Beberapa hari kemudian, Keyla telah kembali ke kampus atas persetujuan semua dosen. mereka juga msrasa bersalah kepada Keyla karena nama Keyla sangat membanggakan nama kampus mereka dan semakin terkenal. Namun, tidak dengan Maudy yang merasa kesal dan terancam karena Erlan mati matian membela Keyla dan ia benci akan hal itu. tidak bisa dibiarkan begitu saja, apq yang ia inginkan harus ia dapatkan meski harus dengan cara kotor sekalipun. "Kamu boleh senang sekarang, tapi tidak dengan nanti. jangan seneng dulu, karena saya pastikan kamu tidak akan pernah bisa bersanding dengan Erlan. karena dia hanya milikku, bukan kamu atau yang lain," ucap Maudy saat berpapasan dengan Keyla. Maudy menatap tidak suka ke arah Keyla, dan Keyla hanya biasa saja karena merasa tidak mengingibkan Erlan. Maudy saja yang terlalu takut tidak mendapatkan apa yang ia mau. sama saja cupu!!"Halo bu, apa kabar? masih baik, kan?" tanya Vera songong. Ia tidak suka dengan dosen satu ini yang terkesan arogant sekali.
Semua orang yang ada di situ kaget mendengar ucapan si kembar yang mengatakan kata mama kepada Keyla, terutama Erlan dan kedua orang tuanya, mereka merasa tidak enak pun dengan Keyla yang takut keluarga Erlan mengira jika ia yang menyuruh anak anak memanggil dirinya dengan sebutan mama. “Vina, Vino!!” tegur Erlan yang tak suka jika anak anaknya berbicara yang aneh aneh. “Apa sih, pa!! Kami masih marah sama papa!!” ucap keduanya kompak yang membuat Erlan mendesah. Anak anak kalau ngambek memang suka lama. “Maaf kalau kedatangan kami mengganggu,” ucap Keyla merasa tidak enak. “Nggak sama sekali kok, nak. Kamu apa, kabar? Udah kembali kuliah?” tanya Marwa memastikan. Keyla tersenyum ramah menatap bu Marwa. Wanita itu memang terkenal sangat baik dan ramah hingga tak heran jika banyak yang menyukainya. “Alhamdulillah baik, bu. Ibu sendiri gimana?” tanya balik Keyla yang sudah dipersilahkan untuk duduk bersama dengan adik perempuannya. “Mama!!” panggil Vina sekali lagi yang membuat s
“Bagaimana para saksi, sah?” “Sah!!” “Alhamdulillah.” Akhirnya Erlan dan Keyla resmi menikah di sebuah masjid dekat rumah Keyla secara sederhana, namun sakral dan hanya dihadiri oramg terdekat saja karena keinginan Keyla. Keyla menangis antara bahagia juga sedih, ia menikah tanpa ada rasa cinta dan ia juga sudah terikat perjanjian dengan Erlan yang kini resmi menjadi suaminya dan hanya mereka berdua saja yang tahu. Keduanya pun bertanda tangan, setelah itu, mereka mencium tangan orang tua mereka yang hadir di sana. Ada ayah kandung Keyla juga, namun hanya sebentar saja dengan dalih kerjaan yang membuatnya langsung pergi begitu saja. “Kalian sudah resmi menjadi suami istri, jadi perlakulan istri kamu dengan baik. Jangan sakiti dia!!” ucap Marwa kepada anak laki lakinya dan hanya diangguki oleh Erlan. Untuk saat ini pikirannya sangat kacau, tadi pada saat ijab qabul, ia sangat grogi, padahal ia sudah pernah mengalaminya. Ia merasa akad nikah kali ini berbeda dari sebelumnya saat d
21Ayunda dan Vera terus saja menggoda Keyla yang membuat Keyla jadi malu sendiri dan salah tingkah. “Gimana rasanya malam pertama? Enak, nggak? Mau coba, dong,” celetuk Vera tanpa filter. Ia emang paling blak blakan di sini. Keyla melotot bersamaan dengan Ayunda mendengar celetukan Vera yang asal. “Enak nggak enak juga bukan urusan kamu!! Mending kamu diam deh!!” titahnya yang merasa tidak nyaman dengan arah pembicaraan mereka sejak tadi. Bikin sakit kepala aja. “Tau tuh Vera suka asal kalau ngomong, jadi ikutan pengin deh.” Keyla memutar bola matanya malas. Tidak Vera, tidak Ayunda sama saja. Sama sama gesrek otaknya, minta dicuci pakai air garam kali.“Dahlah, mending aku masuk ke kelas aja. Lama lama di sini bisa botak kepala gue!!” ***“Dari mana saja kamu? Jam segini baru pulang? Kamu pikir kamu menikah dengan saya, kamu bisa hidup seenak kamu?’’ sentak Erlan yang berdiri di dekat sofa dengan tangan yang melipat di dadanya, menahan amarah. Keyla menghentikan langkahnya, de
Keyla berada di kampus bersama dengan seorang pria yang bernama Dimas karena ada acara seminar kampus dan mereka ditugaskan untuk menjadi ketua dan wakil panitia. “Kak, kenapa harus aku? Kan ada yang lain?” tanya Keyla yang merasa tidak enak menjadi wakil ketua. Apalagi, Dimas adalah laki laki populer di kampusnya, bisa saja ia akan diserbu oleh kakak tingkatnya dan para fans Dimas. “Ya nggak papa, kalau kamu kepilih berarti kamu mampu dan banyak yang percaya sama kamu,” sahutnya santai. Benar memang, tapi tetap saja ia merasa tidak enak dengan kekasih Dimas dan juga Erlan. Walau hanya pernikahan kontrak tapi tetap saja tidak enak. “Iya sih kak, tapi nggak enak sama kak Chelsea,” kata Keyla kembali. Chelsea adalah kekasih Dimas yang sama sama populer juga. “Nggak enak kenapa? Kan kita nggak ada apa apa selain tugas kampus aja. Dan lagi, dia paham kok.” Akhirnya Keyla pun mengalah dan mulai berdiskusi siapa saja yang akan ikut menjadi anggota panitia. “Dua temen kamu itu hisa di
“Papa, Vina mau jalan jalan sama papa dan mama kaya temen temen,” ucap Vina kepada ayahnya. Tadi, saat dirinya di sekolah teman temannya banyak bercerita jika mereka jalan jalan bersama dengan orang tuanya, membuat Vina juga ingin merasakan seperti teman temannya. “Jalan jalan ke mana, nak?” tanya Erlan. Ia akan melakukan apa saja untuk membuat putrinya bahagia. Apalagi akhir akhir ini, ia memang kerap kali sibuk dan mungkin sedikit abai pada anak anaknya. “Ya ke mana aja yang seru, pa.” Erlan mengangguk. Tentu saja ia akan meluangkan waktunya untuk anak anaknya karena tak ada yang lebih berharg dari pada mereka. “Ya udah tapi nanti ya nunggu waktu kerja papa longgar,” jawab Erlan. Vina menganggukkan kepalanya dengan senang. Audah tak sabar untuk jalan jalan seperti teman temannya di sekolah. “Makasih papa.” Erlan mengangguk. Ia jadi merasa bersalah karena tak ada waktu mengajak anak anaknya jalan jalan. Harusnya di usianya seperti itu perlu kasih sayang ĺebih darinya sebagai seor
“Papa juga nak, kan papa yang nyari uang buat kalian makan,” protes Erlan tak terima. Anaknya selalu membanggakan Keyla saja, padahal ada andil dalam dirinya. “Ya elah bos jealous nih ceritanya?” kata Satria menggoda bosnya yang sedang dalam mode cemburu. Lucu sekali pikirnya. “Apa sih lo, nggak usah ikut campur selain urusan pekerjaan!!’’ “Ah elah bos mah nggak asyik amat sih,” keluh Satria. Bekerja dengan Erlan memang selalu dalam mode serius. Kalau begini terus yang ada ia cepat tua nanti. ***Merek masuk ke dalam sebuah restoran mewah yang ada di tengah tengah sawah, terdapat aliran sungai yang jernih. Banyak ikan ikan yang menari nari di sana. Vina dan Vano nampak tersenyum cerah, tap dapat dibohongi jika mereka sangat bahagia terlihat jelas diraut wajahnya. Satria memesan makanan sesuai keinginan mereka. Setelah itu, ia kembali duduk bersama dengan mereka. Namun, dengan kurang ajarnya ia duduk di tengah antara Keyla dan Erlan, membuat laki laki yang gampang naik darah alias
Keyla merasa senang karena mendapatkan hadiah dari anak anaknya di hari ulamg tahunnya. Ia tak menyangka jika anak sambungnya akan seantusias ini membuat kejutan untuk dirinya bersama dengan Satria. “Makasih banyak ya, mama suka,” ucap Keyla tak henti hentinya bersyukur memiliki anak sambung yang pintar dan baik seperti mereka. Mungkin saja mereka persis seperti ibu mereka karena jika menurun pada Erlan rssanya sangat mustahil. Ah iya Keyla hampir lupa jika ibu kandung anak anak kan seorang model terkenal dan juga dermawan. Ia paham dan beritanya seliweran di semua media dan mengatakan jika model yang tak lain ibu kandung si kembar itu sangat dermawan. Keyla memeluk dan mencium si kembar. Ia bahagia sekali bisa mengenal mereka. Meski mereka tumbuh tanpa kasih sayang ibu, tapi mereka berhasil menjadi anak anak yang baik dan pengertian karena kakek neneknya. Lagi lagi, Keyla memuji orang lain dari pada Erlan, suaminya sendiri. Ia tak yakin karena menurutnya Erlan itu arogant dan suka
Malam itu begitu tenang, hanya suara jam dinding yang terdengar di ruang tamu rumah Keyla dan Erlan. Keyla sedang duduk di sofa, bersandar sambil memegang perutnya yang sudah besar. Wajahnya tampak kelelahan setelah menjalani hari yang panjang. Di sebelahnya, Erlan sedang menonton televisi sambil sesekali melirik istrinya, merasa khawatir tapi mencoba tetap tenang. “Kamu baik-baik saja, Sayang?” tanya Erlan lembut, matanya penuh perhatian. Keyla tersenyum kecil, meski jelas ada ketegangan di wajahnya. “Aku baik-baik saja, cuma sedikit kram. Mungkin kontraksi palsu,” jawabnya, mencoba meredakan kecemasan Erlan. Namun, beberapa saat kemudian, rasa sakit yang sebelumnya hanya seperti kram ringan tiba-tiba berubah menjadi lebih intens. Keyla memegang erat perutnya dan mengerutkan kening, rasa nyeri itu datang tanpa peringatan. “Ahh…,” desah Keyla, menahan rasa sakit. Erlan segera mematikan televisi dan duduk lebih dekat. “Keyla, apa ini kontraksi? Sudah waktunya?” tanyanya panik, t
Pagi itu, langit cerah seakan merestui acara syukuran tujuh bulanan kehamilan Keyla. Di rumah mungilnya yang penuh dengan nuansa tradisional, ia dan suaminya, Andi, menanti kehadiran tamu-tamu terdekat yang sudah diundang. Sebuah tenda sederhana berhiaskan kain putih dan hijau dipasang di halaman depan, dengan meja-meja kecil dan kursi yang tersusun rapi.Tamu-tamu mulai berdatangan. Wajah-wajah ceria dari keluarga besar Keyla dan Andi menghiasi suasana pagi itu. Ibu Keyla dan mertua menyambut para tamu dengan hangat, mengenakan kebaya tradisional dengan senyum lembut yang tak pernah lepas dari wajahnya. Tak lama kemudian, para sahabat dan kerabat lain pun datang, membawa berbagai bingkisan dan makanan untuk syukuran."Selamat datang, Silahkan masuk," sambut Agam sambil mempersilahkan para tamunya masuk. Di dalam rumah, Keyla yang duduk dengan anggun di kursi, mengenakan kain batik khas Jawa yang dipadukan dengan kebaya berwarna hijau muda, tersenyum lembut menyambut para tamu.Setela
Beberapa bulan kemudian, kandungan Keyla semakin membesar dan bulan ini memasuki bulan ke tujuh dan rencananya mereka akan mengadakan acara syukuran di rumahnya dengan mengundang beberapa anak yatim di panti asuhan, lansia, tetangga dan juga kerabat mereka yang tak ketinggalan serta sahabat mereka. Rencananya akan digelar dua hari lagi. “Kak aku seneng banget deh bentar lagi dedek bayinya lahir. Pasti dia lucu dan sangat menggemaskan seperti aku yang ibunya,” celoteh Keyla sangat cerewet, membuat Erlan pusing. “Iya sayang, jangan lupa kalau aku ayahnya yang tak kalah tampan,” sahut Erlan yang sama sama percaya dirinya. Keduanya memang sama sama pasangan kompak dan serasi. Di dalam kamar yang remang-remang dengan pencahayaan lembut dari lilin, Keyla duduk di tepi ranjang, mengenakan baju tidur satin berwarna pastel. Erlan duduk di sampingnya, menggenggam tangannya. Angin sepoi-sepoi masuk dari jendela yang sedikit terbuka, membawa aroma bunga melati dari taman.Erlan tersenyum lem
Rohimah dan keysa datang ke rumah Keyla dengan membawa beberapa makanan yang mereka buat sendiri. “Ya ampun ibu kenapa bawa makanan banyak segala sih? Pasti ibu capek?” Walaupun berkata seperti itu, namun Keyla tak menolak makanan tersebut dan menerimanya. Ia tak kuasa menolak makanan apalagi buatan ibu dan adiknya. “Nggak kok, kan ada adik kamu juga yang bantu ibu. Kebanyakan juga dia yang buat. Kamu tau sendiri kan dia seorang pengusaha kue?” kata Rohimah yang membuat Keyla mengangguk. “Makasih ya jadi ngerepotin.” “Kakak ngomong apa sih? Siapa juga yang direpotin. Aku juga tau kalau kakak pasti mau kan?” tebak Keysa yang tepat sasaran. “Ya sudah ya sudah, ibu sama Keysa udah sarapan belum? Kalau belum, mari sarapan sama sama!” ajak Keyla. “Udah nggak usah, kami udah sarapan kok.” “Beneran?” Keyla memastikan. Awas saja mereka bohong. “Iya bener, kagak percaya banget sih orang satu ini,” dengkus Keysa.”Lagian kan kakak tau kalau di rumah ibu, subuh itu udah mateng semua maka
Erlan kembali ke Bogor dengan Satria untuk melihat lahan dan bangunan yang terbakar. “Kamu sudah menyelidiki?” tanya Erlan. “Sudah bos, sepertinya orang itu adalah salah satu bawahan mereka. Jadi ya siapa lagi coba dalangnya kalau bukan kakek mertua anda,” jawab Satria blak blakan tanpa filter. Erlan menatap tajam ke arah Satria yang kalau ngomong suka ngasal.”Heh jaga ya omongan lo!! Awas sampai bini gue denger. Mati lo nanti!!” “Ya gue tau, makanya gue nggak berani nyebut keluarga itu kalau di depan bu bos. Gue juga situasi kali.” Mereka kembali melanjutkan perjalanan meski agak macet karena berbarengan dengan orang yang mau berangkat kerja. “Kenapa pakai macet segala sih? Ini udah lewat tol juga tadi,” keluh Erlan kesal. “Sabar bos, orang sabar disayang mertua,” ledek Satria membuat Erlan semakin kesal. *** Dua jam kemudian, mereka telah sampai di lokasi. Di mana ada beberapa bagian yang terbakar, namun tidak semua. Erlan meminta penjelasan kepada salah sat
Setelah semua pekerjaan selesai, Erlan langsung pulang ke Jakarta karena ia takut istrinya kenapa napa di rumah. Ya meski di sana dia tidak sendirian, namun tetap saja ia tak tega meninggalkan istrinya lama lama apalagi dalam kondisi mengandung anaknya. “Nanti mampir di toko oleh oleh, aku mau beli makanan buat istriku dan orang orang rumah,” titah Erlan kepada sang asisten. “Siap bos.” Di sisi lain, Keyla sendirian di dalam kamar sambil menunggu suaminya dengan bosan. Ia bingung mau melakukan apa karena semuanya terasa membosankan. Ia menghela nafasnya panjang, ia merasa kesepian tidak ada sang suami di sisinya. “Kak Erlan kenapa lama sih? Aku kan jadi kangen sama dia,” ucapnya sambil mengelus perutnya yang sedikit menonjol. “Sabar ya dek ya, papa sebentar lagi pulang kok.” Ia pun memilih memejamkan matanya karena matanya terasa berat. ***“Sayang maafin aku ya karena semalam pulang jam sepuluh dan kamu udah tidur,” ucap Erlan merasa bersalah. Apalagi istrinya sedari tadi han
Bi Siyah mengetuk pintu kamar majikannya. Di tangannya ada sebuah paket yang baru saja dikirimkan oleh kurir yang katanya buat majikannya. Sedangkan Keyla yang berada di dalam langsung membukakan pintu kamarnya setelah mendengar ketukan pintu dari luar. “Iya sebentar,” ucap Keyla dari dalam. “Ada apa bi?” tanya Keyla saat sudah membuka pintu kamarnya. Mereka duduk di kursi yang tak jauh dari pintu kamar Keyla. “Maaf mengganggu waktunya nyonya,” ucap bi Siyah merasa tak enak. Keyla menggeleng seraya tersenyum.”Ah nggak kok bi.” “Ooo iya ini ada paket dari kurir Nyonya, katanya buat Nyonya,” ucapnya sambil memberikan paket yang ada di tangannya. “Lo paket? Kok bisa? Perasaan aku nggak pesen deh. Erlan juga pastinya nggak bakalan pesen paket.” Walau begitu, ia tetap menerimanya. “Ya udah sini bi, makasih ya.” “Sama sama nyonya, kalau begitu saya permisi. Mau melanjutkan pekerjaan saya,” pamit Bik Siyah. Keyla mengangguk. “Kalau capek istirahat bik, jangan dip
Keyla dan Erlan memasuki ruangan pemeriksaan karena hari ini adalah jadwal cek up kandungan Keyla pertama kalinya dan Erlan tak mau melewatkan hal itu. “Siang tuan dan nyonya, silahkan duduk!!” kata sang dokter wanita. Keduanya pun duduk, Keyla diminta berbaring di brangkar dan memulai pemeriksaan. Setelah memeriksa semuanya, sang dokter itu menjelaskan keadaan calon anak mereka. “Alhamdulillah keadaan kandungan nyonya baik baik saja. Saran saya pertahankan makanan sehat dan juga vitamin kehamilan. Hindari kerja berat berat dan juga memikirkan hal yang membuatnya stres. Jadi tuan juga harus menjaga emosi nyonya, jangan sampai dia stres. Pastikan nyonya bahagia selalu,” papar sang dokter. “Semua terjamin kalau hidup sama saya dan dia pasti akan bahagia selalu!!” tegas Erlan, membuat dokter itu meringis. “Iya tuan, saya percaya.” Keyla hanya diam saja. Kemudian Keyla menerima resep vitamin yang harus ditebusnya. “Dok,” panggil Erlan saat mau berdiri. Dokter itu mendongak.”Saya ma
Dua minggu kemudian, Ellia sudah kembali ke negara di mana ia menimba ilmu karena tak bisa lama lama di rumah dan harus segera menyelesaikan tugasnya agar ia bisa cepat cepat kembali ke negaranya. Keyla menatap wajah adiknya yang nampak sendu. Ia pun bertanya kepada sang adik. “Ada apa? Kok wajah kamu kaya sedih gitu? Katanya kamu mau ngomong penting, tentang apa? Butuh sesuatu? Ngomong sama kakak.” Keysa menggeleng, hasil dari usahanya sangat cukup untuk kebutuhan dirinya.”Terus kenapa?” Keysa nampak menghembuskan nafasnya kasar.”Dia kembali,” lirih Keysa. “Dia siapa?” Alis Keyla bertaut. Walau sebenarnya ia bisa menebak siapa dia? Dari raut wajah sang adik saja ia bisa tahu.”Apa yang dia lakukan sama kamu dan ibu? Di mana kamu bertemu? Karena selama ini dia ada tapi tidak ada buat kita!!” Ya … yang mereka maksud adalah ayah mereka yang sudah lama bahagia dengan keluarga barunya. Meninggalkan mereka bahkan sejak Keysa bayi. Keyla sangat paham dengan perasaan adiknya.