Sansan Carell tidak menjelaskan, juga tidak menangkap ikan secara membabi buta, tapi berkata pada Yunita Siregar, "Bisakah kamu bantu carikan sebuah ranting pohon untukku? Dengan begini lebih mudah menangkapnya." "Kamu berani memerintahkanku? Brengsek!" Yunita Siregar sambil bicara berbalik dan pergi mencari sebuah ranting untuk Sansan Carell. Dengan adanya ranting, Sansan Carell lebih mudah menangkap ikan, ditambah ketajaman Sansan Carell yang sudah terlatih, satu tusukan satu ekor, berturut-turut menusuk empat ekor. "Sudah, satu orang dua ekor, sudah cukup." Yunita Siregar melihat Sansan Carell masih ingin menangkap ikan lagi, dia segera menghentikannya, "Kamu biarkan ikan-ikannya hidup beberapa waktu lagi." "Tidak menyangka kamu begitu baik juga." Sansan Carell berkata. Yunita Siregar menjawab, "Aku pergi ambil pisau untuk membersihkan ikan ini."l Selesai bicara, Yunita Siregar berbalik dan berjalan ke rumah kayu. Sansan Carell berdiri di su
Yunita Siregar memanfaatkan cahaya api melihat-lihat Sansan Carell, "Seingatku kamu adalah menantu yang tinggal dalam keluarga pihak wanita bukan? Apa yang kamu pikirkan pada saat itu? Apakah kamu dan istrimu benar-benar memiliki perasaan?" Sansan Carell terdiam sejenak, mengingat hal-hal kecil bersama Soraya Lindsay, dia tidak bisa menahan diri tersenyum, "Apakah kamu ingin mendengarnya?" "Kalau kamu cerita maka aku akan mendengarnya, lagipula aku sangat jenuh." Yunita Siregar acuh tak acuh mengatakannya. Sansan Carell perlahan-lahan mengatakan, "Pada saat itu, aku masih seorang anak desa, tidak memiliki apapun, semua orang meremehkanku dan menindasku. Juga pada saat itu, Soraya sekeluarga menemukanku, menyuruhku masuk dan tinggal bersama keluarganya, selain itu menikah juga hanya sebuah perjanjian pernikahan, setelah kontrak selesai, maka harus bercerai." "Hah?" Yunita Siregar agak terkejut, "Kalau begitu, sepertinya kalian sudah bercerai, bukan?"
Tiba di ruang terbuka, Alice mengamati Sansan Carell sejenak, berkata pada Sansan Carell, "Maju, serang aku." Sansan Carell kebingungan sekali, dia bukannya takut, dia hanya merasa jelas-jelas tidak bisa menang melawannya. Tapi dia disuruh maju ke depan untuk menyerangnya, bukankah ini bodoh? "Kenapa tidak bergerak?" Alice sudah tidak sabar menunggu lagi, "Serang aku!" Sansan Carell melihat hal ini, hanya bisa menggertakkan gigi dan memejamkan mata, lalu menerjang ke arah Alice. Mengingat selama beberapa hari ini sudah terbiasa dipukuli, jadi saat Sansan Carell menerjang ke sana dan dipukul oleh Alice hingga terpental, dia sudah terbiasa. Serta, dia sudah belajar bagaimana mendarat dengan baik. Sansan Carell terlihat lebih baik, tidak seperti saat pertama kali dipukuli oleh Alice, setidaknya tidak terlalu sakit. Melihatnya, Alice sedikit mengangguk, "Bagus." Alice hanya memberikan Sansan Carell pukulan satu kali ini saja, lalu berdiri di sana da
Hyorin mengendarai mobil untuk menjemputnya, pada pandangan pertama, dia melihat Sansan Carell, berpikir dirinya salah mengenali orang. Sansan Carell bukan hanya menjadi hitam, aura ditubuhnya juga berubah. — Ruang kantor Manajer perusahaan Lifestyle Gold. Julio Iglesias mengantarkan sebuah dokumen dan diserahkan kepada Soraya Lindsay, penuh kekhawatiran mengatakan, "Nyonya, telah terjadi masalah." "Apa?" Soraya Lindsay mengangkat matanya, dia sedang mengurus dokumen, "Kamu bilang terjadi masalah?" Julio Iglesias merasa agak cemas, "Jadi begini, bukankah perusahaan selalu bekerja sama dengan perusahaan luar untuk memproduksi perhiasan? Salah satu produsen menggunakan bahan perhiasan berkualitas rendah, bahkan melakukan pekerjaan jelek dan mengurangi bahan! Hal ini menyebabkan beberapa pelanggan mengalami gejala alergi setelah memakainya." "Apa yang terjadi?" Soraya Lindsay mengerutkan kening, "Apakah dulu sebelum bekerja sama tidak pernah pergi ke p
"Kamu adalah Nyonya Soraya, ya? Sungguh senang bertemu denganmu!" Tuan Cyrill tersenyum menyipit berjalan mendekatinya, dia mengulurkan tangan untuk bersalaman dengan Soraya Lindsay. Soraya Lindsay sedikit mengangguk juga mengulurkan tangan, "Tuan Cyrill, apa kabar." Sorot mata Tuan Cyrill terus tertuju ke wajah dan leher Soraya Lindsay, tangan yang digenggam juga tidak dilepaskan. Soraya Lindsay merasa ada yang tidak benar, sekuat tenaga menarik keluar tangannya, di dalam hati merasa jijik sekali, "Tuan Cyrill, mari kita bahas hal penting saja." "Baik, hal penting." Ekspresi mata Tuan Cyrill sudah berubah menjadi genit sekali. Raka Erlangga yang ada di sana juga menyapa, empat orang duduk bersama memesan hidangan, saat menunggu hidangan, Soraya Lindsay langsung menuju topik utama, "Tuan Cyrill, sebelumnya yang melakukan tanda tangan kontrak denganmu adalah Wakil Manajer perusahaan kami. Sekarang, dia sudah dipecat, kami pikir, bukankah Tuan Cyrill perlu
Dalam sekejap mata Cyrill bersinar, melihat ke arah Soraya Lindsay. Soraya Lindsay merasa tidak senang setelah mendengar apa yang dikatakan oleh Raka Erlangga, dia berkata, "Kamu jangan bicara sembarangan! Sansan sangat aman! Ada yang menemaninya!" "Aman? Aman kenapa dia tidak muncul? Dia telah menghilang selama sebulan penuh?" Raka Erlangga mendengus pelan, "Jika tidak terjadi apa-apa, kamu telepon dia di hadapan kami!" "Jika dia angkat telepon, maka aku percaya dia aman!" Soraya Lindsay terdiam sejenak, dia tidak berani menelepon, karena dia tahu, sama sekali tidak bisa menghubungi Sansan Carell melalui telepon. "Lihat, Tuan Cyrill, dia tidak berani menelepon, itu berarti dia sudah telepon hingga tak terhitung jumlahnya, tapi selalu tidak bisa menghubungi Sansan!" Raka Erlangga merasa senang diatas penderitaan orang sambil mengatakannya. Teringat dulu dialah pemeran utamanya, tidak menyangka begitu Sansan Carell datang langsung merebut semua
Julio Iglesias gemetar ketakutan sambil berkata, "Nyonya Soraya, kalau tidak..." Soraya Lindsay meliriknya dengan mata dingin, kemudian berdiri dan mengatakan, "Walaupun perusahaan bangkrut dan tutup, aku juga tidak akan menyetujuinya!" Selesai bicara, Soraya Lindsay melangkahkan kaki berjalan keluar. Melihat ini Julio Iglesias hanya bisa ikut keluar. "Berhenti!" Raka Erlangga menghentikan Soraya Lindsay dan Julio Iglesias, "Tuan ini boleh pergi, tapi Soraya harus tetap tinggal di sini!" Soraya Lindsay membalikkan badan, "Raka, kamu jangan keterlaluan menindas orang!" "Bagaimana mungkin? Jelas ini merupakan kerja sama yang saling menguntungkan kedua pihak!" Raka Erlangga tersenyum licik, lalu menoleh berkata pada Cyrill, "Menurut Anda benar tidak? Tuan Cyrill." "Bukankah begitu?" Cyrill juga berdiri, "Nyonya Soraya, kamu tenang saja, kamu ikut aku, aku tidak akan membuatmu dirugikan." Soraya Lindsay mengerutkan kening dengan jijik,
Soraya Lindsay diseret ke dalam kamar, Cyrill ikut masuk ke dalam, dua pengawal berjaga di depan pintu. Setelah masuk ke dalam kamar, Soraya Lindsay segera bersembunyi ke sudut dinding, berencana menjaga jarak dengan Cyrill. Namun, hal itu sama sekali tidak berguna. "Kamu jangan ke sini!" Soraya Lindsay menyusut ke sudut, "Jika suamiku tahu, dia tidak akan melepaskanmu!" Cyrill sedikit pun tidak takut, "Suamimu tidak tahu ada di mana, kenapa aku harus takut? Hahaha…" Tangan Cyrill meraih pergelangan tangan Soraya Lindsay yang putih halus, "Aduh, kulit ini sungguh mulus sekali…" Di dalam hati Soraya Lindsay jijik sekali, dia berjuang keras untuk melepaskannya, tangan satu lagi mendadak diangkat, melayangkan satutamparan pada Cyrill. Plak! Suara nyaring sekali. "Sialan! Wanita brengsek, kamu tidak tahu diri?" Selesai bicara, Cyrill tidak sungkan lagi, langsung menarik Soraya Lindsay dan melemparnya ke ranjang yang ada di sampingnya. "Ah
Fajar tidak bisa berkata apa-apa lagi. Sansan mengucapkan terima kasih dan menutup telepon.Hyorin mendengarkan seluruh percakapan mereka, wajahnya juga menjadi serius. "Apa yang harus kita lakukan?"Sansan berkata dengan tak berekspresi. "Pergi ke RS Kyoto dulu dan buat strategi," Sansan menatap Hyorin dengan sedikit ragu. "Tapi, sebelum itu kamu pergi dan bawa Soraya pulang!"Soraya adalah kelemahannya. Jika orang-orang itu ingin menyerangnya dan membiarkannya tertangkap, mereka pasti akan menyerang Soraya terlebih dulu. Jadi, melindungi Soraya adalah hal yang paling penting.Hyorin mengangguk. "Aku akan pergi!""Biarkan Busby pergi, kamu ikut aku ke RS Kyoto," ujar Sansan sambil berjalan.Hyorin tidak keberatan, Sansan menelepon Matt Busby, berbicara singkat tentang situasinya dan pergi ke RS Kyoto.***RS Kyoto.Sansan memanggil Ramdan dan Leona. "Hari-hari indah akan segera berakhir."Mereka tidak mengerti. Ketika Sansan memberi tahu berita tentang Henda dibunuh oleh Zoran, semua
"Brengsek!"Sansan benar-benar menganggap Hiden sebagai teman dekatnya. Jika tidak, dia tidak akan pergi mencari Hiden setelah menerima Grup Hour, apalagi memberikan Hiden banyak sumber daya untuk membuatnya berkembang.Alhasil, Hiden bekali-kali menyerobot sumber daya yang layak didapatkan Grup Hour secara diam-diam! Bahkan, dia melakukan tindakan kecil di belakang punggungnya dan sekarang bahkan mencari pembunuh untuk membunuhnya!Perasaan dikhianati oleh teman dekat ini membuat Sansan merasa tercekik. Jelas sekali mereka adalah teman dekat. Wardani bisa mati untuknya, tetapi Hiden malah ingin membunuhnya!"Ahh …" Sansan tinggal di gang gelap itu untuk waktu yang lama sebelum perlahan keluar dari gang, tetapi aura permusuhan di tubuhnya menjadi lebih berat dari sebelumnya.Ponsel Sansan terjatuh ketika dia dan Downey melompat keluar jendela. Saat itu, dia tidak ada waktu untuk mencari ponsel lagi. Setelah melompat keluar jendela, dia berusaha keras berlari.Mereka berada di depan Hy
"Tentu!" Sansan mengangguk tanpa terkejut, dan menghabiskan seteguk anggur terakhir. "Waktu untuk duel akan diatur secara terpisah. Sekarang bukan waktu yang tepat."Downey tidak keberatan.Pada saat ini, Sansan hendak bangun dan Downey tiba-tiba menahannya. Sansan bingung. "Kenapa? Apakah kamu ingin melakukannya sekarang?"Downey menatap dingin ke belakang Sansan, seolah sedang mengamati sesuatu. Sansan melihat ada yang tidak beres, berpaling untuk melihat dan dia melihat beberapa orang berpakaian rapi duduk di pojok sambil minum alkohol. Ketika Sansan menoleh untuk melihat, mereka dengan cepat menarik kembali pandangan mereka.Meskipun orang-orang ini tampil sebagai gangster kecil, tetapi niat membunuh di dalamnya belum sepenuhnya disimpan dan bisa dirasakan hanya dengan satu tatapan.Sansan mengerti dalam sekejap, berbalik dan berkata kepada Downe.y "Sepertinya ada yang datang untuk membunuhku lagi.""Mungkin masih orang yang sama?" Downey sepertinya tidak khawatir sama sekali, tap
Di dalam kamar. Setelah memastikan bahwa mereka telah pergi, ekspresi semua orang kembali normal dan seorang wanita pergi mengetuk pintu kamar mandi. Setelah beberapa saat, pintu kamar mandi terbuka dan Lou Zheng berjalan keluar.Ketika pria itu sedang berbicara di telepon, Lou Zheng kebetulan pergi ke kamar mandi. Ketika dia akan keluar, dia mendengar jeritan di dalam kamar dan tahu ada yang tidak beres, jadi dia tetap di dalam kamar mandi dan tidak keluar.Saat itu, Sansan mematikan suara lagu karena dia ingin bertanya, sehingga Lou Zheng bisa mendengar suara Sansan dengan jelas.'Sansan belum mati?! Dia bahkan datang sampai kesini.' Lou Zheng sangat gugup pada saat itu.Untungnya, orang-orangnya tahu apa yang harus dikatakan dan apa yang tidak boleh dikatakan. Jadi mereka tidak mengungkapkan identitasnya.Lou Zheng memandang semua orang dengan puas. "Bagus sekali! Setelah beberapa hari lagi, kalian akan menjadi eksekutif Grup Hour yang baru.""Baik, bos." Lou Zheng tersenyum.Sansa
Melihat Sansan yang menatapnya, ekspresi Downey berubah drastis, dia berusaha menahan dan akhirnya dia mengutuk. "Sialan, jangan omong kosong kamu!""Uhm …" Sansan terbatuk geli menatap mata Downey. "Hahaha …" Sansan tidak bisa menahan tawanya saat melihat alis Downey yang terangkat.Karena tatapan serius Downey, ditambah dengan kesan bahwa Sansan yang berperilaku baik, sangat lucu jika dia tiba-tiba mengutuk kalimat seperti itu.Raut wajah Downey semakin buruk. Bagaimanapun, dia telah mengutuk, jadi tidak ada bedanya jika dia mengutuk sekali lagi. "Sialan, apa yang kamu tertawakan?"Sansan tercengang, dan kemudian berkata dengan cukup serius. "Aku hanya tertawa saja!"Tatapan mata Downey langsung memuram dalam sekejap.Yang lain tampak berbeda ketika mereka melihatnya dan mata mereka diam-diam mengkomunikasikan sesuatu.Karena keremangan kamar, Sansan dan Downey tidak menyadari ada yang janggal dengan mata mereka. Sansan berhenti terawa dan menatap pria itu dengan tajam. "Satu kesemp
"Bodoh!" Pria itu berteriak dengan kesal. "Tentu saja si br*ngsek Sansan!""Tunggu?!" Usai bicara, pria itu merasa ada yang janggal, jadi dia segera berbalik. Ketika dia melihat Sansan yang baru saja dia sebut berdiri di depannya, dia langsung melebarkan matanya, "K-Kamu—"Dia sangat ketakutan hingga ponselnya jatuh ke lantai. Pria itu menggigil dan menunjuk ke arah Sansan.BRUK!Tiba-tiba Sansan yang sedang menatap sosok pria itu dengan tajam, dengan cepat menarik lengan pria itu dan membantingnya ke lantai.Saat ini, Downey yang berdiri di belakang Sansan berjalan keluar perlahan dan berkata dengan ringan. "Hei, tempramenmu tidak terlalu bagus.""Tidak juga," jawab Sansan dengan datar.Mereka juga mendengarnya tadi. Pria itu berkata bahwa Downey juga akan dibunuh bersama.Downey yang memikirkan itu mendengus pelan. "Aku terlibat karena kamu."Sansan hanya terdiam mendengar ucapan Downey, tanpa banyak basa basi lagi dia berjalan menuju sebuah ruangan lain.BRAK!Sansan menendang pint
Orang-orang telah menggali lebih dari satu jam, dan mereka tidak menemukan apa-apa. Mereka hanya membongkar puing-puing bangunan yang sudah berserakan menjadi hitam."Tidak ada apapun disini.""Apakah kamu yakin mereka berada tepat di daerah ini?""Coba ingat-ingat kembali?"Orang-orang mulai kebingungan dan ada rasa pasrah di dalam benak mereka, mereka berpikir bahwa orang yang memanggil mereka datang itu salah ingat lokasi.Shifa yang mendengar itu segera menggelengkan kepalanya ketika melihat ini. "Tidak mungkin, mereka pasti ada di sini, tidak mungkin tidak ada!""Tetapi kami tidak menemukannya!""Bagaimana kalau kita mencari ke dalam lagi, mungkin mereka mengubah rute pelarian?" Seseorang menyarankan.Hyorin dan Matt Busby tampak bergairah saat melihat ini. "Tidak perlu menggali lagi.""Apa? Berhenti menggali?""Iya, berhenti menggali," Hyorin mengangguk mengangguk dengan datar.Saat itu, bom datang dari belakang pabrik, jadi tidak mungkin bagi Sansan dan Downey untuk berlari ke
Di kamar lantai dua.Sekelompok pria dan wanita duduk bersama, mereka terlihat sangat menikmati suasana di dalam bar. Meja penuh dengan gelas anggur dan ada kaleng bir di bawah kaki mereka. Mereka sudah minum cukup banyak.Semua orang sangat senang, kecuali pria yang duduk di tengah. Dia hanya memegang gelas anggur dan minum perlahan, wajahnya terlihat sangat tidak puas. Dia adalah Lou Zheng yang selalu berada dalam kegelapan sepanjang waktu.Lou Zheng mengerutkan keningnya dengan kuat. "Sansan seharusnya sudah mati. Mengapa dia masih belum kembali?" Lo Zheng mengetuk-ngetuk meja dengan jemarinya. "Atau apakah terjadi sesuatu yang tidak terduga?"Pada saat ini, pria dengan topi itu mengetuk pintu dan memasuki kamar. Setelah dia masuk, semua orang yang ada di dalam kamar itu berhenti bergerak, bahkan suasana meriah di dalam bar itu menjadi hening.Pria itu melepaskan topinya, memperlihatkan sedikit perubahan raut wajahnya dan menjawab dengan hormat, "Sudah, bom itu meledak dan pabrik t
Downey bereaksi secara naluriah, dia dengan cepat segera mengelak. Namun, begitu keduanya bertemu, terjadi pukulan yang saling beradu.BUK!Suara tabrakan antara tinju Downey dan juga Sansan terdengar sangat jelas.BOOM!Tiba-tiba suara ledakan terdengar diiringi suara pukulan itu.Hyorin dan Matt Busby saling memandang, dia berteriak. "Lari! Ini bom!"Sehabis berteriak, Hyorin dan Matt Busby buru-buru berlari keluar. Sansan juga langsung tanggap, dia bergegas membalikkan badannya dan berlari.Mendengar itu, Downey melihat ke arah Shifa. Shifa berdiri di dekat tempat sampah yang lumayan jauh darinya. Karena ledakan, sebuah pohon tiba-tiba tumbang dan seperti akan jatuh."Shifa!" Melihat tong kayu hampir jatuh, Downey segera bergegas menghampiri Shifa, menahan pohon itu, lalu berkata kepada Shifa yang terpana. "Lari!"Shifa tiba-tiba tersadar. Setelah melihat Downey, dia terkejut. "Kak …" Dia ingin mengatakan sesuatu.Tapi Downey memotongnya. "Lari! Kalau tidak, kamu tidak akan sempat