Share

Bab 12. Tanpa Kelembutan

Penulis: RidaFa05
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Gladys hanya diam bergeming, dia duduk lesehan beralaskan tikar. Menunggu pesanan makanan agar segera sampai, karena ia sangat lapar dan perutnya meronta makan.

Bunyi cipratan air sayup-sayu terdengar, menandakan Arnesh belum selesai membersihkan diri. Gladys mengusap perut, tak tahan, sedari tadi perutnya terasa keroncongan.

"Glad ..." Gladys tersentak, saat Arnesh memanggilnya.

Wanita muda itu dengan cepat menoleh malas. "Kenapa?" tanyanya.

Arash menongolkan wajahnya dibalik pintu kamar mandi. "Kau punya handuk?"

"Punya, hanya satu," balas Gladys seadanya.

Dia tidak tahu, kenapa Arnesh bertanya seperti itu. "Boleh pinjam?"

"Sebentar, Pak."

Sepasang mata Gladys membeliak. Selain harua berbagi ranjang, ya kali harus berbagi handuk juga? Astaga, Gladys tidak habis pikir.

Ia menyambar handuk miliknya, berjalan ragu ke kamar mandi berukuran sempit dan kecil. Mengulurkan tangan, memberikannya pada sang suami.

Sayangnya, tangan Arnesh tidak bisa menggapai, lantaran Gladys terlalu jauh untuk
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Mengandung Benih Terlarang Dokter Tampan    Bab 13. Digosipkan

    Apa yang terjadi malam tadi, Livya melupakannya begitu saja. Dia tidak mau memperpanjang masalah, biarlah dia memendam apa yang dirasakan, ini lebih baik. Livya meringis, menahan sakit dibagian pangkal pahanya.Arnesh menoleh sekilas, lalu lanjut melahap saran yang dibuatkan asisten rumah tangga."Maaf bangun telat, Mas. Jadi nggak sempat buatkan kamu sarapan," cicit Livya.Mengangguk singkat, Arnesh tetap menyuapkan sesuap nasi goreng ke dalam mulutnya. "Nggak papa, aku nggak suka sama masalan kamu. Jadi nggak perlu repot-repot," tukasnya.Livya tersenyum paksa, karena memang Arnesh tidak suka dengan masakannya. "Kapan-kapan ke rumah orang tuaku yuk, Mas. Kamu ditanyain mulu sama mereka. Katanya suruh mampir.""Ya, aku usahakan." Senyuman Livya mengembang, ada seciul harapan yang suaminya ucapkan barusan. Dalam artian, Arnesh setuju."Mas, hari ini aku mau jalan bersama teman-temanku," kata Livya."Terus?" tanya Arnesh malas. Dari dulu dia memang tidak ingin tahu soal kegiatan Livya.

  • Mengandung Benih Terlarang Dokter Tampan    Bab 14. Benci

    Malam hari, Gladys sudah pulang dari tempat kerja. Dia memegangi perutnya yang terasa lapar. Berhubung hari gajihan masih lama, Gladys harus menahan diri melewati masa ngidamnya.Gladys harus bisa menghemat demi bertahan hidup, menjalani kerasnya kehidupan di ibu kota. Meski kerja di Hotel yang gajinya tak seberapa, hanya cukup untuk biaya makan dan bayar kontrakan saja.Dia terduduk, memegangi kedua lututnya, manik matanya berkaca-kaca. Menjalani kehamilan dengan begitu sulit. Saat tahu dirinya berbadan dua, Gladys sulit menerima kenyataan yang ada membuat hidupnya terlunta-lunta."Tahan ya, Nak. Jangan ingin sesuatu dulu. Mama lagi nggak punya uang," isak Gladys.Untung saja dia masih waras, mempertahankan nyawa yang tumbuh di rahimnya. Digugurkan pun bayi ini tidak berdosa.Gladys menatap sisa makanan kemarin malam, yang masih ada di plastik. Gladys membukanya, ia memakannya tanpa tahu basi atau tidaknya.Perutnya terasa sakit, menahan lapar selama beberapa jam lamanya. Andai saja

  • Mengandung Benih Terlarang Dokter Tampan    Bab 15. Diare

    Arnesh tertidur dengan posisi duduk. Dia terserang kantuk, saat membujuk Gladys yang mengunci diri di dalam sana. Wajah rupawannya terpejam, betah tidur meski di posisi yang tak nyaman.Di kamarnya, Gladys meringis kesakitan. Merasakan perutnya mules dan sakit secara bersamaan."Awh, s-sakit," Ia merintih kesakitan.Bangkit berdiri, menuju kamar mandi untuk menuntaskan hajatnya. Tidak tahu kenapa, Gladys mules yang tak biasa. Dia membuka pintu, terkejut saat melihat sang suami sedang tidur."Dokter Arnesh?" gumamnya.Tidak memperdulikan itu, Gladys buru-buru ngibrit.Gladys pikir, setelah membuang hajat sekali dia akan lega. Rupanya tidak, rasa mulas itu berangsur lama sampai akhirnya Gladys bolak-balik entah keberapa kalinya."Pak ...." Gladys memanggil Arnesh, meminta bantuan karena tubuhnya sudah terkulai di lantai. "Pak Arnesh!" Lagi, ia memanggil dengan menaikkan nada.Arnesh terbangun, dia berjingkat saat melihat Gladys menahan sakit dan memegangi perut. Tak ayal, Arnesh mengham

  • Mengandung Benih Terlarang Dokter Tampan    Bab 16. Terkesima

    Di atas brankarnya, Gladys hanya bisa diam dan berbaring. Dia tidak dibiarkan banyak bergerak, Arnesh akan menegurnya. Berhubung ini bukan ruangan VVIP, Gladys seruangan dengan pasien lainnya.Dia hanya bisa memperhatikan Arnesh yang sedang memeriksa. Aneh, Gladys jadi tertarik untuk menoleh, tepatnya ke arah Dokter Arnesh yang manangani seorang anak kecil.Gladys menatap lekat, betapa rupawannya Dokter Arnesh. Entah kesialan atau keberuntungan ia bertemu dan dinikahi Dokter tampan nan muda itu."Ini pasti bawaan Baby yang mau lihat Papanya," monolog Gladys pada dirinya sendiri.Rasa sakit dan mulasnya sedikit berkurang, berkat penanganan Dokter tampan yang menjadi suaminya.Di tempat Arnesh berdiri, ia mengangkat wajah. Tadinya ingin memastikan Gladys, tapi istri kecilnya tengah menatap ke arahnya. Wajah yang tak tertutup masker itu tersenyum tipis, lekas Gladys berbalik dan memunggungi."Dok, apakah anak saya sudah diperbolehkan pulang?" tanya Ibu pasien, yang sudah beberapa hari in

  • Mengandung Benih Terlarang Dokter Tampan    Bab 17. Dikira Adik Kakak

    Kaki jenjang Dokter Arnesh melangkah, menuju ruangan kerjanya. Saat membuka pintu, dia melihat seorang wanita cantik tengah duduk dan bermain ponselnya.Dokter Arnesh membuka stelan kerjanya dan menyampirkan di kursi, dia duduk berhadapan dengan Livya yang menatapnya cemas."Kamu kenapa nggak pulang, Mas? Aku khawatir tahu," kata Livya, jarinya menaut disela-sela jari sang suami.Sembari bersandar, Dokter Arnesh tidak menolak dan berwajah datar, beda dengan sekali saat sedang bersama Gladys."Aku bukan anak kecil, Liv. Nggak perlu kamu khawatirkan," timpal Arnesh.Rasa senang Livya bertemu dengan suaminya kentara, bisa ditebak dari raut wajahnya begitu cerita, padahal Arnesh abai-abai saja."Kangen, pengen peluk," pinta Livya, manja.Tidak suami pada umumnya yang suka dengan sikap manja istrinya. Justru Arnesh malah sebaliknya, dia risih."Gerah," elak Arnesh. Namun tetap saja Livya tidak mendengarkan, seolah menulikan pendengaran dan duduk di pangkuan suaminya.Livya memang begini, l

  • Mengandung Benih Terlarang Dokter Tampan    Bab 18. Hal Tak Biasa

    Arnesh merasakan hal tak biasa, ketika melewati perjalanan bersama dengan Gladys. Seperti senang, tapi Arnesh juga tidak tahu apa yang terjadi. Padahal sikap Gladys cuek-cuek saja padanya.Depan gapura gang, keduanya berhenti. Lantaran mobil tidak bisa masuk ke sana."Kamu nggak usah turun, warga desa sedang ramai-ramainya jam segini," kata Gladys, melarang Arnesh turun.Lantaran di desanya, biasa ramai karena warganya banyak yang pulang kerja."Kan bisa pakai masker, Glad. Kamu emang kuat ngangkut belanjaan?" tanya Arnesh, yang masih ingin ikut dengan Gladys.Gladys menghunuskan tatapan tajam. "Tetap saja mereka akan bertanya, aku nggak mau mereka tahu!"Lagi, Arnesh hanya bisa pasrah saja. Biarpun Gladys cuek dan ketus, setidaknya wanita itu tidak mendiamkannya dan diam saja.Ia juga sudah bilang kepada Livya akan pulang sore, lain waktu Arnesh akan berkunjung ke kediaman istri keduanya.Tangan Arnesh merogoh saku, membawa dompet dan memberikan uang berwarna merah kepada Gladys. Dia

  • Mengandung Benih Terlarang Dokter Tampan    Bab 19. Arnesh Mual-Mual

    Arnesh sampai, di teras rumah sudah ada seorang wanita cantik yang selalu menunggu dan menyambutnya. Livya terlihat cantik dengan balutan dress melekat di tubuhnya moleknya. Hanya saja, Arnesh biasa-biasa saja, tidak terlalu terpana."Aku malah senang saat bersama Gladys," gumam Arnesh, sebelum akhirnya turun dari mobil.Livya melambaikan tangan, senyuman manis berkembang di bibir yang sudah dipolesi lipstik itu. Sang istri menghampiri, melingkarkan tangan, namun Arnesh segera menghindar, risih."Mas, ih. Kok dilepas terus!" Livya mengerucut, bibirnya manyun saat Arnesh menjauh."Udah tahu aku nggak suka kamu peluk-peluk, masih aja gitu," balas Arnesh."Ada Mama sama Papa lho, Mas. Masa kamu mau cuekin aku terus," Arnesh melirik ke samping. Benar, ada mobil milik orang tuanya terparkir. Entah apa maksud kedatangan mereka ke sini."Aku nggak peduli!" Arnesh berjalan dahulu, Livya mengekori dan memanggil-manggil namanya.Arnesh masuk ke dalam, disuguhkan wajah orang tua yang sudah berdi

  • Mengandung Benih Terlarang Dokter Tampan    Bab 20. Rujak Di Pagi Hari

    Di dalam kontrakan kecil itu, Gladys sedang membereskan rumahnya agar tak berdebu. Tidak seperti biasanya, Gladys tidak merasakan mual dan pening.Dia bahkan merasa, jika dirinya sedang tidak berbadan dua. Gladys lega, setidaknya gejala kehamilannya tidak terlalu menyiksa agar dia bisa fokus kerja.Gladys berjalan ke dapur, membuka plastik belanjaan tadi sore. Ia ingin makan mie instan malam-malam begini."Aish, kenapa kompornya nggak nyala sih?" gumam Gladys, melihat gas elpiji yang ternyata sudah habis.Gladys memukul kening pelan, ia lupa jika dirinya lupa mengganti gas yang baru dibeli. Jika tidak ada, Gladys susah masak nantinya."Mana lagi udah malam," Gladys yang memang sedang lapar mengusap perutnya.Suara ketukan pintu membuat atensi Gladys menatap lurus ke depan. Dia was-was, takut Arnesh yang datang.Ia mengintip dibalik tirai jendela. Ternyata itu Ghani, bukan Arnesh. Tapi ... mau apa pria itu datang?"Mas Ghani ngapain malam-malam ke sini?" Gladys langsung bertanya. Tidak

Bab terbaru

  • Mengandung Benih Terlarang Dokter Tampan    Bab 80. (Ending)

    Livya terduduk di lantai, dia terus dimarahi oleh para tahanan lain karena terus menangis. Dia memeluk lututnya, menangisi takdir yang tak berpihak padanya.Ia ingin pulang dan keluar dari sini. Mama Venny datang untuk besuk, dia menghampiri Livya yang sedang duduk."Livya! Livya!" pekik mama Venny. Berhasil menyentak Livya yang sedang melamun.Livya yang tadinya duduk, buru-buru mendekat ke arah ibunya sambil memegang kedua tangannya. "Ma, tolong bantu aku keluar dari sini, Ma."Mama Venny tak bisa melakukan apapun sekarang. Bukti yang diberikan Arnesh sangat kuat."Nanti Mama pikirkan. Mama punya info penting Livya.""Info apa, Ma?""Soal Daniel."Mendengar nama Daniel disebut-sebut, Livya jadi mengharap sang kekasih datang dan membebaskannya."Ada apa soal Daniel, Ma?" Dengan cepat Livya bertanya."Daniel ... dia sudah menikah dengan perempuan lain, Livya," balas mama Venny.Deg! Tubuh Livya terbujur kaku. Ia berpegangan pada jeruji agar tubuhnya tidak limbung. Saraf-sarafnya tera

  • Mengandung Benih Terlarang Dokter Tampan    Bab 79.

    Satu minggu kemudian ....Setelah dirawat di rumah sakit selama beberapa hari, akhirnya Gladys diizinkan pulang selama proses pemulihan. Bayinya pun sehat setelah melakukan pemeriksaaan.Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, bahwa Gladys dan Arnesh akan pulang ke kediaman mama Linda. Arnesh juga memutuskan untuk menjual rumah yang dulu ia tempati bersama Livya."Angkat aja, Nak, bawa masuk ke kamar," kata mama Linda, memberitahu anaknya agar menggendong Gladys yang masih kesulitan jalan. Dia menggendong Jesslyn, bayi perempuan yang mirip sekali dengan putranya.Gladys digendong ala bridal, menuju salah satu kamar di lantai bawah."Nah, Gladys, ini rumah kami. Saya harap kamu nggak merasa sungkan di sini," kata mama Linda. Perlahan mulai menerima kehadiran anak dan menantunya."Iy-iya, Ma."Gladys mengangguk. Sejak kejadian Livya datang, ibu mertuanya jadi perhatian sampai sekarang. Apalagi wanita paruh baya itu selalu membantu menjaga Jesslyn."Kamu temani aja istrimu. Biar Mama yang

  • Mengandung Benih Terlarang Dokter Tampan    Bab 78.

    Arnesh terkekeh sinis, saat Daniel meminta Livya untuk dibebaskan. Padahal sudah bersalah, bukti pun sudah jelas. Dia tak mengindahkan keinginan Daniel, pengkhianat yang sudah menusuknya dari belakang.Arnesh bangkit dari kursi, mengabaikan Livya dan Daniel yang ada di hadapannya. Sementara mama Venny, wanita paruh baya itu bingung mau bagaimana."Gila saja membebaskan orang yang sudah terbukti bersalah. Lanjutkan prosesnya, Pak, biarkan Livya menjalani hukumannya," ujar Arnesh berlalu bergitu saja, meninggalkan para dua pengkhianat itu.Mulai sekarang, Arnesh tidak ingin lagi berhubungan atau bertemi dengan mereka. Ia hanya ingin fokus pada kehidupannya yang sekarang bersama Gladys."Udah. Mulai sekarang kamu lupain mereka, fokus ke kebahagiaanmu," ujar papa Wandi menepuk pundak putranya.Pria berbeda usia itu menaiki mobil masing-masing untuk kembali ke rumah sakit. Ia khawatir dengan kondisi Gladys beserta anaknya.Ia menjalankan mobilnya dengan kebut-kebutan, ingin segera sampai,

  • Mengandung Benih Terlarang Dokter Tampan    Bab 77.

    Arnesh memutuskan untuk pergi, karena ia akan bicara dengan pengacaranya di sebuah caffe. Ia akan mengurus surat perceraiannya dengan Livya. Ia berpamitan dulu pada Gladys dan juga anaknya."Aku pergi dulu sebentar, kalau ada apa-apa hubungi aku," ujar Arnesh. Melabuhkan kecupan berulang-ulang pada pipi istri dan pipi anaknya.Gladys terkekeh, ia mendorong Arnesh agar menjauh. "Nanti Jesslyn bangun, Pak Arneh.""Gemas rasanya," ucap Arnesh diiringi dengan tawa.Arnesh melirik arloji yang melingkar di tangannya. Ia lantas pamit. Arnesh sudah mengundang pengacara datang. Dengan berat hati dia pun menaiki mobilnya.Kepergian Arnesh itu menjadi sebuah kesempatan bagi Livya yang diam-diam masuk ke dalan ruangan Gladys. Wanita itu memakai topi dan juga masker agar kehadirannya diketahui.Melihat ada Livya di sini, Gladys membeliakkan matanya sambil memeluk Jessyln. Livya membuka topi, ia menatap bengis pada wanita yang sudah menjadi simpanan suaminya."Sekarang kau bahagia bukan jika Mas Ar

  • Mengandung Benih Terlarang Dokter Tampan    Bab 76.

    Sementara di luar ruangan, papa Wandi sedang membujuk istrinya yang enggan masuk ke dalam. Mama Linda masih belum bisa menerima Gladys sebagai menantunya. Ia juga belum percaya, jika anak yang dikandung Gladys adalah anaknya.Papa Wandi juga sudah bercerita, jika ia sudah dikenalkan pada Gladys. Mama Linda kesal, selama ini hanya dia yang tidak tahu fakta sebesar ini. Ia kesal, itulah sebabnya enggan keluar."Ma, kenapa nggak masuk ke dalam? Yakin nih nggak mau lihat cucu kita? Bukannya Mama pengen banget punya cucu," ajak papa Wandi menggoda istrinya yang memiliki keinginan menimang cucu.Mama Linda tidak akan luluh begitu saja, dia bersedekap dada dan membuang pandangannya. "Ngapain Papa ngajak Mama? Biasanya juga main rahasiaan, 'kan? Udahlah sana. Mama di sini aja."Melihat istrinya yang sedang marah. Papa Wandi jadi gemas sendiri, pasalnya kemarahan sang istri sudah seperti anak ABG saja, tidak ada ubahnya dari dulu."Ada alasan kenapa Papa nyembunyiin dari kamu, Ma, sekarang ngg

  • Mengandung Benih Terlarang Dokter Tampan    Bab 75.

    Livya terusir paksa dari rumah suaminya. Dia harus pindah, ke kediamannya yang di Jakarta. Wanita hamil itu menangis tersedu-sedu, harus diceraikan karena Arnesh memilik madunya itu.Mama Venny merasa malu, dengan kelakuan Livya dan juga Daniel. Karena mereka, reputasinya hancur. Arnesh juga tidak mau percaya. Lelaki itu memilih menceraikan Livya.Sesampainya di kediaman. Mama Venny menyapu semua barang-barang sekitar, dia begitu geram dipermalukan. Tentu saja yang tak lain dan tak bukan karena Livya."Lihat sekarang, Livya! Atas perbuatanmu itu Mama yang harus menanggung malu! Sekarang Arnesh sudah menceraikanmu. Mama nggak akan membantumu! Silakan saja menikah dengan Daniel, pria yang menghamilimu!" sentaknya sembari menunjuk pelipis Livya menggunakan jari telunjuknya.Amarahnya sudah tak terkendali dengan semua ini. Apalagi Livya hanya bisa diam dan menangis, seolah itu bisa menyelesaikan masalah."Dan kamu, Daniel! Nikahkan anak saya jika benar itu anakmu! Saya tidak mau cucu saya

  • Mengandung Benih Terlarang Dokter Tampan    Bab 74.

    Pipi Gladys bersemu, ia menunduk dalam saat Arnesh mengatakan hal itu padanya, tepat di depan matanya. Pria itu menegakkan duduk, menggenggam tangan Gladys begitu erat dan mencium punggungnya tangannya dengan sangat lama."Kenapa, Glad? Apa kamu nggak cinta aku dan nggak mau hidup bersamaku?" tanya Arnesh dengan serius.Apa yang harus Gladys jawab? Dia sendiri pun bingung harus menjawab apa di saat dirinya belum bisa memahami yang dirasakan dirinya saat ini."Glad ...." Arnesh memanggil, dia menunggu jawaban istri keduanya. Dagu Gladys diangkat agar bisa menatapnya. "Maukah?" tanyanya.Gladys membalas tatapan Arnesh, kepalanya mengangguk begitu saja seolah setuju dengan pertanyaan Arnesh."Aku lakukan demi putri kita, ibumu sepertinya nggak menyukaiku," ujar Gladys. Masih terngiang-ngiang perkataan yang dilotarkan mama Linda padanya.Gladys tidak mau, mengganggu keluarga suaminya. Ia hanya ingin hidup tenang bersama putri yang baru dilahirkan.Jawaban Gladys membuat Arnesh senang, mes

  • Mengandung Benih Terlarang Dokter Tampan    Bab 73.

    Sekujur tubuh Livya terbujur kaku. Bagai tersambar petir di siang bolong Livya tersentak kaget saat Arnesh berkata seperti itu. Livya langsung memeluk Arnesh, dia tidak mau hubungannya berakhir."Apa maksud kamu, Mas? Aku nggak mau cerai, aku nggak pisah," ujar Livya menangis terisak-isak. Sial sekali, nasib buruk malah terjadi padanya hari ini.Arnesh mendengus. Sudah terlanjur murka dengan apa yang dilakukan Livya padanya, yang lebih parah lagi pada ayahnya. Papa Wandi hampir meregang nyawa karena perbuatan Livya.Apa yang sudah Livya lakukan sulit ditolelir. Arnesh jadi tidak mau lagi berhubungan dengannya. Livya sudah berkhianat dan mencelakai keluarganya. Begitipun mama Linda, dia juga sangat geram pada menantu kesayangannya, dengan tiba-tiba malah membencinya."Lepaskan aku, Livya! Aku nggak akan memberikanmu kesempatan! Kamu udah mencelakai ayahku!" sentak Arnesh. Tanpa rasa iba yang ia rasa, Arnesh dengan cepat menepis tangan Livya yang melingkar di perutnya."Mama, tolong Liv

  • Mengandung Benih Terlarang Dokter Tampan    Bab 72.

    Diberikan pilihan yang rumit seperti itu, Arnesh menjadi dilematis memilih salah satu di antaranya. Dia diam, tidak langsung menjawab pertanyaan dari Livya terus mendesak jawaban.Livya memukul-mukul dada bidang Arnesh, sambil mencengkram kerah kemejanya. Sia-sia sudah perjuangannya mempertahankan rumah tangga, Arnesh malah tergoda oleh Gladys yang bernotabene sebagai orang ketiga di kehidupan rumah tangganya."Kenapa diam, Mas? Nggak bisa jawab 'kan kamu? Tinggalkan perempuan itu," pinta Livya, menuntun tangan Arnesh untuk mengelus perut besarnya. "Ini juga anak kamu, Mas Arnesh. Kenapa kamu lebih memilih gadis yang nggak jelas asal-usulnya?" "BOHONG! JANGAN PERCAYA PADA LIVYA!"Suara teriakan dari seseorang membuat ketiga orang itu menoleh ke arah belakang. Tepatnya pada seorang pria yang berdiri di ambang pintu, sontak saja mereka membelalak terkejut."Papa?" pekik Arnesh. Kaget saat Papa Wandi datang dengan keadaan yang sudah bisa berjalan."Ma-mas? Ka-kamu ... kenapa bisa? Kamu

DMCA.com Protection Status