Semua orang mengikuti suara melihat ke sana, itu adalah Direktur Utama Perusahaan Yura. Chicko Clinton mencibir dengan acuh tak acuh. Dan orang-orang yang bersiap menyerang ituu, karena satu suara ini, semuanya mulai berdiri. "Kami juga akan berada di pihak Grup Hour." "Ya, kami juga!" "Tentu! Kami juga!" Seketika, pemilik perusahaan di dalam aula, hampir semuanya berdiri, semua menyatakan akan berada di pihak Grup Hour. Sebenarnya ini adalah semacam efek berantai. Pada awalnya kata-kata Chicko Clinton telah membangkitkan ketidakpuasan mereka, tapi tidak ada orang yang maju untuk menjadi yang pertama. Namun, begitu ada yang pertama, akan ada yang kedua, ketiga dan seterusnya. Ekspresi mencibir Chicko Clinton tiba-tiba membeku. Beberapa direktur bank benar-benar tercengang. Mengapa seketika semuanya berdiri untuk mendukung Grup Hour? Hanya Grup Hour dan beberapa perusahaan, mereka masih bisa memaksakan diri untuk menerimanya. Tapi, begitu
Maksudnya, bank yang ada di Kota Ryuu, jika semuanya mendengar kata Chicko Clinton. Pasti tidak akan bekerja sama dengan Grup Hour, jika para perusahaan kecil itu bersikeras mau ikut bersama Grup Hour. Maka bank-bank di Kota Ryuu semuanya tidak akan bekerja sama dengan perusahaan kecil itu. Tidak peduli bagaimanapun dia adalah ketua unionpay, masih memiliki hak bicara dalam hal ini. Namun, fakta di luar dugaannya. "Tunggu dulu." Tiba-tiba terdengar sebuah suara. Orang-orang melihat seorang pria lembut yang mengenakan setelan jas dan memakai kacamata berdiri, dia perlahan mengatakan, "Apa kabar semuanya, aku adalah Tomi Rocho dari Grup Rocho. Direktur Chicko, masalah bank, aku rasa, aku dan Austin Rocho memiliki hak untuk mengambil keputusan pada bank kami sendiri." "Apa maksudmu?" Chicko Clinton menatap Tomi Rocho dengan wajah suram. Tomi Rocho menjawab, "Sebelumnya memiliki keberuntungan untuk mengenal Direktur Sans, Direktur Sans adalah orang yang beran
"Aku akan jujur pada kalian, dulu Austin Rocho dan aku adalah teman sekolah, asalkan satu kalimat dariku, keputusanmu akan segera dibatalkan!" Tapi Tomi Rocho sama sekali tidak menanggapi kata-kata Chicko Clinton, "Kalau begitu sekarang juga Direktur Chicko bisa menelepon Austin untuk bertanya." Melihat situasi ini Chicko Clinton sudah tidak ada jalan mundur lagi, hanya bisa mengeluarkan ponsel untuk menelepon Austin Rocho, selain itu, ia juga menyalakan loudspeaker. Sebenarnya dalam hatinya masih tetap percaya hubungannya dengan Austin Rocho sebagai teman sekelas. Dan ia juga tidak perlu demi Grup Hour, merusak hubungan diantara mereka. Semuanya bergerak dalam bidang perbankan, memahami lika-liku di dalamnya. Terdengar suara panggilan telepon tersambung, orang-orang menahan nafas, di dalam aula. Seketika suasana menjadi sunyi senyap, bahkan suara detik jam pun terdengar dengan jelas. Namun anehnya, ternyata tidak ada yang mengangkat telepon. Semua orang k
Sansan Carell melihat tampang Chicko Clinton, ia mencibir, "Tidak, aku sangat perhitungan." "Kata-kata yang baru diucapkan tadi, kamu dengan mudah menggunakan kata salah paham langsung ingin pergi begitu saja? Apakah kamu menganggap kami orang bodoh?" "Jika hari ini bukan mendapat dukungan dari Direktur Tomi, apakah kamu akan menganggap semua ini hanya sebuah kesalahpahaman saja?" "Tidak! Kamu tidak akan! Kamu hanya akan semakin keterlaluan!" Chicko Clinton terus dicibir hingga wajahnya memerah, rasanya canggung sekali. Beberapa direktur bank menundukkan kepala karena merasa malu. Sansan Carell berkata lagi, "Masalah hari ini, aku akan menyimpannya di dalam hati, selamanya aku akan mengingat apa yang dilakukan oleh Direktur Chicko." Ketika Chicko Clinton mendengar kata-kata ini, sudah tidak bisa tinggal di sini lagi, "Kamu!" Mendengus sekali, Chicko Clinton dengan sangat menyedihkan melarikan diri keluar dari hotel. Setelah keluar, awalny
Wajah Chicko Clinton menjadi kaku, kemudian dia tersenyum, "Tuan Sans, kejadian itu adalah kesalahanku, dan sekarang aku berniat minta maaf, jadi tolong diterima." "Aku rasa sudah tidak ada yang bisa kita bicarakan," Usai bicara, Sansan Carell membuka pintu dengan sidik jari, pria itu kemudian berbalik dan bersiap kembali ke dalam mobil. Chicko Clinton mengikuti di belakangnya, "Tuan Sans, aku memilih hadiah ini dengan sepenuh hati, Tuan Sans pasti akan menyukainya." Sansan Carell melirik hadiah itu lagi, dia jadi tergerak setelah teringat akan Soraya Lindsay yang ada di rumah, "Baiklah, hadiahnya akan kuterima, tapi untuk urusan lain, jangan dibahas lagi." Sansan Carell masuk ke dalam villa sambil membawa kotak hadiah dari Chicko Clinton. Setelah masuk ke dalam vila, Sansan Carell menyadari bahwa Maria Selena juga ada di sana. "Paman sudah pulang!" Yang paling senang saat melihat Sansan Carell pulang tidak lain adalah Soraya Lindsay. Sansan Ca
"Oh, kalau begitu silakan kalian bermain," Setelah berbicara, Nurul Sapta berbalik dan segera pergi, sebab Sansan Carell terlihat hendak kembali. Soraya Lindsay mengedipkan mata, dia tidak mengerti kenapa Nurul Sapta pergi begitu cepat? Jangan-jangan dia kesini bukan untuk bermain? Tentu saja Nurul Sapta ke sini bukan untuk bermain, dia ada di sini karena kebetulan memiliki sesuatu yang harus dia lakukan. Setelah datang ke sini, Nurul Sapta secara tidak sengaja melihat Soraya Lindsay dan Sansan Carell berkencan. Usai membeli tiket, Sansan Carell kembali ke sisi Soraya Lindsay, "Soraya, kamu sedang melihat apa?" Soraya Lindsay menjawab. "Ada seorang kakak, tadi kami baru bertemu." "Oh, kamu kenal kakak itu?" Soraya Lindsay mengangguk, kemudian menggeleng, dengan suara lirih dia menyahut, "Waktu itu dia pernah bilang akan mengajakku makan enak dan bermain, dia juga bilang akan membantuku mencari ayah dan ibu. Tapi, tidak ada yang terjadi, dia kakak pembohong.
Soraya Lindsay tidak melihat Sansan Carell ketika dia bangun, dia merasa tidak tenang untuk sesaat. Tapi, setelah melihat pesan yang ditinggalkan Sansan Carell, Soraya Lindsay pun lega. Ngomong-ngomong, pikiran Soraya Lindsay memang seperti anak usia lima tahun, tapi hal-hal yang sebelumnya sudah dia pelajari akan tetap terekam dalam otaknya. Jadi, Soraya Lindsay masih bisa mengerti pesan yang ditinggalkan Sansan Carell. Dia bisa tahu beberapa hal, tapi tidak bisa mengerti keseluruhannya. Setelah bangun, Soraya Lindsay tidak tahu dia harus melakukan apa, jadi dia hanya duduk di atas tempat tidur sambil melamun. Tidak lama kemudian, terdengar bel pintu berdering. Soraya Lindsay mengenakan sepatu, turun dari tempat tidur, dan membuka pintu. Di pintu masuk terdapat beberapa pria bersetelan hitam, mereka memegang sebuah kotak kado. "Ka-Kalian siapa?" Soraya Lindsay bertanya dengan suara lirih. Pria-pria itu tersenyum sambil membawa kotak hadiah tersebut
"Tuan Sans, hal yang sebelumnya, itu memang kesalahan kami, kami juga telah diperdaya oleh Chicko Clinton. Sekarang kami sudah sadar, kami berharap Tuan Sans bisa memberi kami satu kesempataan." "Benar, Tuan Sans, kami tahu kesalahan kami, kami berharap Tuan Sans bisa memberi kami satu kesempataan untuk kami!" Sansan Carell mencibir, "Kesempatan? Jika kemarin aku kalah, apa kalian akan memberiku kesempatan?" "Dari awal, aku tidak punya kesan baik terhadap kalian, lagi pula orang oportunis ada di mana-mana, kalian seharusnya jangan pernah mendatangi istriku." Saat para bos mendengarnya, keringat dingin langsung membasahi tubuh mereka, "Tuan Sans, kami hanya ingin meneruskan kerja sama dengan Tuan Sans, tidak ada maksud lain." "Benar, Tuan Sans, kami benar-benar tidak punya maksud lain." Sansan Carell mengerti maksud mereka, tapi dengan kondisi Soraya Lindsay yang sekarang. Sansan Carell tidak akan membiarkan orang-orang ini menyentuh Soraya Lind
Fajar tidak bisa berkata apa-apa lagi. Sansan mengucapkan terima kasih dan menutup telepon.Hyorin mendengarkan seluruh percakapan mereka, wajahnya juga menjadi serius. "Apa yang harus kita lakukan?"Sansan berkata dengan tak berekspresi. "Pergi ke RS Kyoto dulu dan buat strategi," Sansan menatap Hyorin dengan sedikit ragu. "Tapi, sebelum itu kamu pergi dan bawa Soraya pulang!"Soraya adalah kelemahannya. Jika orang-orang itu ingin menyerangnya dan membiarkannya tertangkap, mereka pasti akan menyerang Soraya terlebih dulu. Jadi, melindungi Soraya adalah hal yang paling penting.Hyorin mengangguk. "Aku akan pergi!""Biarkan Busby pergi, kamu ikut aku ke RS Kyoto," ujar Sansan sambil berjalan.Hyorin tidak keberatan, Sansan menelepon Matt Busby, berbicara singkat tentang situasinya dan pergi ke RS Kyoto.***RS Kyoto.Sansan memanggil Ramdan dan Leona. "Hari-hari indah akan segera berakhir."Mereka tidak mengerti. Ketika Sansan memberi tahu berita tentang Henda dibunuh oleh Zoran, semua
"Brengsek!"Sansan benar-benar menganggap Hiden sebagai teman dekatnya. Jika tidak, dia tidak akan pergi mencari Hiden setelah menerima Grup Hour, apalagi memberikan Hiden banyak sumber daya untuk membuatnya berkembang.Alhasil, Hiden bekali-kali menyerobot sumber daya yang layak didapatkan Grup Hour secara diam-diam! Bahkan, dia melakukan tindakan kecil di belakang punggungnya dan sekarang bahkan mencari pembunuh untuk membunuhnya!Perasaan dikhianati oleh teman dekat ini membuat Sansan merasa tercekik. Jelas sekali mereka adalah teman dekat. Wardani bisa mati untuknya, tetapi Hiden malah ingin membunuhnya!"Ahh …" Sansan tinggal di gang gelap itu untuk waktu yang lama sebelum perlahan keluar dari gang, tetapi aura permusuhan di tubuhnya menjadi lebih berat dari sebelumnya.Ponsel Sansan terjatuh ketika dia dan Downey melompat keluar jendela. Saat itu, dia tidak ada waktu untuk mencari ponsel lagi. Setelah melompat keluar jendela, dia berusaha keras berlari.Mereka berada di depan Hy
"Tentu!" Sansan mengangguk tanpa terkejut, dan menghabiskan seteguk anggur terakhir. "Waktu untuk duel akan diatur secara terpisah. Sekarang bukan waktu yang tepat."Downey tidak keberatan.Pada saat ini, Sansan hendak bangun dan Downey tiba-tiba menahannya. Sansan bingung. "Kenapa? Apakah kamu ingin melakukannya sekarang?"Downey menatap dingin ke belakang Sansan, seolah sedang mengamati sesuatu. Sansan melihat ada yang tidak beres, berpaling untuk melihat dan dia melihat beberapa orang berpakaian rapi duduk di pojok sambil minum alkohol. Ketika Sansan menoleh untuk melihat, mereka dengan cepat menarik kembali pandangan mereka.Meskipun orang-orang ini tampil sebagai gangster kecil, tetapi niat membunuh di dalamnya belum sepenuhnya disimpan dan bisa dirasakan hanya dengan satu tatapan.Sansan mengerti dalam sekejap, berbalik dan berkata kepada Downe.y "Sepertinya ada yang datang untuk membunuhku lagi.""Mungkin masih orang yang sama?" Downey sepertinya tidak khawatir sama sekali, tap
Di dalam kamar. Setelah memastikan bahwa mereka telah pergi, ekspresi semua orang kembali normal dan seorang wanita pergi mengetuk pintu kamar mandi. Setelah beberapa saat, pintu kamar mandi terbuka dan Lou Zheng berjalan keluar.Ketika pria itu sedang berbicara di telepon, Lou Zheng kebetulan pergi ke kamar mandi. Ketika dia akan keluar, dia mendengar jeritan di dalam kamar dan tahu ada yang tidak beres, jadi dia tetap di dalam kamar mandi dan tidak keluar.Saat itu, Sansan mematikan suara lagu karena dia ingin bertanya, sehingga Lou Zheng bisa mendengar suara Sansan dengan jelas.'Sansan belum mati?! Dia bahkan datang sampai kesini.' Lou Zheng sangat gugup pada saat itu.Untungnya, orang-orangnya tahu apa yang harus dikatakan dan apa yang tidak boleh dikatakan. Jadi mereka tidak mengungkapkan identitasnya.Lou Zheng memandang semua orang dengan puas. "Bagus sekali! Setelah beberapa hari lagi, kalian akan menjadi eksekutif Grup Hour yang baru.""Baik, bos." Lou Zheng tersenyum.Sansa
Melihat Sansan yang menatapnya, ekspresi Downey berubah drastis, dia berusaha menahan dan akhirnya dia mengutuk. "Sialan, jangan omong kosong kamu!""Uhm …" Sansan terbatuk geli menatap mata Downey. "Hahaha …" Sansan tidak bisa menahan tawanya saat melihat alis Downey yang terangkat.Karena tatapan serius Downey, ditambah dengan kesan bahwa Sansan yang berperilaku baik, sangat lucu jika dia tiba-tiba mengutuk kalimat seperti itu.Raut wajah Downey semakin buruk. Bagaimanapun, dia telah mengutuk, jadi tidak ada bedanya jika dia mengutuk sekali lagi. "Sialan, apa yang kamu tertawakan?"Sansan tercengang, dan kemudian berkata dengan cukup serius. "Aku hanya tertawa saja!"Tatapan mata Downey langsung memuram dalam sekejap.Yang lain tampak berbeda ketika mereka melihatnya dan mata mereka diam-diam mengkomunikasikan sesuatu.Karena keremangan kamar, Sansan dan Downey tidak menyadari ada yang janggal dengan mata mereka. Sansan berhenti terawa dan menatap pria itu dengan tajam. "Satu kesemp
"Bodoh!" Pria itu berteriak dengan kesal. "Tentu saja si br*ngsek Sansan!""Tunggu?!" Usai bicara, pria itu merasa ada yang janggal, jadi dia segera berbalik. Ketika dia melihat Sansan yang baru saja dia sebut berdiri di depannya, dia langsung melebarkan matanya, "K-Kamu—"Dia sangat ketakutan hingga ponselnya jatuh ke lantai. Pria itu menggigil dan menunjuk ke arah Sansan.BRUK!Tiba-tiba Sansan yang sedang menatap sosok pria itu dengan tajam, dengan cepat menarik lengan pria itu dan membantingnya ke lantai.Saat ini, Downey yang berdiri di belakang Sansan berjalan keluar perlahan dan berkata dengan ringan. "Hei, tempramenmu tidak terlalu bagus.""Tidak juga," jawab Sansan dengan datar.Mereka juga mendengarnya tadi. Pria itu berkata bahwa Downey juga akan dibunuh bersama.Downey yang memikirkan itu mendengus pelan. "Aku terlibat karena kamu."Sansan hanya terdiam mendengar ucapan Downey, tanpa banyak basa basi lagi dia berjalan menuju sebuah ruangan lain.BRAK!Sansan menendang pint
Orang-orang telah menggali lebih dari satu jam, dan mereka tidak menemukan apa-apa. Mereka hanya membongkar puing-puing bangunan yang sudah berserakan menjadi hitam."Tidak ada apapun disini.""Apakah kamu yakin mereka berada tepat di daerah ini?""Coba ingat-ingat kembali?"Orang-orang mulai kebingungan dan ada rasa pasrah di dalam benak mereka, mereka berpikir bahwa orang yang memanggil mereka datang itu salah ingat lokasi.Shifa yang mendengar itu segera menggelengkan kepalanya ketika melihat ini. "Tidak mungkin, mereka pasti ada di sini, tidak mungkin tidak ada!""Tetapi kami tidak menemukannya!""Bagaimana kalau kita mencari ke dalam lagi, mungkin mereka mengubah rute pelarian?" Seseorang menyarankan.Hyorin dan Matt Busby tampak bergairah saat melihat ini. "Tidak perlu menggali lagi.""Apa? Berhenti menggali?""Iya, berhenti menggali," Hyorin mengangguk mengangguk dengan datar.Saat itu, bom datang dari belakang pabrik, jadi tidak mungkin bagi Sansan dan Downey untuk berlari ke
Di kamar lantai dua.Sekelompok pria dan wanita duduk bersama, mereka terlihat sangat menikmati suasana di dalam bar. Meja penuh dengan gelas anggur dan ada kaleng bir di bawah kaki mereka. Mereka sudah minum cukup banyak.Semua orang sangat senang, kecuali pria yang duduk di tengah. Dia hanya memegang gelas anggur dan minum perlahan, wajahnya terlihat sangat tidak puas. Dia adalah Lou Zheng yang selalu berada dalam kegelapan sepanjang waktu.Lou Zheng mengerutkan keningnya dengan kuat. "Sansan seharusnya sudah mati. Mengapa dia masih belum kembali?" Lo Zheng mengetuk-ngetuk meja dengan jemarinya. "Atau apakah terjadi sesuatu yang tidak terduga?"Pada saat ini, pria dengan topi itu mengetuk pintu dan memasuki kamar. Setelah dia masuk, semua orang yang ada di dalam kamar itu berhenti bergerak, bahkan suasana meriah di dalam bar itu menjadi hening.Pria itu melepaskan topinya, memperlihatkan sedikit perubahan raut wajahnya dan menjawab dengan hormat, "Sudah, bom itu meledak dan pabrik t
Downey bereaksi secara naluriah, dia dengan cepat segera mengelak. Namun, begitu keduanya bertemu, terjadi pukulan yang saling beradu.BUK!Suara tabrakan antara tinju Downey dan juga Sansan terdengar sangat jelas.BOOM!Tiba-tiba suara ledakan terdengar diiringi suara pukulan itu.Hyorin dan Matt Busby saling memandang, dia berteriak. "Lari! Ini bom!"Sehabis berteriak, Hyorin dan Matt Busby buru-buru berlari keluar. Sansan juga langsung tanggap, dia bergegas membalikkan badannya dan berlari.Mendengar itu, Downey melihat ke arah Shifa. Shifa berdiri di dekat tempat sampah yang lumayan jauh darinya. Karena ledakan, sebuah pohon tiba-tiba tumbang dan seperti akan jatuh."Shifa!" Melihat tong kayu hampir jatuh, Downey segera bergegas menghampiri Shifa, menahan pohon itu, lalu berkata kepada Shifa yang terpana. "Lari!"Shifa tiba-tiba tersadar. Setelah melihat Downey, dia terkejut. "Kak …" Dia ingin mengatakan sesuatu.Tapi Downey memotongnya. "Lari! Kalau tidak, kamu tidak akan sempat