Keduanya terus mengobrol, tiba-tiba terlihat di depan mereka ada satu bayangan yang sedang berjongkok, dengan refleks mereka berhenti berjalan. Lou Zheng melihat dengan teliti, "Polisi? Wardani?" Wardani menoleh, ia membuang puntung rokok yang ada di mulutnya ke tanah, ia menginjaknya dengan kaki, "Kebetulan sekali?" Dalam hati, Raka Erlangga sedang marah. Karena Wardani bekerja sama dengan Sansan Carell untuk menangkap dan membawa mereka ke kantor polisi. Melihat Wardani mengenakan pakaian santai sendirian di sini, muncul beberapa pemikiran. "Pak Wardani, ini sudah begitu malam, kenapa berdiam diri di gang kecil ini?" Raka Erlangga bertanya dengan santai. Wardani malah mengatakan, "Aku sudah pulang kerja, sekarang aku bukan lagi polisi di luar jam kerjaku." "Hah?" Raka Erlangga dan Lou Zheng sama-sama tercengang. Raka Erlangga menyadarinya, diam-diam mereka merasa senang, "Kalau begitu, tidak peduli apa yang terjadi sekarang, semua itu t
Namun, tepat saat Wardani akan berdiri dan menendang Lou Zheng, tiba-tiba dari kejauhan terdengar suara memecahkan keheningan. Pada saat bersamaan, ada sesuatu yang melayang ke arahnya. Wardani menyipitkan matanya, ia segera berdiri. Begitu berbalik, ia menghindar dari barang yang melayang ke arahnya. Terlihat, barang itu menancap di dinding belakang punggung Wardani. Wardani memalingkan wajah untuk melihatnya, ternyata sebilah pisau. Pada saat bersamaan, sesosok orang berpakaian hitam muncul di gang itu, ia berdiri di hadapan Lou Zheng, ia membantu Lou Zheng untuk berdiri. "Tuan Lou, maaf, aku datang terlambat." Setelah Lou Zheng melihat pria berpakaian hitam, ekspresinya jauh lebih santai, "Kenapa kamu ke sini?" "Bos yang menyuruhku ke sini." Pria berpakaian hitam menjawab. Lou Zheng mengangguk, kemudian melihat ke arah Wardani dengan wajah suram, "Pukul dia." Pria berpakaian hitam mengangguk, saat Wardani masih belum menyadarinya, seketika l
Jika bukan karena hari ini ia bertemu pria berpakaian hitam ini, dia juga tidak akan memperlihatkan keahliannya. Sebenarnya ini bukanlah masalah, mereka sama sekali tidak tahu keahliannya berasal dari mana, mungkin akan semakin takut padanya. Lou Zheng dengan sulit menelan air liurnya, "Wardani, tunggu, semuanya hanya salah paham!" "Benar, semuanya hanya salah paham, jadi, hentikan!" Raka Erlangga merasa situasi tidak terlalu baik, ia ikut mengangguk. Wardani mencibir, "Salah paham?" Lou Zheng dan Raka Erlangga sekuat tenaga mengangguk. Wardani menambah kekuatannya menginjak pria berpakaian hitam itu, pria berpakaian hitam mendengus, ia mengatakan, "Jika salah paham, lalu bagaimana memperhitungkan luka di tubuhku?" "Kami, akan ganti rugi padamu." Lou Zheng penuh keraguan menjawabnya. Wardani merasa ide ini tidak buruk, "Boleh, kebetulan, kami sebagai polisi selalu kekurangan uang." Wajah Lou Zheng dan Raka Erlangga kaku, bukankah po
Raka Erlangga ketakutan hingga tidak berani mengatakan apa-apa, seluruh tubuh gemetaran. Wardani melangkah ke arah mereka. Lou Zheng dan Raka Erlangga selangkah demi selangkah mundur ke belakang. Awalnya Wardani berencana memeras uang dari mereka, tapi tidak menyangka kedua orang itu sungguh tidak tahu diri. Diam-diam menyerangnya dari belakang, kelihatannya harus dipukul sekali lagi baru bisa bersikap jujur. Tapi pada saat ini, terdengar sirene polisi di depan gang. Wardani terdiam sejenak, ia sedikit mengerutkan kening. Sedangkan Lou Zheng dan Raka Erlangga seperti melihat harapan, dalam sekejap mereka merasa lega. Pada akhirnya, Wardani merasa tidak bisa melakukan apapun dan hanya menghela nafas, ia melototi keduanya dengan tajam, lalu menghilang dari gang itu. — Setelah pulang kerja, Sansan Carell kembali ke villa ayah dan ibunya. Ia membawa Soraya Lindsay pergi ke Villa miliknya, dan keduanya makan malam bersama. Setelah mandi, Soraya Lindsay be
Selesai bicara, Putu Wijaya dari Grup Wijaya juga memberikan kontrak. Selanjutnya, dua perusahaan lainnya juga menyerahkan kontrak tanah yang dilelang pada hari pelelangan itu ke hadapan Sansan Carell. Sansan Carell tanpa ekspresi membuka kontrak itu, "Baik, tidak bermasalah." "Sesuai kesepakatan sebelumnya, aku akan memberikannya pada kalian sesuai harga lelang, pada saat bersamaan, aku akan memberi kalian tambahan 8 persen atas dasar ini." Ini adalah kesepakatan yang sudah didiskusikan oleh Sansan Carell dan yang lainnya. Hendri Lamiri tersenyum menyipit, "Direktur Sans sangat baik menepati janji, kami merasa tenang." "Benar, bisa bekerja sama dengan Direktur Sans, itu adalah kehormatan bagi kami." Semuanya menjawab sambil tersenyum. Sansan Carell berkata lagi, "Aku akan transferkan uangnya ke rekening kalian dalam waktu tiga hari ini, tiba saatnya kalian ingat periksa dan menerimanya." Setelah ramah tamah dan kesopanan, Sansan Carell men
"Tapi ramuan obat penawar tampaknya adalah obat penawar, namun kenyataannya adalah sejenis racun lain, sejenis racun yang bisa membuat kecerdasan dan daya ingat menurun." Putri menjawab. Carla Bianca menyalahkan diri sendiri, "Pada saat itu aku tidak menyadari semua ini, karena setiap ramuan tidak bermasalah, tapi tidak menyangka, jika mereka digabung bersama akan menjadi sejenis racun lain." "Semua ini salahku, aku yang lalai." Awalnya Sansan Carell memang sedang berdiri, seketika duduk di sofa, "Pantas saja." Pantas saja setelah Soraya Lindsay minum obat penawar, ia tidak ingat apa pun, ia malah berubah menjadi orang yang hanya memiliki kecerdasan anak umur enam tahun! Walaupun sejak awal dia sudah menebak bahwa obat penawar ini bermasalah. Tapi setelah mendengarnya secara langsung, tetap membuat dia begitu benci dan begitu marah! "Kamu tidak apa-apa bukan?" Putri berjalan mendekatinya, takut Sansan Carell akan pingsan lagi, ia bergegas mengatakan, "Kam
"Ini tidak penting, intinya kamu juga tahu, jika terlalu beresiko, kami juga tidak berani memberikan pinjaman pada Direktur Sans, benar tidak?" Sansan Carell mendengarnya sedikit menundukkan tatapan, "Kalau begitu menurut Direktur Chicko harus bagaimana agar bisa memberikan pinjaman?" Chicko Clinton minum seteguk teh, "Direktur Sans, kita sama-sama pebisnis, aku juga tidak enak untuk mengatakannya. Namun, masalah ini juga tidak bisa dipastikan begitu saja, bagaimana jika aku diskusikan dulu dengan beberapa Direktur unionpay lainnya? Nanti aku beritahu Direktur Sans hasilnya?" "Boleh, bagaimana kalau malam ini aku yang jadi tuan rumah, mengundang kalian makan malam bersama, tiba saatnya baru kita diskusikan bersama-sama?" Chicko Clinton tersenyum sambil mengangguk. "Kalau begitu malam ini pukul tujuh, Hotel Ryuu." "Ya." Pandangan Chicko Clinton melintasi Linda Gumelar, "Nanti malam asisten Linda juga akan datang, bukan? Oh, iya, seingatku di sisi Direktur
Setelah Sansan Carell berjalan ke dalam bar, "Kamu sedang bekerja?" Matt Busby mengenakan pakaian pelayan bar, terdapat perbedaan besar pada kepribadiaannya dengan biasanya. Tangannya memegang pengocok minuman keras, kelihatannya dia adalah seorang bartender. Dan di sekelilingnya, ada tamu dan pelayan yang jumlahnya sedikit. Sansan Carell duduk di depan meja bar, ia bertanya, "Bukankah seorang pembunuh sangat kaya?" Mengapa masih bekerja? Matt Busby menjawab, "Tugasku tidak terselesaikan, punya uang dari mana?" Sansan Carell terdiam sejenak, "Benar juga yang kamu katakan." Matt Busby memiliki dua tugas, satu adalah membunuh Sansan Carell, namun ia tidak berhasil, satu lagi adalah membantu Sansan Carell menangkap orang yang menaruh racun, juga tidak berhasil dilaksanakan. Matt Busby melihat keduanya sejenak, ia bertanya dengan datar, "Ada tugas baru?" Sansan Carell menggeleng, kemudian memandang Matt Busby dengan serius, "Jawab satu pertan
Fajar tidak bisa berkata apa-apa lagi. Sansan mengucapkan terima kasih dan menutup telepon.Hyorin mendengarkan seluruh percakapan mereka, wajahnya juga menjadi serius. "Apa yang harus kita lakukan?"Sansan berkata dengan tak berekspresi. "Pergi ke RS Kyoto dulu dan buat strategi," Sansan menatap Hyorin dengan sedikit ragu. "Tapi, sebelum itu kamu pergi dan bawa Soraya pulang!"Soraya adalah kelemahannya. Jika orang-orang itu ingin menyerangnya dan membiarkannya tertangkap, mereka pasti akan menyerang Soraya terlebih dulu. Jadi, melindungi Soraya adalah hal yang paling penting.Hyorin mengangguk. "Aku akan pergi!""Biarkan Busby pergi, kamu ikut aku ke RS Kyoto," ujar Sansan sambil berjalan.Hyorin tidak keberatan, Sansan menelepon Matt Busby, berbicara singkat tentang situasinya dan pergi ke RS Kyoto.***RS Kyoto.Sansan memanggil Ramdan dan Leona. "Hari-hari indah akan segera berakhir."Mereka tidak mengerti. Ketika Sansan memberi tahu berita tentang Henda dibunuh oleh Zoran, semua
"Brengsek!"Sansan benar-benar menganggap Hiden sebagai teman dekatnya. Jika tidak, dia tidak akan pergi mencari Hiden setelah menerima Grup Hour, apalagi memberikan Hiden banyak sumber daya untuk membuatnya berkembang.Alhasil, Hiden bekali-kali menyerobot sumber daya yang layak didapatkan Grup Hour secara diam-diam! Bahkan, dia melakukan tindakan kecil di belakang punggungnya dan sekarang bahkan mencari pembunuh untuk membunuhnya!Perasaan dikhianati oleh teman dekat ini membuat Sansan merasa tercekik. Jelas sekali mereka adalah teman dekat. Wardani bisa mati untuknya, tetapi Hiden malah ingin membunuhnya!"Ahh …" Sansan tinggal di gang gelap itu untuk waktu yang lama sebelum perlahan keluar dari gang, tetapi aura permusuhan di tubuhnya menjadi lebih berat dari sebelumnya.Ponsel Sansan terjatuh ketika dia dan Downey melompat keluar jendela. Saat itu, dia tidak ada waktu untuk mencari ponsel lagi. Setelah melompat keluar jendela, dia berusaha keras berlari.Mereka berada di depan Hy
"Tentu!" Sansan mengangguk tanpa terkejut, dan menghabiskan seteguk anggur terakhir. "Waktu untuk duel akan diatur secara terpisah. Sekarang bukan waktu yang tepat."Downey tidak keberatan.Pada saat ini, Sansan hendak bangun dan Downey tiba-tiba menahannya. Sansan bingung. "Kenapa? Apakah kamu ingin melakukannya sekarang?"Downey menatap dingin ke belakang Sansan, seolah sedang mengamati sesuatu. Sansan melihat ada yang tidak beres, berpaling untuk melihat dan dia melihat beberapa orang berpakaian rapi duduk di pojok sambil minum alkohol. Ketika Sansan menoleh untuk melihat, mereka dengan cepat menarik kembali pandangan mereka.Meskipun orang-orang ini tampil sebagai gangster kecil, tetapi niat membunuh di dalamnya belum sepenuhnya disimpan dan bisa dirasakan hanya dengan satu tatapan.Sansan mengerti dalam sekejap, berbalik dan berkata kepada Downe.y "Sepertinya ada yang datang untuk membunuhku lagi.""Mungkin masih orang yang sama?" Downey sepertinya tidak khawatir sama sekali, tap
Di dalam kamar. Setelah memastikan bahwa mereka telah pergi, ekspresi semua orang kembali normal dan seorang wanita pergi mengetuk pintu kamar mandi. Setelah beberapa saat, pintu kamar mandi terbuka dan Lou Zheng berjalan keluar.Ketika pria itu sedang berbicara di telepon, Lou Zheng kebetulan pergi ke kamar mandi. Ketika dia akan keluar, dia mendengar jeritan di dalam kamar dan tahu ada yang tidak beres, jadi dia tetap di dalam kamar mandi dan tidak keluar.Saat itu, Sansan mematikan suara lagu karena dia ingin bertanya, sehingga Lou Zheng bisa mendengar suara Sansan dengan jelas.'Sansan belum mati?! Dia bahkan datang sampai kesini.' Lou Zheng sangat gugup pada saat itu.Untungnya, orang-orangnya tahu apa yang harus dikatakan dan apa yang tidak boleh dikatakan. Jadi mereka tidak mengungkapkan identitasnya.Lou Zheng memandang semua orang dengan puas. "Bagus sekali! Setelah beberapa hari lagi, kalian akan menjadi eksekutif Grup Hour yang baru.""Baik, bos." Lou Zheng tersenyum.Sansa
Melihat Sansan yang menatapnya, ekspresi Downey berubah drastis, dia berusaha menahan dan akhirnya dia mengutuk. "Sialan, jangan omong kosong kamu!""Uhm …" Sansan terbatuk geli menatap mata Downey. "Hahaha …" Sansan tidak bisa menahan tawanya saat melihat alis Downey yang terangkat.Karena tatapan serius Downey, ditambah dengan kesan bahwa Sansan yang berperilaku baik, sangat lucu jika dia tiba-tiba mengutuk kalimat seperti itu.Raut wajah Downey semakin buruk. Bagaimanapun, dia telah mengutuk, jadi tidak ada bedanya jika dia mengutuk sekali lagi. "Sialan, apa yang kamu tertawakan?"Sansan tercengang, dan kemudian berkata dengan cukup serius. "Aku hanya tertawa saja!"Tatapan mata Downey langsung memuram dalam sekejap.Yang lain tampak berbeda ketika mereka melihatnya dan mata mereka diam-diam mengkomunikasikan sesuatu.Karena keremangan kamar, Sansan dan Downey tidak menyadari ada yang janggal dengan mata mereka. Sansan berhenti terawa dan menatap pria itu dengan tajam. "Satu kesemp
"Bodoh!" Pria itu berteriak dengan kesal. "Tentu saja si br*ngsek Sansan!""Tunggu?!" Usai bicara, pria itu merasa ada yang janggal, jadi dia segera berbalik. Ketika dia melihat Sansan yang baru saja dia sebut berdiri di depannya, dia langsung melebarkan matanya, "K-Kamu—"Dia sangat ketakutan hingga ponselnya jatuh ke lantai. Pria itu menggigil dan menunjuk ke arah Sansan.BRUK!Tiba-tiba Sansan yang sedang menatap sosok pria itu dengan tajam, dengan cepat menarik lengan pria itu dan membantingnya ke lantai.Saat ini, Downey yang berdiri di belakang Sansan berjalan keluar perlahan dan berkata dengan ringan. "Hei, tempramenmu tidak terlalu bagus.""Tidak juga," jawab Sansan dengan datar.Mereka juga mendengarnya tadi. Pria itu berkata bahwa Downey juga akan dibunuh bersama.Downey yang memikirkan itu mendengus pelan. "Aku terlibat karena kamu."Sansan hanya terdiam mendengar ucapan Downey, tanpa banyak basa basi lagi dia berjalan menuju sebuah ruangan lain.BRAK!Sansan menendang pint
Orang-orang telah menggali lebih dari satu jam, dan mereka tidak menemukan apa-apa. Mereka hanya membongkar puing-puing bangunan yang sudah berserakan menjadi hitam."Tidak ada apapun disini.""Apakah kamu yakin mereka berada tepat di daerah ini?""Coba ingat-ingat kembali?"Orang-orang mulai kebingungan dan ada rasa pasrah di dalam benak mereka, mereka berpikir bahwa orang yang memanggil mereka datang itu salah ingat lokasi.Shifa yang mendengar itu segera menggelengkan kepalanya ketika melihat ini. "Tidak mungkin, mereka pasti ada di sini, tidak mungkin tidak ada!""Tetapi kami tidak menemukannya!""Bagaimana kalau kita mencari ke dalam lagi, mungkin mereka mengubah rute pelarian?" Seseorang menyarankan.Hyorin dan Matt Busby tampak bergairah saat melihat ini. "Tidak perlu menggali lagi.""Apa? Berhenti menggali?""Iya, berhenti menggali," Hyorin mengangguk mengangguk dengan datar.Saat itu, bom datang dari belakang pabrik, jadi tidak mungkin bagi Sansan dan Downey untuk berlari ke
Di kamar lantai dua.Sekelompok pria dan wanita duduk bersama, mereka terlihat sangat menikmati suasana di dalam bar. Meja penuh dengan gelas anggur dan ada kaleng bir di bawah kaki mereka. Mereka sudah minum cukup banyak.Semua orang sangat senang, kecuali pria yang duduk di tengah. Dia hanya memegang gelas anggur dan minum perlahan, wajahnya terlihat sangat tidak puas. Dia adalah Lou Zheng yang selalu berada dalam kegelapan sepanjang waktu.Lou Zheng mengerutkan keningnya dengan kuat. "Sansan seharusnya sudah mati. Mengapa dia masih belum kembali?" Lo Zheng mengetuk-ngetuk meja dengan jemarinya. "Atau apakah terjadi sesuatu yang tidak terduga?"Pada saat ini, pria dengan topi itu mengetuk pintu dan memasuki kamar. Setelah dia masuk, semua orang yang ada di dalam kamar itu berhenti bergerak, bahkan suasana meriah di dalam bar itu menjadi hening.Pria itu melepaskan topinya, memperlihatkan sedikit perubahan raut wajahnya dan menjawab dengan hormat, "Sudah, bom itu meledak dan pabrik t
Downey bereaksi secara naluriah, dia dengan cepat segera mengelak. Namun, begitu keduanya bertemu, terjadi pukulan yang saling beradu.BUK!Suara tabrakan antara tinju Downey dan juga Sansan terdengar sangat jelas.BOOM!Tiba-tiba suara ledakan terdengar diiringi suara pukulan itu.Hyorin dan Matt Busby saling memandang, dia berteriak. "Lari! Ini bom!"Sehabis berteriak, Hyorin dan Matt Busby buru-buru berlari keluar. Sansan juga langsung tanggap, dia bergegas membalikkan badannya dan berlari.Mendengar itu, Downey melihat ke arah Shifa. Shifa berdiri di dekat tempat sampah yang lumayan jauh darinya. Karena ledakan, sebuah pohon tiba-tiba tumbang dan seperti akan jatuh."Shifa!" Melihat tong kayu hampir jatuh, Downey segera bergegas menghampiri Shifa, menahan pohon itu, lalu berkata kepada Shifa yang terpana. "Lari!"Shifa tiba-tiba tersadar. Setelah melihat Downey, dia terkejut. "Kak …" Dia ingin mengatakan sesuatu.Tapi Downey memotongnya. "Lari! Kalau tidak, kamu tidak akan sempat