"Tuanu?" Irfan Makki memanggil Fikri Haikal sambil mengerutkan dahi. Fikri Haikal juga mengerutkan dahinya, bahkan sampai kedua alisnya bertemu. "Obat yang dimakan Sansan Carell itu adalah penawar racun." "Apa?" Irfan Makki memandang Sansan Carell tidak percaya. Sementara itu, Sansan Carell sudah membuka matanya. Adik di sisinya sudah tidak ada lagi. Semua tadi hanyalah ilusi. Fikri Haikal memberi Sansan Carell obat halusinogen, untuk membuatnya patuh padanya. Setelah sampai di rumah, Fikri Haikal menambah dosis obat itu hingga menyebabkan Sansan Carell berhalusinasi. Halusinasi itu adalah wujud kerinduan dan keinginan hati Sansan Carell, sehingga Sansan Carell melihat adiknya. Yang paling dikhawatirkan Sansan Carell saat ini adalah adiknya. Adiknya jugalah yang paling diharapkan untuk bisa tumbuh dewasa dan jadi orang sukses, sehingga sosok yang dilihatnya adalah sang adik yang sudah besar. Awalnya, Sansan Carell memang terpengaruh halusinasi hingga pikirannya tak bisa terkenda
Sansan Carell mendongak, menyunggingkan segaris senyum, "Pasti kau duluan yang mati di hadapanku." Ekspresi Fikri Haikal seketika menggelap, membuat wajah tua itu semakin mendung, "Hah? Aku akan memiliki umur yang panjang!" Orang lanjut usia paling benci disebut akan mati oleh orang lain. Jadi jelas, Sansan Carell telah membuat Fikri Haikal marah. Sansan Carell tidak takut, sebaliknya, matanya berkilat. Karena mau bagaimanapun semua akan mati, jadi ia tak akan menyesal walaupun harus jadi korban. Sansan Carell pun membungkuk, mengambil sebongkah batu di dekat kakinya sambil menimbang-nimbang. "Begitu batu ini turun, bagaimanapun caranya kaloan harus mati!" Melihat hal itu, Fikri Haikal mundur selangkah. "Takut? Sudah terlambat!" Segera setelah itu, Sansan Carell berusaha memukulkan batu itu ke arah Fikri Haikal. Fikri Haikal tidak mungkin tinggal diam, mencoba menghindar dan berlari mencari tempat untuk bertarung. Dalam hitungan detik, Sansan Carell dan Fikri Haikal sudah berad
Mau tidak mau Irfan Makki dan Fikri Haikal juga berhenti, mereka beberapa orang yang ada di depan. Kemudian, di dalam pandangan semua orang, Leona Agustine sekali lagi memanggil Hyorin yang tinggi besar itu, "Kak." Hyorin mengangguk dengan datar, mengiyakan sepatah, lalu memperkenalkan pada Sansan Carell, "Ini adalah adikku, Leona Agustine." "Sungguh tidak menyangka!" Hyorin berpostur tinggi, sedangkan adik perempuan gemuk ini, apakah benar kakak beradik? Sansan Carell terlihat penuh keraguan. Hyorin yang ada di samping tampaknya mengerti apa yang dipikirkan dalam hati Sansan Carell, menambahkan sepatah, "Bukan adik kandung." Hyorin sedang bicara, lalu Fikri Haikal dan Irfan Makki saling memandang. Sekarang Hyorin datang, serta masih ada Wardani yang belum diketahui kekuatannya, jadi mereka merasa agak takut. Setelah saling memandang, keduanya sangat kompak diam-diam langsung mundur, berencana mengambil kesempatan untuk kabur saat mereka tidak memperhatikan. Saat ini, Wardani m
Sansan Carell melihat adegan ini sampai membuka lebar mulutnya. Tadi Wardani maju melawan Fikri Haikal, membuat dia tidak bisa melihat kekuatan Wardani yang sebenarnya. Ia hanya berpikir, dia sebagai polisi memiliki beberapa kemampuan bertarung. Tapi saat melihat adegan ini, spontan ia terkejut dan takjub sekali. Fikri Haikal juga terkejut sekali akan hal ini, dia tahu Wardani sangat hebat, tapi tidak menyangka sehebat ini. Pada saat ini, di dalam benaknya hanya ada satu pemikiran, yaitu melarikan diri. Dia harus melarikan diri. Jika malam ini dia tidak bisa lari, maka dia hanya tersisa jalan mati. Fikri Haikal juga tidak peduli pada mobil van lagi, tetapi memilih berlari ke desa kecil yang gelap dan tidak jelas arahnya. Karena Wardani sedang memukul Irfan Makki sehingga melewatkan kesempatan terbaik. Fikri Haikal sudah melarikan diri, kelak akan menyebabkan masalah. Tapi jika pergi menangkapnya, Sansan Carell dan yang lainnya tampak tidak terlalu aman. Saat ini, Sansan Carell men
"Sudahlah, tidak aman." Sansan Carell melihat gelapnya malam yang tak terbatas lalu menghela nafas.Awalnya berpikir kali ini bisa menangkap semuanya sekaligus. Namun, tidak menyangka, malah membiarkan mereka lari, kelak jika ingin menangkap mereka lagi, akan sulit.Jika dibicarakan, kali ini dia terlalu percaya diri. Fikri Haikal sendiri memang pandai menggunakan racun, dan kungfu. Di sekeliling masih ada begitu banyak orang yang memiliki kemampuan, tiga atau empat orang, sama sekali tidak bisa menghadapinya.Jika bukan Wardani yang datang tepat waktu, takutnya hari ini dia harus meninggal di sini. Ini membuat Sansan Carell mendapat sebuah pelajaran. Kelak, dia tidak akan ceroboh dan percaya diri secara membabi buta.Karena musuh yang harus dihadapinya kelak akan lebih kuat lagi dibandingkan kali ini.Wardani melihat mereka beberapa orang, berkata, "Sesuai apa yang baru dikatakan tadi, kami pergi dulu."Sansan Carell mengangguk, Wardani membawa Pian dan Leona Agustine pergi.—Kota R
Saat ini, Fauzi Hole kembali, "Hah! Apa-apaan manusia ini!" Nurul Sapta adalah Nona Besar dari Grup Sapta, jika sampai menyinggung perasaannya, bahkan jika ada Grup Hour juga tidak berguna. Namun, Nurul Sapta juga bukan orang baik, sebelumnya ia ingin mengambil kesempatan untuk mengakuisisi Grup Hour. Sekarang bekerja sama dengan perusahaan lain untuk menghadapi Hour, ia dipermainkan sebentar oleh Haris Kurniawan cukup bagus. Tentu saja, tidak mungkin Fauzi Hole benar-benar tidak peduli. Karena dia terbiasa menyisakan jalan mundur untuk dirinya sendiri dalam segala hal. "Direktur, tunggu Direktur." Fauzi Hole segera berjalan ke sana, langsung meraih tangan Haris Kurniawan. Haris Kurniawan merasa tidak senang karena dihentikan, "Apa yang kamu lakukan?" "Direktur, dia bukan nona panggilan, dia dari Grup Sapta." Fauzi Hole menjelaskan. Haris Kurniawan mengerutkan kening, "Apa itu Grup Sapta, aku tidak pernah dengar! Apakah ada hubungannya? Lagipula, semuanya keluar untuk menjual d
Ketika Riswan Budiana berada di depan Villa Raj Kapoor melihat Sansan Carell, menemukan Sansan Carell tampaknya tidak terlalu senang, "Kak." Sansan Carell melihat Riswan Budiana, menahan rasa sakit sambil menarik nafas, tidak memikirkan hal-hal ini, bertanya, "Apakah tahu ini vila siapa?" "Kak, aku sudah bertanya, pemilik villa ini bernama Raj Kapoor. Sepertinya villa yang baru saja dibeli, ada lagi, kakak ipar datang bersama Maria Selena." "Hah?" Kalau begitu orang yang mereka kenal, memikirkan hal ini, Sansan Carell jauh lebih tenang, tapi tetap memutuskan masuk ke dalam untuk lihat-lihat. Sansan Carell berdiri di depan pintu, samar-samar bisa melihat ada banyak orang di halaman belakang. Semuanya adalah anak muda yang berusia dua puluhan, ada pria ada wanita, kelihatannya ini adalah pesta. "Kak, apakah kamu mau masuk?" Riswan Budiana bertanya, "Tapi sepertinya kita tidak bisa masuk." Sansan Carell mengiyakan, saat sedang memikirkan cara, terdengar suara mobil dari belakang. R
Semua orang mulai banyak bicara. Saat ini identitas Sansan Carell di Kota Ryuu sudah bukan rahasia, tapi juga hanya tokoh-tokoh penting baru tahu identitas Sansan Carell. Beberapa teman sekelas sama sekali tidak bisa berhubungan dengannya, jadi mengira Sansan Carell hanya seorang bocah miskin dari pedesaan. Selain itu, walau sebelumnya berita perselingkuhan Sansan Carell sudah diketahui oleh seluruh Kota Ryuu, tapi sudah berlalu selama beberapa waktu. Semuanya juga sudah melupakannya, tidak akan ada yang memikirkan kalau itu adalah dia. Bagaimanapun, itu adalah Direktur Utama Hour! Raut wajah Soraya Lindsay buruk sekali, dia tidak ingat, tapi bukan berarti dia tidak mengerti apapun. Mendengar ucapan orang-orang ini yang tidak enak didengar, dalam hati sangat tidak senang. Raut wajah Maria Selena juga tidak bagus, "Soraya menikah dengan siapa, apa hubungannya dengan kalian! Kalian adalah teman sekelas, di belakang, tidak benar, di depan orang membicarakan suami orang!" "Lagipula, S
Fajar tidak bisa berkata apa-apa lagi. Sansan mengucapkan terima kasih dan menutup telepon.Hyorin mendengarkan seluruh percakapan mereka, wajahnya juga menjadi serius. "Apa yang harus kita lakukan?"Sansan berkata dengan tak berekspresi. "Pergi ke RS Kyoto dulu dan buat strategi," Sansan menatap Hyorin dengan sedikit ragu. "Tapi, sebelum itu kamu pergi dan bawa Soraya pulang!"Soraya adalah kelemahannya. Jika orang-orang itu ingin menyerangnya dan membiarkannya tertangkap, mereka pasti akan menyerang Soraya terlebih dulu. Jadi, melindungi Soraya adalah hal yang paling penting.Hyorin mengangguk. "Aku akan pergi!""Biarkan Busby pergi, kamu ikut aku ke RS Kyoto," ujar Sansan sambil berjalan.Hyorin tidak keberatan, Sansan menelepon Matt Busby, berbicara singkat tentang situasinya dan pergi ke RS Kyoto.***RS Kyoto.Sansan memanggil Ramdan dan Leona. "Hari-hari indah akan segera berakhir."Mereka tidak mengerti. Ketika Sansan memberi tahu berita tentang Henda dibunuh oleh Zoran, semua
"Brengsek!"Sansan benar-benar menganggap Hiden sebagai teman dekatnya. Jika tidak, dia tidak akan pergi mencari Hiden setelah menerima Grup Hour, apalagi memberikan Hiden banyak sumber daya untuk membuatnya berkembang.Alhasil, Hiden bekali-kali menyerobot sumber daya yang layak didapatkan Grup Hour secara diam-diam! Bahkan, dia melakukan tindakan kecil di belakang punggungnya dan sekarang bahkan mencari pembunuh untuk membunuhnya!Perasaan dikhianati oleh teman dekat ini membuat Sansan merasa tercekik. Jelas sekali mereka adalah teman dekat. Wardani bisa mati untuknya, tetapi Hiden malah ingin membunuhnya!"Ahh …" Sansan tinggal di gang gelap itu untuk waktu yang lama sebelum perlahan keluar dari gang, tetapi aura permusuhan di tubuhnya menjadi lebih berat dari sebelumnya.Ponsel Sansan terjatuh ketika dia dan Downey melompat keluar jendela. Saat itu, dia tidak ada waktu untuk mencari ponsel lagi. Setelah melompat keluar jendela, dia berusaha keras berlari.Mereka berada di depan Hy
"Tentu!" Sansan mengangguk tanpa terkejut, dan menghabiskan seteguk anggur terakhir. "Waktu untuk duel akan diatur secara terpisah. Sekarang bukan waktu yang tepat."Downey tidak keberatan.Pada saat ini, Sansan hendak bangun dan Downey tiba-tiba menahannya. Sansan bingung. "Kenapa? Apakah kamu ingin melakukannya sekarang?"Downey menatap dingin ke belakang Sansan, seolah sedang mengamati sesuatu. Sansan melihat ada yang tidak beres, berpaling untuk melihat dan dia melihat beberapa orang berpakaian rapi duduk di pojok sambil minum alkohol. Ketika Sansan menoleh untuk melihat, mereka dengan cepat menarik kembali pandangan mereka.Meskipun orang-orang ini tampil sebagai gangster kecil, tetapi niat membunuh di dalamnya belum sepenuhnya disimpan dan bisa dirasakan hanya dengan satu tatapan.Sansan mengerti dalam sekejap, berbalik dan berkata kepada Downe.y "Sepertinya ada yang datang untuk membunuhku lagi.""Mungkin masih orang yang sama?" Downey sepertinya tidak khawatir sama sekali, tap
Di dalam kamar. Setelah memastikan bahwa mereka telah pergi, ekspresi semua orang kembali normal dan seorang wanita pergi mengetuk pintu kamar mandi. Setelah beberapa saat, pintu kamar mandi terbuka dan Lou Zheng berjalan keluar.Ketika pria itu sedang berbicara di telepon, Lou Zheng kebetulan pergi ke kamar mandi. Ketika dia akan keluar, dia mendengar jeritan di dalam kamar dan tahu ada yang tidak beres, jadi dia tetap di dalam kamar mandi dan tidak keluar.Saat itu, Sansan mematikan suara lagu karena dia ingin bertanya, sehingga Lou Zheng bisa mendengar suara Sansan dengan jelas.'Sansan belum mati?! Dia bahkan datang sampai kesini.' Lou Zheng sangat gugup pada saat itu.Untungnya, orang-orangnya tahu apa yang harus dikatakan dan apa yang tidak boleh dikatakan. Jadi mereka tidak mengungkapkan identitasnya.Lou Zheng memandang semua orang dengan puas. "Bagus sekali! Setelah beberapa hari lagi, kalian akan menjadi eksekutif Grup Hour yang baru.""Baik, bos." Lou Zheng tersenyum.Sansa
Melihat Sansan yang menatapnya, ekspresi Downey berubah drastis, dia berusaha menahan dan akhirnya dia mengutuk. "Sialan, jangan omong kosong kamu!""Uhm …" Sansan terbatuk geli menatap mata Downey. "Hahaha …" Sansan tidak bisa menahan tawanya saat melihat alis Downey yang terangkat.Karena tatapan serius Downey, ditambah dengan kesan bahwa Sansan yang berperilaku baik, sangat lucu jika dia tiba-tiba mengutuk kalimat seperti itu.Raut wajah Downey semakin buruk. Bagaimanapun, dia telah mengutuk, jadi tidak ada bedanya jika dia mengutuk sekali lagi. "Sialan, apa yang kamu tertawakan?"Sansan tercengang, dan kemudian berkata dengan cukup serius. "Aku hanya tertawa saja!"Tatapan mata Downey langsung memuram dalam sekejap.Yang lain tampak berbeda ketika mereka melihatnya dan mata mereka diam-diam mengkomunikasikan sesuatu.Karena keremangan kamar, Sansan dan Downey tidak menyadari ada yang janggal dengan mata mereka. Sansan berhenti terawa dan menatap pria itu dengan tajam. "Satu kesemp
"Bodoh!" Pria itu berteriak dengan kesal. "Tentu saja si br*ngsek Sansan!""Tunggu?!" Usai bicara, pria itu merasa ada yang janggal, jadi dia segera berbalik. Ketika dia melihat Sansan yang baru saja dia sebut berdiri di depannya, dia langsung melebarkan matanya, "K-Kamu—"Dia sangat ketakutan hingga ponselnya jatuh ke lantai. Pria itu menggigil dan menunjuk ke arah Sansan.BRUK!Tiba-tiba Sansan yang sedang menatap sosok pria itu dengan tajam, dengan cepat menarik lengan pria itu dan membantingnya ke lantai.Saat ini, Downey yang berdiri di belakang Sansan berjalan keluar perlahan dan berkata dengan ringan. "Hei, tempramenmu tidak terlalu bagus.""Tidak juga," jawab Sansan dengan datar.Mereka juga mendengarnya tadi. Pria itu berkata bahwa Downey juga akan dibunuh bersama.Downey yang memikirkan itu mendengus pelan. "Aku terlibat karena kamu."Sansan hanya terdiam mendengar ucapan Downey, tanpa banyak basa basi lagi dia berjalan menuju sebuah ruangan lain.BRAK!Sansan menendang pint
Orang-orang telah menggali lebih dari satu jam, dan mereka tidak menemukan apa-apa. Mereka hanya membongkar puing-puing bangunan yang sudah berserakan menjadi hitam."Tidak ada apapun disini.""Apakah kamu yakin mereka berada tepat di daerah ini?""Coba ingat-ingat kembali?"Orang-orang mulai kebingungan dan ada rasa pasrah di dalam benak mereka, mereka berpikir bahwa orang yang memanggil mereka datang itu salah ingat lokasi.Shifa yang mendengar itu segera menggelengkan kepalanya ketika melihat ini. "Tidak mungkin, mereka pasti ada di sini, tidak mungkin tidak ada!""Tetapi kami tidak menemukannya!""Bagaimana kalau kita mencari ke dalam lagi, mungkin mereka mengubah rute pelarian?" Seseorang menyarankan.Hyorin dan Matt Busby tampak bergairah saat melihat ini. "Tidak perlu menggali lagi.""Apa? Berhenti menggali?""Iya, berhenti menggali," Hyorin mengangguk mengangguk dengan datar.Saat itu, bom datang dari belakang pabrik, jadi tidak mungkin bagi Sansan dan Downey untuk berlari ke
Di kamar lantai dua.Sekelompok pria dan wanita duduk bersama, mereka terlihat sangat menikmati suasana di dalam bar. Meja penuh dengan gelas anggur dan ada kaleng bir di bawah kaki mereka. Mereka sudah minum cukup banyak.Semua orang sangat senang, kecuali pria yang duduk di tengah. Dia hanya memegang gelas anggur dan minum perlahan, wajahnya terlihat sangat tidak puas. Dia adalah Lou Zheng yang selalu berada dalam kegelapan sepanjang waktu.Lou Zheng mengerutkan keningnya dengan kuat. "Sansan seharusnya sudah mati. Mengapa dia masih belum kembali?" Lo Zheng mengetuk-ngetuk meja dengan jemarinya. "Atau apakah terjadi sesuatu yang tidak terduga?"Pada saat ini, pria dengan topi itu mengetuk pintu dan memasuki kamar. Setelah dia masuk, semua orang yang ada di dalam kamar itu berhenti bergerak, bahkan suasana meriah di dalam bar itu menjadi hening.Pria itu melepaskan topinya, memperlihatkan sedikit perubahan raut wajahnya dan menjawab dengan hormat, "Sudah, bom itu meledak dan pabrik t
Downey bereaksi secara naluriah, dia dengan cepat segera mengelak. Namun, begitu keduanya bertemu, terjadi pukulan yang saling beradu.BUK!Suara tabrakan antara tinju Downey dan juga Sansan terdengar sangat jelas.BOOM!Tiba-tiba suara ledakan terdengar diiringi suara pukulan itu.Hyorin dan Matt Busby saling memandang, dia berteriak. "Lari! Ini bom!"Sehabis berteriak, Hyorin dan Matt Busby buru-buru berlari keluar. Sansan juga langsung tanggap, dia bergegas membalikkan badannya dan berlari.Mendengar itu, Downey melihat ke arah Shifa. Shifa berdiri di dekat tempat sampah yang lumayan jauh darinya. Karena ledakan, sebuah pohon tiba-tiba tumbang dan seperti akan jatuh."Shifa!" Melihat tong kayu hampir jatuh, Downey segera bergegas menghampiri Shifa, menahan pohon itu, lalu berkata kepada Shifa yang terpana. "Lari!"Shifa tiba-tiba tersadar. Setelah melihat Downey, dia terkejut. "Kak …" Dia ingin mengatakan sesuatu.Tapi Downey memotongnya. "Lari! Kalau tidak, kamu tidak akan sempat