Share

Tiga

Author: Galuh Arum
last update Last Updated: 2022-07-04 07:34:29

Malam tiba, Anisa pun kembali mencoba mencari tahu tentang wanita selingkuhan suaminya. Saat Wisnu terlelap tidur, ia mulai kembali membuka w******p milik suaminya, dan mulai menjelajahi semua pesan yang ada di sana. Awalnya Anisa tidak melihat sesuatu yang aneh dari aplikasi w******p suaminya. Sampai pada akhirnya, dirinya melihat pesan yang disematkan oleh suaminya dan Anisa begitu yakin jika itu bukan nomor w******p miliknya karena profil yang terpasang di sana berbeda.

Akhirnya, dengan bermodal rasa penasaran, Anisa membuka profil pemilik pesan yang disematkan itu dan betapa terkejutnya Anisa saat melihat profil itu terpasang sebuah foto wanita dengan baju yang kurang bahan. Memang, Anisa akui wajah wanita itu cukup cantik, tetapi masih kalah jauh dengannya. Wanita itu berkulit kuning langsat sedangkan dirinya putih bersih.

Setelah puas memandangi foto wanita itu, Anisa mulai membuka pesan yang dikirimkan wanita itu pada suaminya.

[ Sayang, kamu ke mana saja, sih? Kenapa gak datang ke mari?] Itu isi pesan yang dikirimkan wanita itu.

[Maaf, Sayang. Tadi keluargaku datang ke rumah dan baru pulang setelah azan isya. Jadi aku gak bisa ke mana-mana.]

[Maaf, Sayang. Balas dong, Sayang. Please jangan marah.] Balas Wisnu.

[Oke, aku gak marah kalau besok kamu ke sini.]

[Siap, Sayang.]

[Love you.]

[Love you too, Sayang]

Itu adalah percakapan terakhir mereka. Anisa bahkan belum sempat membaca pesan yang berada di yang lainnya dan tunggu, mereka sing memanggil satu sama lain dengan sebutan sayang. Apakah itu pantas padahal suaminya sudah mempunyai seorang istri di rumah. Hati Anisa telanjur sakit melihat suaminya berbalas pesan seperti itu dengan wanita lain. Padahal jika dirinya dibandingkan dengan wanita itu, dirinya jauh bahkan sangat jauh di atas wanita itu. Dirinya yang memiliki kulit putih, bentuk tubuh yang sempurna. Lalu, perempuan itu? Kulit yang kuning langsat bahkan cenderung hitam, dan juga tubuhnya yang jauh dari kata semampai. Wanita itu bahkan gemuk.

Mata Anisa berkaca-kaca. Tangannya mengepal erat, dirinya tidak menyangka jika suaminya berbuat seperti itu di belakangnya. Selama ini apa yang kurang dari Anisa? Dirinya bahkan selalu memberikan yang terbaik untuk suaminya. Namun, apa yang suaminya berikan padanya? Pengkhianatan!

"Dasar laki-laki tidak tahu diri!" ujar Anisa pelan, tapi penuh amarah.

Dan akhirnya, air mata yang ditahannya tumpah juga. Dirinya tidak bisa Lagi menahannya. Hatinya benar-benar sakit mengetahui hal ini. Apa suaminya tidak pernah sadar jika selama ini dirinya berusaha untuk bersabar menghadapi ibunya yang begitu keterlaluan padanya hanya agar pernikahan mereka tetap terjaga? Memikirkan hal itu membuat kepala Anisa terasa ingin pecah saja.

Anisa menatap nyalang pada laki-laki yang sudah menikahinya tujuh tahun lalu itu. Laki-laki yang dicintainya dengan sepenuh hati, yang selalu dirinya prioritaskan. Namun, pada kenyataannya dirinya sudah kalah. Dirinya kalah mempertahankan posisinya, rumah tangganya.

"Awas kamu, Mas. Aku gak pernah nyangka kalau kamu sejahat ini sama aku. Selama ini aku percaya sama kamu, tapi kamu menyalah gunakan kepercayaan itu!" Anisa berucap dengan menekan kata-katanya.

Dirinya benar-benar merasa terluka. Terkhianati. Selama ini dirinya selalu menghormati suaminya, dan tidak pernah melakukan hal yang aneh-aneh. Namun, suaminya malah justru dengan begitu jahatnya bermain wanita di luar sana.

Pun selama ini Anisa begitu mempercayai suaminya. Diirinya tak pernah sekali pun membuka ponsel suaminya dan ini pertama kalinya bagi Anisa membumka ponsel suaminya. Dirinya terlalu dibodohkan dengan rasa percaya hingga semua ini terjadi. Suaminya melakukan sesuatu sesuka hatinya tanpa memikirkan perasaannya sebagai seorang istri.

Dulu, dirinya merasa jika rasa percaya sudah cukup untuk dijadikan landasan dari sebuah rumah tangga. Namun, pada kenyataannya tidak seperti itu. Dirinya malah menjadi korban perselingkuhan suaminya karena terlalu menjunjung tinggi kepercayaan di dalam sebuah pernikahan.

Belum hilang rasa sakit hatinya akibat perkataan ibunya Wisnu yang menuduhnya mandul dan tidak sehat. Kini, dirinya harus dihadapkan dengan sesuatu yang bahkan tidak pernah dirinya bayangkan. Perselingkuhan yang dilakukan suaminya sendiri. Tidak. Anisa tidak boleh membiarkan ini terus terjadi.

Anisa harus bisa membongkar seluruh perlakuan suaminya yang telah berani berselingkuh di belakangnya. Ya, harus.

Anisa akhirnya mengembalikan ponsel suaminya ke tempat semula. Karena terlalu lelah, Anisa akhirnya memilih untuk mengistirahatkan tubuhnya. Malam ini, dirinya tidak tidur satu ranjang dengan suaminya, melainkan tidur di sofa. Sebelumya Anisa sudah mengambil bantal miliknya dan segera membaringkan tubuhnya di sofa. Dirinya terlalu malas dan sakit saat melihat wajah suaminya. Maka sari itu, dia lebih memilih tidur di sofa.

Anisa ingin menenangkan dirinya terlebih dahulu, sebelum merencanakan pembalasan untuk perbuatan suaminya. Anisa akan memikirkannya dengan matang-matang, dirinya tidak boleh gegabah. Tak berapa lama, Anisa akhirnya terlelap dan mulai mengarungi pulau mimpi.

***

Matahari mulai menampakkan diri, Anisa yang sudah terbangun sedari tadi segera bergegas menuju dapur untuk melakukan kegiatannya sehari-hari. Yakni memasak makanan untuk keluarga ini. Tanpa membangunkan suaminya terlebih dahulu, Anisa sudah pergi ke bawah dan berkutat di dapur. Ini bukan perilakunya dan Anisa tahu itu. Namun, sakit di hatinya masih belum bisa dirinya lupakan.

Tak ingin terlalu memikirkan hal itu, Anisa bergerak cepat, tak ingin mendengar kalimat pedas yang nanti akan keluar dari mulut mertuanya hanya karena dirinya yang telat menyajikan sarapan. Anisa sudah hafal betul bagaimana sikap mertuanya itu. Dirinya menjadi menantu di keluarga ini bukan setahun atau baru beberapa bulan saja, tetapi tujuh tahun. Maka dari itu dirinya merasa sudah tidak asing dengan sikap atau perlakuan mereka yang terkadang tidak mengenakkan untuknya.

Setelah masakannya selesai, Anisa segera menghidangkannya di meja makan. Lalu, mulai membereskan rumah, mulai dari lantai dua hingga lantai bawah.

Sementara itu, ibu Wisnu menatap aneh pada Anisa. Tidak biasanya perempuan yang sudah menjadi menantunya selama tujuh tahun ini bersikap seperti itu. Biasanya gadis itu akan mengeluh lelah atau sebagainya. Meminta diizinkan untuk beristirahat terlebuh dahulu, dan berakhir dengan omelan yang keluar dari mulutnya.

Ibu Wisnu tak acuh melihat perubahan menantunya. Bahkan dirinya berpikir jika menantunya itu sudah berubah. Jadi, dirinya tidak perlu lagi mengeluarkan tenaganya hanya untuk memarahi gadis itu.

Anisa lalu duduk di sofa depan dan bermain ponsel. Bu Atik tak suka melihat Anisa yang santai dengan bermain ponsel seperti itu. Lalu, ia menghampiri sang menantu.

"Sekarang kamu sudah berani mengabaikan saya? Lalu, duduk santai seperti ini. Apa kamu mau saya suruh Wisnu menceraikan kamu, hah!" 

Anisa berankak dari sofa, sudah muak dengan semua ucapan sang ibu mertua. 

"Bu, aku sudah mengerjakan semuanya, apa masih kurang?" Anisa yang biasanya tak pernah membantah kini berani bicara keras di depan sang mertua.

"Kamu--"

**

Related chapters

  • Mendadak Kaya Usai Bercerai    Empat

    Bu Atik geram dengan sikap Anisa, tapi mencair saate terdengar ketukan dari pintu arah depan. Ibu Wisnu yang penasaran langsung saja membukakannya dan yang datang ternyata adalah anak perempuannya.Dengan antusias, ibu Wisnu menyambut kedatangan anak perempuan yang sudah menikah dan jarang sekali berkunjung ke rumahnya. Namun, kini dia datang dengan anaknya pula. Dengan gemas ibu Wisnu mencium pipi cucunya. Ibu Wisnu segera mengajak anak perempuannya masuk dan duduk di sofa."Nisa! Tolong buatkan minum! Cucu dan anak Ibu kemari! Cepat!" teriak ibu Wisnu.Anisa yang tidak ingin bertengkar pun segera membuatkan minuman yang diminta mertuanya. Setelahnya, Anisa keluar dari dapur dengan membawa nampan berisi dua gelas minuman untuk iparnya serta anaknya.Seulas senyum Anisa berikan pada iparnya itu. Namun, bukannya membalas dengan senyuman yang sama, iparnya itu justru tertawa mengejek. Anisa hanya diam, tak ingin terlalu menanggapi iparnya itu. Memang, sejak awal dirinya datang ke rumah

    Last Updated : 2022-07-04
  • Mendadak Kaya Usai Bercerai    Lima

    Sesampainya di kantor, Wisnu dikejutkan dengan kedatangan Sinta, wanita yang selama ini menjadi selingkuhannya. Dengan segera Wisnu membawa Sinta masuk ke dalam ruangannya. Sinta yang ditarik oleh Wisnu pun dengan segera melepasnya, tetapi ditahan oleh Wisnu.Sampai di ruangan Wisnu, Sinta menghempaskan tangan Wisnu dan menatap Wisnu tajam."Kamu apa-apa sih, Mas?! Sakit tahu gak?!" marah Sinta.Sinta melihat sang kekasih terlihat aneh sejak datang dan cemas. Baru kali ini ia melihat Wisnu begitu tak tenang datang menemuinya."Ck. Gawat, Sin, istriku tahu kalau aku selingkuh dan dia marah." Wisnu berucap dengan nada memelas. Sekaligus frustrasi, berulang kali ia mengacak-acak rambutnya lalu mengusap wajah kasar."Beneran? Bagus dong!" ujar Sinta dengan mata berbinar. Ia sudah lama menunggu saat itu, di mana Anisa tahu dan ia akan menikah dengan Wisnu."Bagus? Kamu bilang bagus? Kamu sadar gak sih amaa yang kamu omongin, Sinta?" Wisnu emosi dengan apa yang di katakan oleh Sinta.Sinta

    Last Updated : 2022-07-04
  • Mendadak Kaya Usai Bercerai    Enam

    Anisa tak sengaja menjatuhkan piring ke lantai. Suara keras itu membuat ibu mertuanya datang dan langsung mengomel seperti biasanya. “Aduh, ada saja yang kamu lakukan. Habisin saja semua piring dan barang di rumah ini. Perempuan tak berguna!” Bu Atik terus saja memaki Anisa. Belum selesai mendengar ocehan ibu mertuanya, adik iparnya pun datang menghampiri. Gadis berusia 23 tahun itu ikut memanasi ibunya. “Mas Wisnu dapat perempuan model kaya gini di mana sih, Bu. Bawa piring saja susah. Ih, amit-amit, enggak guna buat apa di pelihara di rumah,” cecar Windy. Sejak tadi Anisa jengkel, semakin iparnya bicara, ia semakin emosi. Tangan itu tak sabar dan menampar wajah Windy. Anak kecil yang bisa melawannya, harusnya Windy bersikap sopan padanya bukan mengejeknya sepeti itu. sungguh kurang didikan dari orang tua pikir Anisa. Bu Atik terkesiap melihat apa yang di lakukan menantunya. Ia ingin membalas dan ingin menampar balik menantunya. Tapi, Anisa sigap menangkis tangan ibu mertuanya. T

    Last Updated : 2022-07-12
  • Mendadak Kaya Usai Bercerai    Tujuh

    Anisa sudah tak tahan dengan segala hinaan. Kini ia pun mencoba membela diri dengan membantah semua ucapan ibu mertua.“Ayo jawab, kalian bingung dengan apa yang saya lakukan. Saya muak, Bu dengan semua hinaan kalian. Terserah, kalian mau mengadakan aku pada Mas Wisnu atau tidak. Aku tidak peduli, mulai sekarang, lakukan apa yang kalian bisa. Kalau kalian lapar, masak sendiri. Kalau tidak pesan saja online. Mulai saat ini, jangan pernah berteriak lagi memanggil namaku!”“Awas saja kamu, kami pasti melaporkan kamu,” oceh Bu Atik.“ Terserah.”Anisa melenggang ke kamar dan meninggalkan Bu Atik dan Windy yang melongok melihat sikap berontak dari menantu yang selama ini mereka perlakukan sebagai pembantu.“Bu, si Nisa punya kekuatan dari mana bisa melawan ibu?” tanya Windy heran.“Ibu juga heran, sejak beberapa hari sih ibu perhatikan, kira-kira kenapa, ya? Coba kamu telepon kakak kamu, tanyakan dan sekalian laporin aja tingkah istrinya itu. Biar tahu rasa si Nisa itu.”Bu Atik menyunggin

    Last Updated : 2022-07-13
  • Mendadak Kaya Usai Bercerai    Delapan

    “Jangan di kejar, Mas,” cegah Sinta.“Benar, jangan di kejar. Nanti, dia pikir kamu masih cinta sama dia, Nu,” timpal sang ibu.Wisnu hanya bisa bergeming di tempat, ia pun memikirkan akan pergi ke mana Anisa saat ini. Ia tak punya sanak saudara di Jakarta. Akan tetapi, hanya kedua orang tua yang berada di kampung. Lagi pula, Wisnu tak bisa begitu saja membiarkan Nisa pergi, tapi sejak tadi tangan Sinta tak lepas memeganginya.Sinta menggandeng Wisnu duduk di ruang tamu. Bu Atik menyambut kedatangan menantu barunya. Begitu juga Windy, yang harusnya sudah pulang, tapi ia malah asyik melihat drama rumah tangga sang kakak. Padahal, ia tak tahu jika apa yang ia tabur akan menuai hasilnya.“Jadi, kalian kapan menikah?” tanya Bu Atik.“Kemarin, Tante,” ujar Sinta.“Pantas kamu di hubungi tak bisa, kamu non aktifkan, ya Nu?” tanya sang ibu.Wisnu hanya mengangguk, pikirannya masih kacau memikirkan Anisa. Ia tak menyangka akan terjadi hal seperti itu. Wisnu hanya berpikir jika Anisa akan mara

    Last Updated : 2022-07-14
  • Mendadak Kaya Usai Bercerai    Sembilan

    Bu Asih bergeming, sudah lama semuanya tertutup rapat. Bahkan keberadaan mereka di desa itu pun pihak keluarga tak ada yang tahu. Masa lalu tertutup rapat hingga kini dan mungkin tak akan ia ceritakan pada sang anak.Pak Anjar semakin pucat, penyakitnya yang menggerogoti dirinya pun sudah lama tak bisa di sembuhkan karena biaya. Keuangan mereka hancur kala terus menerus berobat. Beberapa simpanan emas pun ludes terjual.“Bu, kenapa enggak bilang sama aku kalau Bapak sakit sudah lama,” ujar Anisa.“Kami tidak mau membuat kamu cemas, lagi pula kami pikir kamu akan sibuk dengan suamimu. Bapak juga enggak mau bikin kamu cemas, Nis,” jawab sang ibu.“Kaya gini yang bikin aku cemas, Bapak kita rujuk saja ke Jakarta.”“Ibu sudah enggak ada uang lagi.”Anisa bergeming, ia pun tak memiliki biaya. Bahkan hanya membawa baju saja keluar dari rumah sang suami. Emas yang di berikan Wisnu pun tak ia bawa karena malas jika di tuduh membawa barang yang bukan miliknya walau itu sang suami memberikannya

    Last Updated : 2022-07-15
  • Mendadak Kaya Usai Bercerai    Sepuluh

    Bu Asih dan Anisa menjerit histeris saat dokter menyatakan jika Pak Anjar sudah tak bernyawa lagi. Penyakitnya sudah kronis dan menjalar ke bagian tubuh lain hingga membuat komplikasi. Karena terbatasnya dana, Bu Asih tak membawa suaminya ke rumah sakit besar. Ia pun tak mengabari sang anak yang ada di Jakarta kala itu.Anisa memegangi tubuh sang ayah yang sudah kaku. Ia meratapi nasibnya yang malang. Kehancuran rumah tangannya dan juga kepergian sang ayah. Tangisnya tak henti, Bu Asih pun sama hatinya menjerit karena ia masih merasa membutuhkan sang suami.“Nis, sudah, kasihan Bapakmu kalau kau tangisi,” ujar sang ibu.“Bu, Nisa belum bisa membahagiakan Bapak, Bapak meninggal apa karena masalah yang Anisa bawa padanya?”“Bukan, ini memang kesalahan Ibu yang enggak bisa merawat Bapak, ibu tak punya uang untuk membawa Bapak ke rumah sakit besar. Ibu juga enggak mengabari kamu karena takut menggang6 rumah tangga kamu, Nis. Ini bukan salah kamu,” ujar sang ibu.Tetap saja Anisa masih mer

    Last Updated : 2022-07-18
  • Mendadak Kaya Usai Bercerai    Sebelas

    Bu Asih menjelaskan semuanya pada Anisa, bagaimana mereka bisa berada di kampung itu dan meninggalkan keluarga mereka di Jakarta. Hal itu bentuk protes sang ayah karena tak bisa menerima semua yang telah di putuskan oleh kakeknya Anisa.Jiwa pemberontak sang ayah begitu kuat, dia pun rela menjadi miskin demi harga diri. Kini, semua sudah berlalu dan Amara ingin mengajak keponakan dan Kakak iparnya kembali ke Jakarta dan menjalankan wasiat yang di berikan oleh sang ayah.“Apa aku enggak salah dengar? Ayah adalah anak salah satu konglomerat di Jakarta dulu?” tanya Anisa.“Iya, dulu memang kamu semua tak bisa melakukan apa pun untuk membuat kakek kamu sadar. Namun, ternyata sebenarnya kakek kamu sudah mengetahui rencana jahat istri barunya. Dia membiarkan ayahmu pergi bukan dengan senang hati. Tapi, sepanjang hidup kakek kamu sangat menyesal saat kehilangan anak laki-laki yang paling siap sayang,” ujar Amara.“Tante kenapa baru sekarang mencari kami?” Pertanyaan itu begitu saja terlontar

    Last Updated : 2022-07-19

Latest chapter

  • Mendadak Kaya Usai Bercerai    Seratus Empat

    “Nar, sudah membuat susu untuk Bumi?” tanya abu Zani. “Iya, Bu. Tapi aku mau buat makanan dulu buat Abas, kalau dia pulang tidak ada maafkan kasihan,” ujar Kinar dengan senyum tipis.Bu Zani mengerutkan kening, apa yang terjadi dengan Kinar anaknya. Bagaimana bisa dia mengatakan hal itu, apa yang terjadi pikirnya. Ia menghampiri sang anak lalu bertanya apa yang di maksud olehnya. “Nar, Abas mau datang?” tanya Bu Zani pelan. “Iya, Bu. Tadi kami video call, dia senang karena aku sudah melahirkan anaknya. Bumi itu anak aku dan Abas,” ujar Kinar. Bu Zani cemas, lalu memegang bahu sang anak. “Nar, sadar kamu. Apa yang kamu katakan itu tidak benar. Bumi anak putri yang kamu adopsi, bukan anak kamu dan Abas.” Kinar menepis tangan sang ibu, tatapannya begitu tajam hingga membuat Bu Zani ngeri. Tidak mungkin sang anak mengalami gangguan jiwa, tapi memang dari gejala terlihat seperti itu. Ia langsung menarik Kinar untuk sadar dengan apa yang ada di pikirannya.Bu Zani menepuk-nepuk

  • Mendadak Kaya Usai Bercerai    Seratus Tiga

    Wisnu menatap kantor yang dirinya pimpinan kini gulung tikar. Awal kehancurannya adalah saat Kinar keluar tiba-tiba, semua membatalkan kerja sama hingga ia tak mendapatkan keuntungan. Dirinya telah mencari pengganti untuk posisi Kinar, tetapi justru membuat perusahaannya semakin hancur. "Pa, tolong suntikan dana."Pak Hartawan sudah tak mau lagi membantu perusahaan anaknya itu. Wisnu selalu gegabah dalam mengambil keputusan dana sebanyak apa pun akan habis. "Pa, lalu bagaimana dengan aku? Aku memiliki istri yang harus dinafkahi," ungkap Wisnu. Pak Hartawan, melepas kacamatanya. Ia memijat pangkal hidungnya itu. "Kamu bisa menjadi karyawan di perusahaan yang papa pimpin," ujar Pak Hartawan. Mata Wisnu membulat, ia menjadi bawahan di perusahaan papanya? Dirinya ingin menolak, tetapi tahu sifat seorang Hartawan bila telah mengambil keputusan tak ada satu orang pun yang dapat mengubahnya. Wisnu keluar dari ruangan papanya dengan wajah kecewa. Kariernya benar-benar hancur. Lelaki it

  • Mendadak Kaya Usai Bercerai    Seratus Dua

    Bu Zani khawatir tentang masa depan Bumi. Pasti akan banyak biaya untuk kedepannya. Susu, pakaian serta lainnya. Entahlah sepertinya Kinar terlalu gegabah dengan mengambil keputusan tersebut. "Bumi, udah wangi, udah minum susu juga tidur, ya, Nak." Bu Zani bicara pelan.Akan tetapi, kehadiran Bumi pun membawa dampak positif bagi Kinar bila dia kini lebih mudah untuk tertawa."Nar, kamu taukan mengurus anak itu bukan hanya memberikan kasih sayang saja, tetapi pasti memiliki biaya, lalu kamu akan membiayainya dari mana?" tanya Bu Zani. Sudah satu minggu Bumi tinggal bersama mereka dan Kinar pun banyak menghabiskan waktu dengannya. Ia menaruh jari telunjuknya di bibir memberi pertanda agar ibunya tidak bicara lagi. Kinar beranjak dari kasur. Ia segera keluar dan menemui ibunya yang berada di ruang tamu. "Kinar nanti akan bekerja lagi, Ma," ujar Kinar. Senyumnya begitu semringah. Ya, hadirnya Bumi pada kehidupan Kinar membuat semangat baru. Kini ia akan kembali mencari pekerjaan kemb

  • Mendadak Kaya Usai Bercerai    Seratus Satu

    Anisa dilarikan ke rumah sakit, air ketuban telah pecah. Namun, ia belum merasakan kontraksi apa-apa. "Bayinya terlilit tapi pusar, serta air ketubannya sudah keruh."Abas dan Bu Asih saling menatap. Abas belum mengerti apa tindakan yang harus ia ambil. "Lakukan apa pun yang terbaik, Dok," ujar Abas. Sang Dokter mengangguk. Ia pasti akan mengambil tindakan yang tepat. "Air ketuban keruh kemungkinan bayi dalam kandungan sudah bab, jika dibiarkan bisa-bisa ia keracunan di dalam kandungan."Abas semakin panik. Ia tak tahu harus bagaimana. "Untuk prosedur operasi caesar kami membutuhkan tandatangan, Pak Abas sebagai suaminya."Abas mengangguk ia segera menandatangani surat yang diberikan sang dokter. Usia kandungan Anisa memasuki minggu ke 39 saat USG dua hari lalu jika posisi bayi masih di atas belum berada pada posisi yang tepat untuk melahirkan secara normal. Sebelum operasi Anisa harus melakukan puasa terlebih dahulu. Wajah wanita itu terlihat pucat, banyak ketakutan yang diriny

  • Mendadak Kaya Usai Bercerai    seratus

    Bab 100Melihat Wisnu yang masih mematung ia kecewa harus menelan pil pahit kehidupan bila dirinya memang lelaki mandul, buktinya dari tiga wanita yang pernah dirinya jamah tak ada yang hamil. Sebagai seorang lelaki dirinya benar-benar, malu. Bagaimana jika orang tuanya tahu? Bagaimana jika Nina tahu siapa yang bermasalah? Kinar langsung menendang kaki lelaki itu hingga terjatuh. Dirinya segera masuk ke mobil dan mengendarai dengan kecepatan yang sangat tinggi. Membelah teriknya matahari. Kinar membelokkan mobil pada parkiran sebuah rumah sakit mewah. Ya, sekarang ibunya sering sakit hingga ia harus menebus obat dibagian farmasi.Langkah Kinar terhenti. Baru saja bertemu Wisnu kini ia sudah dikejutkan oleh sepasang suami istri yang baru keluar dari ruang kandungan. Abas dan Anisa, ia memilih untuk menghindari keduanya. Dirinya benar-benar sedang tidak mau mencari ribut dengan siapa pun. Anisa dan Abas saling menatap. "Tumben, dia tidak mencari masalah," ujar Anisa. Abas mengangk

  • Mendadak Kaya Usai Bercerai    sembilan Puluh Sembilan

    Anisa terpaku melihat perjuangan Abas yang rela basah kuyup demi membelikannya martabak keju. Ya, lelaki itu tak memakai mobil, karena takut terhambat macet yang akan menyita banyak waktu. Apalagi martabak yang diinginkannya adalah martabak yang sedang viral. "Kamu langsung mandi, Bas," ujar Anisa. Abas mengangguk. Ia segera menuju kamar dan Anisa melangkah menuju dapur. "Kamu tak ada rasa kasihan sedikit pun pada Abas memangnya? Lihat dia rela hujan-hujanan demi membelikan apa yang kamu inginkan. Padahal ibu yakin martabak ini paling cuma kamu makan sepotong," ungkap Bu Asih sembari memindahkan bungkusan martabak ke piring. Anisa terdiam, ia memejamkan mata ini bukan untuk yang pertama kalinya Abas mencarikan apa yang dirinya ingin. Kemarin malam pun sama, dirinya menginginkan nasi goreng pukul 02.00 WIB dini hari. Abas rela mencarikannya. "Ini, bawa berikan martabak ini untuk Abas. Ibu tidak selera," ungkap Bu Asih. Anisa mengangguk. Hatinya dihantui rasa bersalah. Apa dirinya

  • Mendadak Kaya Usai Bercerai    Sembilan Puluh Delapan

    Wisnu merasa sang istri merendahkannya. Jelas-jelas mengatakan bila ialah yang mandul. Dirinya merasa terpojokkan, Nina benar-benar memancing emosinya. "Kau—""Apa?" tanya Nina. "Beraninya kau berbicara seperti itu pada suamimu, Nin?" tanya Wisnu. Urat-urat leher lelaki itu sudah menegang. Matanya pun telah memerah. "Memangnya kenapa jika itu fakta kamu tak bisa mengelaknya, Mas," sahut Nina. Tak ada rasa takut, ia tetap menjawab apa yang Wisnu ucapkan. Dirinya lelah selalu dipojokkan dan disalahkan sang mertua dan juga suaminya. "Diam!" seru Wisnu. "Kalau aku tidak mau diam, kenapa?" sahut Nina. Wisnu mengepalkan tangan. Ia menendang kursi rias milik sang istri. Lalu berbalik menatap Nina dengan mengangkat tangan. Nina telah memejamkan mata, tetapi Wisnu mengurungkan niat untuk menamparnya. "Kenapa tidak jadi?" tanya Nina. Ia semakin menantang dengan mendekatkan pipi pada lengan Wisnu. "Ayo tampar aku, Mas," ujar Nina sembari memegangi lengan sang suami. Wisnu terdiam. H

  • Mendadak Kaya Usai Bercerai    Sembilan Puluh Tujuh

    Bu Asih, tersenyum. Ia puas melihat wajah mantan besannya yang terlihat muram itu. Rencana Allah itu memang dahsyat. Dulu putrinya dihina dikata-katai jika mandul, nyatanyalah sekarang anaknya tengah mengandung. "Hei, kamu, ajak Wisnu ke dokter kandungan siapa tahu memang dia memiliki masalah," ujar Bu Asih. Nina terdiam, ia hanya menunduk malu. Memang benar sampai sekarang dirinya belum hamil juga. Bu Asih bukan tanpa alasan mengatakan hal tersebut, tetapi dirinya tak mau jika wanita yang kini menjadi menantunya Bu Atik akan diperlakukan sama seperti Anisa waktu dulu. Ia hanya memberikannya sedikit peringatan. Anisa menyentuh bahu sang ibu, agar tidak lagi mengatakan apa pun. "Buahnya ini sudah cukup, Bu, Anisa juga udah capek," tutur Anisa. Bu Asih menoleh, ia mengangguk. "Kami pamit, dulu, ya, kan kalau wanita hamil itu tidak boleh kecapean," tutur Bu Asih. Mereka segera membayar, lalu pulang. Di dalam mobil Bu Asih bercerita kepada Bu Amira, bagaimana ia puas melihat reak

  • Mendadak Kaya Usai Bercerai    Sembilan Puluh Enam

    "Ih, kamu itu bisa enggak sih jangan dekat-dekat aku. Mual tau rasanya," ujar Anisa. "Masa, sih, Nis, kamu mual?" tanya Abas. Anisa bungkam. Anaknya ini tak bisa diajak berkompromi. Entahlah ia ingin berdekatan dengan Abas, tetapi dirinya terlalu gengsi untuk mengakuinya. Jika suaminya itu berangkat bekerja, ia akan merasa kesepian, kesal sendiri dan melakukan apa pun dengan emosi karena keinginannya tak dituruti. "Iya," jawab Anisa. Abas bukan orang yang mudah menyerah, ia akan bersungguh-sungguh untuk mendapatkan kembali hati sang istri. Terlebih lagi sekarang mereka akan memiliki anak yang sudah pastinya akan semakin menguatkan rumah tangganya. Anisa melirik ke arah Abas terkadang beberapa kali mencuri pandang. "Ya sudah, daripada kamu mual lebih baik aku keluar," ujar Abas. 'Tak peka!' Anisa memalingkan wajahnya, kenapa coba Abas harus keluar dari kamar. Harusnya lelaki itu tetap berada di sampingnya, sudah seharian ditinggal kerja dan sekarang sudah di rumah pun dirinya h

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status