“Papa, Vina mau jalan jalan sama papa dan mama kaya temen temen,” ucap Vina kepada ayahnya. Tadi, saat dirinya di sekolah teman temannya banyak bercerita jika mereka jalan jalan bersama dengan orang tuanya, membuat Vina juga ingin merasakan seperti teman temannya. “Jalan jalan ke mana, nak?” tanya Erlan. Ia akan melakukan apa saja untuk membuat putrinya bahagia. Apalagi akhir akhir ini, ia memang kerap kali sibuk dan mungkin sedikit abai pada anak anaknya. “Ya ke mana aja yang seru, pa.” Erlan mengangguk. Tentu saja ia akan meluangkan waktunya untuk anak anaknya karena tak ada yang lebih berharg dari pada mereka. “Ya udah tapi nanti ya nunggu waktu kerja papa longgar,” jawab Erlan. Vina menganggukkan kepalanya dengan senang. Audah tak sabar untuk jalan jalan seperti teman temannya di sekolah. “Makasih papa.” Erlan mengangguk. Ia jadi merasa bersalah karena tak ada waktu mengajak anak anaknya jalan jalan. Harusnya di usianya seperti itu perlu kasih sayang ĺebih darinya sebagai seor
“Papa juga nak, kan papa yang nyari uang buat kalian makan,” protes Erlan tak terima. Anaknya selalu membanggakan Keyla saja, padahal ada andil dalam dirinya. “Ya elah bos jealous nih ceritanya?” kata Satria menggoda bosnya yang sedang dalam mode cemburu. Lucu sekali pikirnya. “Apa sih lo, nggak usah ikut campur selain urusan pekerjaan!!’’ “Ah elah bos mah nggak asyik amat sih,” keluh Satria. Bekerja dengan Erlan memang selalu dalam mode serius. Kalau begini terus yang ada ia cepat tua nanti. ***Merek masuk ke dalam sebuah restoran mewah yang ada di tengah tengah sawah, terdapat aliran sungai yang jernih. Banyak ikan ikan yang menari nari di sana. Vina dan Vano nampak tersenyum cerah, tap dapat dibohongi jika mereka sangat bahagia terlihat jelas diraut wajahnya. Satria memesan makanan sesuai keinginan mereka. Setelah itu, ia kembali duduk bersama dengan mereka. Namun, dengan kurang ajarnya ia duduk di tengah antara Keyla dan Erlan, membuat laki laki yang gampang naik darah alias
Keyla merasa senang karena mendapatkan hadiah dari anak anaknya di hari ulamg tahunnya. Ia tak menyangka jika anak sambungnya akan seantusias ini membuat kejutan untuk dirinya bersama dengan Satria. “Makasih banyak ya, mama suka,” ucap Keyla tak henti hentinya bersyukur memiliki anak sambung yang pintar dan baik seperti mereka. Mungkin saja mereka persis seperti ibu mereka karena jika menurun pada Erlan rssanya sangat mustahil. Ah iya Keyla hampir lupa jika ibu kandung anak anak kan seorang model terkenal dan juga dermawan. Ia paham dan beritanya seliweran di semua media dan mengatakan jika model yang tak lain ibu kandung si kembar itu sangat dermawan. Keyla memeluk dan mencium si kembar. Ia bahagia sekali bisa mengenal mereka. Meski mereka tumbuh tanpa kasih sayang ibu, tapi mereka berhasil menjadi anak anak yang baik dan pengertian karena kakek neneknya. Lagi lagi, Keyla memuji orang lain dari pada Erlan, suaminya sendiri. Ia tak yakin karena menurutnya Erlan itu arogant dan suka
Erlan dan Ellia sampai di rumah orang tuanya yang tak jauh dari rumah Erlan, nampak wajah Ellia yang senang karena di sana sudah ada orang tuanya, dua keponakannya dan satu lagi seorang perempuan yang hampir seumuran dengannya, ah itu pasti istri baru kakaknya. “Cantik banget kakak ipar gue,” ucap Ellia berdecak kagum dan didengar oleh kakaknya yang membuat Erlan menatapnya jengah. Ia seakan bisa menebak isi pikiran adiknya yang bakalan meracuni otak istrinya. “Jangan aneh aneh, dia istri kakak.” “Ya elah posesif amat sih, istri kakak juga kakak ipar gue kan,’ jawab Ellia yang jalan lebih dulu. Meninggalkan kakaknya yang membawakan kopernya. Memang adik durjana. “Kangen papi sama mami,” ucap Ellia yang memeluk kedua orang tuanya. Ia senang karena bisa pulang ke tanah air dan bertemu dengan keluarganya. Biasanya hanya Erlan dan orang tuanya saja yang menengok dirinya di lusr negeri. “Anak papi udah gede, jadi kapan nikah nih?” goda Agam, ayahnya. Ellia yang mendengar itu langsun
Ellia bersama dengan Keyla berada di ruang tamu yang ada di rumah Erlan. Saat ini mereka bersantai di sana dan ada si kembar yang sedang asyik bermain bersama teman teman seusia mereka. “Kamu mau berapa lama di sini?” tanya Keyla kepada Ellia yang asyik memakan brownies buatan Keyla. “Ya mungkin dua sampai tiga bulanan kak, kenapa?” jawab Ellia yang kemudian bertanya kepada kakak iparnya. “Ya nggak papa, suka aja kalau ada kamu di sini. Aku jadi ada barengnya.” “Emang nggak punya temen, ya?” “Ya banyak sih kalau temen. Ada yang deket banget namanya Ayunda sama Vera. Hanya saja kan aku nggak boleh keluar tanpa izin kakak kamu,” decaknya kesal karena Erlan selalu melarang dirinya keluar tanpanya, padahal dengan kedua sahabatnya. “Hahahaha itu salah satu sifat minus kak Erlan. Dia itu posesif. Tapi gitu gitu dia sayang lo sama kakak,” ucapnya sambil tertawa membuat Keyla cemberut. Sayang dari mananya coba? Dia saja tidak tahu hubungannya dengan Erlan karena apa. “Dia itu pelit sa
“Minggu depan kita ada meeting di Ln dan bos harus ikut,” ucap Satria memberikan laporan kepada bosnya. “Males banget, kenapa harus ke sana?” sahut Erlan. Ia paling malas pergi ke sana lantaran di negara itu ada di mantan, meski belum pasti mereka bertemu di sana. Hanya saja ia malas satu negara dengan wanita yang telah memberikan luka padanya. “Ya elah, jangan bilang takut ada mantan sama doinya?” tebak Satria blak blakan. Erlan mendelik tajam ke arah Satria. “Nggak ya, ngapain takut. Sama sama manusia, kan? Sama sama udah ada kehidupan masing masing dan nggak ada yang perlu ditakutkan,” jawab Erlan tegas. Satria manggut manggut. Takut aja si bosnya kembàli sama si mantan kan bisa berabe. Kasian Keyla, meski dia ada niat untuk menggantikan posisi Erlan. ***Keyla menatap Dimas yang memberikan buket bunga untuk dirinya sebagai kado di hari ulang tahunnya. “Ini apa, kak?’’ tanya Keyla bingung. Hari ulang tahunnya kan sudah lewat. “Buket,” jawab Dimas. “Iya tahu kak, tapi untuk
Ellia menatap sale pisang di rumahnya dengan mata yang berbinar lebar karena ia juga sangat menyukai satu makanan ini. Sudah lama rasanya ia tak makan makanan ini dan sangat menggugah selera. “Wah ada makanan enak, dari mana tuh?” pekik Ellia heboh membuat kedua orang tuanya geleng geleng kepala. “Nggak usah teriak teriak bisa El?” tegur Marwa yang rasanya jantungnya mau lepas dari tempatnya. Ellia hanya nyengir saja dan tak merasa bersalah sama sekali. Ia malah menyomot sale pisang tersebut. Ia tahu sale itu dari siapa. “Kalau aku jualan ini di luar negeri pasti laku,” ucapnya. “Emang kamu bisa jualan? Pasti kamu gengsi,” ucap Agam yang membuat Ellia memberengut. Kenapa ayahnya tidak percaya pada dirinya. “Papi nggak percaya? Di sana juga aku sambil jualan online kok,” ucapnya keceplosan. Ya selama di sana ia sambil jualan online baju, tas, sepatu, kosmetik halal di sana dan tidak ada pernah memberitahukan profesi sampingannya itu. Itung itung buat tambah tambah jajan
Seorang wanita baru saja turun dari bandara dengan menyeret sebuah koper besar yang berisi pakaiannya. Ia menghela nafas panjang karena sudah lama, ia tak menginjakkan kaki di tanah kelahirannya tercinta. Hanya sesekali saja saat ada pemotretan di Indonesia ia akan mampir ke rumahnya dan hanya beberapa hari saja, paling lama hanya lima hari. Lima tahun sudah ia berada di negara orang dan berprofesi sebagai modeling internasional yang memiliki kepadatan jadwal pemotretan. Ia kembali ke Indonesia karena satu tuajuan. “Kenapa gue jadi ragu mau menemui mereka ya?” Ia ragu jika mantan suaminya berkenan bertemu dengannya dan anak anak.”Apa anak anak sudah sebesar itu?” lanjutnya saat ada anak laki laki dan perempuan yang berkisar lima tahunan berjalan bersama dengan keluarga kecil mereka. Sangat indah dan keluarga impian. “Maafin mama ya, pasti kalian marah ya sama mama. Mama bukan ibu yang baik, semoga aja kalian masih mau anggap mama yang bahkan meninggalkan kalian saat masih bayi,” li
Malam itu begitu tenang, hanya suara jam dinding yang terdengar di ruang tamu rumah Keyla dan Erlan. Keyla sedang duduk di sofa, bersandar sambil memegang perutnya yang sudah besar. Wajahnya tampak kelelahan setelah menjalani hari yang panjang. Di sebelahnya, Erlan sedang menonton televisi sambil sesekali melirik istrinya, merasa khawatir tapi mencoba tetap tenang. “Kamu baik-baik saja, Sayang?” tanya Erlan lembut, matanya penuh perhatian. Keyla tersenyum kecil, meski jelas ada ketegangan di wajahnya. “Aku baik-baik saja, cuma sedikit kram. Mungkin kontraksi palsu,” jawabnya, mencoba meredakan kecemasan Erlan. Namun, beberapa saat kemudian, rasa sakit yang sebelumnya hanya seperti kram ringan tiba-tiba berubah menjadi lebih intens. Keyla memegang erat perutnya dan mengerutkan kening, rasa nyeri itu datang tanpa peringatan. “Ahh…,” desah Keyla, menahan rasa sakit. Erlan segera mematikan televisi dan duduk lebih dekat. “Keyla, apa ini kontraksi? Sudah waktunya?” tanyanya panik, t
Pagi itu, langit cerah seakan merestui acara syukuran tujuh bulanan kehamilan Keyla. Di rumah mungilnya yang penuh dengan nuansa tradisional, ia dan suaminya, Andi, menanti kehadiran tamu-tamu terdekat yang sudah diundang. Sebuah tenda sederhana berhiaskan kain putih dan hijau dipasang di halaman depan, dengan meja-meja kecil dan kursi yang tersusun rapi.Tamu-tamu mulai berdatangan. Wajah-wajah ceria dari keluarga besar Keyla dan Andi menghiasi suasana pagi itu. Ibu Keyla dan mertua menyambut para tamu dengan hangat, mengenakan kebaya tradisional dengan senyum lembut yang tak pernah lepas dari wajahnya. Tak lama kemudian, para sahabat dan kerabat lain pun datang, membawa berbagai bingkisan dan makanan untuk syukuran."Selamat datang, Silahkan masuk," sambut Agam sambil mempersilahkan para tamunya masuk. Di dalam rumah, Keyla yang duduk dengan anggun di kursi, mengenakan kain batik khas Jawa yang dipadukan dengan kebaya berwarna hijau muda, tersenyum lembut menyambut para tamu.Setela
Beberapa bulan kemudian, kandungan Keyla semakin membesar dan bulan ini memasuki bulan ke tujuh dan rencananya mereka akan mengadakan acara syukuran di rumahnya dengan mengundang beberapa anak yatim di panti asuhan, lansia, tetangga dan juga kerabat mereka yang tak ketinggalan serta sahabat mereka. Rencananya akan digelar dua hari lagi. “Kak aku seneng banget deh bentar lagi dedek bayinya lahir. Pasti dia lucu dan sangat menggemaskan seperti aku yang ibunya,” celoteh Keyla sangat cerewet, membuat Erlan pusing. “Iya sayang, jangan lupa kalau aku ayahnya yang tak kalah tampan,” sahut Erlan yang sama sama percaya dirinya. Keduanya memang sama sama pasangan kompak dan serasi. Di dalam kamar yang remang-remang dengan pencahayaan lembut dari lilin, Keyla duduk di tepi ranjang, mengenakan baju tidur satin berwarna pastel. Erlan duduk di sampingnya, menggenggam tangannya. Angin sepoi-sepoi masuk dari jendela yang sedikit terbuka, membawa aroma bunga melati dari taman.Erlan tersenyum lem
Rohimah dan keysa datang ke rumah Keyla dengan membawa beberapa makanan yang mereka buat sendiri. “Ya ampun ibu kenapa bawa makanan banyak segala sih? Pasti ibu capek?” Walaupun berkata seperti itu, namun Keyla tak menolak makanan tersebut dan menerimanya. Ia tak kuasa menolak makanan apalagi buatan ibu dan adiknya. “Nggak kok, kan ada adik kamu juga yang bantu ibu. Kebanyakan juga dia yang buat. Kamu tau sendiri kan dia seorang pengusaha kue?” kata Rohimah yang membuat Keyla mengangguk. “Makasih ya jadi ngerepotin.” “Kakak ngomong apa sih? Siapa juga yang direpotin. Aku juga tau kalau kakak pasti mau kan?” tebak Keysa yang tepat sasaran. “Ya sudah ya sudah, ibu sama Keysa udah sarapan belum? Kalau belum, mari sarapan sama sama!” ajak Keyla. “Udah nggak usah, kami udah sarapan kok.” “Beneran?” Keyla memastikan. Awas saja mereka bohong. “Iya bener, kagak percaya banget sih orang satu ini,” dengkus Keysa.”Lagian kan kakak tau kalau di rumah ibu, subuh itu udah mateng semua maka
Erlan kembali ke Bogor dengan Satria untuk melihat lahan dan bangunan yang terbakar. “Kamu sudah menyelidiki?” tanya Erlan. “Sudah bos, sepertinya orang itu adalah salah satu bawahan mereka. Jadi ya siapa lagi coba dalangnya kalau bukan kakek mertua anda,” jawab Satria blak blakan tanpa filter. Erlan menatap tajam ke arah Satria yang kalau ngomong suka ngasal.”Heh jaga ya omongan lo!! Awas sampai bini gue denger. Mati lo nanti!!” “Ya gue tau, makanya gue nggak berani nyebut keluarga itu kalau di depan bu bos. Gue juga situasi kali.” Mereka kembali melanjutkan perjalanan meski agak macet karena berbarengan dengan orang yang mau berangkat kerja. “Kenapa pakai macet segala sih? Ini udah lewat tol juga tadi,” keluh Erlan kesal. “Sabar bos, orang sabar disayang mertua,” ledek Satria membuat Erlan semakin kesal. *** Dua jam kemudian, mereka telah sampai di lokasi. Di mana ada beberapa bagian yang terbakar, namun tidak semua. Erlan meminta penjelasan kepada salah sat
Setelah semua pekerjaan selesai, Erlan langsung pulang ke Jakarta karena ia takut istrinya kenapa napa di rumah. Ya meski di sana dia tidak sendirian, namun tetap saja ia tak tega meninggalkan istrinya lama lama apalagi dalam kondisi mengandung anaknya. “Nanti mampir di toko oleh oleh, aku mau beli makanan buat istriku dan orang orang rumah,” titah Erlan kepada sang asisten. “Siap bos.” Di sisi lain, Keyla sendirian di dalam kamar sambil menunggu suaminya dengan bosan. Ia bingung mau melakukan apa karena semuanya terasa membosankan. Ia menghela nafasnya panjang, ia merasa kesepian tidak ada sang suami di sisinya. “Kak Erlan kenapa lama sih? Aku kan jadi kangen sama dia,” ucapnya sambil mengelus perutnya yang sedikit menonjol. “Sabar ya dek ya, papa sebentar lagi pulang kok.” Ia pun memilih memejamkan matanya karena matanya terasa berat. ***“Sayang maafin aku ya karena semalam pulang jam sepuluh dan kamu udah tidur,” ucap Erlan merasa bersalah. Apalagi istrinya sedari tadi han
Bi Siyah mengetuk pintu kamar majikannya. Di tangannya ada sebuah paket yang baru saja dikirimkan oleh kurir yang katanya buat majikannya. Sedangkan Keyla yang berada di dalam langsung membukakan pintu kamarnya setelah mendengar ketukan pintu dari luar. “Iya sebentar,” ucap Keyla dari dalam. “Ada apa bi?” tanya Keyla saat sudah membuka pintu kamarnya. Mereka duduk di kursi yang tak jauh dari pintu kamar Keyla. “Maaf mengganggu waktunya nyonya,” ucap bi Siyah merasa tak enak. Keyla menggeleng seraya tersenyum.”Ah nggak kok bi.” “Ooo iya ini ada paket dari kurir Nyonya, katanya buat Nyonya,” ucapnya sambil memberikan paket yang ada di tangannya. “Lo paket? Kok bisa? Perasaan aku nggak pesen deh. Erlan juga pastinya nggak bakalan pesen paket.” Walau begitu, ia tetap menerimanya. “Ya udah sini bi, makasih ya.” “Sama sama nyonya, kalau begitu saya permisi. Mau melanjutkan pekerjaan saya,” pamit Bik Siyah. Keyla mengangguk. “Kalau capek istirahat bik, jangan dip
Keyla dan Erlan memasuki ruangan pemeriksaan karena hari ini adalah jadwal cek up kandungan Keyla pertama kalinya dan Erlan tak mau melewatkan hal itu. “Siang tuan dan nyonya, silahkan duduk!!” kata sang dokter wanita. Keduanya pun duduk, Keyla diminta berbaring di brangkar dan memulai pemeriksaan. Setelah memeriksa semuanya, sang dokter itu menjelaskan keadaan calon anak mereka. “Alhamdulillah keadaan kandungan nyonya baik baik saja. Saran saya pertahankan makanan sehat dan juga vitamin kehamilan. Hindari kerja berat berat dan juga memikirkan hal yang membuatnya stres. Jadi tuan juga harus menjaga emosi nyonya, jangan sampai dia stres. Pastikan nyonya bahagia selalu,” papar sang dokter. “Semua terjamin kalau hidup sama saya dan dia pasti akan bahagia selalu!!” tegas Erlan, membuat dokter itu meringis. “Iya tuan, saya percaya.” Keyla hanya diam saja. Kemudian Keyla menerima resep vitamin yang harus ditebusnya. “Dok,” panggil Erlan saat mau berdiri. Dokter itu mendongak.”Saya ma
Dua minggu kemudian, Ellia sudah kembali ke negara di mana ia menimba ilmu karena tak bisa lama lama di rumah dan harus segera menyelesaikan tugasnya agar ia bisa cepat cepat kembali ke negaranya. Keyla menatap wajah adiknya yang nampak sendu. Ia pun bertanya kepada sang adik. “Ada apa? Kok wajah kamu kaya sedih gitu? Katanya kamu mau ngomong penting, tentang apa? Butuh sesuatu? Ngomong sama kakak.” Keysa menggeleng, hasil dari usahanya sangat cukup untuk kebutuhan dirinya.”Terus kenapa?” Keysa nampak menghembuskan nafasnya kasar.”Dia kembali,” lirih Keysa. “Dia siapa?” Alis Keyla bertaut. Walau sebenarnya ia bisa menebak siapa dia? Dari raut wajah sang adik saja ia bisa tahu.”Apa yang dia lakukan sama kamu dan ibu? Di mana kamu bertemu? Karena selama ini dia ada tapi tidak ada buat kita!!” Ya … yang mereka maksud adalah ayah mereka yang sudah lama bahagia dengan keluarga barunya. Meninggalkan mereka bahkan sejak Keysa bayi. Keyla sangat paham dengan perasaan adiknya.