Selesai bicara, gadis itu berbalik dan masuk ke dalam mobil, berkata pada Sansan Carell, "Kinerja dan profesionalisme milikmu mengecewakanku, jadi, kamu dipecat!" Sansan Carell berdiri di tempat, melihat mobil itu perlahan-lahan menjauh. "Huh, meskipun sifatnya agak buruk dan egois, tapi sifat ini muncul pada gadis seusianya juga wajar, satu-satunya yang tidak baik adalah Febri yang telah mencelakai seorang gadis kecil ini." Sansan Carell berdiri sebentar lalu berjalan kembali ke tempat awal, waktu belasan menit, dia telah berpikir banyak. Kecelakaan kali ini sungguh hanya sebuah kecelakaan, tanpa sengaja menemukan sesuatu yang tidak diketahui. Mengenai gadis kecil itu, semoga bisa lebih cepat berpikiran terbuka. Namun, kali ini dia tidak berhasil membunuhnya, seharusnya kelak akan bertemu lagi. — Setelah kembali ke warung, Sansan Carell melihat semua orang telah sadar, kelihatannya racunnya sudah diatasi. Putri merasa lega setelah melihat Sansa
"Benarkah?" Kedua mata Hajime berbinar, penuh penantian melihat Sansan Carell. "Kamu pergi ke sana terus lanjut membuat obat, aku akan memberimu uang." "Baik! Aku setuju," Hajime segera mengiyakannya, rasanya senang tidak karuan. Ketika Putri keluar mendengar percakapan ini, melirik Hajime, "Kamu pernah belajar pengobatan tradisional?" Dia bisa bertanya begini karena tahu bahwa penawar itu seluruhnya terbuat dari tumbuhan, salah satu komposisi tanaman herbalnya sekali cium langsung tahu. Jadi, dia mencurigai Hajime pernah belajar pengobatan tradisional, selain itu juga memiliki tingkat yang sama dengannya. Namun Hajime Nara menggeleng, "Tidak!" Sansan Carell juga penasaran, "Lalu mengapa kamu bisa membuat pil penawarnya?" "Itu terjadi secara alami!" Hajime berkata dengan sewajarnya. Sansan Carell dan Putri terdiam, saling memandang, jika orang ini tidak benar-benar berkemampuan, maka sedang membual. Setelah selesai ngobrol San
Yulinda tahu Derris melakukan semua ini demi kebaikannya, tapi dia juga tahu dengan situasi mereka. Satu-satunya yang tidak baik adalah tingkat kecocokan kornea mata pendonor dan juga anak itu. "Tapi..." "Jangan katakan lagi, ini juga demi kebaikan mereka." Derris berkata dengan datar. Yulinda tidak mengatakan apa-apa lagi. Saat ini, wanita itu tiba-tiba membuat keributan, "Kalian pasti sudah bersekongkol, ingin mendapatkan harga yang lebih tinggi, benar kan? Aku beri tahu kalian, kalian pada dokter berhati gelap, kami pasti tidak akan pernah berkompromi dengan kalian!" "Operasi hari ini harus diatur untuk putri kami!" Sikap pria itu keras sekali. "Apakah putrimu adalah presiden negara?" Saat ini, tiba-tiba terdengar suara yang membuat keributan menjadi hening. Orang-orang melihat ke arah suara berasal itu, dia adalah Sansan Carell dan Putri yang bergegas mendekat. Derris melihat Sansan Carell, dia merasa bersemangat, "Direktur Sans
Sansan Carell tidak terlalu peduli, dia menatapnya dan berkata, "Aku orang dari Kota Ryuu." Kota Ryuu lebih berkembang daripada Kota Shiba, hanya tidak tahu siapa tokoh penting di depannya ini. Dokter melihat semuanya, dengan cepat bersuara, "Itu... sekarang kami akan mulai mempersiapkan operasi." "Ya, cepat!" Sansan Carell mengangguk. Melihat ini dokter segera berbalik dan pergi, karena tindakan Sansan Carell barusan, tanpa sadar dia mengakui bahwa apa yang dikatakan Sansan Carell adalah keputusan akhir, jadi dia bertindak sesuai apa yang dia katakan. Walaupun pria dan wanita itu merasa tidak rela melihat hal ini, tetap saja mereka tidak berani mengatakan apa-apa lagi. Dan akhirnya pergi sambil membawa cek senilai satu milyar yang diberikan oleh Sansan Carell. "Terima kasih." Derris menatap Sansan Carell dengan penuh rasa syukur, "Aku akan mengumpulkan satu milyar itu itu untuk membayar..." Sansan Carell melambaikan tangannya, "Tidak perlu, tid
Hajime Nara melempar tas ke jok belakang, dia duduk di kursi belakang, raut wajahnya penuh kegirangan, "Aku tidak menyangka, aku juga bisa duduk di mobil semahal ini, sungguh suatu keberuntungan yang sangat besar.""Dasar tidak berguna!" Putri yang mendengar ucapan Hajime merasa kesal, "Ada yang lebih mahal dari ini!"Hajime Nara terkekeh, "Aku memang tidak berguna, kalau tidak, mana mungkin mengandalkan jual obat untuk bertahan hidup."Sansan Carell tidak bicara, karena mengkhawatirkan Soraya Lindsay, pada saat bersamaan juga memikirkan pencegatan pembunuhan di kedai mie barusan, "Apakah mereka semua satu komplotan?" Pikirnya sambil mengerutkan keningnya.Apakah pemikirannya sudah begitu menyimpang hingga ingin membunuh Soraya Lindsay, agar Sansan Carell juga bisa merasakan penderitaan orang yang paling dicintainya mati?Memikirkan semua ini, muncul keringat dingin di punggung Sansan Carell, jika benar-benar seperti ini, maka saat ini Soraya Lindsay pasti sangat berbahaya. Dalam seke
"Kamu mau pergi ke perusahaan bukan?" Sansan Carell bertanya sembari mengusap kepala Soraya Lindsay.Soraya Lindsay mengangguk, "Ya, aku harus pergi.""Kalau begitu hati-hati, aku ingin istirahat sebentar," ucap Sansan Carell dengan penuh senyuman.***Sansan Carell berbaring sendirian di sofa dan istirahat sejenak, lalu setelah terasa lebih enak dia bangun dan pergi ke RS Kyoto.Putri sudah mengurusi Hajime Nara dengan baik, karena permintaan Hajime Nara, dia khusus menyiapkan sebuah ruang laboratorium untuknya. Selain itu, permintaan lain Hajime Nara, karena resep rahasianya eksklusif, jadi saat dia sedang membuat obat, tidak mengizinkan siapapun untuk masuk.Putri tentu paham akan hal ini, "Siapa yang mau melihatmu membuat obat itu?"Hajime Nara tersenyum misterius dan tidak mengatakan apa-apa.Sansan Carell berkeliling sebentar di sini, setelah menemukan tidak ada kejanggalan baru dia pergi ke Grup Hour. Sekarang dia ingin menyelidiki beberapa hal, tapi Derris masih berada di kota
Downey menggelengkan kepalanya sedikit kebingungan, "Untuk sementara belum."Tidak mudah untuk membunuh Sansan Carell, bukan hanya ada orang hebat yang melindungi Sansan Carell. Bahkan dirinya sendiri juga memiliki kemampuan untuk melindungi diri, dia seorang diri kekuatannya terlalu lemah, bukan lawan mereka.Dia perlu memikirkan sebuah cara, jika hanya dia sendiri dan Sansan Carell, dia yakin bisa membunuh Sansan Carell.***Keesok paginya, Sansan Carell duduk di dalam kantor, menerima pesan singkat dari Downey.[Aku adalah Downey, jika kamu seorang pria, besok malam jam delapan, bertemu di pabrik kertas bekas pinggir kota selatan.]"Siapa orang ini?" Sansan Carell mengerutkan keningnya, dia tidak tahu identitas Downey.[Siapa kamu?]Downey yang ada di seberang sana tercengang setelah melihat isi pesan itu, kemudian dia membalas. [Aku adalah Downey, teman Febri Hernanto, aku ingin balas dendam untuk Febri! Besok malam, datang sendirian, jika bawa orang ke sini maka kamu adalah bukan
RS Kyoto terletak di daerah terpencil. Daerah di sekitarnya tidak begitu berkembang. Maka dari itu, Sansan Carell membawa Putri menyetir untuk waktu yang lama sebelum akhirnya menemukan tempat makan yang terlihat sederhana.Mereka datang ke tempat makan itu dan memesan makanan. Setelah hidangan disajikan semua, Sansan Carell dan Putri pun langsung makan dengan lahap.Pada saat ini, sisi Sansan Carell dilewati seorang gadis muda yang terlihat seperti berumur 17 atau 18 tahun. Gadis itu berhenti selama beberapa detik di depan Sansan Carell, kemudian mendengus ringan sebelum pergi.Sansan Carell merasa aneh. Jadi, dia mendongak. Dia langsung terkejut, 'Bukankah itu gadis yang mau membunuhnya kemarin?' gumamnya serata menatap gadis itu dengan heran.Melihat reaksi Sansan Carell, Putri melambaikan tangan padanya, "Hei! Ada apa? Kamu sudah berpindah ke lain hati? Masa? Kalau pun mau berpindah hati, aku yang harus pindah duluan, bukan?"Sansan Carell mengerutkan keningnya. "Jangan berpikir a
Fajar tidak bisa berkata apa-apa lagi. Sansan mengucapkan terima kasih dan menutup telepon.Hyorin mendengarkan seluruh percakapan mereka, wajahnya juga menjadi serius. "Apa yang harus kita lakukan?"Sansan berkata dengan tak berekspresi. "Pergi ke RS Kyoto dulu dan buat strategi," Sansan menatap Hyorin dengan sedikit ragu. "Tapi, sebelum itu kamu pergi dan bawa Soraya pulang!"Soraya adalah kelemahannya. Jika orang-orang itu ingin menyerangnya dan membiarkannya tertangkap, mereka pasti akan menyerang Soraya terlebih dulu. Jadi, melindungi Soraya adalah hal yang paling penting.Hyorin mengangguk. "Aku akan pergi!""Biarkan Busby pergi, kamu ikut aku ke RS Kyoto," ujar Sansan sambil berjalan.Hyorin tidak keberatan, Sansan menelepon Matt Busby, berbicara singkat tentang situasinya dan pergi ke RS Kyoto.***RS Kyoto.Sansan memanggil Ramdan dan Leona. "Hari-hari indah akan segera berakhir."Mereka tidak mengerti. Ketika Sansan memberi tahu berita tentang Henda dibunuh oleh Zoran, semua
"Brengsek!"Sansan benar-benar menganggap Hiden sebagai teman dekatnya. Jika tidak, dia tidak akan pergi mencari Hiden setelah menerima Grup Hour, apalagi memberikan Hiden banyak sumber daya untuk membuatnya berkembang.Alhasil, Hiden bekali-kali menyerobot sumber daya yang layak didapatkan Grup Hour secara diam-diam! Bahkan, dia melakukan tindakan kecil di belakang punggungnya dan sekarang bahkan mencari pembunuh untuk membunuhnya!Perasaan dikhianati oleh teman dekat ini membuat Sansan merasa tercekik. Jelas sekali mereka adalah teman dekat. Wardani bisa mati untuknya, tetapi Hiden malah ingin membunuhnya!"Ahh …" Sansan tinggal di gang gelap itu untuk waktu yang lama sebelum perlahan keluar dari gang, tetapi aura permusuhan di tubuhnya menjadi lebih berat dari sebelumnya.Ponsel Sansan terjatuh ketika dia dan Downey melompat keluar jendela. Saat itu, dia tidak ada waktu untuk mencari ponsel lagi. Setelah melompat keluar jendela, dia berusaha keras berlari.Mereka berada di depan Hy
"Tentu!" Sansan mengangguk tanpa terkejut, dan menghabiskan seteguk anggur terakhir. "Waktu untuk duel akan diatur secara terpisah. Sekarang bukan waktu yang tepat."Downey tidak keberatan.Pada saat ini, Sansan hendak bangun dan Downey tiba-tiba menahannya. Sansan bingung. "Kenapa? Apakah kamu ingin melakukannya sekarang?"Downey menatap dingin ke belakang Sansan, seolah sedang mengamati sesuatu. Sansan melihat ada yang tidak beres, berpaling untuk melihat dan dia melihat beberapa orang berpakaian rapi duduk di pojok sambil minum alkohol. Ketika Sansan menoleh untuk melihat, mereka dengan cepat menarik kembali pandangan mereka.Meskipun orang-orang ini tampil sebagai gangster kecil, tetapi niat membunuh di dalamnya belum sepenuhnya disimpan dan bisa dirasakan hanya dengan satu tatapan.Sansan mengerti dalam sekejap, berbalik dan berkata kepada Downe.y "Sepertinya ada yang datang untuk membunuhku lagi.""Mungkin masih orang yang sama?" Downey sepertinya tidak khawatir sama sekali, tap
Di dalam kamar. Setelah memastikan bahwa mereka telah pergi, ekspresi semua orang kembali normal dan seorang wanita pergi mengetuk pintu kamar mandi. Setelah beberapa saat, pintu kamar mandi terbuka dan Lou Zheng berjalan keluar.Ketika pria itu sedang berbicara di telepon, Lou Zheng kebetulan pergi ke kamar mandi. Ketika dia akan keluar, dia mendengar jeritan di dalam kamar dan tahu ada yang tidak beres, jadi dia tetap di dalam kamar mandi dan tidak keluar.Saat itu, Sansan mematikan suara lagu karena dia ingin bertanya, sehingga Lou Zheng bisa mendengar suara Sansan dengan jelas.'Sansan belum mati?! Dia bahkan datang sampai kesini.' Lou Zheng sangat gugup pada saat itu.Untungnya, orang-orangnya tahu apa yang harus dikatakan dan apa yang tidak boleh dikatakan. Jadi mereka tidak mengungkapkan identitasnya.Lou Zheng memandang semua orang dengan puas. "Bagus sekali! Setelah beberapa hari lagi, kalian akan menjadi eksekutif Grup Hour yang baru.""Baik, bos." Lou Zheng tersenyum.Sansa
Melihat Sansan yang menatapnya, ekspresi Downey berubah drastis, dia berusaha menahan dan akhirnya dia mengutuk. "Sialan, jangan omong kosong kamu!""Uhm …" Sansan terbatuk geli menatap mata Downey. "Hahaha …" Sansan tidak bisa menahan tawanya saat melihat alis Downey yang terangkat.Karena tatapan serius Downey, ditambah dengan kesan bahwa Sansan yang berperilaku baik, sangat lucu jika dia tiba-tiba mengutuk kalimat seperti itu.Raut wajah Downey semakin buruk. Bagaimanapun, dia telah mengutuk, jadi tidak ada bedanya jika dia mengutuk sekali lagi. "Sialan, apa yang kamu tertawakan?"Sansan tercengang, dan kemudian berkata dengan cukup serius. "Aku hanya tertawa saja!"Tatapan mata Downey langsung memuram dalam sekejap.Yang lain tampak berbeda ketika mereka melihatnya dan mata mereka diam-diam mengkomunikasikan sesuatu.Karena keremangan kamar, Sansan dan Downey tidak menyadari ada yang janggal dengan mata mereka. Sansan berhenti terawa dan menatap pria itu dengan tajam. "Satu kesemp
"Bodoh!" Pria itu berteriak dengan kesal. "Tentu saja si br*ngsek Sansan!""Tunggu?!" Usai bicara, pria itu merasa ada yang janggal, jadi dia segera berbalik. Ketika dia melihat Sansan yang baru saja dia sebut berdiri di depannya, dia langsung melebarkan matanya, "K-Kamu—"Dia sangat ketakutan hingga ponselnya jatuh ke lantai. Pria itu menggigil dan menunjuk ke arah Sansan.BRUK!Tiba-tiba Sansan yang sedang menatap sosok pria itu dengan tajam, dengan cepat menarik lengan pria itu dan membantingnya ke lantai.Saat ini, Downey yang berdiri di belakang Sansan berjalan keluar perlahan dan berkata dengan ringan. "Hei, tempramenmu tidak terlalu bagus.""Tidak juga," jawab Sansan dengan datar.Mereka juga mendengarnya tadi. Pria itu berkata bahwa Downey juga akan dibunuh bersama.Downey yang memikirkan itu mendengus pelan. "Aku terlibat karena kamu."Sansan hanya terdiam mendengar ucapan Downey, tanpa banyak basa basi lagi dia berjalan menuju sebuah ruangan lain.BRAK!Sansan menendang pint
Orang-orang telah menggali lebih dari satu jam, dan mereka tidak menemukan apa-apa. Mereka hanya membongkar puing-puing bangunan yang sudah berserakan menjadi hitam."Tidak ada apapun disini.""Apakah kamu yakin mereka berada tepat di daerah ini?""Coba ingat-ingat kembali?"Orang-orang mulai kebingungan dan ada rasa pasrah di dalam benak mereka, mereka berpikir bahwa orang yang memanggil mereka datang itu salah ingat lokasi.Shifa yang mendengar itu segera menggelengkan kepalanya ketika melihat ini. "Tidak mungkin, mereka pasti ada di sini, tidak mungkin tidak ada!""Tetapi kami tidak menemukannya!""Bagaimana kalau kita mencari ke dalam lagi, mungkin mereka mengubah rute pelarian?" Seseorang menyarankan.Hyorin dan Matt Busby tampak bergairah saat melihat ini. "Tidak perlu menggali lagi.""Apa? Berhenti menggali?""Iya, berhenti menggali," Hyorin mengangguk mengangguk dengan datar.Saat itu, bom datang dari belakang pabrik, jadi tidak mungkin bagi Sansan dan Downey untuk berlari ke
Di kamar lantai dua.Sekelompok pria dan wanita duduk bersama, mereka terlihat sangat menikmati suasana di dalam bar. Meja penuh dengan gelas anggur dan ada kaleng bir di bawah kaki mereka. Mereka sudah minum cukup banyak.Semua orang sangat senang, kecuali pria yang duduk di tengah. Dia hanya memegang gelas anggur dan minum perlahan, wajahnya terlihat sangat tidak puas. Dia adalah Lou Zheng yang selalu berada dalam kegelapan sepanjang waktu.Lou Zheng mengerutkan keningnya dengan kuat. "Sansan seharusnya sudah mati. Mengapa dia masih belum kembali?" Lo Zheng mengetuk-ngetuk meja dengan jemarinya. "Atau apakah terjadi sesuatu yang tidak terduga?"Pada saat ini, pria dengan topi itu mengetuk pintu dan memasuki kamar. Setelah dia masuk, semua orang yang ada di dalam kamar itu berhenti bergerak, bahkan suasana meriah di dalam bar itu menjadi hening.Pria itu melepaskan topinya, memperlihatkan sedikit perubahan raut wajahnya dan menjawab dengan hormat, "Sudah, bom itu meledak dan pabrik t
Downey bereaksi secara naluriah, dia dengan cepat segera mengelak. Namun, begitu keduanya bertemu, terjadi pukulan yang saling beradu.BUK!Suara tabrakan antara tinju Downey dan juga Sansan terdengar sangat jelas.BOOM!Tiba-tiba suara ledakan terdengar diiringi suara pukulan itu.Hyorin dan Matt Busby saling memandang, dia berteriak. "Lari! Ini bom!"Sehabis berteriak, Hyorin dan Matt Busby buru-buru berlari keluar. Sansan juga langsung tanggap, dia bergegas membalikkan badannya dan berlari.Mendengar itu, Downey melihat ke arah Shifa. Shifa berdiri di dekat tempat sampah yang lumayan jauh darinya. Karena ledakan, sebuah pohon tiba-tiba tumbang dan seperti akan jatuh."Shifa!" Melihat tong kayu hampir jatuh, Downey segera bergegas menghampiri Shifa, menahan pohon itu, lalu berkata kepada Shifa yang terpana. "Lari!"Shifa tiba-tiba tersadar. Setelah melihat Downey, dia terkejut. "Kak …" Dia ingin mengatakan sesuatu.Tapi Downey memotongnya. "Lari! Kalau tidak, kamu tidak akan sempat