Nampak di kembar senang setelah mendapatkan hadiah dari Keyla.
"Makasih banyak ya kak, kakak memang terbaik deh," puji Vina yang membuat Keyla hanya bisa tersenyum tipis saja."Iya, cocok jadi mama," sambung Vino menyahut, Keyla meringis mendengar kata cocok menjadi mama. Apa apaan coba? ia saja masih mahasiswa dan masih mempunyai mimpi banyak, belum ada kepikiran untuk menikah muda dan punya anak.Kendati demikian, ia tetap diam saja. Hanya menganggap mereka bercanda saja."Kak?""Iya," jawab Keyla menatap wajah Vina yang tiba tiba saja sendu. ia bingung, dan was was takut sang anak nangis dan yang disalahkan dirinya oleh bapaknya nanti."Ada apa, ya?" tanyanya dengan nada lembut."Kakak mau ya jadi mama, kita?" cicit keduanya kompak yang membuat mata Keyla melebar. Ia membekap mulutnya, kenapa anak sekecil mereka bertanya hal yang demikian. Emangnya mama mereka ke mana saja? tidak mungkin kan kalau Erlan hamil sendiri dan bisa melahirkan anak kembar seimut dan sepintar mereka?"Kita main aja, yuk!!" ajaknya yang sengaja mencari mengalihkan topik yang lain.***Vina dan Vano memeluk ayahnya yang baru saja pulang dari luar kota dan pada saat itu, mereka tinggal bersama dengan Keyla."Papa!!" pekik keduanya senang melihat ayahnya baru saja datang membawa banyak oleh oleh dari luar kota."Hai sayang, gimana di rumah? nggak kangen sama papa?" Erlan menggendong kedua anaknya, ia juga merindukan anaknya."Kangen dong, tapi nggak papa. kan sekarang papa udah pulang, bawa oleh oleh lagi," sahut Vina senang.Wajar saja karena di usia si kembar masih suka mainan dan hadiah."Papa bawa apa aja?" tanya Vino yang tak kalah antusias.Erlan mencium kedua pipi anaknya dengan gemas. keduanya memang anak anak yang pintar di usianya."Bawa banyak dong, kalian pasti suka."Erlan membawa anaknya ke sofa, diikuti oleh Keyla."Nih kalian buka aja, pelan pelan. dan jangan rebutan ya." Keduanya mengangguk kompak.Setelah mengatakan itu, tatapannya beralih ke Keyla yang berdiri di samping sofa."Duduk!!" titahnya kepada Keyla dan Keyla pun menurut."Terima kasih karena kamu sudah menjaga anak anak dengan baik," ucapnya."Sama sama pak, saya juga senang kok menjaga anak anak.""Saya juga ada oleh oleh buat kamu dan ibu kamu. nanti kamu bawa."Keyla menggeleng. menurutnya, ia tidak pantas mendapatkan hadiah dari bosnya sekaligus dosennya. ia ikhlas menjaga si kembar, lagian tiap bulan juga ia akan mendapatkan gaji juga."Tidak perlu repot-repot pak, saya ikhlas kok menjaga mereka," tolak Keyla secara halus."Saya juga ikhlas memberi oleh oleh ke kamu!!" sarkanya tegas, dengan mata yang tajam membuat Keyla membisu. Tidak berani melawan.Keyla menerima oleh oleh yang diberikan oleh Erlan dengan senang hati."Makasih banyak pak.""Hem." Hanya itu yang keluar dari mulut Erlan.Setelahnya, Keyla pamit untuk pulang ke rumah karena sudah lama meninggalkan ibunya di rumah."Biar diantar sama sopir aja," ucap Erlan yang sedang dalam mode baik hati."Tidak perlu pak, saya bisa naik ojek kok." Keyla merasa tidak enak jika harus diantar oleh sopir Erlan. terkesan ia memanfaatkan keadaan."Ini perintah!! dan tidak bisa dibantah!!" tegasnya."Baik pak, terima kasih banyak."***Si kembar tak mau ayahnya pergi ke kantor, entahlah tidak seperti biasanya, kedua anaknya itu sedang dalam mode rewel dan tidak mau ditinggal dirinya bahkan dengan Keyla saja tidak mau.Pada akhirnya, Erlan pun mengalah dan menjaga anaknya di dalam kamar. kebetulan si kembar memang sedang sakit dan jika sakit pasti mereka akan manja kepada ayahnya dan jarang mau dengan orang lain."Kamu bisa pulang atau jajan jalan ke mana, bebas!!" titahnya kepada Keyla."Baik pak," angguk Keyla senang.Keyla pun memutuskan untuk pulang karena memang si kembar tidak mau dengannya.***"Nak, papa panggil dokter ke sini, ya?" Erlan sangat khawatir dengan kondisi anak anaknya.Keduanya spontan menggeleng dengan cepat."Nggak mau!!""Kan kalian sakit, papa nggak mau ya kalau kalian kenapa napa.""Tapi, nggak mau minum obat!!""Nggak mau disuntik juga!!"Keduanya memang paling anti minum obat dan suntik. jika sakit, mereka juga sulit untuk diperiksa, dan pada akhirnya Erlan sendiri yang repot.Ia mendesah, andai istrinya tidak pergi meninggalkan dirinya dan mau bertahan dengannya. Pasti sekarang rumah tangganya begitu bahagia."Ya udah, kalian mau apa? kalau nggak mau, istirahat aja!!" titahnya yang sebenarnya capek. banyak pekerjaan yang harus ia kerjakan dan anaknya malah merecoki dirinya.Keduanya sama sama diam dan saling tatap."Apa?" desak Erlan."Mau ketemu sama mama," lirih keduanya kompak, membuat jantung Erlan hampir copot.Ia diam sejenak, berusaha menetralkan amarahnya. Jangan sampai ia memarahi kedua anak kembarnya."Kalian kan sakit, mending bobok aja ya. jangan kebanyakan mikir!!" titah Erlan mengalihkan. Sungguh pertanyaan itu sangat menyakitkan dan ia selalu berusaha untuk menghindari pertanyaan aneh tersebut."Tapi, kita mau mama. apa salah? di sekolah temen temen pada punya mama. dimasakin mama, Vina sama Vino juga mau, pa. kita mau sekolah dijemput mama dan jalan jalan sama mama. dipeluk dan disayang sama mama. iya kan, Vino?"Vino mengangguk, ia juga kadang iri dengan teman teman sebayanya yang memiliki mama. sedangkan dirinya dan Vina? melihat fotonya saja tidak pernah."Kita juga mau belajar sama mama, pa. tidur bareng mama dan papa juga. pasti enak," seloroh Vino membayangkan dirinya tidur bersama dengan kedua orang tuanya lengkap juga adik kembarnya. Pastinya ham itu sangat menyenangkan."Maafin papa ya, nak," lirih Erlan tak kuasa menahan air matanya.Jika bisa, ia juga akan menghalangi mantan istrinya yang lebih memilih karirnya dari pada keluarganya. Ia memang tidak bisa berbuat banyak saat itu."Tolong, jangan bahas mama kalian lagi!! mama sedang kerja jauh, dan kapan kapan pasti kalian akan ketemu sama mama kalian. tapi, papa mohon sama kalian ...""Apa, pa?" tanya keduanya kompak."Apa pun yang terjadi, jangan pernah tinggalkan papa. papa sayang sama kalian, papa sedih kalau kalian jauh dari papa. dari awal, hanya kalian yang papa punya, Vino dan Vina," pinta Erlan sendu.Kedua anak kembarnya saling pandang. Tentu saja, mereka tidak akan pernah meninggalkan papanya yang selalu ada untuk mereka dan mengurus mereka sejak bayi. Betapa beruntungnya mereka memiliki papa yang sayang dan baik seperti Erlan yang banyak perkejaannya, namun tetap mau mengurus anak anaknya. Wanita yang telah meninggalkan dirinya pasti akan menyesal nantinya."Tentu saja kami akan selalu bersama papa, kami nggak akan ke mana mana. kami kan sayang sama papa.""Iya pa, papa juga harus selalu sayang sama Vino dan Vina." Erlan mengangguk, hanya kedua anaknya yang selalu menjadi penyemangat hidupnya.***"Mama mama ..." lirih seorang gadis kecil dengan mata terpejam memanggil mamanya. Erlan menepuk pelan punggung putrinya pelan dengan perasaan sesak. Ia tidak bisa membayangkan kepedihan yang dirasakan oleh putrinya yang tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari ibunya. Jangankan kasih sayang, melihat saja tidak pernah. "Maafin papa, nak," bisiknya pelan. Ia akan melakukan apa saja untuk anaknya. Percayalah jika di luar ia dingin, maka tidak jika ia berada di rumah bersama keluarganya, maka ia akan hangat dan penuh kasih sayang. Dulu waktu ia masih bersama dengan ibu dari anak anaknya juga, ia adalah sosok lelaki yang ceria dan murah senyum tidak seperti sekarang yang sudah seperti tembok saja, datar dan dingin seperti kutub utara. "Semoga kalian bahagia selalu, nak." Erlan memeluk kedua anaknya. jika anak anak sedang sakit, ia memang tidur di kamar anaknya karena tidak tega meninggalkan kedua anak kembarnya dalam kondisi sakit meski hanya satu malam saja. ***Keesokan harinya,
Ting tong!!Keyla membukakan pintu rumah Erlan karena ada suara bel dan posisinya dekat dengan pintu. "Iya, sebentar.''Ceklek!!"Kamu!! ngapain kamu di sini!!" sentak wanita itu jengkel serta terkejut, sama hal yang dirasakan oleh Keyla. ia juga kaget kedatangan dosennya tiba tiba ke rumah Erlan. Wajar sih karena Erlan dan wanita ini satu kampus dan digosipkan memiliki hubungan. Entah itu benar atau tidak, yang jelas ia tidak peduli. "Silahkan masuk, Bu." Keyla tetep sopan, bagaimana pun juga, wanita itu adalah dosennya yang tak lain adalah Bu Maudy. Bu Maudy masuk begitu saja dengan lagak sombong dan seolah ia sudah terbiasa keluar masuk rumah Erlan. Keyla hanya menggeleng saja melihat itu, biasa namanya juga orang kaya ya suka enaknya sendiri. zaman sekarang memang jarang ditemukan orang kaya yang rendah hari dan suka menolong. "Vina!!" panggilnya manis kepada anak bungsu Erlan. wanita itu berusaha mendekati anak anak Erlan agar bisa bersama dengan Erlan karena hanya Erlan l
Maudy berisiul membawa rantang berisi makanan yang sudah ia masak untuk Erlan. Saat ini, ia berjalan di koridor kantor Erlan, dan kebetulan ayahnya juga rekan kerja Erlan. Jadi, tidak sulit baginya untuk dekat dengan Erlan. Bahkan ia juga meminta ayahnya untuk menjodohkan dirinya dengan Erlan, tapi ayahnya masih cukup waras, namun juga diusahakan. “Ayah sih pakai acara lemot!! Gue kan mau nikah sama Erlan biar makin enak!!” ucapnya menggerutu. Ia mengancam ayahnya kalau tidak menjodohkan dirinya dengan Erlan, maka ia akan bunuh diri. Kekanakan sekali!! “Pak Erlannya ada?” tanyanya sengit kepada salah satu karyawan di sana dengan gaya sombongnya.”Kamu tau kan siapa saya?” Wanita itu mengangguk, tau siapa wanita di hadapannya bukan lah orang sembarangan juga. Dari penampilannya juga terlihat jika Maudy adalah orang kaya dan tentunya satu crickel dengan Erlan. Bisa saja teman atau bahkan kekasihnya. “Ada Bu, beliau di ruangannya. Mari saya antar!” ajaknya. Maudy mengikuti langkah wani
"Eh ibu," ucap Keyla kikuk, ia menyalami mami Erlan yang berdiri membukakan pintu rumah Erlan. "Masuk!!" titah Marwa lembut, tidak seperti Erlan yang galak. "Makasih, Bu." "Kalian ke mana aja sih? kok lama banget? Oma kan sendirian di rumah?" rajuk Marwa pada kedua cucunya. "Hehehe maaf nek, kita main ke rumah kakak cantik," sahut keduanya kompak. Keyla tersenyum kaku, ia merasa tidak enak kepada ibu dari majikannya. buru buru ia meminta maaf karena takut dianggap lancang. "Maaf ya Bu, kalau saya kesannya lancang," mohon Keyla tak enak hati. "Nggak papa nak, kamu ini kaya sama siapa aja sih." Marwa menatap perempuan yang menjadi pengasuh cucunya itu dengan lekat dan lembut. "Kamu kok mau sih jadi pengasuh anaknya dosen kamu sendiri? jangan bilang karena ada ancaman?" tebak Marwa. Ia sangat tau betul sifat Erlan belakangan ini yang selalu arogant dan pemaksa. "Nggak kok, Bu. ini atas dasar kemauan saya sendiri. itung itung buat penghasilan tambahan," elak Keyla. ia takut nanti
Saat ini, si kembar berada di sebuah mall bersama dengan omanya karena tadi sebelum ke sini, Marwa sempat mengajak cucunya dan cucunya mau diajak ke mall karena ada acara arisan di sana. "Hai jeng, bawa cucu ya? duh lucunya. pengin saya bawa ke rumah deh," ucap salah satu temen Marwa dengan gaya sosialita. "Ya jangan dong!! nanti saya dimarahi sama anak saya," balas Marwa tersenyum. "Ih pelit," kikiknya."Nama kamu siapa, nak?" "Vina dan ini Vino," jawab Vina dengan cepat. sedangkan Vino hanya diam saja duduk di samping omanya. Sebenarnya ia malas bertemu dengan banya orang, tapi tadi Vina sempat memaksa dirinya untuk ikut, jadilah ia hanya bisa pasrah dari pada adiknya nangis. "Kasian ya ganteng dan cantik, tapi nggak punya ibu," celetuk salah satu dari mereka yang membuat wajah Vina dan Vino langsung murung. mereka paling sensitif jika ada yang membahas soal ibu. Marwa yang melihat itu pun ikut emosi. Ia memang tidak suka dengan cara bicara temannya yang menurutnya tidak bisa me
Keyla membuka matanya setelah mendengar bising bising dari luar, ia hafal suara itu, pasti itu suara si kembar dan neneknya. "Kenapa kembar dan ibu Marwa ada di sini?" gumamnya. ia jadi merasa tidak enak dengan ibu majikannya. Ia pun berusaha bangkit untuk menemui mereka di ruangan tengah. "Lo kok bangun, nak?" Marwa kaget karena melihat pengasuh cucunya itu bangun padahal sedang sakit dan ia merasa tidak enak. pasti karena ulah dirinya dan cucu cucunya. Kembar dan Rohimah pun menoleh, si kembar langsung tersenyum karena mengira jika Keyla sudah sembuh. "Yey!! kakak sembuh!!" pekik Vina yang diikuti oleh Vino. "Vina, Vino, duduk!!" titah Marwa kepada kedua cucu kembarnya dan keduanya pun menurut ucapan neneknya. "Baik, oma." Keduanya kembali duduk anteng di samping Marwa. "Kamu bangun, nak? apa ada yang sakit?" tanya Rohimah khawatir setelah Keyla duduk di sampingnya. "Iya Bu, nggak papa kok. udah mendingan," sahutnya karena tidak mau membuat tamunya kecewa. "Maaf ya Key ka
Marwa menatap Keyla dengan intens, ia bisa melihat kebaikan dalam diri Keyla. 'Cocok jadi mantu, tapi apakah dia mau dan Erlan juga sepertinya bakalan menolak,' batin Marwa. Ingin sekali ia menjodohkan Erlan dengan Keyla yang dirasa cocok, selain itu, Keyla juha sangat dekat dengan anak anak Erlan. "Eh ibu." Keyla kaget karena tidak melihat keberadaan Marwa di belakangnya. "Tidak apa apa, nak. Ibu cuma mau lihat cucu cucu ibu aja," ucap Marwa tersenyum manis dan Keyla pun mengangguk. "Kamu, udah punya kekasih?'' tanya Marwa tiba tiba. Mustahil jika Keyla tidak ada yang naksir cewej secantik dan sepintar Keyla. Keyla tertawa mendengar itu, mana ada yang mau dengan dirinya yang hanya gadis, biasa? Kebanyakan zaman sekarang ya memilih kekasih yang sepadan. "Belum ada bu, lagian mana ada yang mau sama Keyla? zaman sekarang kan banyak yang mandang fisik, dan latar belakangnya, bu.'' Marwa tercenung, ia tahu apa yang dimaksud oleh Keyla. "Iya sih, tapi nggak semua orang seperti itu j
Si kembar asyik mainan pasir ditemani oleh Keyla. Sedangkan Erlan dan Satria duduk anteng sambil meminum es kelapa muda. "Bos menurut bos Keyla itu gimana orangnya?" tanya Satria tiba tiba memnuat Erlan menyembur wajah Satria menggunakan air kelapanya spontan. "Aaa bos mah jorok!!" "Sorry, sengaja," ucapnya tertawa lirih, membuat Satria kesal dan meraup wajahnya menggunakan tisu. Untung saja di situ ada tisu. Erlan memicing, entah kenapa Satria bertanya seperti itu? "Kenapa, kamu nanya, dia? kamu suka sama, dia? kalau bisa jangan deh, saya rasa dia nggak bakalan mau nikah muda sama kamu." Satria mengerutkan dahinya, dari mana Erlan bisa tahu itu? "Lah saya itu cuma nanya bos, bukan suka sama dia. kalau pun suka juga tak masalah, bukan? dia kan beljm punya kekasih," sahut Satria membuat Erlan diam. Bingung mau menjawab apa. "Tapi, dia mau fokus sama kuliahnya dulu," ucapnya kembali, membuat Satria curiga jika Erlan jatuh cinta kepada mahasiswa dan juga pengasuh anak kembarnya se
Malam itu begitu tenang, hanya suara jam dinding yang terdengar di ruang tamu rumah Keyla dan Erlan. Keyla sedang duduk di sofa, bersandar sambil memegang perutnya yang sudah besar. Wajahnya tampak kelelahan setelah menjalani hari yang panjang. Di sebelahnya, Erlan sedang menonton televisi sambil sesekali melirik istrinya, merasa khawatir tapi mencoba tetap tenang. “Kamu baik-baik saja, Sayang?” tanya Erlan lembut, matanya penuh perhatian. Keyla tersenyum kecil, meski jelas ada ketegangan di wajahnya. “Aku baik-baik saja, cuma sedikit kram. Mungkin kontraksi palsu,” jawabnya, mencoba meredakan kecemasan Erlan. Namun, beberapa saat kemudian, rasa sakit yang sebelumnya hanya seperti kram ringan tiba-tiba berubah menjadi lebih intens. Keyla memegang erat perutnya dan mengerutkan kening, rasa nyeri itu datang tanpa peringatan. “Ahh…,” desah Keyla, menahan rasa sakit. Erlan segera mematikan televisi dan duduk lebih dekat. “Keyla, apa ini kontraksi? Sudah waktunya?” tanyanya panik, t
Pagi itu, langit cerah seakan merestui acara syukuran tujuh bulanan kehamilan Keyla. Di rumah mungilnya yang penuh dengan nuansa tradisional, ia dan suaminya, Andi, menanti kehadiran tamu-tamu terdekat yang sudah diundang. Sebuah tenda sederhana berhiaskan kain putih dan hijau dipasang di halaman depan, dengan meja-meja kecil dan kursi yang tersusun rapi.Tamu-tamu mulai berdatangan. Wajah-wajah ceria dari keluarga besar Keyla dan Andi menghiasi suasana pagi itu. Ibu Keyla dan mertua menyambut para tamu dengan hangat, mengenakan kebaya tradisional dengan senyum lembut yang tak pernah lepas dari wajahnya. Tak lama kemudian, para sahabat dan kerabat lain pun datang, membawa berbagai bingkisan dan makanan untuk syukuran."Selamat datang, Silahkan masuk," sambut Agam sambil mempersilahkan para tamunya masuk. Di dalam rumah, Keyla yang duduk dengan anggun di kursi, mengenakan kain batik khas Jawa yang dipadukan dengan kebaya berwarna hijau muda, tersenyum lembut menyambut para tamu.Setela
Beberapa bulan kemudian, kandungan Keyla semakin membesar dan bulan ini memasuki bulan ke tujuh dan rencananya mereka akan mengadakan acara syukuran di rumahnya dengan mengundang beberapa anak yatim di panti asuhan, lansia, tetangga dan juga kerabat mereka yang tak ketinggalan serta sahabat mereka. Rencananya akan digelar dua hari lagi. “Kak aku seneng banget deh bentar lagi dedek bayinya lahir. Pasti dia lucu dan sangat menggemaskan seperti aku yang ibunya,” celoteh Keyla sangat cerewet, membuat Erlan pusing. “Iya sayang, jangan lupa kalau aku ayahnya yang tak kalah tampan,” sahut Erlan yang sama sama percaya dirinya. Keduanya memang sama sama pasangan kompak dan serasi. Di dalam kamar yang remang-remang dengan pencahayaan lembut dari lilin, Keyla duduk di tepi ranjang, mengenakan baju tidur satin berwarna pastel. Erlan duduk di sampingnya, menggenggam tangannya. Angin sepoi-sepoi masuk dari jendela yang sedikit terbuka, membawa aroma bunga melati dari taman.Erlan tersenyum lem
Rohimah dan keysa datang ke rumah Keyla dengan membawa beberapa makanan yang mereka buat sendiri. “Ya ampun ibu kenapa bawa makanan banyak segala sih? Pasti ibu capek?” Walaupun berkata seperti itu, namun Keyla tak menolak makanan tersebut dan menerimanya. Ia tak kuasa menolak makanan apalagi buatan ibu dan adiknya. “Nggak kok, kan ada adik kamu juga yang bantu ibu. Kebanyakan juga dia yang buat. Kamu tau sendiri kan dia seorang pengusaha kue?” kata Rohimah yang membuat Keyla mengangguk. “Makasih ya jadi ngerepotin.” “Kakak ngomong apa sih? Siapa juga yang direpotin. Aku juga tau kalau kakak pasti mau kan?” tebak Keysa yang tepat sasaran. “Ya sudah ya sudah, ibu sama Keysa udah sarapan belum? Kalau belum, mari sarapan sama sama!” ajak Keyla. “Udah nggak usah, kami udah sarapan kok.” “Beneran?” Keyla memastikan. Awas saja mereka bohong. “Iya bener, kagak percaya banget sih orang satu ini,” dengkus Keysa.”Lagian kan kakak tau kalau di rumah ibu, subuh itu udah mateng semua maka
Erlan kembali ke Bogor dengan Satria untuk melihat lahan dan bangunan yang terbakar. “Kamu sudah menyelidiki?” tanya Erlan. “Sudah bos, sepertinya orang itu adalah salah satu bawahan mereka. Jadi ya siapa lagi coba dalangnya kalau bukan kakek mertua anda,” jawab Satria blak blakan tanpa filter. Erlan menatap tajam ke arah Satria yang kalau ngomong suka ngasal.”Heh jaga ya omongan lo!! Awas sampai bini gue denger. Mati lo nanti!!” “Ya gue tau, makanya gue nggak berani nyebut keluarga itu kalau di depan bu bos. Gue juga situasi kali.” Mereka kembali melanjutkan perjalanan meski agak macet karena berbarengan dengan orang yang mau berangkat kerja. “Kenapa pakai macet segala sih? Ini udah lewat tol juga tadi,” keluh Erlan kesal. “Sabar bos, orang sabar disayang mertua,” ledek Satria membuat Erlan semakin kesal. *** Dua jam kemudian, mereka telah sampai di lokasi. Di mana ada beberapa bagian yang terbakar, namun tidak semua. Erlan meminta penjelasan kepada salah sat
Setelah semua pekerjaan selesai, Erlan langsung pulang ke Jakarta karena ia takut istrinya kenapa napa di rumah. Ya meski di sana dia tidak sendirian, namun tetap saja ia tak tega meninggalkan istrinya lama lama apalagi dalam kondisi mengandung anaknya. “Nanti mampir di toko oleh oleh, aku mau beli makanan buat istriku dan orang orang rumah,” titah Erlan kepada sang asisten. “Siap bos.” Di sisi lain, Keyla sendirian di dalam kamar sambil menunggu suaminya dengan bosan. Ia bingung mau melakukan apa karena semuanya terasa membosankan. Ia menghela nafasnya panjang, ia merasa kesepian tidak ada sang suami di sisinya. “Kak Erlan kenapa lama sih? Aku kan jadi kangen sama dia,” ucapnya sambil mengelus perutnya yang sedikit menonjol. “Sabar ya dek ya, papa sebentar lagi pulang kok.” Ia pun memilih memejamkan matanya karena matanya terasa berat. ***“Sayang maafin aku ya karena semalam pulang jam sepuluh dan kamu udah tidur,” ucap Erlan merasa bersalah. Apalagi istrinya sedari tadi han
Bi Siyah mengetuk pintu kamar majikannya. Di tangannya ada sebuah paket yang baru saja dikirimkan oleh kurir yang katanya buat majikannya. Sedangkan Keyla yang berada di dalam langsung membukakan pintu kamarnya setelah mendengar ketukan pintu dari luar. “Iya sebentar,” ucap Keyla dari dalam. “Ada apa bi?” tanya Keyla saat sudah membuka pintu kamarnya. Mereka duduk di kursi yang tak jauh dari pintu kamar Keyla. “Maaf mengganggu waktunya nyonya,” ucap bi Siyah merasa tak enak. Keyla menggeleng seraya tersenyum.”Ah nggak kok bi.” “Ooo iya ini ada paket dari kurir Nyonya, katanya buat Nyonya,” ucapnya sambil memberikan paket yang ada di tangannya. “Lo paket? Kok bisa? Perasaan aku nggak pesen deh. Erlan juga pastinya nggak bakalan pesen paket.” Walau begitu, ia tetap menerimanya. “Ya udah sini bi, makasih ya.” “Sama sama nyonya, kalau begitu saya permisi. Mau melanjutkan pekerjaan saya,” pamit Bik Siyah. Keyla mengangguk. “Kalau capek istirahat bik, jangan dip
Keyla dan Erlan memasuki ruangan pemeriksaan karena hari ini adalah jadwal cek up kandungan Keyla pertama kalinya dan Erlan tak mau melewatkan hal itu. “Siang tuan dan nyonya, silahkan duduk!!” kata sang dokter wanita. Keduanya pun duduk, Keyla diminta berbaring di brangkar dan memulai pemeriksaan. Setelah memeriksa semuanya, sang dokter itu menjelaskan keadaan calon anak mereka. “Alhamdulillah keadaan kandungan nyonya baik baik saja. Saran saya pertahankan makanan sehat dan juga vitamin kehamilan. Hindari kerja berat berat dan juga memikirkan hal yang membuatnya stres. Jadi tuan juga harus menjaga emosi nyonya, jangan sampai dia stres. Pastikan nyonya bahagia selalu,” papar sang dokter. “Semua terjamin kalau hidup sama saya dan dia pasti akan bahagia selalu!!” tegas Erlan, membuat dokter itu meringis. “Iya tuan, saya percaya.” Keyla hanya diam saja. Kemudian Keyla menerima resep vitamin yang harus ditebusnya. “Dok,” panggil Erlan saat mau berdiri. Dokter itu mendongak.”Saya ma
Dua minggu kemudian, Ellia sudah kembali ke negara di mana ia menimba ilmu karena tak bisa lama lama di rumah dan harus segera menyelesaikan tugasnya agar ia bisa cepat cepat kembali ke negaranya. Keyla menatap wajah adiknya yang nampak sendu. Ia pun bertanya kepada sang adik. “Ada apa? Kok wajah kamu kaya sedih gitu? Katanya kamu mau ngomong penting, tentang apa? Butuh sesuatu? Ngomong sama kakak.” Keysa menggeleng, hasil dari usahanya sangat cukup untuk kebutuhan dirinya.”Terus kenapa?” Keysa nampak menghembuskan nafasnya kasar.”Dia kembali,” lirih Keysa. “Dia siapa?” Alis Keyla bertaut. Walau sebenarnya ia bisa menebak siapa dia? Dari raut wajah sang adik saja ia bisa tahu.”Apa yang dia lakukan sama kamu dan ibu? Di mana kamu bertemu? Karena selama ini dia ada tapi tidak ada buat kita!!” Ya … yang mereka maksud adalah ayah mereka yang sudah lama bahagia dengan keluarga barunya. Meninggalkan mereka bahkan sejak Keysa bayi. Keyla sangat paham dengan perasaan adiknya.