“Kenapa sih kamu capek-capek segala bikin masakan buat mama?” Jasmine diprotes oleh Bian karena harus lelah seperti ini demi membuatkan mertuanya. Dia memang ingin sekali berdamai dengan orang tuanya Bian. Tidak mau kalau pernikahannya berakhir lagi lantaran restu. Dia salah, dia sangat salah sekali karena tidak bisa membuka hati sang mama mertua seperti sebelumnya. Jasmine dulu pernah disayang sekali oleh Amber. Harus juga mendapatkan apa yang dia inginkan. Jasmine justru menyuapi Bian makanan itu. “Kamu cicipin saja!”Bian makan itu dan menghela napasnya. Mungkin juga merasa kalau Jasmine lebih bekerja keras demi mendapatkan restu dari sang mama mertua. Mereka pernah menikah dulu, mereka hanya mengecewakan wanita itu. Bukan berarti Jasmine bisa merasa tenang dengan mertuanya yang bersikap cuek untuk sekarang. Berbeda dengan yang dulu. Dianggap seperti anak kandung oleh mama mertuanya. Namun dia menyakiti hati wanita itu dengan kenyataan bahwa dia dengan Bian menikah demi uang
“Hari ini ada yang penting?” tanya Bian kepada Sierra.Wanita itu membuka tabletnya lalu mengatakan. “Semua sudah selesai hari ini, Pak.”“Kalau begitu, aku akan pulang sekarang.”Masih jam empat, Bian biasanya bisa lebih lama di kantor dibandingkan dengan sekarang.Karena dia ingin meluangkan waktunya untuk sang anak ketika mengantar Noah ke tempat les.Sierra pun mengatakan kalau Bian sudah boleh pulang. Pria itu mengambil jasnya dan memasangnya. Mengancingkannya dengan perlahan sembari mendekati wanita itu. “Katakan pada Edo kalau dia kembali nanti. Bilang sama dia kalau aku sudah pulang.”“Baik, Pak,” kata Sierra dengan meyakinkan Bian bahwa dia bisa pulang sekarang.Mengambil kunci mobil yang ada di atas mejanya. Melangkah dengan perlahan untuk keluar dari ruangannya.Bian akan ke tempat les anaknya untuk menjemput anak pertamanya. Menghubungi sopir juga agar tidak perlu ke tempat les untuk menjemput Noah. Dia akan ke sana sendiri dan meluangkan waktu untuk anaknya.Sampai di dep
Jasmine mengunjungi pemakaman ibunya sendirian. Setelah sekian lama dia tidak datang karena hamil muda. Akhirnya dia bisa berkunjung lagi.Sudah lama dia tidak bisa mengunjungi dan cerita kepada ibunya betapa dia begitu disayang oleh suami dan juga anaknya. Dia juga menceritakan kalau selama ini dia bersama dengan Ulfa.Jasmine berada di dalam mobil sendirian. Lalu dia mengingat bahwa di pemakaman itu, dia pernah menangis dan juga merasa sendirian di dunianya.Kedatangan Rosa ke dalam hidupnya menghancurkan semuanya. Dulunya, ayahnya pernah begitu menyayanginya. Sebelum wanita itu datang ke dalam kehidupan sang ayah. Takkan Jasmine maafkan wanita yang telah menghancurkan hidupnya.Pulang sekolah, Jasmine harus mencuci piring, mencuci pakaian dan juga menyetrika. Dia juga terkadang disuruh untuk membersihkan seisi rumah. Kalau Jasmine ingat bagaimana ibunya sangat sayang kepadanya, tapi setelah kedatangan Rosa. Dunianya langsung berubah.Kebenciannya terhadap ibu tirinya belum mereda.
“Kamu jangan ke mana-mana. Aku bakalan belanja sama Noah.”Jasmine hanya berdiam diri di apartemen. Tidak pergi ke mana pun karena suaminya melarang dia untuk keluar. Segala kebutuhan juga sudah dipenuhi oleh suaminya. Dibantu oleh anak pertamanya.Bian memang sayang padanya dan menjaga dirinya selama dia hamil. Begitu juga dengan Noah yang begitu peka terhadap Jasmine. Selama dia hamil, anaknya selalu membantu apa saja yang dikerjakan oleh Jasmine.Suaminya agak sedikit sensitif kalau Jasmine melakukan pekerjaan rumah. Hingga saat ini. Mulai dari siapkan sarapan, semuanya dilakukan oleh Bian.Sekarang dia merasa sangat diratukan oleh suami dan juga anaknya. Jasmine tidak pernah merasa sebahagia ini sebelumnya.Bersyukurnya Bian selalu sayang padanya. Bukan malah membiarkan Jasmine seperti orang yang berjuang sendirian dalam rumah tangga mereka berdua.Banyak hal yang disyukuri oleh Jasmine dari rumah tangganya yang sekarang ini.Lama dia berada di ruang tengah. Sampai akhirnya suami
Dicintai oleh keluarga suami. Kemudian disayang oleh suami dan anak, adalah suatu kebahagiaan yang tidak ada tandingannya bagi Jasmine. Kurang mendapatkan kasih sayang dari ayahnya. Namun, dia mendapatkan kasih sayang yang sangat baik dari kedua mertuanya. Setelah perdamaian itu. Amber datang mengalah untuk meminta maaf padanya.Noah juga semakin besar semakin paham apa yang terjadi antara orang tuanya. Jadi, Jasmine dan Bian perlahan memberikan pemahaman kepada sang anak. Tidak mungkin dibiarkan terus menerus dengan konflik yang seperti itu. Bian selama ini juga sudah berusaha untuk mendamaikan dirinya dengan Amber.Baru Noah yang berhasil melakukan itu.Mereka tidak sabar bisa pindah ke rumah baru yang belum juga selesai. Bian juga mengatakan ingin segera menempati rumah baru mereka.Sebenarnya dia ingin diajak pulang ke rumah yang dulu ditempati. Namun, Bian sudah menjualnya dan ingat kalau masa lalu menyakitkan di sana. Dia ingat Bian pernah tidur dengan Freya di kamar utama. Mere
Di sebuah restoran cepat saji di tengah pusat ibu kota. Berada di ruangan privat yang akan mempertemukan Amber dengan Sadewa untuk ke sekian kalinya. Mereka akan membicarakan tentang Noah dan juga akan membiarkan anak itu tumbuh dengan baik. Mengingat Jasmine juga sedang hamil anak kedua sekarang. Mereka berdua harus menerima dengan baik calon cucu mereka. Menerima dengan baik anaknya Bian dan juga Jasmine. Bagaimana pun juga, itu adalah cucu mereka berdua. Jasmine adalah wanita yang telah dipilih oleh Bian sebagai pelengkap hidup. Dua kali menikah, membayangkan bagaimana tentang Nina dulu yang merupakan bukan anaknya Bian. Amber pernah menyesali kehidupan Bian pernah dia hancurkan begitu saja. Lalu, pada saat seorang pelayan masuk dan memberitahukan bahwa tamunya Amber sudah datang. Wanita itu menganggukkan kepalanya dan bersiap diri untuk menerima pria itu. Sadewa datang sendirian, memesan makanan lalu kemudian pelayan keluar. Keheningan terjadi di ruangan itu. Pertemuan mereka
Sepertinya, setelah memutuskan untuk kembali lagi dengan mantan istrinya. Semua tidak buruk-buruk amat menurut Bian. Dia bahagia dengan istri dan juga anaknya untuk sekarang. Istrinya sebentar lagi akan melahirkan anak kedua mereka. Kebahagiaan yang akan sempurna setelah mereka tahu kalau anak kedua berjenis kelamin laki-laki. Jika dulu mulutnya begitu berat untuk memuji istirnya cantik. Tidak dengan sekarang, dia menyukai setiap yang dilakukan oleh istrinya. Mereka kali ini berada di toko roti yang tidak jauh dari sekolahnya Noah. Setelah ini akan pergi menjemput anak itu ke sekolah karena setiap mereka punya waktu pasti akan menyiapkan segalanya. Istrinya memesan beberapa makanan dan juga untuk Noah nanti ketika menjemput anak itu sekolah. Usai memilih roti, mereka berdua langsung pergi ke sekolah Noah untuk menjemput anak itu. Hari ini tidak ada les, jadi mereka akan langsung pulang. Karena Jasmine mengiginkan makan di luar dan ingin ikut menjemput anak mereka. Mau tidak mau,
Tangis seorang bayi memenuhi ruangan yang khusus untuk Jasmine. Kelahiran bayi perempuan yang baru saja beberapa menit lalu. Melengkapi kehidupan rumah tangga mereka yang pada akhirnya mampu membuat Bian takjub dengan istri dan juga anaknya. Dia merasa bangga sekali pada istrinya yang telah melahirkan bayi secantik itu. Dia juga bangga kepada anak perempuan yang lahir dengan selamat dan proses persalinan Jasmine dengan normal. Di rumah sakit pilihan Amber untuk Jasmine melahirkan. Suasana begitu tegang sebelum si kecil dilahirkan. Beberapa kali Jasmine mengerang kesakitan. Berpikir kembali jika itu dirasakan oleh Jasmine beberapa tahun lalu ketika melahirkan Noah sendirian. Selama beberapa tahun terakhir istrinya telah berjuang sendirian. Melihat anak keduanya lahir, harapan baru telah muncul dalam kehidupannya Bian. Menunggu selama ini untuk kehadiran anak kedua mereka. Meskipun sebenarnya dia melihat kalau Noah juga sangat berharap adiknya segera lahir ke dunia ini. Bian bisa t
Bian tidak ingin mengambil keputusan yang fatal lagi seperti kemarin-kemarin. Dia tidak mau kalau dia dan istrinya bercerai lantaran dirinya yang tidak bisa menjadi suami yang baik. Dia menganggap perasaan istrinya terlalu lebay. Dia menganggap perasaan istrinya berlebihan ketika wanita itu cemburu. Padahal, yang terjadi sebenarnya adalah dirinya tidak pernah lagi mengerti bagaimana rasanya dicemburui. Tidak pernah merasakan itu sebelumnya pada wanita lain. Freya tidak pernah cemburu padanya, Adelia tidak pernah peduli terhadapnya. Berbeda dengan Jasmine yang bahkan menangis karena ulahnya. Sepele, tapi menyakiti istrinya. Bian tidak mau lagi melakukan itu dan menyakiti Jasmine lebih dalam lagi. Sekarang, dia ingin hidup dengan akur dan baik-baik saja bersama dengan istrinya. Dia menuduh Jasmine berubah ketika pulang dari rumahnya Ulfa. Tanpa dia sendiri sadari kalau selama ini yang membuat istrinya berubah adalah ulahnya sendiri. Bian terlalu jauh membuat istrinya menderita. Dia
“Dari sekian banyak pilihan, kenapa kamu memutuskan untuk bercerai sama aku, Mas?” Padahal Bian sendiri tahu, semenjak mereka bertengkar. Jasmine selalu menangis tengah malam. Bian menyadarinya, tidak ingin mengganggu istrinya malam itu. Pelariannya ke alkohol juga tidak mempan. Rasanya masih terlalu sakit kalau dia ingat betapa bodohnya dia. Secara naluri, dia masih menyayangi istrinya. Dia juga tidak ingin berpisah dengan istrinya. Jasmine adalah orang yang dia cintai. Dunia ini seolah-olah akan berhenti begitu Bian mengatakan ingin bercerai dari istrinya. Padahal dia sendiri sangat tahu kalau dirinya sangat mencintai istrinya. Dia meninggalkan semua wanita demi bisa bertahan dengan istrinya. Dia tidak meminta pendapat dari orang lain. Dia hanya berharap kalau ini akan segera selesai. Yaitu dengan cara melepaskan wanita yang begitu dicintainya. Memang dari awal Bian sudah merasa kalau dirinya itu tidak bisa menjaga rumah tangganya lagi. Bian juga sudah berusaha bertahan, namun
Bian menganggap remeh rasa cemburunya Jasmine yang selama ini dia rasakan. Tidak menyangka kalau kalimat itu keluar dari mulut suaminya sendiri. Dia tidak pernah menduga kalau suaminya akan menganggap perasaannya tidak penting seperti itu. Setelah pertengkaran beberapa malam yang lalu. Bian pun tidak ada kata permintaan maaf sampai detik ini. Jasmine yang merasa kalau suaminya memang sangat sulit untuk mengerti perasaannya. Menikah dengan Bian dua kali, tidak serta merta membuatnya merasa baik-baik saja. Menikah hanya karena alasan demi anak. Tapi juga tidak baik untuk kesehatan mentalnya. Memang Bian baik terhadap anak-anak, ternyata pria itu abaikan semua yang dikatakan oleh Jasmine. Memang benar, dia harusnya diam saja tanpa banyak protes terhadap rumah tangganya. Tidak layak juga protes kalau tidak pernah didengarkan. Jasmine mulai menyesali ketika dia memberontak malam itu. Mulai menyesal telah mengeluarkan semua yang ada di dalam hatinya. Mulai merasa kalau dirinya tidak a
“Pa, Papa nggak berantem sama mama, kan?” Bian sedang berenang berdua dengan Noah, anaknya bertanya tentang kondisi rumah tangga mereka. Bian memang tidak pernah bertengkar dengan istrinya. Bian sedang di tepi kolam renang justru tersenyum dengan pertanyaan anaknya. Tidak ada pertengkaran apa pun yang terjadi di dalam rumah tangga mereka. Hanya saja, beberapa hari yang lalu Jasmine mengatakan dirinya sedang lelah saja. “Mama cuman capek aja, Noah. Setiap ibu pasti akan merasakan itu.” “Tapi, Pa. Papa kenapa ketemu lagi sama Nina dan mamanya?” Bian yang tadinya mengabaikan soal itu, tiba-tiba saja dia menoleh kepada anaknya. “Dari mana kamu tahu?” “Pak Egi bilang sama aku tadi waktu jemput ke tempat les. Katanya, Pak Egi sama mama ke taman belakang kantor waktu antar makan siang. Terus Papa di sana sama Nina dan mamanya.” Bian bertemu dengan Adelia tidak ada maksud apa-apa, dia hanya menemui wanita itu lantaran Nina ingin bertemu dengannya. Tidak ada maksud lain yang Bian laku
Seminggu dia pergi bersama dengan Celia. Bian tidak menghubunginya apalagi bertanya apakah dia sudah sampai atau tidak. Justru dia dibiarkan begitu saja. Tidak seperti biasanya, memang pria itu sudah berubah. Jasmine tadinya memang ingin liburan bersama dengan Celia berdua. Setelah dikabari oleh kakak sepupunya kalau Ulfa ada di rumah kakaknya. Jasmine pun akhirnya ke sana dan jaraknya lebih dekat. Dia juga cerita keluh kesahnya dan menceritakan bagaimana Bian dulu juga pernah main wanita di masa lalu. Jasmine yang baru mengenal cinta justru terjebak dalam pernikahan waktu itu. Dia cemburu, tidak bisa mengungkapkannya. Sekarang, dia cemburu. Masih bisa diam juga tanpa berani berkata apa-apa. “Terus, mau sampai kapan kamu sama Celia di sini?” tanya Halim, kakak sepupunya. Jasmine duduk di sebelah kakak sepupunya di sebuah taman yang ada di rumah itu. “Mungkin lusa akan pulang. Kasihan Noah juga di sana.” Dulu, dia menerima Bian kembali karena dia kasihan kepada Noah. Lalu kemudia
“Ada yang ingin kamu omongin sama aku nggak, Mas?” Jasmine ingin tahu apakah suaminya ingin mengatakan sesuatu seperti pertemuan atau apa pun itu. Dia akan mendengarkan semuanya. Terutama dia tidak akan berpikir berlebihan setelah mengetahui suaminya masih bertemu dengan mantan istrinya. Kalau itu adalah Freya, mungkin tidak akan sesakit ini.Merasa dikhianati oleh suaminya lantaran Bian tidak mengatakan apa pun dengan jujur. Pertemuan yang dilakukan di belakang Jasmine termasuk kejahatan dalam rumah tangga. Hilangnya kejujuran dan juga tidak ada yang tahu apa yang terjadi setelahnya. Bian meletakkan ponselnya di atas meja. Menatap Jasmine kemudian tersenyum. “Nggak ada, Sayang.” Jasmine menganggukkan kepalanya dengan perlahan, dia tahu kalau ternyata suaminya hanya pura-pura. Bahkan dari kemarin, Bian tidak meminta jatahnya. Ada apa? Kenapa pria itu berubah sekarang? Jasmine merasa seorang istri yang hanya menerima kesalahan Bian beberapa kali. Tahu kalau watak main wanita itu t
“Bibi, aku saja yang masak. Tolong bantu aku jaga, Celia, ya!” Dia membawa anak keduanya menghadap kepada asisten rumah tangga yang ikut dengannya. Hari ini dia akan pergi bertemu dengan Amber dan juga Sophie. Mereka bertiga akan berkumpul lagi setelah sekian lama tidak bertemu. Jasmine juga akan menyiapkan makan siang untuk suaminya. Sekalian ketika berangkat ke rumah Amber nanti, dia ke kantor suaminya terlebih dahulu untuk membawakan bekal. Seperti biasa, Bian sangat menyukai masakan yang dibuatkan oleh Jasmine. Dia memasak sendirian di dapur. Lalu kemudian membiarkan Celia bersama dengan sang bibi di ruang tengah. Usai dia memasak, Jasmine langsung mandi dan menyiapkan segala kebutuhan yang akan dia perlukan nanti untuk Celia selama berada di rumah Amber. Entah itu pakaian ganti dan juga popok. Dia diberikan izin untuk bertemu dengan Amber karena dia mengatakan akan diantar oleh sopirnya. Bian sangat sensitif sekali membiarkan Jasmine keluar. Lalu kemudian setelah selesai be
“Pak, ada seseorang menunggu Anda di taman belakang kantor,” beritahu Sierra begitu Bian baru saja kembali dari proyek. Bian langsung turun dan pergi ke taman kantor yang tidak jauh dari tempat ini. Lalu kemudian kaki jenjangnya melangkah dengan sangat cepat ke sana. Baru saja tiba di sana, tubuhnya langsung bereaksi ketika melihat wanita bersama dengan anak kecil sedang duduk di bangku taman. Dia menghampiri secara perlahan dan wanita itu kemudian menoleh. Anak kecil itu berlari ke arahnya. “Papa,” dipeluknya Bian sangat erat. “Maafkan aku, Bian. Aku menemuimu kembali. Bukan maksudku mencarimu lagi. Aku tahu, kamu sudah menikah dan mungkin kamu sudah punya kehidupan yang lebih layak. Namun, dia menangis dan selalu mencarimu.” Bian berjongkok dan memeluk anak kecil yang dibawa oleh wanita itu. Wajar rasanya kerinduan Nina tidak akan pernah berakhir. Karena selama ini yang merawat anak ini adalah dirinya. Bian memang tidak ingin berakhir dengan pengkhianatan. Lalu dia menggendong
Tangis seorang bayi memenuhi ruangan yang khusus untuk Jasmine. Kelahiran bayi perempuan yang baru saja beberapa menit lalu. Melengkapi kehidupan rumah tangga mereka yang pada akhirnya mampu membuat Bian takjub dengan istri dan juga anaknya. Dia merasa bangga sekali pada istrinya yang telah melahirkan bayi secantik itu. Dia juga bangga kepada anak perempuan yang lahir dengan selamat dan proses persalinan Jasmine dengan normal. Di rumah sakit pilihan Amber untuk Jasmine melahirkan. Suasana begitu tegang sebelum si kecil dilahirkan. Beberapa kali Jasmine mengerang kesakitan. Berpikir kembali jika itu dirasakan oleh Jasmine beberapa tahun lalu ketika melahirkan Noah sendirian. Selama beberapa tahun terakhir istrinya telah berjuang sendirian. Melihat anak keduanya lahir, harapan baru telah muncul dalam kehidupannya Bian. Menunggu selama ini untuk kehadiran anak kedua mereka. Meskipun sebenarnya dia melihat kalau Noah juga sangat berharap adiknya segera lahir ke dunia ini. Bian bisa t