Hubungan di antara Sansan Carell dan Lou Ruth adalah hubungan dendam, bagaimana dia akan bertemu dengannya? Fikri Haikal menunjukkan gigi kuningnya yang besar, "Tenang saja, Sansan Carell telah kehilangan ingatannya." "Hah?" Lou Ruth pun terbengong, "Sansan telah kehilangan ingatannya? Apa yang telah terjadi selama aku pergi?" Sebenarnya, setelah dia berpikir, dia juga merasa kalau itu adalah hal yang bagus. Karena Sansan Carell telah kehilangan ingatannya, maka dia pasti tidak akan ingat dengan dirinya lagi. Setelah dia pergi ke sana, dia juga bisa berpura-pura kalau dia adalah temannya. Kemudian, dia akan membuat Sansan Carell merasakan apa yang dia rasakan saat ini. — Sansan Carell terbangun dari pingsannya, dia merasa sangat segar, dalam sekejap, energinya itu langsung kembali semuanya. Dia membuka matanya, dia melihat ruangan dan tirai jendela yang berwarna putih, pasti ini adalah rumah sakit. Ia melihat ke arah ruangan, dia menyadari orang-oran
Setelah mendengarnya, Riswan Budiana memberikan penjelasan dengan mengatakan:,"Ketika Kakak jatuh pingsan, Putri sudah ke sana sambil membawa bibinya. Kemudian, kami mengantarmu ke rumah sakit, Dokter Carla secara khusus menyediakan sebuah kamar pasien untukmu, tidak ada orang lain yang datang." "Putri dan April langsung meminta orang untuk menyiapkan air panas, jarum akupuntur, handuk dan lain sebagainya. Lalu setelah itu, mereka mengusir kami keluar dan tidak membiarkan kami menyaksikannya." "Kemudian, mereka pun keluar dan mengatakan tinggal menunggumu siuman." Sansan Carell mengangguk-anggukkan kepala. Tidak lama setelah Sansan Carell dan Riswan Budiana keluar dari rumah sakit, Linda Gumelar pun mengikutinya. Soraya Lindsay dan Maria Selena juga berdiri di depan pintu, Hyorin dan Matt Busby entah pergi ke mana. Sekelompok orang itu pulang ke villa langgang dengan mengendarai mobil. Tetapi, Maria Selena tidak berlama-lama dan langsung pergi ke perusahaa
"Aku mengerti, kamu tidak perlu memberikan penjelasan," Ujar Matt Busby membalasnya. Setelah mendengarnya, pria itu terbengong untuk sesaat, lalu dia menertawakan dirinya sendiri, "Saudara seperguruan, maaf." Matt Busby sedikit terkaku, "Kamu tidak perlu minta maaf." Mereka adalah kerabat dekat, bahkan meskipun mereka berdiri di sisi yang berlawanan, tetap mereka pernah berkelahi. Namun, mereka adalah orang yang jujur, tidak perlu meminta maaf. Namun, pria itu tidak berpikir demikian, saudara seperguruannya bersikap begitu baik terhadapnya, namun dia malah bertindak dan melawannya. Pada dasarnya memang tidak masalah, namun untuk masalah perasaan, masih tidak bisa dilewati begitu saja. Oleh sebab itu, dia baru bisa datang untuk meminta maaf kepada Matt Busby. Setelah terdiam untuk beberapa saat, pria itu mengatakan, "Saudara seperguruan, apakah aku boleh makan?" Sekilas, Matt Busby meliriknya, "Tidak boleh, kondisi tubuhmu tidak baik, tidak coco
"Keluarga Sapta di ibu kota Helix yang berada di urutan sepuluh besar di seluruh negeri itu?" Setelah semua orang tersadar, mereka pun menghirup udara dingin. Perusahaan-perusahaan kecil mereka sama sekali tidak dapat dibandingkan dengan Keluarga Sapta di ibu kota. Keluarga Sapta adalah pohon besar yang mencapai langit yang sesungguhnya. Bahkan Grup Hour tidak dapat bersanding dengannya. Tentu saja, mereka tidak tahu kalau di belakang Grup Hour terdapat keluarga Carell di ibu kota. Kalau tidak, mereka juga tidak akan berpikir demikian. Nurul Sapta melihat ekspresi semua orang yang terkejut, keangkuhan memenuhi hatinya, lalu dia berkata dengan datar, "Tidak salah, aku adalah keturunan dari Keluarga Sapta. Namun, karena permasalahan kali ini juga tidak begitu besar, sebagai orang yang bertanggung jawab di kota Ryuu, tentu aku tidak akan menyusahkan keluargaku. Selain itu, aku percaya, dengan adanya para tuan dan nyonya yang sedang duduk di sini, jika kita bersatu,
Jika bukan Zie yang meneleponnya dan memberitahunya kalau adiknya melihat peristiwa itu pada saat pergi mencari teman sekolahnya untuk bermain. Maka ada kemungkinan Sansan Carell tidak akan tahu kalau Lou Ruth ternyata masih belum mati. Yang lebih tidak diketahui olehnya, raja Gazela itu sungguh telah datang ke kota Ryuu. Namun dia ingin melihat, sebenarnya siapakah yang akan membunuh siapa? Dan memang, kondisi tubuhnya sangat buruk. Selain itu, juga tidak memiliki kemampuan bela diri, bagaimana kalau Hyorin dan Matt Busby tidak dapat datang di waktu yang tepat? Oleh sebab itu, Sansan Carell pun dengan sungguh-sungguh memohon kepada Hyorin untuk mengajarkan ilmu bela diri. Hyorin mengatakan, jika ingin belajar ilmu bela diri, maka harus melatih stamina terlebih dahulu. Sansan Carell sudah cukup beristirahat, dia bangkit dan duduk. Tiba-tiba teleponnya berbunyi, itu adalah telepon dari Riswan Budiana. "Kak, barusan Lou Ruth pergi ke Grup Hour untuk men
Di saat yang sama, Sansan Carell langsung duduk di atas tubuh Lou Ruth. Ia menepuk bokong Lou Ruth dengan sebelah tangannya, dan menarik leher Lou Ruth dengan tangannya yang lain. Seolah-olah dia sedang belajar menunggang kuda. Berkali-kali dia mendudukkan bokongnya di atas tubuh Lou Ruth, mulutnya juga menyerukan, "Yeehaaaa … Menunggang kuda … menunggang kuda … Ayo.....ayo......" Hampir saja Lou Ruth memuntahkan darah, "Sansan Carell sialan, bisa-bisanya kamu menyamakanku dengan seekor kuda!" Selain itu, setiap kali Sansan Carell mendudukan bokongnya, dia bisa merasakan rasa ditumbuk oleh benda keras. Saking sakitnya, ia pun berteriak, Sansan Carell duduk di atas tubuh Lou Ruth dengan kokoh. Setelah merasa puas, Lou Ruth pun tidak ada tenaga lagi, Sansan Carell baru bangkit berdiri. Ia bahkan berkata kepada Lou Ruth dengan wajah yang polos, "Paman, bukankah menunggang kuda sungguh menyenangkan?" Hidung Lou Ruth mengeluarkan darah, sekujur tubuhnya di
Satu hari pelatihan dilalui lagi, Sansan Carell menerima telepon dari Riswan Budiana. "Kak, Nurul Sapta di sana sudah memancing perusahaan lainnya untuk bersatu dan melawan Grup Hour bersama." Sansan Carell menganggukkan kepala, "Aku tahu, kamu pergi dan informasikan kepada Linda, dia tahu apa yang harus dilakukan." Setelah menutup teleponnya, Sansan Carell pun tertawa dingin, orang-orang itu satu per satu menginginkan seporsi keuntungan. Tetapi, itu tergantung apakah dia ingin memberikannya atau tidak. Dia masih ingat dengan perkataan Ken Lindsay sebelum pergi, "Tanganilah dengan jelas, berikan Soraya sebuah rumah yang hangat." Dia mengerti dengan maksud Ken Lindsay, sebuah rumah yang hangat, aman dan damai. Sekarang ancaman datang dari segala penjuru kota Ryuu, di dalam sepenggal waktu ini, dia harus membersihkan sampah-sampah itu. Sehingga Soraya Lindsay dan yang lainnya baru bisa pulang dengan tenang. — Setelah selesai kerja, Linda G
Linda Gumelar merasakan kepanikan yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya, juga sejenis perasaan seperti ditinggalkan oleh semua orang. Di saat dia diancam oleh orang jahat, tidak ada satupun orang yang tahu, tidak ada satupun orang yang datang untuk menyelamatkannya. Bahkan, walaupun dia telah menelepon, tetap tidak ada orang yang datang. Mendadak, yang dipikirkan oleh Linda Gumelar sangat banyak. Pada saat masa kanak-kanak dan berada di rumah, orang tuanya lebih mementingkan laki-laki daripada perempuan. Ia selalu mendapatkan perlakuan diskriminasi, sampai sekarang pun masih tidak berubah. Dengan susah payah dia mendapatkan posisinya saat ini dan jatuh hati kepada seorang pria yang istimewa. Tetapi, pria itu sudah memiliki wanita yang dia cintai, dia sama sekali tidak berani menunjukkan isi hatinya. Kini, karena pria itu, penjahat pun mencarinya dan mengancamnya, ingin memperkosanya. Segalanya ini membuatnya merasa sangat tercekik. Malam ini, di kota ya
Fajar tidak bisa berkata apa-apa lagi. Sansan mengucapkan terima kasih dan menutup telepon.Hyorin mendengarkan seluruh percakapan mereka, wajahnya juga menjadi serius. "Apa yang harus kita lakukan?"Sansan berkata dengan tak berekspresi. "Pergi ke RS Kyoto dulu dan buat strategi," Sansan menatap Hyorin dengan sedikit ragu. "Tapi, sebelum itu kamu pergi dan bawa Soraya pulang!"Soraya adalah kelemahannya. Jika orang-orang itu ingin menyerangnya dan membiarkannya tertangkap, mereka pasti akan menyerang Soraya terlebih dulu. Jadi, melindungi Soraya adalah hal yang paling penting.Hyorin mengangguk. "Aku akan pergi!""Biarkan Busby pergi, kamu ikut aku ke RS Kyoto," ujar Sansan sambil berjalan.Hyorin tidak keberatan, Sansan menelepon Matt Busby, berbicara singkat tentang situasinya dan pergi ke RS Kyoto.***RS Kyoto.Sansan memanggil Ramdan dan Leona. "Hari-hari indah akan segera berakhir."Mereka tidak mengerti. Ketika Sansan memberi tahu berita tentang Henda dibunuh oleh Zoran, semua
"Brengsek!"Sansan benar-benar menganggap Hiden sebagai teman dekatnya. Jika tidak, dia tidak akan pergi mencari Hiden setelah menerima Grup Hour, apalagi memberikan Hiden banyak sumber daya untuk membuatnya berkembang.Alhasil, Hiden bekali-kali menyerobot sumber daya yang layak didapatkan Grup Hour secara diam-diam! Bahkan, dia melakukan tindakan kecil di belakang punggungnya dan sekarang bahkan mencari pembunuh untuk membunuhnya!Perasaan dikhianati oleh teman dekat ini membuat Sansan merasa tercekik. Jelas sekali mereka adalah teman dekat. Wardani bisa mati untuknya, tetapi Hiden malah ingin membunuhnya!"Ahh …" Sansan tinggal di gang gelap itu untuk waktu yang lama sebelum perlahan keluar dari gang, tetapi aura permusuhan di tubuhnya menjadi lebih berat dari sebelumnya.Ponsel Sansan terjatuh ketika dia dan Downey melompat keluar jendela. Saat itu, dia tidak ada waktu untuk mencari ponsel lagi. Setelah melompat keluar jendela, dia berusaha keras berlari.Mereka berada di depan Hy
"Tentu!" Sansan mengangguk tanpa terkejut, dan menghabiskan seteguk anggur terakhir. "Waktu untuk duel akan diatur secara terpisah. Sekarang bukan waktu yang tepat."Downey tidak keberatan.Pada saat ini, Sansan hendak bangun dan Downey tiba-tiba menahannya. Sansan bingung. "Kenapa? Apakah kamu ingin melakukannya sekarang?"Downey menatap dingin ke belakang Sansan, seolah sedang mengamati sesuatu. Sansan melihat ada yang tidak beres, berpaling untuk melihat dan dia melihat beberapa orang berpakaian rapi duduk di pojok sambil minum alkohol. Ketika Sansan menoleh untuk melihat, mereka dengan cepat menarik kembali pandangan mereka.Meskipun orang-orang ini tampil sebagai gangster kecil, tetapi niat membunuh di dalamnya belum sepenuhnya disimpan dan bisa dirasakan hanya dengan satu tatapan.Sansan mengerti dalam sekejap, berbalik dan berkata kepada Downe.y "Sepertinya ada yang datang untuk membunuhku lagi.""Mungkin masih orang yang sama?" Downey sepertinya tidak khawatir sama sekali, tap
Di dalam kamar. Setelah memastikan bahwa mereka telah pergi, ekspresi semua orang kembali normal dan seorang wanita pergi mengetuk pintu kamar mandi. Setelah beberapa saat, pintu kamar mandi terbuka dan Lou Zheng berjalan keluar.Ketika pria itu sedang berbicara di telepon, Lou Zheng kebetulan pergi ke kamar mandi. Ketika dia akan keluar, dia mendengar jeritan di dalam kamar dan tahu ada yang tidak beres, jadi dia tetap di dalam kamar mandi dan tidak keluar.Saat itu, Sansan mematikan suara lagu karena dia ingin bertanya, sehingga Lou Zheng bisa mendengar suara Sansan dengan jelas.'Sansan belum mati?! Dia bahkan datang sampai kesini.' Lou Zheng sangat gugup pada saat itu.Untungnya, orang-orangnya tahu apa yang harus dikatakan dan apa yang tidak boleh dikatakan. Jadi mereka tidak mengungkapkan identitasnya.Lou Zheng memandang semua orang dengan puas. "Bagus sekali! Setelah beberapa hari lagi, kalian akan menjadi eksekutif Grup Hour yang baru.""Baik, bos." Lou Zheng tersenyum.Sansa
Melihat Sansan yang menatapnya, ekspresi Downey berubah drastis, dia berusaha menahan dan akhirnya dia mengutuk. "Sialan, jangan omong kosong kamu!""Uhm …" Sansan terbatuk geli menatap mata Downey. "Hahaha …" Sansan tidak bisa menahan tawanya saat melihat alis Downey yang terangkat.Karena tatapan serius Downey, ditambah dengan kesan bahwa Sansan yang berperilaku baik, sangat lucu jika dia tiba-tiba mengutuk kalimat seperti itu.Raut wajah Downey semakin buruk. Bagaimanapun, dia telah mengutuk, jadi tidak ada bedanya jika dia mengutuk sekali lagi. "Sialan, apa yang kamu tertawakan?"Sansan tercengang, dan kemudian berkata dengan cukup serius. "Aku hanya tertawa saja!"Tatapan mata Downey langsung memuram dalam sekejap.Yang lain tampak berbeda ketika mereka melihatnya dan mata mereka diam-diam mengkomunikasikan sesuatu.Karena keremangan kamar, Sansan dan Downey tidak menyadari ada yang janggal dengan mata mereka. Sansan berhenti terawa dan menatap pria itu dengan tajam. "Satu kesemp
"Bodoh!" Pria itu berteriak dengan kesal. "Tentu saja si br*ngsek Sansan!""Tunggu?!" Usai bicara, pria itu merasa ada yang janggal, jadi dia segera berbalik. Ketika dia melihat Sansan yang baru saja dia sebut berdiri di depannya, dia langsung melebarkan matanya, "K-Kamu—"Dia sangat ketakutan hingga ponselnya jatuh ke lantai. Pria itu menggigil dan menunjuk ke arah Sansan.BRUK!Tiba-tiba Sansan yang sedang menatap sosok pria itu dengan tajam, dengan cepat menarik lengan pria itu dan membantingnya ke lantai.Saat ini, Downey yang berdiri di belakang Sansan berjalan keluar perlahan dan berkata dengan ringan. "Hei, tempramenmu tidak terlalu bagus.""Tidak juga," jawab Sansan dengan datar.Mereka juga mendengarnya tadi. Pria itu berkata bahwa Downey juga akan dibunuh bersama.Downey yang memikirkan itu mendengus pelan. "Aku terlibat karena kamu."Sansan hanya terdiam mendengar ucapan Downey, tanpa banyak basa basi lagi dia berjalan menuju sebuah ruangan lain.BRAK!Sansan menendang pint
Orang-orang telah menggali lebih dari satu jam, dan mereka tidak menemukan apa-apa. Mereka hanya membongkar puing-puing bangunan yang sudah berserakan menjadi hitam."Tidak ada apapun disini.""Apakah kamu yakin mereka berada tepat di daerah ini?""Coba ingat-ingat kembali?"Orang-orang mulai kebingungan dan ada rasa pasrah di dalam benak mereka, mereka berpikir bahwa orang yang memanggil mereka datang itu salah ingat lokasi.Shifa yang mendengar itu segera menggelengkan kepalanya ketika melihat ini. "Tidak mungkin, mereka pasti ada di sini, tidak mungkin tidak ada!""Tetapi kami tidak menemukannya!""Bagaimana kalau kita mencari ke dalam lagi, mungkin mereka mengubah rute pelarian?" Seseorang menyarankan.Hyorin dan Matt Busby tampak bergairah saat melihat ini. "Tidak perlu menggali lagi.""Apa? Berhenti menggali?""Iya, berhenti menggali," Hyorin mengangguk mengangguk dengan datar.Saat itu, bom datang dari belakang pabrik, jadi tidak mungkin bagi Sansan dan Downey untuk berlari ke
Di kamar lantai dua.Sekelompok pria dan wanita duduk bersama, mereka terlihat sangat menikmati suasana di dalam bar. Meja penuh dengan gelas anggur dan ada kaleng bir di bawah kaki mereka. Mereka sudah minum cukup banyak.Semua orang sangat senang, kecuali pria yang duduk di tengah. Dia hanya memegang gelas anggur dan minum perlahan, wajahnya terlihat sangat tidak puas. Dia adalah Lou Zheng yang selalu berada dalam kegelapan sepanjang waktu.Lou Zheng mengerutkan keningnya dengan kuat. "Sansan seharusnya sudah mati. Mengapa dia masih belum kembali?" Lo Zheng mengetuk-ngetuk meja dengan jemarinya. "Atau apakah terjadi sesuatu yang tidak terduga?"Pada saat ini, pria dengan topi itu mengetuk pintu dan memasuki kamar. Setelah dia masuk, semua orang yang ada di dalam kamar itu berhenti bergerak, bahkan suasana meriah di dalam bar itu menjadi hening.Pria itu melepaskan topinya, memperlihatkan sedikit perubahan raut wajahnya dan menjawab dengan hormat, "Sudah, bom itu meledak dan pabrik t
Downey bereaksi secara naluriah, dia dengan cepat segera mengelak. Namun, begitu keduanya bertemu, terjadi pukulan yang saling beradu.BUK!Suara tabrakan antara tinju Downey dan juga Sansan terdengar sangat jelas.BOOM!Tiba-tiba suara ledakan terdengar diiringi suara pukulan itu.Hyorin dan Matt Busby saling memandang, dia berteriak. "Lari! Ini bom!"Sehabis berteriak, Hyorin dan Matt Busby buru-buru berlari keluar. Sansan juga langsung tanggap, dia bergegas membalikkan badannya dan berlari.Mendengar itu, Downey melihat ke arah Shifa. Shifa berdiri di dekat tempat sampah yang lumayan jauh darinya. Karena ledakan, sebuah pohon tiba-tiba tumbang dan seperti akan jatuh."Shifa!" Melihat tong kayu hampir jatuh, Downey segera bergegas menghampiri Shifa, menahan pohon itu, lalu berkata kepada Shifa yang terpana. "Lari!"Shifa tiba-tiba tersadar. Setelah melihat Downey, dia terkejut. "Kak …" Dia ingin mengatakan sesuatu.Tapi Downey memotongnya. "Lari! Kalau tidak, kamu tidak akan sempat