu saja, gosip kencan keduanya.“Biarkan saja,” ucap Andre.“Biarkan saja bagaimana? Kamu ngak malu apa di gosipkan seperti ini di kantor?”Tidak mau terlalu ambil pusing, Andre menghela nafas. Dia memasang mode autopilot pada mobilnya lalu mengambil handphonenya dan mulai mengetikkan sesuatu di ruang obrolan karyawan.“Kamu ngetik apaan?” ucap Yunita ketika melihat nama Andre tertulis ‘typing’.Andre tidak menjawab, dia terus fokus mengetikkan sesuatu di handphonenya. Dan, ketika dia menekan tombol ‘send', dengan cepat dia juga mengambil handphone milik Yunita dan menyitanya. “Kamu ngak usah pikirin apa yang mereka omongkan. Untuk saat ini, fokus saja dengan permasalahan yang lebih penting,” ucapnya.Yunita menyipit
Yunita yang melihat Yoshua mengepalkan tangan, di tambah dengan raut wajah yang tampak menahan amarah, dia memutuskan untuk memunculkan dirinya untuk mencegah hal yang tidak diinginkan terjadi.“Sudah selesai kan urusannya?” dia berteriak dari kejauhan.Sepanjang perjalanan, Yunita tidak bisa berhenti memikirkan tatapan dari Yoshua. Dia bukan tidak menyadari perasaan Yoshua selama ini, karena sudah berapa kali dia menolak setiap kali Yoshua menyatakan perasaannya dulu.Yunita lalu melirik ke arah Andre yang sedang menyetir, “Semoga saja tidak ada hal buruk yang terjadi,” gumamnya dalam hati. Sebab, dia paham betul bagaimana sifat Andre jika tidak menyukai seseorang.“Kenapa kamu melirik ke aku terus? Terpesona dengan ketampanan calon suamimu?”“Idih, geer amat kamu,” Yunita membalas dengan memasang wajah jijik, “Handphoneku mana?” dia bertanya.Andre han
“... aku tidak mau kehilangan kamu lagi,” jawaban itu sebenarnya sudah ada di benak Yunita semenjak dia mulai menerima perasaan Andre kembali.Andre yang kelewat happy, memeluk Yunita dengan begitu erat untuk sejenak.“Thanks, mari kita hadapi semua ini bersama kali ini,” ucapnya.Meski sudah memutuskan untuk tetap bersama dengan Andre kali ini. Tetap saja ada sedikit rasa cemas dalam hati Yunita, kalau-kalau ending dari keputusannya kali ini akan sama dengan waktu itu. Sad Ending.Namun, dia kembali teringat dengan nasehat dari seorang dosennya di London saat itu, “Don’t run from your past, just face it, so you can be free,”.Dan tanpa dia duga-duga sama sekali, takdir menuntunnya untuk bertemu dengan Andre kembali; walau sebenarnya di berencana untuk mencari Andre setelah mempunyai karier yang cukup mapan dulu.Seminggu berlalu, Yunita mulai terbiasa dengan gosip yang menyebut dirinya menggoda Andre, cowok paling diidamkan oleh wanita di perusahaan. Bukannya merasa tertekan, dia mal
Sekitar 2 jam yang lalu..DRT.. DRT..Handphone milik Andre bergEtar saat di sedang dalam perjalanan ke kantor. Ketika melihat di layar tengah mobilnya kalau yang menelepon adalah ibunya. Andre mengabaikan telepon tersebut, seperti yang sudah dia lakukan seminggu ini. Tapi, ibunya lagi-lagi menelepon dan membuatnya terpaksa mengangkat telepon tersebut.“Kenapa?” Andre menjawab seramah mungkin.“Datang ke alamat yang mama kirim sekarang, ada yang mama mau bicarakan,”“Mama tahu kan sekarang aku sedang dalam perjalanan ke kantor?”“Tenang saja, mama dekat kantormu sekarang. Atau mama harus ke perusahaan baru kamu mau mendengar?”“SHIT!!” Andre mengucapkannya tanpa bersuara, hanya mulutnya saja yang terbuka. Dia mencengkeram setirnya dengan sangat kuat untuk melampiaskan emosinya. “Oke, aku ke sana. Tapi tidak bisa lama-lama,” dengan terpaksa di men
“Jangan salah paham. Aku hanya ngak mau orang-orang menganggap kejadian tadi adalah pertengkaran sepasang kekasih,” Andre langsung menjelaskan alasannya, mumpung hanya ada mereka berdua saja dalam lift saat ini.“Kenapa kamu tidak pernah memberikan aku kesempatan?”“Masih harus ku jelaskan berulang kali? Cinta itu tidak bisa di paksa, Linda. Kamu memang mungkin menyukaiku, tapi aku tidak pernah menganggap kamu lebih dari seorang teman dan tetangga. Mau sampai kapanpun kamu memaksakan perasaanmu padaku, aku tidak akan bisa menerima perasaanmu.Malah aku akan menjadi ornag brengsek kalau menerima perasaanmu meski aku tidak menyukaimu sedikit pun,” Andre menjelaskan.“Lalu kenapa harus dengan Yunita, walau dia sudah menyakitimu seperti itu, kenapa kamu malah memilih dia?” Linda kembali bertanya ketika mereka berdua keluar dari dalam lift.Andre menghela nafas saat akan membuka pintu apartemennya, “Kami memang mempunyai masa lalu yang pahit. Tapi semua itu hanya salah paham. Kamu tidak ta
Melihat Roland dan Linda turun dari mobil yang sama, Andre berjalan kembali ke dalam restoran, ke ruangan tadi. Kali ini, dia sudah tidak bisa lagi untuk bersikap ramah dan lebih memilih memasang wajah ketus setiap kali menatap Pak Martaka.“Kenapa wajahmu begitu?” Yunita mendekatkan diri dan berbisik di dekat Andre,“Kamu lihat saja sendiri nanti,” jawab Andre, dia kembali meneguk segelas Sprite tanpa jeda sedikit pun. Matanya sekarang menatap Pak Martaka dengan sorotan tajam.Sementara Yunita yang heran dengan sikap Andre sekarang ini, hanya diam saja sambil sesekali melirik ke mana Andre menatap. Namun begitu pintu terbuka, dia bisa langsung mengerti apa penyebab perubahan mood pada diri Andre saat ini.Dia mendengus tersenyum begitu melihat Roland dan juga Linda saling melingkarkan tangannya satu sama lain layaknya sepasang kekasih.“Y.. Yunita?” Roland melepaskan lengannya dari Linda, wajahnya terlihat seperti seorang suami yang sedang ketahuan berselingkuh.“Kalian saling kenal?
“Tim dari Departemen Drama dan Web Series sudah berusaha bernegosiasi dengan dia, sudah 10 kali bahkan. Tapi orang ini selalu menolak dengan alasan yang terbilang agak sulit. Dia ingin jaminan royalti 10% setelah acaranya selesai, gaji pokok di naikkan 20%, dan cast harus patuh penuh terhadap aturannya. Tapi..”“Tidak banyak aktor ataupun aktris yang menyukai dia,” dia menyela Yunita yang sedang menjelaskan secara singkat progress negosiasi dengan Martaka,“Kamu tahu?”“Sudah jelas,” dia menjawab dengan nada jutek. Sebab dia pernah bekerja sama satu kali dengan orang itu. Dan jujur saja, dirinya sendiri memang sangat muak dengan cara kerja Martaka yang terbilang ‘over perfeksionis’.Walau begitu, memang sih semua project yang di pegang oleh orang itu selalu saja berhasil menjadi hits di dunia hiburan. Dan sangat kebetulan, penulis untuk proyek kali ini termasuk orang besar dan juga sama menyebalkan dengan Martaka, hanya ingin bekerja dengan orang-orang paling top di bidangnya.“Tapi k
Seperti yang di ucapkan Yunita, Ayah Ibunya menerima Andre dengan senyum ramah. Bahkan Ayahnya memeluk erat Andre dan menyebutnya sebagai ‘calon menantu kesayangan’. Sama seperti ayahnya, ibunya memeluk Andre sambil mengucapkan ‘terima kasih’—yang baginya, seperti permintaan maaf yang tulus jika dia harus menerjemahkannya.“Akhirnya datang juga orang yang paling di bicarakan di rumah ini seminggu terakhir,”Semua orang tiba-tiba menoleh ketika Angelica yang baru saja datang berbicara.“Kakak,” Yunita langsung menimpali, sebab kakaknya ini sangat suka sekali bercanda dengan memasang wajah serius seperti yang sedang terjadi sekarang.“What? Kakak cuma menyambut calon suami kesayanganmu kok. Tahu ngak..”Mendengar kakaknya berbicara seperti itu, dia sudah bisa langsung tahu apa yang akan kakaknya katakan berikutnya. Dengan buru-buru dia berlari ke arah kakaknya dan berusaha menutup mulu
Besoknya, sesuai dengan perjanjiannya dengan Yunita kemarin di kantor, Andre dan Nia menunggu Yunita di Plaza Senayan, tepatnya di salah satu outlet brand mewah yang menjadi simbol orang kaya, G***i. “Memangnya kakak punya duit apa?” Merasa dirinya terlalu di rendahkan oleh adiknya satu ini, dia kemudian mengeluarkan dompetnya dan memamerkan beberapa kartu kredit black card dari beberapa bank ternama. “Masih mau ngomong?” ucapnya sambil tersenyum sinis. “Kakak ikutan investasi bodong ya?” “What the.., kagak lah. Kakak itu kalo setiap gajian, setengahnya kakak invest ke dalam berbagai hal,” Setelah selesai menjawab, dia tersadar akan satu kesalahan fatal yang baru saja di perbuat, yaitu menjelaskan soal keuangan pribadinya kepada Nia. Dan ketika dia melirik ke sampingnya, betul saja, Nia kini menatapnya dengan tatapan tajam. “Begitu ya, giliran aku minta sesuatu pasti dibilang nanti-nanti. Kalau Kak Yunita, kakak langsung gercep
“Ngak mungkin,” ibunya tampak syok dan menggelengkan kepala, “Dia tidak mungkin akan melakukan seperti itu, mama tidak percaya. Kamu pasti mengatakan itu untuk membuat mama benci dengan dia kan? Supaya mama merestui kamu dan Yunita, wanita licik itu,”“Nak, tuduhanmu itu cukup berbahaya? Kamu punya buktinya?”“Iya kak. Meski aku juga ngak suka dengan Kak Linda, tapi tuduhan kakak itu terlalu berbahaya,”“Kenapa? Aku mendengarnya sendiri kok, saat di Italia,” dia sengaja tidak melibatkan Yunita dalam hal ini, karena ibunya pasti akan mengarahkan semua tuduhan ke Yunita lagi, “Dan dia bahkan datang bersama dengan Roland, CEO baru dari saingan kita,”“Tunggu dulu, Roland dari JC Group? Yang baru saja mengakuisisi D&D Media tahun lalu?”“Yup, siapa lagi memang saingan terkuat kita saat ini selain mereka,”Melihat ayahnya yang menghela nafas, dia menduga kalau ayahnya sudah tahu soal Roland. Dan menurutnya, Ayahnya pasti menyembunyikan sesuatu darinya.“Jadi rumor itu benar ternyata,”“Rum
’Kanker otak stadium 2’4 kata itu membuat harapan yang ada dalam dirinya menjadi hancur seketika, dia tidak bisa menerima kenyataan kalau dirinya harus di diagnosis menderita penyakit mematikan itu.Dia bingung harus mengatakan apa ke keluarganya, melihat wajah kesedihan mereka saja dia tidak sanggup. Dan Yunita, yang sudah dia janji akan menikah tahun ini, dia tidak tega harus merusak momen-momen bahagia yang tengah mereka rasakan sekarang ini.Dia lalu duduk di bangku taman di taman yang ada di rumah sakit, “Kenapa kau memberikan cobaan yang berat seperti ini?” dia bergumam dalam hatinya, mengeluh pada yang maha kuasa. Sejujurnya, dia tidak mengerti di mana letak kesalahannya sehingga di pantas menerima cobaan yang begitu berat seperti ini. “Apa karena aku melawan kehendak mama soal pacaran selama ini?” dia kembali bergumam memikirkan semua alasan yang mungkin saja menjadi penyebab dia menerima cobaan seberat ini. Saat kembali ke mobilnya,
“Kamu kenapa sih sayang? Dari tadi kaya kurang fokus begitu,” Yunita bertanya dengan menyipitkan mata saat mereka berdua sedang menunggu pesanan mereka di sebuah restoran tidak jauh dari hotel, karena sebentar lagi mereka sudah harus kembali ke hotel. Andre menatap mata Yunita sejenak. Dia lalu tersenyum dan memilih untuk berbohong, “Ngak kok, aku sedang mikirin soal Roland dan Linda saja. Bagaimana kita harus bersikap ke mereka kalo berpapasan secara tidak sengaja,” “Kamu masih mikirin itu? Ngak usah terlalu di pikirkan lah. Ingat kan? Sepandai-pandainya tupai meloncat, suatu saat pasti akan jatuh juga. Sama kaya mereka, sepandai apapun mereka merencanakan dan menyembunyikan niat mereka, pasti akan ketahuan juga suatu saat. Yang penting, kita menghindari mereka saja untuk saat ini. Oke?” “Baik kalau begitu, untuk urusan mereka berdua, aku serahkan semua ke kamu,” “Duh, seharusnya sebagai calon kepala keluarga, kamu itu..” “Wait,” perkataan Yunita—khusu
Setelah mendengar cerita Yunita, Andre cukup syok. Dia tidak menyangka kalau Linda akan berbuat sejauh itu. Di kuasai oleh perasaan amarah, dia mengambil teleponnya dan hendak menelepon Karto.“Kamu mau apa?” Yunita bertanya,“Apalagi? Tentu saja akan aku masukkan dia ke penjara,”Yunita secara tiba-tiba mengambil telepon miliknya dan menutup teleponnya. Hal itu membuatnya terkejut. “Dan kamu punya bukti kalau dia yang melakukan itu?” “Pasti akan ada sendiri nanti, yang penting sekarang kita harus melaporkannya lebih dahulu. Kamu mau membiarkan orang yang sudah hampir membunuh kita berkeliaran bebas seperti itu?”“Coba kamu pikirkan, kalau kamu melapor ke polisi sekarang. Bisa saja Roland dan Linda langsung mengambil tindakan pencegahan dengan menyingkirkan semua bukti yang ada. Dan ujung-ujungnya? Bisa kamu yang kena laporan balik atau pencemaran nama baik,” Merasa perkataan Yunita ada benarnya, dia berdiri dari kursinya dan berjalan menuju balkon untuk menghilangkan penat de