Maria Selena juga tahu orang yang ada di depan adalah temannya Wardani, ketika melihatnya, tidak bisa menahan diri untuk menangis. Daniel Sturridge kelabakan, "Itu, kalau tidak kalian keluar dulu, di sini tidak terlalu leluasa." Derris menarik Maria Selena keluar dari dalam toilet, saat melihat lantai yang penuh jejak darah dan mayat, Maria Selena dan Derris sama-sama ketakutan. Memang, mereka mendengar suara jeritan, tapi mereka tidak tahu apa yang terjadi.. Tapi sekarang melihat mayat-mayat itu… kelihatannya sangat menakutkan. Daniel Sturridge secara pribadi mengantar mereka keluar, setelah berpesan beberapa kata baru kembali ke dalam ruang pribadi untuk lanjut menanganinya. Di luar pintu, di dalam benak Maria Selena tanpa henti terus mengenang kejadian barusan, hatinya juga mulai menjadi berat. Sansan Carell berkata dia ingin datang untuk balas dendam, memang dia sudah melakukannya. Tapi dia, orang yang biasa sekali, sekarang telah membunuh
Keluarga Carell. Di ruang tamu, seorang pria yang tegak dan tegas baru saja selesai melaporkan kabar terbaru, menunggu perintah dari Zoran Carell. Zoran Carell duduk bersandar di sofa, tangannya memegang cangkir teh, dia meminum teh dengan santai. Aurora Borealis mulai memikirkan berbagai kerumitan sejak mendengar kabar itu. Dda rasa bangga dan sombong, juga ada kekhawatiran dan kecemasan. Sansan Carell benar-benar seperti yang dikatakan oleh Zoran Carell, dia sudah menyelesaikan rencana balas dendamnya dengan sempurna, tidak heran putra mereka, sangat pintar. Tapi, Sansan Carell telah membunuh orang, diw ditangkap oleh polisi di tempat kejadian. Sekarang dibawa oleh polisi ke rumah sakit karena pingsan. Setelah dia sadar, akan diantar kembali ke Kota Ryuu, kemudian dilakukan interogasi. Aurora Borealis dengan cemas mondar-mandir di ruang tamu, memikirkan banyak cara untuk membantu Sansan Carell. Tapi tidak ada satupun yang berguna, membunuh orang adalah k
Keluarga Hernanto. Sudah lebih dari tengah malam, tepat saat jam tidur, lampu Keluarga Hernanto malah menyala terang benderang. Di luar vila, ada sebuah mobil hitam mewah yang terparkir di sana. Tidak lama kemudian, muncul seorang pria tinggi besar yang mengenakan mantel di depan pintu. Wajahnya suram sekali, kedua matanya penuh kebencian. Orang ini adalah Tuan Muda ketiga Keluarga Hernanto, Sean Hernanto, juga ayahnya Febri Hernanto. Sean Hernanto begitu murung sejak dia mengetahui kematian putranya, kemarahannya telah mencapai titik dimana dia tidak dapat membendungnya. Setelah beberapa saat, terdengar suara informasi dari dalam mobil. Seorang wanita berkata kepada Sean Hernanto, "Kakek, sudah diselidiki, sekarang Sansan sudah ditangkap oleh polisi. Tapi karena mengalami luka berat, sekarang berada di rumah sakit Provinsi Helico, polisi tidak mengizinkan siapapun bertemu dengannya." Sean Hernanto mendengarnya, langsung berteriak, "Sialan! Dia
Sansan Carell masih belum selesai bicara, wanita lalu mendengus, "Toilet, toilet! Tahan kencingmu itu!" Sansan Carell merasa tidak nyaman, dia benar-benar telah lama menahannya, tapi wanita ini sudah ingin cepat-cepat memberitahu kaptennya. nanti jika orangnya sudah datang, pasti akan ada pertanyaan dalam waktu yang lama, dia tidak bisa terus menahannya! "Tu...nggu dulu, aku i-ingin kamu menunggu aku… selesai ke toilet, baru kamu baru pergi memanggil kaptenmu…" Sansan Carell merasa terpaksa dan menarik nafas dalam-dalam, dengan susah payah dan cepat menyelesaikan kalimat ini. Setelah selesai bicara, Sansan Carell terengah-engah, dada dan paru-paru, serta punggung terasa sakit sekali, membuat seluruh wajahnya berkerut. Wanita itu tertegun setelah mendengarnya, melihat Sansan Carell begitu menderita, seketika merasa tidak enak hati. Tapi begitu terpikir dia adalah pembunuh gila, lalu merasa sudah sepantasnya dia kesakitan. "Kalau begitu kamu pergi saja!
Daniel Sturridge tertegun, "Korban yang mana?" Bicara memang bertanya seperti ini, tapi sebenarnya sudah bisa menebaknya. "Febri Hernanto." Daniel Sturridge dalam hati berkata, "Ternyata memang keluarga dari Febri Hernanto." Tapi dia tetap bersikeras mengatakan, "Maaf, aku bisa memahami suasana hatimu, tapi sekarang memang tidak bisa bertemu. Untuk sementara, dia sedang berada dalam tahap penyelidikan, keluarga korban tidak bisa bertemu dengan tersangka. Jika mau bertemu, kalian harus menunggu sampai sidang resmi dibuka." Wajah Sean Hernanto kesuraman, "Aku hanya ingin melihat, tidak akan melakukan apa-apa." Daniel Sturridge terdiam, "Tuan…" "Aku seorang diri yang akan masuk ke dalam, yang lainnya tinggal di luar, kalian jangan ikut aku masuk ke dalam. Dan Anda temani aku, bagaimana?" Mendengarnya Daniel Sturridge merasa tidak berdaya, hanya bisa mengatakan, "Baiklah kalau begitu! Kamu bawa aku masuk ke dalam." Kemudian, wanit
Wanita itu memonyongkan mulutnya, ikut berjalan ke depan pintu. Saat ini, tidak ada yang memperhatikan, Sansan Carell yang awalnya tenang, menarik nafas dalam-dalam, raut wajah lebih pucat dibandingkan tadi. Tidak heran Sean Hernanto merupakan tetua keluarga Hernanto, aura di sekitar tubuhnya sangat menakutkan. Ditambah lagi, aura itu memang ditujukan pada Sansan Carell, membuat Sansan Carell sangat ketakutan. Tapi dia tidak boleh menunjukkan raut takut sedikit pun. Sekarang, Sean Hernanto sudah pergi, Sansan Carell merasa keadaan lebih nyaman. — Daniel Sturridge dan polisi wanita kembali ke bangsal. Daniel Sturridge duduk di kursi samping, sambil melihat Sansan Carell berkata, "Kamu malah sedikit pun tidak takut padanya." "Hahaha… sebenarnya aku sedikit takut," Sansan Carell tersenyum. Daniel Sturridge menggelengkan kepalanya, "Memang, kamu paling aman di sini, tapi kamu tetap tidak bisa terlepas dari sanksi hukum, bisa saja kamu dihukum
Polisi wanita membelalakkan kedua matanya setelah mendengar apa yang dikatakan oleh Daniel Sturridge, wajahnya penuh rasa tidak percaya. "Bagaimana ada orang yang lapor polisi untuk menangkap diri sendiri?" Sansan Carell tersenyum, mengabaikan pertanyaannya, "Jadi, dia adalah kapten, kamu hanya seorang polisi kecil." Polisi wanita memelototi Sansan Carell, tapi tidak bisa membantahnya. Daniel Sturridge menjelaskannya pada polisi wanita, "Karena kantor polisi adalah tempat teraman, kalau tidak, dia tidak akan bertahan hidup lewat semalam." Polisi wanita mendengarnya, lalu teringat tampang Sean Hernanto yang datang mencari Sansan Carell. Seketika dia langsung paham, kemudian ada sedikit perubahan di sorot mata Sansan Carell. "Apakah dia benar-benar anak orang kaya yang hanya tahu berfoya-foya?" Gumam polisi wanita itu. Daniel Sturridge juga sedang memikirkan hal ini, lalu bertanya dengan penasaran, "Apa yang kamu katakan pada Sean Hernanto
Polisi wanita itu bernama Syifa, dia sangat terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Sansan Carell barusan. Bukankah dia adalah anak orang kaya yang manja? Apakah benar memperebutkan sesuatu dengan para perusahaan itu? Kenapa kedengarannya sangat tidak nyata? Daniel Sturridge tidak memperhatikan Syifa, hanya menatap Sansan Carell. Sansan Carell teringat dengan Wardani, suasana hatinya buruk sekali. Di saat Daniel Sturridge mengira Sansan Carell tidak akan bicara, dia bersuara, "Sebenarnya kalian sudah tahu orang itu Febri, juga sudah pergi bertanya pada Febri, tapi kalian tidak memiliki bukti." Daniel Sturridge tertegun, mata sedikit menunduk. Sansan Carell berkata, "Tapi, apakah karena tidak ada bukti maka Febri bisa bebas leluasa? Lalu orang-orang yang dia bunuh itu? Kakak masih berbaring di atas tempat tidur, seumur hidup juga tidak bisa bangun lagi." "Coba kamu katakan, atas dasar apa semua ini?" "Bukankah katanya membunuh orang itu melangg
Fajar tidak bisa berkata apa-apa lagi. Sansan mengucapkan terima kasih dan menutup telepon.Hyorin mendengarkan seluruh percakapan mereka, wajahnya juga menjadi serius. "Apa yang harus kita lakukan?"Sansan berkata dengan tak berekspresi. "Pergi ke RS Kyoto dulu dan buat strategi," Sansan menatap Hyorin dengan sedikit ragu. "Tapi, sebelum itu kamu pergi dan bawa Soraya pulang!"Soraya adalah kelemahannya. Jika orang-orang itu ingin menyerangnya dan membiarkannya tertangkap, mereka pasti akan menyerang Soraya terlebih dulu. Jadi, melindungi Soraya adalah hal yang paling penting.Hyorin mengangguk. "Aku akan pergi!""Biarkan Busby pergi, kamu ikut aku ke RS Kyoto," ujar Sansan sambil berjalan.Hyorin tidak keberatan, Sansan menelepon Matt Busby, berbicara singkat tentang situasinya dan pergi ke RS Kyoto.***RS Kyoto.Sansan memanggil Ramdan dan Leona. "Hari-hari indah akan segera berakhir."Mereka tidak mengerti. Ketika Sansan memberi tahu berita tentang Henda dibunuh oleh Zoran, semua
"Brengsek!"Sansan benar-benar menganggap Hiden sebagai teman dekatnya. Jika tidak, dia tidak akan pergi mencari Hiden setelah menerima Grup Hour, apalagi memberikan Hiden banyak sumber daya untuk membuatnya berkembang.Alhasil, Hiden bekali-kali menyerobot sumber daya yang layak didapatkan Grup Hour secara diam-diam! Bahkan, dia melakukan tindakan kecil di belakang punggungnya dan sekarang bahkan mencari pembunuh untuk membunuhnya!Perasaan dikhianati oleh teman dekat ini membuat Sansan merasa tercekik. Jelas sekali mereka adalah teman dekat. Wardani bisa mati untuknya, tetapi Hiden malah ingin membunuhnya!"Ahh …" Sansan tinggal di gang gelap itu untuk waktu yang lama sebelum perlahan keluar dari gang, tetapi aura permusuhan di tubuhnya menjadi lebih berat dari sebelumnya.Ponsel Sansan terjatuh ketika dia dan Downey melompat keluar jendela. Saat itu, dia tidak ada waktu untuk mencari ponsel lagi. Setelah melompat keluar jendela, dia berusaha keras berlari.Mereka berada di depan Hy
"Tentu!" Sansan mengangguk tanpa terkejut, dan menghabiskan seteguk anggur terakhir. "Waktu untuk duel akan diatur secara terpisah. Sekarang bukan waktu yang tepat."Downey tidak keberatan.Pada saat ini, Sansan hendak bangun dan Downey tiba-tiba menahannya. Sansan bingung. "Kenapa? Apakah kamu ingin melakukannya sekarang?"Downey menatap dingin ke belakang Sansan, seolah sedang mengamati sesuatu. Sansan melihat ada yang tidak beres, berpaling untuk melihat dan dia melihat beberapa orang berpakaian rapi duduk di pojok sambil minum alkohol. Ketika Sansan menoleh untuk melihat, mereka dengan cepat menarik kembali pandangan mereka.Meskipun orang-orang ini tampil sebagai gangster kecil, tetapi niat membunuh di dalamnya belum sepenuhnya disimpan dan bisa dirasakan hanya dengan satu tatapan.Sansan mengerti dalam sekejap, berbalik dan berkata kepada Downe.y "Sepertinya ada yang datang untuk membunuhku lagi.""Mungkin masih orang yang sama?" Downey sepertinya tidak khawatir sama sekali, tap
Di dalam kamar. Setelah memastikan bahwa mereka telah pergi, ekspresi semua orang kembali normal dan seorang wanita pergi mengetuk pintu kamar mandi. Setelah beberapa saat, pintu kamar mandi terbuka dan Lou Zheng berjalan keluar.Ketika pria itu sedang berbicara di telepon, Lou Zheng kebetulan pergi ke kamar mandi. Ketika dia akan keluar, dia mendengar jeritan di dalam kamar dan tahu ada yang tidak beres, jadi dia tetap di dalam kamar mandi dan tidak keluar.Saat itu, Sansan mematikan suara lagu karena dia ingin bertanya, sehingga Lou Zheng bisa mendengar suara Sansan dengan jelas.'Sansan belum mati?! Dia bahkan datang sampai kesini.' Lou Zheng sangat gugup pada saat itu.Untungnya, orang-orangnya tahu apa yang harus dikatakan dan apa yang tidak boleh dikatakan. Jadi mereka tidak mengungkapkan identitasnya.Lou Zheng memandang semua orang dengan puas. "Bagus sekali! Setelah beberapa hari lagi, kalian akan menjadi eksekutif Grup Hour yang baru.""Baik, bos." Lou Zheng tersenyum.Sansa
Melihat Sansan yang menatapnya, ekspresi Downey berubah drastis, dia berusaha menahan dan akhirnya dia mengutuk. "Sialan, jangan omong kosong kamu!""Uhm …" Sansan terbatuk geli menatap mata Downey. "Hahaha …" Sansan tidak bisa menahan tawanya saat melihat alis Downey yang terangkat.Karena tatapan serius Downey, ditambah dengan kesan bahwa Sansan yang berperilaku baik, sangat lucu jika dia tiba-tiba mengutuk kalimat seperti itu.Raut wajah Downey semakin buruk. Bagaimanapun, dia telah mengutuk, jadi tidak ada bedanya jika dia mengutuk sekali lagi. "Sialan, apa yang kamu tertawakan?"Sansan tercengang, dan kemudian berkata dengan cukup serius. "Aku hanya tertawa saja!"Tatapan mata Downey langsung memuram dalam sekejap.Yang lain tampak berbeda ketika mereka melihatnya dan mata mereka diam-diam mengkomunikasikan sesuatu.Karena keremangan kamar, Sansan dan Downey tidak menyadari ada yang janggal dengan mata mereka. Sansan berhenti terawa dan menatap pria itu dengan tajam. "Satu kesemp
"Bodoh!" Pria itu berteriak dengan kesal. "Tentu saja si br*ngsek Sansan!""Tunggu?!" Usai bicara, pria itu merasa ada yang janggal, jadi dia segera berbalik. Ketika dia melihat Sansan yang baru saja dia sebut berdiri di depannya, dia langsung melebarkan matanya, "K-Kamu—"Dia sangat ketakutan hingga ponselnya jatuh ke lantai. Pria itu menggigil dan menunjuk ke arah Sansan.BRUK!Tiba-tiba Sansan yang sedang menatap sosok pria itu dengan tajam, dengan cepat menarik lengan pria itu dan membantingnya ke lantai.Saat ini, Downey yang berdiri di belakang Sansan berjalan keluar perlahan dan berkata dengan ringan. "Hei, tempramenmu tidak terlalu bagus.""Tidak juga," jawab Sansan dengan datar.Mereka juga mendengarnya tadi. Pria itu berkata bahwa Downey juga akan dibunuh bersama.Downey yang memikirkan itu mendengus pelan. "Aku terlibat karena kamu."Sansan hanya terdiam mendengar ucapan Downey, tanpa banyak basa basi lagi dia berjalan menuju sebuah ruangan lain.BRAK!Sansan menendang pint
Orang-orang telah menggali lebih dari satu jam, dan mereka tidak menemukan apa-apa. Mereka hanya membongkar puing-puing bangunan yang sudah berserakan menjadi hitam."Tidak ada apapun disini.""Apakah kamu yakin mereka berada tepat di daerah ini?""Coba ingat-ingat kembali?"Orang-orang mulai kebingungan dan ada rasa pasrah di dalam benak mereka, mereka berpikir bahwa orang yang memanggil mereka datang itu salah ingat lokasi.Shifa yang mendengar itu segera menggelengkan kepalanya ketika melihat ini. "Tidak mungkin, mereka pasti ada di sini, tidak mungkin tidak ada!""Tetapi kami tidak menemukannya!""Bagaimana kalau kita mencari ke dalam lagi, mungkin mereka mengubah rute pelarian?" Seseorang menyarankan.Hyorin dan Matt Busby tampak bergairah saat melihat ini. "Tidak perlu menggali lagi.""Apa? Berhenti menggali?""Iya, berhenti menggali," Hyorin mengangguk mengangguk dengan datar.Saat itu, bom datang dari belakang pabrik, jadi tidak mungkin bagi Sansan dan Downey untuk berlari ke
Di kamar lantai dua.Sekelompok pria dan wanita duduk bersama, mereka terlihat sangat menikmati suasana di dalam bar. Meja penuh dengan gelas anggur dan ada kaleng bir di bawah kaki mereka. Mereka sudah minum cukup banyak.Semua orang sangat senang, kecuali pria yang duduk di tengah. Dia hanya memegang gelas anggur dan minum perlahan, wajahnya terlihat sangat tidak puas. Dia adalah Lou Zheng yang selalu berada dalam kegelapan sepanjang waktu.Lou Zheng mengerutkan keningnya dengan kuat. "Sansan seharusnya sudah mati. Mengapa dia masih belum kembali?" Lo Zheng mengetuk-ngetuk meja dengan jemarinya. "Atau apakah terjadi sesuatu yang tidak terduga?"Pada saat ini, pria dengan topi itu mengetuk pintu dan memasuki kamar. Setelah dia masuk, semua orang yang ada di dalam kamar itu berhenti bergerak, bahkan suasana meriah di dalam bar itu menjadi hening.Pria itu melepaskan topinya, memperlihatkan sedikit perubahan raut wajahnya dan menjawab dengan hormat, "Sudah, bom itu meledak dan pabrik t
Downey bereaksi secara naluriah, dia dengan cepat segera mengelak. Namun, begitu keduanya bertemu, terjadi pukulan yang saling beradu.BUK!Suara tabrakan antara tinju Downey dan juga Sansan terdengar sangat jelas.BOOM!Tiba-tiba suara ledakan terdengar diiringi suara pukulan itu.Hyorin dan Matt Busby saling memandang, dia berteriak. "Lari! Ini bom!"Sehabis berteriak, Hyorin dan Matt Busby buru-buru berlari keluar. Sansan juga langsung tanggap, dia bergegas membalikkan badannya dan berlari.Mendengar itu, Downey melihat ke arah Shifa. Shifa berdiri di dekat tempat sampah yang lumayan jauh darinya. Karena ledakan, sebuah pohon tiba-tiba tumbang dan seperti akan jatuh."Shifa!" Melihat tong kayu hampir jatuh, Downey segera bergegas menghampiri Shifa, menahan pohon itu, lalu berkata kepada Shifa yang terpana. "Lari!"Shifa tiba-tiba tersadar. Setelah melihat Downey, dia terkejut. "Kak …" Dia ingin mengatakan sesuatu.Tapi Downey memotongnya. "Lari! Kalau tidak, kamu tidak akan sempat