Marwa menatap Keyla dengan intens, ia bisa melihat kebaikan dalam diri Keyla. 'Cocok jadi mantu, tapi apakah dia mau dan Erlan juga sepertinya bakalan menolak,' batin Marwa. Ingin sekali ia menjodohkan Erlan dengan Keyla yang dirasa cocok, selain itu, Keyla juha sangat dekat dengan anak anak Erlan. "Eh ibu." Keyla kaget karena tidak melihat keberadaan Marwa di belakangnya. "Tidak apa apa, nak. Ibu cuma mau lihat cucu cucu ibu aja," ucap Marwa tersenyum manis dan Keyla pun mengangguk. "Kamu, udah punya kekasih?'' tanya Marwa tiba tiba. Mustahil jika Keyla tidak ada yang naksir cewej secantik dan sepintar Keyla. Keyla tertawa mendengar itu, mana ada yang mau dengan dirinya yang hanya gadis, biasa? Kebanyakan zaman sekarang ya memilih kekasih yang sepadan. "Belum ada bu, lagian mana ada yang mau sama Keyla? zaman sekarang kan banyak yang mandang fisik, dan latar belakangnya, bu.'' Marwa tercenung, ia tahu apa yang dimaksud oleh Keyla. "Iya sih, tapi nggak semua orang seperti itu j
Si kembar asyik mainan pasir ditemani oleh Keyla. Sedangkan Erlan dan Satria duduk anteng sambil meminum es kelapa muda. "Bos menurut bos Keyla itu gimana orangnya?" tanya Satria tiba tiba memnuat Erlan menyembur wajah Satria menggunakan air kelapanya spontan. "Aaa bos mah jorok!!" "Sorry, sengaja," ucapnya tertawa lirih, membuat Satria kesal dan meraup wajahnya menggunakan tisu. Untung saja di situ ada tisu. Erlan memicing, entah kenapa Satria bertanya seperti itu? "Kenapa, kamu nanya, dia? kamu suka sama, dia? kalau bisa jangan deh, saya rasa dia nggak bakalan mau nikah muda sama kamu." Satria mengerutkan dahinya, dari mana Erlan bisa tahu itu? "Lah saya itu cuma nanya bos, bukan suka sama dia. kalau pun suka juga tak masalah, bukan? dia kan beljm punya kekasih," sahut Satria membuat Erlan diam. Bingung mau menjawab apa. "Tapi, dia mau fokus sama kuliahnya dulu," ucapnya kembali, membuat Satria curiga jika Erlan jatuh cinta kepada mahasiswa dan juga pengasuh anak kembarnya se
Keyla gelagapan karena bukan dirinya yang melakukan, melainkan Maudy sendiri yang menyakiti diri sendiri. “Erlan kami tau kan kalau mahasiswa kamu yang satu ini itu sudah kurang ajar sama aku, intinya aku mau dia dikeluarkan dari sini!!” “Pak, tapi bukan saya yang melakukannya. Bu Maudy sendiri yang menampar wajahnya sendiri!!” bantah Keyla tak terima. “Kamu gila!! Mana mungkin ada orang yang melukai dirinya sendiri!! Kalai salah ya ngaku salah, jangan malah membantah!!” sahut Erlan yang lebih percaya kepada Maudy dibandingkan dengan Keyla dan membuat Maudy senang. Akhirnya, Erlan percaya pada dirinya juga. “Awsss!! Sakit,’’ ringis Maudy berpura pura sakit agar menarik perhatian Erlan, laki laki yang menjadi pujaan hatinya. “Minta maaf sama Maudy sekarang!!” titah Erlan tegas. Keyla menghela nafasnya panjang, bukan tidak mau meminta maaf, tapi memang dirinya di sini posisinya tidak salah. “Pak, tapi saya tidak salah di sini. Bu Maudy sendiri yang melakukan itu,” ucap Keyla yang
Maudy merasa senang karena pada akhirnya pihak kampus mengeluarkan Keyla dari kampus dan berita itu membuat semua dosen dan mahasiwa heboh, karena pasalnya selama ini, Keyla merupakan mahasiwi teladan dan sudah beberapa kali memgharumkan nama kampus dan semakin maju, namun tiba tiba saja Keyla dikeluarkan tanpa alasan yang jelas. Banyak dari mereka yang mengenal Keyla adalah gadis yamg baik, rajin, dan ramah, tidak mungkin ia tega melukai dosennya sendiri. apalagi pada bu Maudy, banyak dari mereka yang sudah menerka jika bu Maudy lah yang berulah dan tega membuat Keyla keluar dari kampus. ini sangat keterlaluan dan tidak adil!! "Masa sih Keyla beneran dikeluarkan dari kampus?" "Iya, beritanya udah nyebar ke mana mana dan katanya sih karena nampar bu Maudy." "Antara percaya nggak percaya sih kalau urusannya sama bu dosen itu, sedangkan yang kita tau Keyla itu anak baik baik dan gue rasa sebejat bejatnya orang, mana berani nampar dosennya sendiri." "Iya sih, apalagi selama ini, bu
"Maaf," lirihnya merasa bersalah. setelah satu minggu, Erlan tidak bertemu dengan Keyla, dan itu membuat ia merasa bersalah sekaligus mendapatkan amukan dari ibu dan kedua anak kembarnya. Erlan berdiri di depan rumah Keyla yang nampak sepi, karena ibu dan adik Keyla yang bernama Keysa sedang berkunjung ke rumah saudaranya yang ada di Sukabumi dan Keyla memilih diam di rumah saja. Keyla kaget karena kedatangan dosen sekaligus bosnya yang tiba tiba dan mengucapkan kata maaf. Beberapa kali, Keyla memgerjapkan matanya merasa heran dan juga aneh. apa laki laki di hadapannya itu sedang kesambet? "Mari masuk, pak." Keyla mempersilhkan dosennya masuk terlebih dahulu, meski sebenernya ini tidak bisa dibernakan karena ia seorang gadis dan menerima tamu laki laki dewasa dan di rumah hanya berdua saja. apalagi di lingkungannya yang sangat menunjung tinggi norma dan agama. Keyla membuka pintunya agar tidak begitu menimbulkan fitmah, di lingkungannya warganya sangat ganas. apa yang mereka lihat
Beberapa hari kemudian, Keyla telah kembali ke kampus atas persetujuan semua dosen. mereka juga msrasa bersalah kepada Keyla karena nama Keyla sangat membanggakan nama kampus mereka dan semakin terkenal. Namun, tidak dengan Maudy yang merasa kesal dan terancam karena Erlan mati matian membela Keyla dan ia benci akan hal itu. tidak bisa dibiarkan begitu saja, apq yang ia inginkan harus ia dapatkan meski harus dengan cara kotor sekalipun. "Kamu boleh senang sekarang, tapi tidak dengan nanti. jangan seneng dulu, karena saya pastikan kamu tidak akan pernah bisa bersanding dengan Erlan. karena dia hanya milikku, bukan kamu atau yang lain," ucap Maudy saat berpapasan dengan Keyla. Maudy menatap tidak suka ke arah Keyla, dan Keyla hanya biasa saja karena merasa tidak mengingibkan Erlan. Maudy saja yang terlalu takut tidak mendapatkan apa yang ia mau. sama saja cupu!!"Halo bu, apa kabar? masih baik, kan?" tanya Vera songong. Ia tidak suka dengan dosen satu ini yang terkesan arogant sekali.
Semua orang yang ada di situ kaget mendengar ucapan si kembar yang mengatakan kata mama kepada Keyla, terutama Erlan dan kedua orang tuanya, mereka merasa tidak enak pun dengan Keyla yang takut keluarga Erlan mengira jika ia yang menyuruh anak anak memanggil dirinya dengan sebutan mama. “Vina, Vino!!” tegur Erlan yang tak suka jika anak anaknya berbicara yang aneh aneh. “Apa sih, pa!! Kami masih marah sama papa!!” ucap keduanya kompak yang membuat Erlan mendesah. Anak anak kalau ngambek memang suka lama. “Maaf kalau kedatangan kami mengganggu,” ucap Keyla merasa tidak enak. “Nggak sama sekali kok, nak. Kamu apa, kabar? Udah kembali kuliah?” tanya Marwa memastikan. Keyla tersenyum ramah menatap bu Marwa. Wanita itu memang terkenal sangat baik dan ramah hingga tak heran jika banyak yang menyukainya. “Alhamdulillah baik, bu. Ibu sendiri gimana?” tanya balik Keyla yang sudah dipersilahkan untuk duduk bersama dengan adik perempuannya. “Mama!!” panggil Vina sekali lagi yang membuat s
“Bagaimana para saksi, sah?” “Sah!!” “Alhamdulillah.” Akhirnya Erlan dan Keyla resmi menikah di sebuah masjid dekat rumah Keyla secara sederhana, namun sakral dan hanya dihadiri oramg terdekat saja karena keinginan Keyla. Keyla menangis antara bahagia juga sedih, ia menikah tanpa ada rasa cinta dan ia juga sudah terikat perjanjian dengan Erlan yang kini resmi menjadi suaminya dan hanya mereka berdua saja yang tahu. Keduanya pun bertanda tangan, setelah itu, mereka mencium tangan orang tua mereka yang hadir di sana. Ada ayah kandung Keyla juga, namun hanya sebentar saja dengan dalih kerjaan yang membuatnya langsung pergi begitu saja. “Kalian sudah resmi menjadi suami istri, jadi perlakulan istri kamu dengan baik. Jangan sakiti dia!!” ucap Marwa kepada anak laki lakinya dan hanya diangguki oleh Erlan. Untuk saat ini pikirannya sangat kacau, tadi pada saat ijab qabul, ia sangat grogi, padahal ia sudah pernah mengalaminya. Ia merasa akad nikah kali ini berbeda dari sebelumnya saat d
Malam itu begitu tenang, hanya suara jam dinding yang terdengar di ruang tamu rumah Keyla dan Erlan. Keyla sedang duduk di sofa, bersandar sambil memegang perutnya yang sudah besar. Wajahnya tampak kelelahan setelah menjalani hari yang panjang. Di sebelahnya, Erlan sedang menonton televisi sambil sesekali melirik istrinya, merasa khawatir tapi mencoba tetap tenang. “Kamu baik-baik saja, Sayang?” tanya Erlan lembut, matanya penuh perhatian. Keyla tersenyum kecil, meski jelas ada ketegangan di wajahnya. “Aku baik-baik saja, cuma sedikit kram. Mungkin kontraksi palsu,” jawabnya, mencoba meredakan kecemasan Erlan. Namun, beberapa saat kemudian, rasa sakit yang sebelumnya hanya seperti kram ringan tiba-tiba berubah menjadi lebih intens. Keyla memegang erat perutnya dan mengerutkan kening, rasa nyeri itu datang tanpa peringatan. “Ahh…,” desah Keyla, menahan rasa sakit. Erlan segera mematikan televisi dan duduk lebih dekat. “Keyla, apa ini kontraksi? Sudah waktunya?” tanyanya panik, t
Pagi itu, langit cerah seakan merestui acara syukuran tujuh bulanan kehamilan Keyla. Di rumah mungilnya yang penuh dengan nuansa tradisional, ia dan suaminya, Andi, menanti kehadiran tamu-tamu terdekat yang sudah diundang. Sebuah tenda sederhana berhiaskan kain putih dan hijau dipasang di halaman depan, dengan meja-meja kecil dan kursi yang tersusun rapi.Tamu-tamu mulai berdatangan. Wajah-wajah ceria dari keluarga besar Keyla dan Andi menghiasi suasana pagi itu. Ibu Keyla dan mertua menyambut para tamu dengan hangat, mengenakan kebaya tradisional dengan senyum lembut yang tak pernah lepas dari wajahnya. Tak lama kemudian, para sahabat dan kerabat lain pun datang, membawa berbagai bingkisan dan makanan untuk syukuran."Selamat datang, Silahkan masuk," sambut Agam sambil mempersilahkan para tamunya masuk. Di dalam rumah, Keyla yang duduk dengan anggun di kursi, mengenakan kain batik khas Jawa yang dipadukan dengan kebaya berwarna hijau muda, tersenyum lembut menyambut para tamu.Setela
Beberapa bulan kemudian, kandungan Keyla semakin membesar dan bulan ini memasuki bulan ke tujuh dan rencananya mereka akan mengadakan acara syukuran di rumahnya dengan mengundang beberapa anak yatim di panti asuhan, lansia, tetangga dan juga kerabat mereka yang tak ketinggalan serta sahabat mereka. Rencananya akan digelar dua hari lagi. “Kak aku seneng banget deh bentar lagi dedek bayinya lahir. Pasti dia lucu dan sangat menggemaskan seperti aku yang ibunya,” celoteh Keyla sangat cerewet, membuat Erlan pusing. “Iya sayang, jangan lupa kalau aku ayahnya yang tak kalah tampan,” sahut Erlan yang sama sama percaya dirinya. Keduanya memang sama sama pasangan kompak dan serasi. Di dalam kamar yang remang-remang dengan pencahayaan lembut dari lilin, Keyla duduk di tepi ranjang, mengenakan baju tidur satin berwarna pastel. Erlan duduk di sampingnya, menggenggam tangannya. Angin sepoi-sepoi masuk dari jendela yang sedikit terbuka, membawa aroma bunga melati dari taman.Erlan tersenyum lem
Rohimah dan keysa datang ke rumah Keyla dengan membawa beberapa makanan yang mereka buat sendiri. “Ya ampun ibu kenapa bawa makanan banyak segala sih? Pasti ibu capek?” Walaupun berkata seperti itu, namun Keyla tak menolak makanan tersebut dan menerimanya. Ia tak kuasa menolak makanan apalagi buatan ibu dan adiknya. “Nggak kok, kan ada adik kamu juga yang bantu ibu. Kebanyakan juga dia yang buat. Kamu tau sendiri kan dia seorang pengusaha kue?” kata Rohimah yang membuat Keyla mengangguk. “Makasih ya jadi ngerepotin.” “Kakak ngomong apa sih? Siapa juga yang direpotin. Aku juga tau kalau kakak pasti mau kan?” tebak Keysa yang tepat sasaran. “Ya sudah ya sudah, ibu sama Keysa udah sarapan belum? Kalau belum, mari sarapan sama sama!” ajak Keyla. “Udah nggak usah, kami udah sarapan kok.” “Beneran?” Keyla memastikan. Awas saja mereka bohong. “Iya bener, kagak percaya banget sih orang satu ini,” dengkus Keysa.”Lagian kan kakak tau kalau di rumah ibu, subuh itu udah mateng semua maka
Erlan kembali ke Bogor dengan Satria untuk melihat lahan dan bangunan yang terbakar. “Kamu sudah menyelidiki?” tanya Erlan. “Sudah bos, sepertinya orang itu adalah salah satu bawahan mereka. Jadi ya siapa lagi coba dalangnya kalau bukan kakek mertua anda,” jawab Satria blak blakan tanpa filter. Erlan menatap tajam ke arah Satria yang kalau ngomong suka ngasal.”Heh jaga ya omongan lo!! Awas sampai bini gue denger. Mati lo nanti!!” “Ya gue tau, makanya gue nggak berani nyebut keluarga itu kalau di depan bu bos. Gue juga situasi kali.” Mereka kembali melanjutkan perjalanan meski agak macet karena berbarengan dengan orang yang mau berangkat kerja. “Kenapa pakai macet segala sih? Ini udah lewat tol juga tadi,” keluh Erlan kesal. “Sabar bos, orang sabar disayang mertua,” ledek Satria membuat Erlan semakin kesal. *** Dua jam kemudian, mereka telah sampai di lokasi. Di mana ada beberapa bagian yang terbakar, namun tidak semua. Erlan meminta penjelasan kepada salah sat
Setelah semua pekerjaan selesai, Erlan langsung pulang ke Jakarta karena ia takut istrinya kenapa napa di rumah. Ya meski di sana dia tidak sendirian, namun tetap saja ia tak tega meninggalkan istrinya lama lama apalagi dalam kondisi mengandung anaknya. “Nanti mampir di toko oleh oleh, aku mau beli makanan buat istriku dan orang orang rumah,” titah Erlan kepada sang asisten. “Siap bos.” Di sisi lain, Keyla sendirian di dalam kamar sambil menunggu suaminya dengan bosan. Ia bingung mau melakukan apa karena semuanya terasa membosankan. Ia menghela nafasnya panjang, ia merasa kesepian tidak ada sang suami di sisinya. “Kak Erlan kenapa lama sih? Aku kan jadi kangen sama dia,” ucapnya sambil mengelus perutnya yang sedikit menonjol. “Sabar ya dek ya, papa sebentar lagi pulang kok.” Ia pun memilih memejamkan matanya karena matanya terasa berat. ***“Sayang maafin aku ya karena semalam pulang jam sepuluh dan kamu udah tidur,” ucap Erlan merasa bersalah. Apalagi istrinya sedari tadi han
Bi Siyah mengetuk pintu kamar majikannya. Di tangannya ada sebuah paket yang baru saja dikirimkan oleh kurir yang katanya buat majikannya. Sedangkan Keyla yang berada di dalam langsung membukakan pintu kamarnya setelah mendengar ketukan pintu dari luar. “Iya sebentar,” ucap Keyla dari dalam. “Ada apa bi?” tanya Keyla saat sudah membuka pintu kamarnya. Mereka duduk di kursi yang tak jauh dari pintu kamar Keyla. “Maaf mengganggu waktunya nyonya,” ucap bi Siyah merasa tak enak. Keyla menggeleng seraya tersenyum.”Ah nggak kok bi.” “Ooo iya ini ada paket dari kurir Nyonya, katanya buat Nyonya,” ucapnya sambil memberikan paket yang ada di tangannya. “Lo paket? Kok bisa? Perasaan aku nggak pesen deh. Erlan juga pastinya nggak bakalan pesen paket.” Walau begitu, ia tetap menerimanya. “Ya udah sini bi, makasih ya.” “Sama sama nyonya, kalau begitu saya permisi. Mau melanjutkan pekerjaan saya,” pamit Bik Siyah. Keyla mengangguk. “Kalau capek istirahat bik, jangan dip
Keyla dan Erlan memasuki ruangan pemeriksaan karena hari ini adalah jadwal cek up kandungan Keyla pertama kalinya dan Erlan tak mau melewatkan hal itu. “Siang tuan dan nyonya, silahkan duduk!!” kata sang dokter wanita. Keduanya pun duduk, Keyla diminta berbaring di brangkar dan memulai pemeriksaan. Setelah memeriksa semuanya, sang dokter itu menjelaskan keadaan calon anak mereka. “Alhamdulillah keadaan kandungan nyonya baik baik saja. Saran saya pertahankan makanan sehat dan juga vitamin kehamilan. Hindari kerja berat berat dan juga memikirkan hal yang membuatnya stres. Jadi tuan juga harus menjaga emosi nyonya, jangan sampai dia stres. Pastikan nyonya bahagia selalu,” papar sang dokter. “Semua terjamin kalau hidup sama saya dan dia pasti akan bahagia selalu!!” tegas Erlan, membuat dokter itu meringis. “Iya tuan, saya percaya.” Keyla hanya diam saja. Kemudian Keyla menerima resep vitamin yang harus ditebusnya. “Dok,” panggil Erlan saat mau berdiri. Dokter itu mendongak.”Saya ma
Dua minggu kemudian, Ellia sudah kembali ke negara di mana ia menimba ilmu karena tak bisa lama lama di rumah dan harus segera menyelesaikan tugasnya agar ia bisa cepat cepat kembali ke negaranya. Keyla menatap wajah adiknya yang nampak sendu. Ia pun bertanya kepada sang adik. “Ada apa? Kok wajah kamu kaya sedih gitu? Katanya kamu mau ngomong penting, tentang apa? Butuh sesuatu? Ngomong sama kakak.” Keysa menggeleng, hasil dari usahanya sangat cukup untuk kebutuhan dirinya.”Terus kenapa?” Keysa nampak menghembuskan nafasnya kasar.”Dia kembali,” lirih Keysa. “Dia siapa?” Alis Keyla bertaut. Walau sebenarnya ia bisa menebak siapa dia? Dari raut wajah sang adik saja ia bisa tahu.”Apa yang dia lakukan sama kamu dan ibu? Di mana kamu bertemu? Karena selama ini dia ada tapi tidak ada buat kita!!” Ya … yang mereka maksud adalah ayah mereka yang sudah lama bahagia dengan keluarga barunya. Meninggalkan mereka bahkan sejak Keysa bayi. Keyla sangat paham dengan perasaan adiknya.