Yira muncul dari balik kerumunan penonton membuat Wang Ling terkejut. Dia tidak mengira bahwa Yira berada di kerajaan Ignis Ventus. Mengetahui rivalnya berada dihadapannya sedikit membuatnya takut mengingat duel sebelumnya Yira membunuh bawahannya dengan satu serangan. "Kakak!" Seorang gadis berusia 18 tahun berlari menghampiri Yira dengan senyum yang merekah. "Kakak, akhirnya kamu bersedia keluar," Gadis yang merupakan adik Yira memeluknya erat sambil menitihkan air mata kebahagiaan. "Sudahlah, jangan menangis," Ucap Yira dengan nada lembut sembari menyeka air mata dipipi adiknya. "Yura, Kamu juga disini? Bukankah waktu itu Yu Shao sudah menidur...." "Tutup mulutmu!" Wang Haotian memotong perkataan putrinya, dia khawatir kalau Yira akan berbuat nekat jika Wang Ling mengatakan hal yang tidak seharusnya. "Apa yang kamu katakan tadi?" Yira menyuruh Wang Ling mengulang kalimatnya sekali lagi namun, sorot mata tajam ayahnya langsung membuatnya menutup mulutnya. "Kamu Yira kan? Putri
*Istana Kaisar Iblis* "Tidak berguna!" Xie Moyun murka mengetahui putra Ling Huoli gagal melakukan tugas yang dia berikan. Meski tidak memaki Ling Huoli, dia tidak akan memaafkan kesalahan tersebut. "Tuan maafkan aku, tuan tolong jangan hukum aku." "Beri aku kesempatan sekali lagi, tuan aku tidak akan mengecewakan mu." Ling Huoli bersujud dan memohon untuk memberinya kesempatan untuk membuktikan bahwa dirinya tidak akan mengecewakan Xie Moyun. "Tuan aku sudah tidak bisa kembali ke Alam Dewa." Ling Huoli sudah ketahuan memberikan Api Iblis Neraka kepada Yu Shao dan kedoknya juga sudah terbuka. Semua Dewa tahu bahwa dia sudah berkolusi dengan Kaisar Iblis."selain itu putraku juga dihabisi dengan kejam. Aku pasti akan membalas dendam itu dengan nyawaku." Mendengar ucapan Ling Huoli, dia memiliki pikiran jahat lainnya. Dalam otaknya dia berpikir akan memanfaatkan alasan balas dendam Ling Huoli untuk menghabisi Yira. "Aku beri satu kesempatan." "Bawa gadis bernama Yira kepadaku! Hi
Setelah hampir dua minggu Yira melakukan perjalanan jauh akhirnya, dia sampai di Bukit Bintang, tempat Yira dan Raja Wang sepakat untuk bertemu. Di sana sudah ada Raja Wang seorang diri berdiri tengah menunggu dirinya. Yira berusaha tenang dan membuat ekpresi senatural mungkin, agar tidak diketahui bahwa dia sedang mencurigai Raja Wang ini. "Mana barangku," Yira langsung pada point nya karena dia tidak ingin tinggal terlalu lama. Raja Wang menyerahkan sebuah tas Qiankun yang berisis barang-barang yang diinginkan. Saat Yira akan berbalik Raja Wang menghentikannya. "Tunggu!" "Ada apa?" Yira bertanya kenapa Raja Wang menghentikannya. "Dari mana kamu tahu barang ini ada bersamaku?" Pertanyaan Raja Wang membuat Yira semakin curiga. Sehingga dia memasang senyumnya sambil menjawab, "Ayah yang memberitahu, dia juga menyuruhku mengambilnya." "Ah... baiklah, sampaikan salamku padanya." Ucapan Yira hanya ditanggapi santai oleh Raja Wang, dia juga tidak memasang ekspresi yang membuat Yira c
Malam hari di sebuah taman bunga, aroma tanah bercampur dengan wangi bunga-bunga mekar. Angin berhembus merdu membelai rambut seorang gadis cantik. Udara dingin ditemani dengan terangnya cahaya bulan menambah nuansa romantis. Yira membuka mata, dia sudah berada disebuah paviliun kecil yang dikelilingi luasnya taman bunga. Yira bangkit, menatap indahnya bunga yang diterangi oleh cahaya bulan. Matanya tertuju pada seorang pria yang mengenakan hanfu putih serta rambut panjang berwarna putih. Dia menatap pria itu dengan waktu lama, merasa familiar dengan perasaan yang dia rasakan. Pria yang sedang memetik bunga tersebut menoleh. 'A-yun.' "A-yun!" Yira melihat Xieyun sedang tersenyum padanya. Senyum yang sudah dia rindukan, dia tersenyum haru dengan air mata menetes dari matanya. Belum sempat Yira menghampirinya pria itu berjalan lurus menjauh dari Yira. "A-yun kamu mau kemana tunggu aku. A-yun!" Yira berlari mengejar pria itu. Dia memegang tangan pria itu, berusaha menahannya agar t
Beberapa hari ini Yira mengamati keanaehan desa ini. Dia menemukan banyak orang yang menderita sebuah penyakit yang dia sendiri tidak tahu namanya. Kabut di desa juga sedikit mencurigakan. Yira berusaha mendeteksi asal kabut tersebut. Namun kabut tebal itu hanya ada saat malam hari, itu menyebabkan sedikit akses baginya untuk menyelidiki masalah ini. Peraturan dilarang keluar saat malam hari membuatnya sangat sulit menemukan jawaban. Yira duduk melamun, dia memikirkan rasa bimbangnya. Dia bimbang antara harus menyelesaikan misteri desa ini dulu atau mencari Bunga Teratai Api Biru. 'Aku harus bagaimana?' "Kakak, ini makanlah!" Lu Xiao membawa sepiring cemilan untuk Yira. Yira tersenyum dan menerimanya. Yira menatap Lu Xiao seakan ingin bertanya sesuatu, keinginannya itu dia urungkan melihat kondisi mental Lu Xiao. "Lu Xiao, kakak akan segera pergi. Kamu jaga ibu baik-baik ya," Ucapan Yira mengubah raut wajah Lu Xiao menjadi sedih. Lu Xiao memegang lengan Yira dan berkata, "Apa kaka
Tiga hari belakangan ini, Yira ikut andil dalam mengobati para warga bersama Lu Xiao dan Yinwei. Dia mulai belajar tentang racun dengan Lu Xiao. Yira belajar dengan cepat, hanya dalam tiga hari dia berhasil membantu Lu Xiao membuat pil penawar. "Yinwei kami berhasil!" Yira sangat bahagia, mereka akhirnya bisa membuat penawar bagi para warga. Yinwei ikut bahagia dengan keberhasilan mereka. "Selamat untuk kalian." "Ayo! Kita bagikan kepada para warga," Lu Xiao dan Yinwei membantu Yira membagikan obat-obat itu kepada para warga. Ajaibnya para warga yang keracuan bisa pulih dalam waktu singkat. Waktu yang dibutuhkan tidak lebih dari 10 detik. Lu Xiao memeriksa denyut nadi salah satu warga, dia tersenyum sembari menatap Yira. "Bagaimana?" Yira sudah penasaran dengan kondisi para warga setelah memakan pil tersebut. "Sudah tidak ada racun," Jawaban Lu Xiao membuat Yira sangat bersemangat. "Baguslah kalau begitu, kita bisa tidur nyenyak." Yinwei tersenyum dan setuju dengan perkataan Yir
*Alam Dewa, Istana Dewa Agung* "Apa kakak yakin Yira bisa mengemban tugas berat ini?" Beberap hari lalu Dewa Agung memerintahkan Yi Xian untuk menemui Yira. Dia menyuruh Yi Xian menyampaikan pesannya yaitu mencari Bunga Teratai Api Biru. Yi Xian tidak yakin Yira mampu melakukannya. Selain itu dia juga mengkhawatirkan keselamat Yira, pasalnya ranah Yira masih berada di tingkat 6. Bagaimana bisa dia menjalankan tugas berbahaya ini. "Apa kamu lupa siapa dia?" Pertanyaan Dewa Agung membuat Yi Xian mengerutkan dahi. Yi Xian mendekat dan berkata, "Meski dia reinkarnasi Dewi Yiren tapi, saat ini dia hanyalah manusia biasa." Dewa Agung tersenyum tipis mendengar ucapan adikknya itu. Dewa Agung berbalik dan berkata, "Yi Xian, lihatlah!" Seketika Yi Xian sangat terkejut. Di sana ditampilkan sebuah gambaran bahwa kekuatan Dewi sudah menyatu dengan Yira sebanyak 80%. Dengan kata lain Yira hanya perlu mengembalikan ingatan yang hilang untuk menyatukan jiwa tersebut seutuhnya. Yi Xian sangat
"Hei Jangan lari!" Yira dan Yinwei mengejar wanita yang menyebabkan segel batu melemah. Yira sebelumnya tidak berpikir macam-macam sampai, wanita itu masuk kesebuah rumah.'Lu Xiao!'"Yinwei cepat! Dia mengincar Lu Xiao," mereka berdua mempercepat terbang dan lari mereka. Sesampainya disana, mereka terkejut melihat wanita tersebut sudah menyandera Lu Xiao."Ibu kenapa kamu jadi seperti ini, Apa ibu marah padaku?" Lu Xiao yang tidak mengerti hanya mengira bahwa ibunya sedang marah. Yira berjalan perlahan mendekati mereka dan berkata, "Lepaskan dia aku akan berikan yang kamu mau."Namun wanita itu malah terbang membawa Lu Xiao memasuki hutan. Yira dan Yinwei kembali mengejar wanita yang itu, mereka berusaha melukai wanita tadi sayangnya, semua itu sia-sia. Kemudian Yira berkata kepada Yinwei, "Kita berpencar saja, aku akan mengambil jalan pintas untuk menghadangnya, kamu tetap kejar dia."Setelah itu Yira mempercepat terbangnya, dia berhasil menyamai terbang wanita itu. Yira menambah
*Lautan Kesadaan Spiritual Lie Ba*"Xu Lian? Apa itu benar kamu?"Mata Bing Xue Gong terus bergerak menyusuri tempat asing yang dia masuki, pupil birunya terlihat tidak fokus sama sekali. Hatinya gelisah, setelah mendengar suara wanita yang panggil Xu Lian tersebut, seolah dia telah menemukan sesuatu yang sudah lama hilang darinya."Senior Lian, apakah itu benar kamu?""Jika benar, tolong keluarlah dan temui aku."Rasa rindu yang sudah dia kubur dalam-dalam seolah-olah kembali mencuat tanpa seijinnya. Dia mencari wanita tersebut dengan perasaan gelisah dan terburu-buru seolah dia takut kehilangan untuk kedua kalinya. "Senior aku mohon tunjukan dirimu.""Xue Gong, kamu sudah dewasa sekarang."Mendengar suara lembur nan merdu tersebut lantas membuatnya berbalik dengan cepat. Matanya terbuka lebar menatap wanita berbaju merah dengan hiasan rambut yang terlihat mewah bak seorang pengantin bangsawan. Netranya terasa panas, perlahan namun pasti, dia merasakan pelupuk matanya basah. Kakinya
"Aku sudah mendapatkan posisi pertama sesuai keinginanmu, sekarang berikan suratnya padaku."Lie Ba mengulurkan tangannya meminta surat yang beberapa waktu lalu ditahan oleh gurunya, Bing Qing Hao. Sesaat kemudian, senyum Lie Ba terukir indah, tulang pipinya naik ke atas matanya menyipit berbentuk bulan sabit kala melihat surat yang lama dia inginkan kini berada di tangannya."Bagaimana kamu bisa menyelesaikan duelmu dengan cepat?" Lie Ba mendongak menatap datar gurunya yang sedang bertanya, dia berbalik dan berkata, "Tidak ada yang istimewa aku hanya bertarung dan mengalahkannya." Dia duduk di tempat tidurnya sembari tersenyum serta kedua tangan yang sibuk membuka surat tersebut."Ceritakan padaku apa yang terjadi, para tetua mencurigaimu karena burung pengawas rusak dan kami tidak bisa melihat apapun setelah pertarunganmu dengan Singa Api." "Aku sudah bilang, aku hanya berduel seperti biasa dan mengalahkannya, itu saja." Ucap Lie Ba dengan kesal."Guru, Ketua sekte sudah mengetahu
"Aku menyerah."Dengan entengnya Bing Lin Xi mengucapkan kalimat itu setelah melakukan serangan dalam pertandingan melawan kloning Ketua sekte di hadapannya. Dia menatap kloning tersebut sembari tersenyum seolah dia memang merencakan hal ini sejak awal."Apa kamu yakin? Dua peserta lainnya belum selesai dengan pertandingan mereka, kamu masih punya banyak waktu." Ucap kloning Ketua sekte mengingatkan dan masih memberi kesempatan untuk melanjutkan pertandingan yang terhenti."Aku sudah bertekat untuk melakukan ini sejak awal karena aku sebelumnya sudah kalah telak oleh Bai Lie Ba. Dialah yang pantas mendapat kesempatan." Ucap Bing Lin Xi seolah dia sangat peduli kepada Lie Ba."Kamu yakin? Tapi jika bukan posisi pertama kamu masih ada kesempatan mendapat posisi kedua." Ucap kloning tersebut masih berusaha meyakinkan Bing Lin Xi untuk tidak menyerah begitu saja.Mendengar kalimat tersebut Bing Lin Xi hanya menampilkan sneyumnya serta hormatnya, "Mohon Ketua mengabulkan permintaan saya."
"Waktumu dimulai sekarang." Lie Ba mengerutkan keningnya, sorot mata tajamnya menatap tubuh kloning Ketua sekte yang telah siap untuk dia lawan. Dengan cepat tangannya meraih permata merah milik Singa Api yang berhasil dia kalahkan sebelum para tetua melihatnya.'Aku akan menghilangkannya dulu sebelum semakin jauh.' Batin Lie Ba sembari menatap sebuah burung mainan yang bertugas seolah menjadi kamera yang merekam pertandingannya. Namun, saat dia akan melangkah memusnahkan burung pengawas tersebut, kakinya di tarik oleh tubuh kloning Ketua sekte."Agh!" Erangnya kala luka bakarnya menghantam sebuah tembok batu yang berada di Lembah itu. 'Tubuhku semakin lemah karena luka bakar juga suhu tinggi disini. Dia bangkit mengaktifkan teknik Esnya untuk melawan kloning tersebut."Anak muda jika kamu sudah mencapai batas segeralah berhenti, aku juga akan berhenti." Ucap kloning tersebut."Baiklah, ayo kita mulai."Mereka pun memulai pertarungan tersebut dengan Lie Ba menyerang lebih dulu, meski
"Ingat kata-kataku sebelumnya."Lie Ba melirik gurunya sembari mengangguk, dia mengerti bahwa untuk mendapat surat dari Xieyun dia hanya perlu menjadi yang pertama. Dari kejauhan netranya menangkap sosok Bing Xue Yu yang akan menjadi saingan terberatnya di pertandingan ini.'Seperti biasa dia selalu terlihat tenang.' Batin Lie Ba sembari terus menatap Bing Xue Yu yang berdiri di posisi berlawanan."Pertandingan babak terakhir ini, kami sudah memnentukan bahwa ketiga peserta tidak akan menghadapi satu sama lain." Ucap seorang pria yang bertugas menjadi pengawas di pertandingan kali ini."Tapi kenapa?" Tanya Lie Ba lirih sembari terus menatap ke depan."Peraturannya sudah diubah oleh ketua sekte saat rapat kemarin." Balas Bing Qing yang sama-sama menatap lurus ke depan."Setiap peserta akan melawan tubuh kloning Ketua sekte di 3 tempat berbeda dan dapat menggunakan kemampuan kalian dengan maksimal." Pertarungan yang cukup berbeda dari generasi sebelumnya, mereka melakukan itu agar tidak
"Ini adalah sebuah kecurangan!"Kalimat itu keluar dari mulut seorang tetua yang bertindak sebagai juri, Bing Hu Xin yang sejak lama ingin menyingkirkan Lie Ba dari pertandingan. Dia selalu mempermasalahkan apapun yang Lie Ba perbuat saat ada kesempatan, seperti sekarang.Bing Qing Hao yang sejak awal berada di ruang pertemuan sebagai penanggung jawab atas Lie Ba masih tetap diam hingga tetua tersebut berhenti mengoceh. Dia menatap semua orang berdebat membela Bing Lin Xi dan beberapa berpihak pada Lie Ba."Kamu bisa memutuskan saat keduanya sudah bangun," Ucap Bing Qing Hao dingin mengakhiri perdebatan yang telah mulai sejak di arena pertandingan. Dia berbalik dan meninggalkan pertemuan para tetua dan guru karena, menurutnya perdebatan itu hany membuang-buang waktu dan tenaganya."Hei Master Agung kamu mau kemana?!"Bing Qing Hao terus melangkah dan tidak menghiraukan panggilan tersebut. Dia menuju kamar Lie Ba, dia yakin bahwa ada yang Lie Ba sembunyikan darinya. Sesampainya dia di
"Akhirnya kita bisa berhadapan secara langsung." Lie Ba mengatakannya sembari tersenyum menatap Bing Lin Xi, dari tatapan Lie Ba dia berusaha untuk memprovokasi lawannya yang terlihat tenang. Setelah pertandingan di mulai Lie Ba menggunakan serangan jarak dekat yang bertujuan untuk berbicara dengan lawannya. Lie Ba dengan cepat berlari menghampiri lawannya sembari menepis setiap belati es yang di luncurkan oleh BIng Lin Xi. "Apa tujuanmu menakutiku di mimpiku?" Tanya Lie Ba yang berhasil mencapai Bing Lin Xi. "Kamu salah orang." Balas Bing Lin Xi sedikit panik sembari mengeluarkan sayapnya dan terbang menghindari serangan yang Lie Ba luncurkan. "Aku akan lebih leluasa menyerangmu sekarang." Ucap Bing Lin Xi dengan percaya diri. "Oh sepertinya kamu tahu aku tidak bisa mengguankan Sayap Esku." Balas Lie Ba dengan wajah santai. Dia lanta mengeluarkan Sayap Elang Anginnya, "Seharusnya kamu tidak melupakan fakta bahwa aku memiliki dua sayap lebih banyak." Ucap Lie Ba dengan bangga.
"A-yi."Yira perlahan membuka matanya, sebuah cahaya terang yang menyilaukan menusuk pandangannya. Sebuah tangan besar nan gagah terulur ke arahnya seolah seakan mengajaknya untuk tetap bersama. Meski wajah si pemilik tangan nampak kabur namun, Yira tetap mengulurkan tangannya menerima uluran tangan pria itu."A-yi, tetaplah bersamaku." Ucap si pria.Yira seolah terpana dengan suara manis tersebut, dia bangkit dengan menggandeng tangan pria misterius itu. Dia terus berjalan sembari menatap punggung pria yang menggandengnya. "A-yun?" Sapanya lirih. Matanya terbelalak kala melihat pria yang menggandengnya menoleh."A-yun."Terlihat wajah yang sangat dia rindukan berada di hadapannya sembari menggandengnya. Matanya terasa panas, air mata mulai menggenang di pelupuk matanya. "A-yun kamu kembali?" Air mata bahagianya turun menuruni pipi mulusnya."Aku kembali." Ucap Xieyun lembut sembari tersenyum.Yira menunduk sembari menangis sesaat kemudian, dia meloncat ke dalam dekapan hangat Xieyun.
"Dia tidak ada dimana-mana."Lie Ba menegrutkan keningnya mendengar ucapan gurunya, 'Lie Ba cepat pikirkan cara lain.' Batinnya sembari menunduk dan memikirkan sebuah cara untuk memperpanjang waktu agar Bing Yu Ling terus bertahan hidup.'Bagaimana ini pedang kembar hanya bisa digunakan saat pedang lainnya ada di tempat yang sama.' Batinnya merasakan gelisah karena, jika dia gagal menyelamatkan Bing Yu Ling dirinya juga akan terancam gagal mengikuti Ujian Dewi.Lie Ba berbalik dan lanjut menguras energinya untuk disimpan pada pedangnya. Dia berencana membuat Bing Yu Ling bertahan selama dua hari karena, dia perlu membuat penawar selain itu mencari keberadaan Mo Xing Yu cukup memakan waktu."Lie Ba apa yang kamu lakukan? Hentikan!" Ucap Bing Qing Hao sembari mengulurkan tangannya berusaha menghentikan Lie Ba."Tidak, ini adalah satu-satunya cara agar dia bisa bertahan." Balas Lie Ba sembari terus menguras energinya dan mengubahnya sebagai penawar sementara. Setelah selesai, dia sedikit