Brak!!
Seorang gadis telonjak kaget karena dosennya tiba tiba saja menggebrak meja di depan teman temannya dan ia sangat malu.Dia adalah Keyla Sherina Razela, seorang mahasiswi yang datang terlambat dan kena amuk dosennya.“Kamu tahu kalau sekarang jam berapa? Dan kamu tahu apa arti sebuah kedisiplinan?” tanyanya.“Saya tahu, pak. Maka dari itu saya minta maaf,” cicitnya takut. Padahal, ia hanya terlambat tiga menit saja tapi tidak ada toleransi baginya.Dosennya yang satu ini memang terkenal killer dan menyebalkan. Banyak mahasiswa yang takut padanya, meski begitu tetap saja banyak dari kalangan dosen wanita maupun mahasiswi yang mengidolakannya dan menginginkan menjadi istrinya.Erlan Dallin Harrison, seorang dosen yang terkenal killer dan sekaligus CEO di sebuah perusahaan terbesar di Indonesia bahkan Asia. Dosen muda yang menyandang status duda beranak dua yang selalu mencari perhatian kaum hawa. Tampan, kaya dan memiliki jabatan membuat siapa saja jatuh hati dan berusaha untuk mendekatinya meski begitu, Erlan tidak menanggapinya karena merasa semua wanita itu sama saja dan ia mati rasa karena pernah ditinggalkan oleh seorang yang sangat dicintainya.“Maaf? Maaf kamu bilang, tidak semudah itu anak muda!!” ucapnya membuat semua mahasiswanya yang lain diam dan juga ikutan takut.Selain itu, dosen duda ini juga terkenal kejam dan memberikan hukuman kepada mahasiswanya yang tidak disiplin.Keyla meremas bajunya, berusaha menatap dosennya yang menatap dirinya tajam seolah hendak memakannya hidup hidup.“Lalu, saya harus apa, pak? Saya siap mendapatkan hukuman, pak.”“Kita lihat saja nanti, datanglah ke ruangan saya saat jam istirahat!!” Keyla mengangguk.Ia pun duduk dan merasa sedikit lega.”Dari mana aja sih kamu, untung saja kamu nggak disuruh keliling lapangan seratus kali.”Keyla melirik sahabatnya yang duduk di sisi kanannya dan mengkode agar tidak bertanya karena sebenarnya ia masih syok dan takut dosennya kembali marah padanya dan memberikan hukuman berat kepadanya.“Oke, aku diam.”“Baik, karena sudah kumpul semua, maka kita akan mulai pelajarannya hari ini dan sebelum itu, saya mau kalian kumpulkan tugas kalian minggu lalu!!”Keyla langsung membuka tasnya dan mencari tugas yang sudah ia kerjakan dan selesai tiga hari yang lalu.“Duh ke mana tugasnya? Masa nggak ada sih? Ya Allah jangan sampai pak dosen marah lagi sama aku kalau tugasnya nggak ke bawa, karena aku buru buru,” lirih Keyla takut.Satu persatu mahasiswa pun maju mengumpulkan tugas mereka masing masing yang sudah selesai. Dan tinggal dirinya saja yang belum mengumpulkan. Ia pun takut karena ternyata ia benar benar lupa membawa tugasnya.“Alamat mati aku,”“Kamu kok nggak maju?” tanya Winda, teman Keyla menebak.”Jangan bilang, kamu nggak bawa?”Belum juga ia menjawab, tiba tiba saja sang dosen menatapnya garang.”Seperti biasa yang tidak mengerjakan tugas sesuai batas yang sudah ditentukan, maka akan mendapatkan hukuman dari saya!! Dan tidak ada alasan apa pun!!”Bahu Keyla lemas, satu hukuman saja belum selesai dan kini ia akan mendapatkan hukuman lagi.“Kamu … saya tahu kamu pasti tidak bawa, kan?” Keyla mengangguk jujur. Memang begitu adanya, mau berbohong pun percuma.“Maaf pak, lupa,” cicitnya menunduk.“Tidak ada alasan bagi saya, dan kamu akan tetap mendapatkan hukuman dari saya!!”***Keyla berjalan memasuki ruangan dosen yang sempat memarahinya karena ia datang terlambat dan juga lupa membawa tugasnya.“Bismillah, ini juga salah aku karena aku ceroboh nggak bawa tugasnya.”Tok tok tok“Masuk!!”Keyla pun masuk ke ruangan dosen, namun ia melihat ada seorang wanita lain yang sedang membahas hal penting, dan ia pamit untuk undur diri karena takut mengganggu, apalagi melihat tatapan wanita dan laki laki itu yang tak enak dipandang dan membuat nyalinya ciut.“Maaf, saya nggak tahu!!” kiku Keyla karena ia melihat dosen itu bersama dengan dosen wanita yang sepertinya tidak menyukai kehadirannya di sana. Ia lekas berbalik, namun suara wanita itu membuat dirinya berbalik dan menatap ke arah keduanya yang menatap sinis ke arahnya.“Mau apa kamu, ke sini?” tanya wanita itu sinis.“Saya disuruh ke ruangan pak Erlan pas jam istirahat tadi,” jawab Keyla jujur.“Keluar dan temui saya saat jam pulang, saya sedang sibuk dan saya malas bertemu dengan kamu!!” Keyla pun mundur dan kembali menutup pintu ruangan dosen Erlan.Ia berjalan ke kantin dengan perasaan lega karena setidaknya hukumannya tertunda.“Huftt selamat, untung saja ada insiden seperti itu, tapi bukannya pak dosen nggak suka sama wanita ya katanya?” gumamnya karena ia beberapa kali mendengar kabar bahwa dosen kilernya belok karena tidak mau berhubungan dengan wanita setelah pisah dengan mantan istrinya yang menjadi model terkenal dan tinggal di luar negeri.“Atau mungkin bisa saja pak dosen itu diam diam berhubungan dengan bu Maudy karena mereka terlihat cocok.”***“Gimana?” tanya Ayunda saat Keyla duduk di sebelahnya dan langsung minum esnya yang sudah ia pesan untuk dirinya.“Ehhh kamu kok diminum sih? Itu kan punya aku!!” pekiknya tak terima karena ia juga harus.“Tinggal pesan lagi aja apa susahnya sih? Kan nggak jauh juga, nggak sampai sehari kamu mesen lagi. Aku haus dan capek. Pengertian dikitlah sama temen sendiri,” tandas Keyla.“Biasanya kamu juga minum es aku kok,” imbuhnya. Bukan hal aneh lagi, mereka memang suka begitu. Makan bersama dan jalan bersama.“Udah kalian ini, nggak malu apa udah gede juga!!” lerai Vera yang dari tadi diam. Mungkin saja gadis itu sakit gigi karena biasanya dia yang paling cerewet.“Temen kamu yang mulai duluan,” tunjuk Keyla pada Ayunda membuat Ayunda mendelik tak terima.“Apa sih orang kamu yang minum es aku duluan, kalau nggak, aku nggak bakalan marah ke kamu.”“Ya udah aku pesen lagi nih, lagian ya kalian nggak pengertian amat sama aku nggak dipesenin sekalian.”“Kan kamu dipanggil sama dosen, siapa tau aja nggak balik balik ya udah kita nggak jadi pesankan kamu minum,” balas Vera yang diangguki Ayunda.Keyla sendiri sudah ngacir memesan minuman untuk dirinya dan tak lupa memesankan mereka minuman lagi.“Kamu disuruh apa sama dosen itu?” tanya Vera penasaran. Ia sudah mulai berbicara banyak lagi. Mungkin saja sakit giginya sudah mereda atau hilang.“Nggak gimana gimana, orang dosennya malah pacaran kok,” sahut Keyla apa adanya dengan apa yang tadi ia lihat.“Pacaran sama pak Bian?” tebak Ayunda. Karena Erlan sempat digosipkan belok dengan Bian yang nyatanya adalah dosen juga di sana dan sahabat baik Erlan. Selain itu juga karena Bian masih belum menikah dan sangat dekat dengan Erlan.“Bukan, tapi sama bu Maudy. Tadi aku melihatnya dengan jelas, sepertinya mereka memang pacaran diam diam karena aku langsung diusir setelah disuruh masuk sama bu Maudy sepertinya bu Maudy itu agresif karena yang menyuruh aku masuk itu dia,” jelas Keyla.Keduanya pun langsung menatap Keyla penuh tanda tanya.”Yang benar saja? Masa pak dosen idaman wanita mau pacaran sama wanita modelan dia?” ceplos Vera yang tak suka pada bu Maudy.“Iya, dari pada sama bu Maudy mending pak Erlan sama bu Retno saja!!” sambung Ayunda.“Ngawur kamu kalau ngomong, durhaka sama guru barubtau rasa!!” seloroh Keyla.Bu Retno adalah seorang dosen yang paling tua di kampusnya dan terkenal sabar.***Sebelum pulang, Keyla kembali ke ruangan pak Erlan untuk menanyakan hukumannya karena ia sempat mendapatkan pesan dari dosennya. Mungkin saja dosennya mendapatkan nomornya dari group kelasnya yang ada mata pelajarannya.Keyla kembali memastikan ruangan itu hanya pak Erlan saja, dan tidak ada bu Maudy karena takut kembali mengganggu.Tok tok“Masuk!!”“Iya pak, makasih.”“Kamu tahu bahawa dalam sehari ini kamu selalu membuat masalah dengan saya. Kamu pasti pahamkan kalau saya paling tidak suka jika ada yang tidak disiplin di waktu mata kuliah saya dan paking tidak suka dengan orang yang ceroboh?”“Sebagai hukumannya, maka saya mau kamu menjadi pengasuh anak kembar saya!!”***“Apa, pak? Mengasuh anak, bapak?” tanya Keyla memastikan. Yang benar saja, kenapa hukumannya keluar dari jalur kampus. “Iya, saya mau kamu menjadi pengasuh anak kembar saya. Tenang saja, nanti kalau mereka mau sama kamu, saya akan kasih kamu bonus dan juga saya akan bayar gajinya yang sesuai sama seperti pekerja lainnya atau bahkan lebih dari itu.” “Tapi kan saya juga bekerja, pak. Mana mungkin saya resign dari pekerjaan saya,” ucap Keyla. Mendapatkan pekerjaan di zaman sekarang itu sudah meskipun yang punya gelar sarjana sekalipun kalau tidak ada orang dalam di belakangnya. Ia bisa saja menjadi pengasuh anak kembar dosennya, tapi kan pastinya tidak akan lama. Apalagi anak kembar dosennya sudah lumayan besar. “Ya tinggal resign saja kalau begitu, apa susahnya?” Apa susahnya dia bilang? Mungkin karena ia terlahir dari keluarga kaya raya dan memiliki nama besar yang sangat berpengaruh dan tidak pernah hidup susah makanya dia berkata seperti itu. Berbeda banding dengan dirinya yang
Keesokan harinya, Keyla berpamitan kepada ibunya yang masih berada di rumah sakit untuk bekerja. Iya, dirinya akan bekerja tapi bukan di tempatnya dulu, melainkan di rumah dosen kilernya yang katanya disuruh untuk mengasuh anak kembarnya. Keyla memesan ojek untuk menuju ke rumah dosennya. Tak membutuhkan waktu lama, akhirnya Keyla sampai juga ke tempat tujuan. Keyla menatap kagum ke daerah perumahan dosennya yang dipenuhi gedung gedung mewah. Tak heran sih karena perumahan itu khusus untuk orang-orang kaya. “Ini kan rumahnya?” tanyanya pada diri sendiri dan memastikan jika alamatnya itu benar. Ia pun mengambil kertas yang ada di dalam tasnya yang bertuliskan alamat lengkap rumah dosennya. “Iya kok beneran, coba deh aku tanya ke penjaga rumahnya.” Ia pun mendekati gerbang rumah yang ia yakini jika itu adalah rumah dosennya. “Permisi!!” “Iya ada apa, neng? Ada yang bisa saya, bantu?” tanya seorang pria setengah baya yang memakai baju satpam. Ia yakin jika itu adalah penjaga rumah
Seorang gadis nampak muram karena tidak ada perubahan sama sekali pada ibunya, padahal sudah lama ibunya terbaring lemah di rumah sakit yang mengakibatkan dirinya harus bolak balik dari rumah, kampus, tempat kerja dan ke rumah sakit. “Ya Allah kenapa hidup aku susah sekali sih? Apa dosa hamba yang membuat hidup hamba susah? Hamba tau semua orang juga punya ujian masing masing, hamba tau hamba salah. Hamba tidak kuat ya Allah dengan cobaan yang bertubi tub8,” keluh Keyla yang merasa sangat lelah dan hidupnya susah. Ia hanya manusia biasa yang punya rasa capek dan putus asa. Keyla sedang ada di titik terendah dalam kehidupannya, di mana ibunya yang selalu memberikan semangat dan wejangan untuknya jatuh sakit tak berdaya. ***“Kakak,” panggil Vina dengan senyum lebarnya kepada Keyla yang baru saja datang ke rumah mereka. Saat ini ini, mereka sudah ada di depan rumahnya untuk menantu kedatangan Keyla bersama dengan ayah mereka. “Kenapa tidak datang nanti sore, saja?” sentak Erlan mena
“Papa, Vina mau punya mama sama kaya temen temen Vian di sekolah,” ucap Vina merengek, anak kecil itu suka sedih karena tidak pernah melihat mamanya yang wajahnya saja ia tidak tahu. “Iya pa, di sekolah banyak yang dijemput sama mamanya dan diantar mamanya juga. Kenapa kita tidak, pa?” sambung Vino yang mempunyai keinginan tak jauh dari kembarannya. Erlan tertegun mendengar pertanyaan seperti itu, selama ini memang mereka tidak pernah bertanya dan ia juga tidak pernah memberitahu keberadaan mama kandungnya di mana. Hal semacam inilah yang sebenarnya dari awal sudah ia hindari, ia memang sudah memprediksi akan pertanyaan seperti ini. Karena anak kembarnya yang semakin hari semakin tumbuh besar dan mengerti. “Kenapa diam, pa? Kita kan cuma nanya sama papa? Apa benar kalau mama tidak sayang sama kita, makanya sejak lahir tidak ada di sini?”tanya Vina polos, membuat ia tak tega dan tak kuasa menahan air matanya yang mengembun. Ia tidak mungkin menangis di hadapan anaknya, bukan karena
Nampak di kembar senang setelah mendapatkan hadiah dari Keyla. "Makasih banyak ya kak, kakak memang terbaik deh," puji Vina yang membuat Keyla hanya bisa tersenyum tipis saja. "Iya, cocok jadi mama," sambung Vino menyahut, Keyla meringis mendengar kata cocok menjadi mama. Apa apaan coba? ia saja masih mahasiswa dan masih mempunyai mimpi banyak, belum ada kepikiran untuk menikah muda dan punya anak. Kendati demikian, ia tetap diam saja. Hanya menganggap mereka bercanda saja. "Kak?" "Iya," jawab Keyla menatap wajah Vina yang tiba tiba saja sendu. ia bingung, dan was was takut sang anak nangis dan yang disalahkan dirinya oleh bapaknya nanti. "Ada apa, ya?" tanyanya dengan nada lembut. "Kakak mau ya jadi mama, kita?" cicit keduanya kompak yang membuat mata Keyla melebar. Ia membekap mulutnya, kenapa anak sekecil mereka bertanya hal yang demikian. Emangnya mama mereka ke mana saja? tidak mungkin kan kalau Erlan hamil sendiri dan bisa melahirkan anak kembar seimut dan sepintar mereka
"Mama mama ..." lirih seorang gadis kecil dengan mata terpejam memanggil mamanya. Erlan menepuk pelan punggung putrinya pelan dengan perasaan sesak. Ia tidak bisa membayangkan kepedihan yang dirasakan oleh putrinya yang tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari ibunya. Jangankan kasih sayang, melihat saja tidak pernah. "Maafin papa, nak," bisiknya pelan. Ia akan melakukan apa saja untuk anaknya. Percayalah jika di luar ia dingin, maka tidak jika ia berada di rumah bersama keluarganya, maka ia akan hangat dan penuh kasih sayang. Dulu waktu ia masih bersama dengan ibu dari anak anaknya juga, ia adalah sosok lelaki yang ceria dan murah senyum tidak seperti sekarang yang sudah seperti tembok saja, datar dan dingin seperti kutub utara. "Semoga kalian bahagia selalu, nak." Erlan memeluk kedua anaknya. jika anak anak sedang sakit, ia memang tidur di kamar anaknya karena tidak tega meninggalkan kedua anak kembarnya dalam kondisi sakit meski hanya satu malam saja. ***Keesokan harinya,
Ting tong!!Keyla membukakan pintu rumah Erlan karena ada suara bel dan posisinya dekat dengan pintu. "Iya, sebentar.''Ceklek!!"Kamu!! ngapain kamu di sini!!" sentak wanita itu jengkel serta terkejut, sama hal yang dirasakan oleh Keyla. ia juga kaget kedatangan dosennya tiba tiba ke rumah Erlan. Wajar sih karena Erlan dan wanita ini satu kampus dan digosipkan memiliki hubungan. Entah itu benar atau tidak, yang jelas ia tidak peduli. "Silahkan masuk, Bu." Keyla tetep sopan, bagaimana pun juga, wanita itu adalah dosennya yang tak lain adalah Bu Maudy. Bu Maudy masuk begitu saja dengan lagak sombong dan seolah ia sudah terbiasa keluar masuk rumah Erlan. Keyla hanya menggeleng saja melihat itu, biasa namanya juga orang kaya ya suka enaknya sendiri. zaman sekarang memang jarang ditemukan orang kaya yang rendah hari dan suka menolong. "Vina!!" panggilnya manis kepada anak bungsu Erlan. wanita itu berusaha mendekati anak anak Erlan agar bisa bersama dengan Erlan karena hanya Erlan l
Maudy berisiul membawa rantang berisi makanan yang sudah ia masak untuk Erlan. Saat ini, ia berjalan di koridor kantor Erlan, dan kebetulan ayahnya juga rekan kerja Erlan. Jadi, tidak sulit baginya untuk dekat dengan Erlan. Bahkan ia juga meminta ayahnya untuk menjodohkan dirinya dengan Erlan, tapi ayahnya masih cukup waras, namun juga diusahakan. “Ayah sih pakai acara lemot!! Gue kan mau nikah sama Erlan biar makin enak!!” ucapnya menggerutu. Ia mengancam ayahnya kalau tidak menjodohkan dirinya dengan Erlan, maka ia akan bunuh diri. Kekanakan sekali!! “Pak Erlannya ada?” tanyanya sengit kepada salah satu karyawan di sana dengan gaya sombongnya.”Kamu tau kan siapa saya?” Wanita itu mengangguk, tau siapa wanita di hadapannya bukan lah orang sembarangan juga. Dari penampilannya juga terlihat jika Maudy adalah orang kaya dan tentunya satu crickel dengan Erlan. Bisa saja teman atau bahkan kekasihnya. “Ada Bu, beliau di ruangannya. Mari saya antar!” ajaknya. Maudy mengikuti langkah wani
Malam itu begitu tenang, hanya suara jam dinding yang terdengar di ruang tamu rumah Keyla dan Erlan. Keyla sedang duduk di sofa, bersandar sambil memegang perutnya yang sudah besar. Wajahnya tampak kelelahan setelah menjalani hari yang panjang. Di sebelahnya, Erlan sedang menonton televisi sambil sesekali melirik istrinya, merasa khawatir tapi mencoba tetap tenang. “Kamu baik-baik saja, Sayang?” tanya Erlan lembut, matanya penuh perhatian. Keyla tersenyum kecil, meski jelas ada ketegangan di wajahnya. “Aku baik-baik saja, cuma sedikit kram. Mungkin kontraksi palsu,” jawabnya, mencoba meredakan kecemasan Erlan. Namun, beberapa saat kemudian, rasa sakit yang sebelumnya hanya seperti kram ringan tiba-tiba berubah menjadi lebih intens. Keyla memegang erat perutnya dan mengerutkan kening, rasa nyeri itu datang tanpa peringatan. “Ahh…,” desah Keyla, menahan rasa sakit. Erlan segera mematikan televisi dan duduk lebih dekat. “Keyla, apa ini kontraksi? Sudah waktunya?” tanyanya panik, t
Pagi itu, langit cerah seakan merestui acara syukuran tujuh bulanan kehamilan Keyla. Di rumah mungilnya yang penuh dengan nuansa tradisional, ia dan suaminya, Andi, menanti kehadiran tamu-tamu terdekat yang sudah diundang. Sebuah tenda sederhana berhiaskan kain putih dan hijau dipasang di halaman depan, dengan meja-meja kecil dan kursi yang tersusun rapi.Tamu-tamu mulai berdatangan. Wajah-wajah ceria dari keluarga besar Keyla dan Andi menghiasi suasana pagi itu. Ibu Keyla dan mertua menyambut para tamu dengan hangat, mengenakan kebaya tradisional dengan senyum lembut yang tak pernah lepas dari wajahnya. Tak lama kemudian, para sahabat dan kerabat lain pun datang, membawa berbagai bingkisan dan makanan untuk syukuran."Selamat datang, Silahkan masuk," sambut Agam sambil mempersilahkan para tamunya masuk. Di dalam rumah, Keyla yang duduk dengan anggun di kursi, mengenakan kain batik khas Jawa yang dipadukan dengan kebaya berwarna hijau muda, tersenyum lembut menyambut para tamu.Setela
Beberapa bulan kemudian, kandungan Keyla semakin membesar dan bulan ini memasuki bulan ke tujuh dan rencananya mereka akan mengadakan acara syukuran di rumahnya dengan mengundang beberapa anak yatim di panti asuhan, lansia, tetangga dan juga kerabat mereka yang tak ketinggalan serta sahabat mereka. Rencananya akan digelar dua hari lagi. “Kak aku seneng banget deh bentar lagi dedek bayinya lahir. Pasti dia lucu dan sangat menggemaskan seperti aku yang ibunya,” celoteh Keyla sangat cerewet, membuat Erlan pusing. “Iya sayang, jangan lupa kalau aku ayahnya yang tak kalah tampan,” sahut Erlan yang sama sama percaya dirinya. Keduanya memang sama sama pasangan kompak dan serasi. Di dalam kamar yang remang-remang dengan pencahayaan lembut dari lilin, Keyla duduk di tepi ranjang, mengenakan baju tidur satin berwarna pastel. Erlan duduk di sampingnya, menggenggam tangannya. Angin sepoi-sepoi masuk dari jendela yang sedikit terbuka, membawa aroma bunga melati dari taman.Erlan tersenyum lem
Rohimah dan keysa datang ke rumah Keyla dengan membawa beberapa makanan yang mereka buat sendiri. “Ya ampun ibu kenapa bawa makanan banyak segala sih? Pasti ibu capek?” Walaupun berkata seperti itu, namun Keyla tak menolak makanan tersebut dan menerimanya. Ia tak kuasa menolak makanan apalagi buatan ibu dan adiknya. “Nggak kok, kan ada adik kamu juga yang bantu ibu. Kebanyakan juga dia yang buat. Kamu tau sendiri kan dia seorang pengusaha kue?” kata Rohimah yang membuat Keyla mengangguk. “Makasih ya jadi ngerepotin.” “Kakak ngomong apa sih? Siapa juga yang direpotin. Aku juga tau kalau kakak pasti mau kan?” tebak Keysa yang tepat sasaran. “Ya sudah ya sudah, ibu sama Keysa udah sarapan belum? Kalau belum, mari sarapan sama sama!” ajak Keyla. “Udah nggak usah, kami udah sarapan kok.” “Beneran?” Keyla memastikan. Awas saja mereka bohong. “Iya bener, kagak percaya banget sih orang satu ini,” dengkus Keysa.”Lagian kan kakak tau kalau di rumah ibu, subuh itu udah mateng semua maka
Erlan kembali ke Bogor dengan Satria untuk melihat lahan dan bangunan yang terbakar. “Kamu sudah menyelidiki?” tanya Erlan. “Sudah bos, sepertinya orang itu adalah salah satu bawahan mereka. Jadi ya siapa lagi coba dalangnya kalau bukan kakek mertua anda,” jawab Satria blak blakan tanpa filter. Erlan menatap tajam ke arah Satria yang kalau ngomong suka ngasal.”Heh jaga ya omongan lo!! Awas sampai bini gue denger. Mati lo nanti!!” “Ya gue tau, makanya gue nggak berani nyebut keluarga itu kalau di depan bu bos. Gue juga situasi kali.” Mereka kembali melanjutkan perjalanan meski agak macet karena berbarengan dengan orang yang mau berangkat kerja. “Kenapa pakai macet segala sih? Ini udah lewat tol juga tadi,” keluh Erlan kesal. “Sabar bos, orang sabar disayang mertua,” ledek Satria membuat Erlan semakin kesal. *** Dua jam kemudian, mereka telah sampai di lokasi. Di mana ada beberapa bagian yang terbakar, namun tidak semua. Erlan meminta penjelasan kepada salah sat
Setelah semua pekerjaan selesai, Erlan langsung pulang ke Jakarta karena ia takut istrinya kenapa napa di rumah. Ya meski di sana dia tidak sendirian, namun tetap saja ia tak tega meninggalkan istrinya lama lama apalagi dalam kondisi mengandung anaknya. “Nanti mampir di toko oleh oleh, aku mau beli makanan buat istriku dan orang orang rumah,” titah Erlan kepada sang asisten. “Siap bos.” Di sisi lain, Keyla sendirian di dalam kamar sambil menunggu suaminya dengan bosan. Ia bingung mau melakukan apa karena semuanya terasa membosankan. Ia menghela nafasnya panjang, ia merasa kesepian tidak ada sang suami di sisinya. “Kak Erlan kenapa lama sih? Aku kan jadi kangen sama dia,” ucapnya sambil mengelus perutnya yang sedikit menonjol. “Sabar ya dek ya, papa sebentar lagi pulang kok.” Ia pun memilih memejamkan matanya karena matanya terasa berat. ***“Sayang maafin aku ya karena semalam pulang jam sepuluh dan kamu udah tidur,” ucap Erlan merasa bersalah. Apalagi istrinya sedari tadi han
Bi Siyah mengetuk pintu kamar majikannya. Di tangannya ada sebuah paket yang baru saja dikirimkan oleh kurir yang katanya buat majikannya. Sedangkan Keyla yang berada di dalam langsung membukakan pintu kamarnya setelah mendengar ketukan pintu dari luar. “Iya sebentar,” ucap Keyla dari dalam. “Ada apa bi?” tanya Keyla saat sudah membuka pintu kamarnya. Mereka duduk di kursi yang tak jauh dari pintu kamar Keyla. “Maaf mengganggu waktunya nyonya,” ucap bi Siyah merasa tak enak. Keyla menggeleng seraya tersenyum.”Ah nggak kok bi.” “Ooo iya ini ada paket dari kurir Nyonya, katanya buat Nyonya,” ucapnya sambil memberikan paket yang ada di tangannya. “Lo paket? Kok bisa? Perasaan aku nggak pesen deh. Erlan juga pastinya nggak bakalan pesen paket.” Walau begitu, ia tetap menerimanya. “Ya udah sini bi, makasih ya.” “Sama sama nyonya, kalau begitu saya permisi. Mau melanjutkan pekerjaan saya,” pamit Bik Siyah. Keyla mengangguk. “Kalau capek istirahat bik, jangan dip
Keyla dan Erlan memasuki ruangan pemeriksaan karena hari ini adalah jadwal cek up kandungan Keyla pertama kalinya dan Erlan tak mau melewatkan hal itu. “Siang tuan dan nyonya, silahkan duduk!!” kata sang dokter wanita. Keduanya pun duduk, Keyla diminta berbaring di brangkar dan memulai pemeriksaan. Setelah memeriksa semuanya, sang dokter itu menjelaskan keadaan calon anak mereka. “Alhamdulillah keadaan kandungan nyonya baik baik saja. Saran saya pertahankan makanan sehat dan juga vitamin kehamilan. Hindari kerja berat berat dan juga memikirkan hal yang membuatnya stres. Jadi tuan juga harus menjaga emosi nyonya, jangan sampai dia stres. Pastikan nyonya bahagia selalu,” papar sang dokter. “Semua terjamin kalau hidup sama saya dan dia pasti akan bahagia selalu!!” tegas Erlan, membuat dokter itu meringis. “Iya tuan, saya percaya.” Keyla hanya diam saja. Kemudian Keyla menerima resep vitamin yang harus ditebusnya. “Dok,” panggil Erlan saat mau berdiri. Dokter itu mendongak.”Saya ma
Dua minggu kemudian, Ellia sudah kembali ke negara di mana ia menimba ilmu karena tak bisa lama lama di rumah dan harus segera menyelesaikan tugasnya agar ia bisa cepat cepat kembali ke negaranya. Keyla menatap wajah adiknya yang nampak sendu. Ia pun bertanya kepada sang adik. “Ada apa? Kok wajah kamu kaya sedih gitu? Katanya kamu mau ngomong penting, tentang apa? Butuh sesuatu? Ngomong sama kakak.” Keysa menggeleng, hasil dari usahanya sangat cukup untuk kebutuhan dirinya.”Terus kenapa?” Keysa nampak menghembuskan nafasnya kasar.”Dia kembali,” lirih Keysa. “Dia siapa?” Alis Keyla bertaut. Walau sebenarnya ia bisa menebak siapa dia? Dari raut wajah sang adik saja ia bisa tahu.”Apa yang dia lakukan sama kamu dan ibu? Di mana kamu bertemu? Karena selama ini dia ada tapi tidak ada buat kita!!” Ya … yang mereka maksud adalah ayah mereka yang sudah lama bahagia dengan keluarga barunya. Meninggalkan mereka bahkan sejak Keysa bayi. Keyla sangat paham dengan perasaan adiknya.