Share

BAB 76

Penulis: Selfie Hurtness
last update Terakhir Diperbarui: 2022-09-03 11:52:41

Kelvin mencebik ketika wajah itu nampak sumringah melihat ia melangkah ke pelaminan. Sungguh kalau tidak banyak orang dan tidak kasihan dengan istri dari Brian yang baru beberapa jam sah dia nikahi itu, rasanya Kelvin ingin mencekik Brian sampai kehabisan napas detik ini juga!

Kelvin masih mencoba ramah, menyalami kakak dan ibu Heni lalu melangkah mendekati Brian yang cengar-cengir di sebelah istrinya. Tentu Kelvin tidak perlu bertanya apa yang membuat sahabatnya itu begitu bahagia. Dia tidak hanya berhasil mengawini gadis yang Brian cintai, Brian juga sukses membuat Kelvin harus kalah taruhan dan mengorbankan masa depannya dengan menikahi gadis ingusan yang disodorkan sang mama!

"Hey, thanks Bro udah disempetin dateng. Sendirian nih nggak sama calon bini?" sebuah sapaan yang rasanya makin membuat Kelvin ingin mencekik Brian hingga lemas.

"Lu masih pengen buka segel, kan, ntar malem? Kalo masih tolong nggak usah nanya macem-macem!" bisik Kelvin di dekat telinga Brian sambil menjaba
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (6)
goodnovel comment avatar
Elin Marlina
kasian jg sih si kelvin, ini cerita kelvin blm ada y ka
goodnovel comment avatar
SK Celey
unboxing hahaha
goodnovel comment avatar
Yuni Jaeni
Wooewww akhirnya yg d tnggu2 nikah juga
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Mendadak Kawin   BAB 77

    Heni dan Brian harus pasrah, meskipun di undangan sudah di tulis bahwa kedua belah pihak keluarga tidak menerima tamu di rumah, tetapi tetap saja banyak sekali tamu yang datang ke rumah. Ijab qobul dilaksanakan pagi, resepsi siang hari. Harapan Brian dan Heni tentu dari pesta usai sampai sore atau bahkan malam nanti mereka bisa beristirahat barang sejenak untuk persiapan malam spesial mereka, tapi agaknya mereka salah! Mereka masih di rumah Heni, dan sejak pulang dari gedung tadi, mereka sama sekali belum istirahat sama sekali! "Keluar dulu, yuk. Ada temen senamnya Bunda, tuh!"Heni membelalakkan mata, sementara Brian? Dia hanya tersenyum kecut tanpa berani membelalakkan mata macam sang istri. Bisa-bisa di pecat jadi mantu Brian nanti. Mana dia belum ada 1 kali 24 jam jadi istri Heni. Oleh karena itu, Brian harus jaga sikap betul-betul. "Astaga, Bun ... emang temen senam Bunda nggak Bunda undang ke gedung, tadi?" tentu Heni protes. Bukankah sesuai kesepakatan mereka, mereka tidak

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-03
  • Mendadak Kawin   BAB 78

    Brian hampir terhuyung jatuh ketika mendadak Heni kembali melompat dan meraup bibirnya penuh gairah. Bukankah tadi Brian bertanya sesuatu hal pada Heni? Kenapa bukannya menjawab, istrinya itu malah menyerangnya seperti ini? Brian mencoba melawan, mengendalikan dirinya agar bisa menguasai permainan mereka. Bibir Heni terlampau manis, sejak pertama kali Brian menyentuh bibir ini, rasanya Brian tidak mau berhenti. Apalagi hari ini? Ketika bahkan bukan hanya bibir Heni yang bisa Brian nikmati, tapi semuanya! Semua bagian tubuh Heni dari ujung rambut sampai ujung kaki.Brian mendorong wajah itu, kini Brian yang mengambil alih kuasa. Ia terus menyesap bibir itu tanpa henti, layaknya gula-gula manis yang tidak bisa diabaikan begitu saja. Brian amat menikmati aktivitas ini ketika kemudian secara perlahan-lahan Heni melepaskan pagutan bibir mereka dan menarik wajahnya menjauh. Nampak mata itu begitu sayu, apakah itu artinya Heni sudah merasakan apa yang Brian rasakan? Apakah itu tanda bahwa H

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-04
  • Mendadak Kawin   BAB 79 (21++)

    "Mas Bagas kapan balik?"Brian duduk di kursi teras malam ini, berduaan bersama Bagas yang nampak asyik merokok di teras rumah. Sudah pukul sembilan, dan Brian berharap sudah tidak ada lagi dayoh atau tamu yang datang. Bagas menghembuskan asap ke udara, mematikan rokoknya lalu menoleh dan menatap Brian yang duduk di sebelahnya. "Lusa mungkin. Anak-anak ngajak liburan, Yan. Bunda Mas tawarin ikut, cuma nggak tau sih bunda mau atau tidak.""Memang mau kemana rencana, Mas?" alis Brian berkerut, ia sendiri ingin sebenarnya liburan, sekalian bulan madu gitu, hanya saja dia belum bisa ambil libur panjang. "Paling ke Spore, anak-anak minta ke sana sih."Brian mengangguk pelan. Ia sendiri belum tahu Heni minta dibawa kemana. Yang jelas dalam bayangan Brian, agaknya Bali atau Lombok adalah tempat paling best untuk rencana mereka ini. Atau Karimun Jawa mungkin? "Kamu nggak naik ke atas, Yan?"Brian terkejut, ia menoleh menatap Bagas yang nampak tersenyum lebar dengan alis dinaikkan. Kontan

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-05
  • Mendadak Kawin   BAB 80 (21++)

    Heni mengigit bibirnya kuat-kuat. Kini dia sama sekali tidak memakai apapun di tubuhnya. Tidak bahkan selaput tipis lingerie pemberian Karina tadi. Ia terbaring di atas ranjang dengan tubuh polos Brian yang menghimpit tubuhnya dengan begitu posesif.Jangan tanyakan apa yang Brian lakukan, bibirnya menjelajahi leher dan puncak dada Heni. Satu tangannya meremas lembut dada sang istri dan satu tangan lagi menyentuh bagian tubuh Heni yang ada di bawah sana. Menyentuhnya dengan amat sangat lembut. "Mas!" Heni memekik, sentuhan itu makin menggila. Heni merasakan inti tubuhnya begitu basah, sangat basah! "Ya? Kenapa, Sayang?" balas Brian setengah berbisik. Kini bukan wajah Heni saja yang merah padam, wajah Brian pun sama. Merah padam terbakar gairahnya sendiri. "Mau keluar!" Rintih Heni dengan tubuh bergetar. Brian tersenyum lebar, kembali ia memagut bibir itu, tangannya masih aktif menyentuh inti tubuh sang istri. Tak perlu waktu lama, tubuh Heni mengejang, ia mencengkeram tubuh Brian k

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-05
  • Mendadak Kawin   BAB 81 (21++)

    "Pengen mandi?" tanya Brian sambil membelai puncak kepala sang istri yang nampak begitu nyaman dalam dekapannya. Heni menggeleng, sama sekali tidak melepaskan diri dari dekapan sang suami. Ia menyandarkan kepala di dada Brian. Entah mengapa rasanya sungguh damai sekali. Heni menekan-nekan permukaan kulit Brian, ia baru tahu bahwa mulai hari ini dia punya sebuah hobi baru, yaitu menyentuh kulit Brian yang lembab berkeringat seperti ini. "Masih sakit?" sebuah pertanyaan bodoh yang sebenarnya tidak perlu Brian tanyakan. Sebagai ahli medis, tentu Brian tahu apa yang baru saja dia lakukan pada organ intim istrinya dan berapa lama robekan itu akan sembuh, bukan? Namun entah mengapa Brian ingin sekali tahu jawabannya dari mulut Heni langsung. "Masih. Malam ini sekali aja, ya? Ngilu banget Mas rasanya." mohon Heni lirih. Dia tidak bohong. Perih itu masih begitu terasa, terlebih setelah sisa-sisa kenikmatan itu benar-benar sirna. Rasanya benar-benar menusuk. Brian terkekeh, menjatuhkan kec

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-06
  • Mendadak Kawin   BAB 82

    Yudha mengerang dengan begitu sensual ketika puncak itu berhasil dia daki. Tubuhnya yang bercucuran peluh, mengejang hebat. Ia merasakan betul cairan hangat itu menyembur keluar dari miliknya. Hanya saja seperti biasa, Yudha menahan cairan itu agar tidak menyembur memenuhi rahim Karina. Yudha berdiam diri di dalam sana sampai tetes terakhir cairan pelepasannya. Ketika sudah tidak ada lagi yang keluar, Yudha perlahan-lahan membuka matanya, menatap wajah memerah bersimbah peluh di bawah kungkungan tubuhnya ini. Yudha tipe orang yang suka mendominasi, terlebih dalam urusan ranjang, Yudha lebih suka banyak mengambil bagian dan menguasai permainan meskipun Yudha juga sangat menyukai momen ketika Karina memegang kendali permainan di atas tubuhnya. "Rin ... jangan bikin suamimu ini minta nambah terus dengan posemu yang kayak gitu, ya?" desis Yudha seraya perlahan-lahan mengeluarkan miliknya dari dalam tubuh sang istri. Karina mendengus, ia dengan susah payah membuka mata. Tubuh Karina ra

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-07
  • Mendadak Kawin   BAB 83

    Berbeda dengan dua kamar yang itu, kamar Kelvin sepi dan sunyi. Jangan lupa dingin dan asingnya kamar yang kini kembali dia huni. Lebih tepatnya untuk hari ini karena besok Kelvin sudah harus kembali bertugas. Kelvin mendesah, sejak tadi matanya tidak dapat terpejam. Kepalanya begitu pusing. Hari kelulusan gadis itu makin dekat dan itu artinya pernikahan yang tidak pernah diharapkan dan diingkan oleh Kelvin akan segera terlaksana. "Kenapa harus dia sih? Kenapa?"Sebuah pertanyaan yang terus Kelvin tanyakan. Entah pada dirinya sendiri atau kepada kedua orang tuanya. Namun sekali lagi, tidak pernah ada jawaban yang bisa menjawab dan memuaskan Kelvin akan pertanyaan yang terus menganggu pikirannya itu. Namira. Ah! Kelvin tersenyum getir ketika teringat nama itu. Namira. Gadis itu cantik, berusia 24 tahun. Sebuah usia yang tentu tidak semuda Agatha yang masih 18 tahun! Dia dewasa, cekatan dan di mata Kelvin, Namira begitu sempurna. Koas itu sering mendapat jatah jaga IGD bersamanya,

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-08
  • Mendadak Kawin   BAB 84

    Heni meraba bagian kasur yang ada di sisinya. Matanya kontan terbuka ketika mendapati sang suami tidak ada di sebelahnya. Kemana Brian pergi? Heni tersenyum ketika mendapati pintu kamar mandi tertutup. Jadi suaminya itu tengah mandi? Atau apa yang sedang dia lakukan di dalam sana? "Udah jam 6 ternyata!" desisnya sambil tersenyum. Ia kembali mengernyit ketika hendak menggerakkan kaki. Dahsyat sekali rupanya efek dari ganasnya Brian semalam. Heni terkekeh, dengan susah payah akhirnya ia bisa menurunkan kaki, berdiri dan hendak mengangkat kaki ketika suara pintu terbuka itu menyapa telinganya. "Pagi istri tersayangku!"Heni menoleh, wajahnya bersemu merah dengan senyum merekah ketika mendapati Brian sudah berdiri di depan pintu kamar mandi. Rambutnya masih basah, handuk putih itu melilit tubuh bagian bawah Brian, menampakkan dada dan perut Brian yang seketika menggoda Heni. "Kupikir kemana, udah selesai mandi?" Heni sedikit tertatih melangkah, ketika sudah terbiasa, ia mulai berjalan

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-09

Bab terbaru

  • Mendadak Kawin   EP. END

    “Suka?”Heni berdiri di depan cemin besar yang ada di kamar itu. Dan dia dan Brian yang sama-sama masih telanjang bulat, bedanya kini di leher Heni melingkar sebuah kalung dengan liontin berbentuk pita bertabur permata.“Bagus banget, Mas!” sahut Heni dengan begitu riang. Sebenarnya dia sudah tahu tentang kalung ini, tetapi tentu ia tidak ingin mengecewakan suaminya. Jadi pura-pura syok dan terkejut adalah jalan ninja untuk membahagiakan Brian.“Kalung yang aku kasih buat seserahan itu katamu terlalu besar rantainya, jadi ini aku belikan yang rantai kecil dan tipis biar kamu nyaman pakainya. Tahu apa yang spesial dari kalung ini?”Heni menatap wajah Brian dari pantulan cermin, Brian masih berdiri di belakangnya, memeluk tubuh Heni dari belakang dan menyandarkan kepaal di bahu Heni.“Nggak! Memang kenapa? Apa yang spesial?”Brian tersenyum, “Kalung ini aku beli dari gaji terakhir aku dari rumah sakit kemarin, Sayang. Jadi sisa yang aku kirim ke kamu aku beliin ini buat kenang-kenangan.

  • Mendadak Kawin   EP. 8

    Keringat Brian mengucur. Jangan tanyakan kenapa. Segala macam hasrat dan gairahnya meledak-ledak sempurna hari ini. Tubuh yang selama ini Brian rindukan, kini ada di hadapannya dan dalam mode pasrah. Membuat Brian ingin rasanya segera menyerang tubuh itu kalau saja dia tidak ingat ada janin dalam rahim Heni yang juga harus dia pikirkan.Ia tidak boleh sembarangan, terlalu kasar dan menggebu-gebu, tentu Brian tidak ingin anaknya kenapa-kenapa. Ia sudah begitu ingin menggendong darah dagingnya sendiri.“Kalau ada yang sakit bilang, ya?” desis Brian yang masih mencoba menahan diri.Heni tersenyum, wajahnya merah padam. Mengingatkan Brian pada momen di mana mereka pertama kali melakukan hal ini. Malam di mana Heni menyerahkan diri sepenuhnya pada Brian untuk disentuh dan saling menikmati satu sama lain.Brian mengelus lembut bibir memerah yang sedikit bengkak dan basah itu. Sebelumnya ia tidak percaya bahwa ada bibir yang rasanya begitu manis. Dan setelah mengenal bibir ini, Brian baru pe

  • Mendadak Kawin   EP. 7

    Heni tersenyum melihat betapa rapi baju di dalam lemari. Kenapa tumben? Heni meneliti baju-baju suaminya, menumpuknya agar ada lebih banyak space untuk bajunya. "Coba kalo aku di sini nanti, masih mau rapi kayak gini apa bergantung kayak dulu?" desis Heni seraya menata pakaiannya di dalam lemari. Heni menarik tumpukan baju Brian untuk dia jadikan satu, tiba-tiba suara benda jatuh itu mengalihkan fokus Heni. Heni menatap ke lantai di mana suara itu berasal. Ia tertegun ketika menemukan ada kotak bludru berwarna biru tergeletak di bawah kakinya. "Itu apa?" Heni buru-buru meletakkan tumpukan pakaian sang suami, ia lantas memungut benda itu dari lantai, mengamatinya dengan saksama lalu dengan penuh rasa penasaran ia membuka kotak itu dan tertegun melihat benda apa yang ada di dalam sana. Mata Heni terpaku, rasanya jantung Heni seperti hendak berhenti berdetak. Matanya memanas, bayang-bayang air mata mengambang di pelupuk mata. Dengan tangan bergetar Heni meraih benda yang ada di dala

  • Mendadak Kawin   EP. 6

    “Bun ... masa udah harus balik, sih?” Heni nampak tidak terima, mereka baru saja sampai di apartemen dan bundanya itu sudah ribut harus kembali ke Tangerang sekarang? Brian saja padahal belum balik!“Aduh, Sayang ... sebenarnya Bunda juga masih pengen di sini, cuma ini dadakan dan penting banget.” Irma mengangkat wajahnya dari layar ponsel, menatap anak gadis kesayagannya itu dengan tatapan penuh rasa bersalah.“Yah ... Bunda!” renggek Heni macam anak kecil. Masa iya dia hanya kumpul satu hari dengan Irma, sih? “Dipending nggak bisa, Bun?”“Nggak bisa! Bentar Bunda mau nelpon suami kamu dulu, mau minta maaf kalo Bunda harus pulang lebih cepat.”Heni menghela napas panjang, ia duduk di tepi ranjang dengan wajah ditekuk. Ia baru tahu kalau sekarang ini Irma sesibuk itu. Bisa Heni lihat Irma tengah menghubungi sesorang. Seseorang yang tidak lain dan tidak bukan adalah Brian, suami dari Heni.“Udahlah, nanti kapan-kapan kalau Mas pas pulang Mas ajak bunda kesini lagi.” Bagas mendadak munc

  • Mendadak Kawin   EP. 5

    Heni membelalak ketika melihat sosok itu berdiri di sebelah mobil yang terparkir di depan rumahnya. Itu kan ... senyum Heni merekah. Ia sudah begitu rindu pada Karina dan dengan sangat kebetulan Karina malah stand by menunggunya di depan rumah? Luar biasa sekali!“Heni!” teriaknya dengan suara khas Karina yang tidak ada duanya.Heni buru-buru turun dari mobil, melangkah mendekati sahabatnya itu dan memeluknya erat-erat.“Kamu bahkan nungguin aku di sini?” tanya Heni disela-sela rasa harunya bisa kembali bertemu dengan Karina.“Sebelum kamu nyusul lakikmu ke Jogja, nanti kita nggak bisa ketemu lagi, kan?” desisnya lirih lalu melepaskan pelukan mereka. Mata Karina tertuju pada perut Heni yang sudah menyembul, membuat senyum Karina merekah sempurna.“Aduh ... calon mantu!” desis Karina sambil mengelus perut itu dengan lembut.“Amin!” jawab Heni lalu memperhatikan perut Karina dengan saksama. “Loh ... Rin? Tuaan aku umurnya kok perut kamu le—““Eh Tante!” Karina bergegas menghampiri Irma,

  • Mendadak Kawin   EP. 4

    Heni melambaikan tangan ketika melihat mobil itu melaju ke arahnya, bisa dia lihat sosok itu pun turut melambaikan tangan. Kalau saja Heni tidak ingat ada janin dalam perutnya sekarang ini, rasanya ia sudah melompat ke arah orang itu dan memeluknya erat-erat.“Bunda!” lansung Heni menghambur ke dalam pelukan sosok itu. Air mata Heni kontan menitik, sudah cukup lama ia tidak bersua langsung dengan ibunya seperti ini.“Baik-baik saja, kan, Sayang? Aduh cucu Bunda ... kalian sehat, kan?” Irma melepaskan pelukan, langsung menatap perut anak bungsunya yang sudah terlihat menyembul.“Baik, Bun. Bunda juga baik selalu, kan?” Heni menyeka air matanya, segala rasa rindunya terbayar sudah hari ini.“Baik! Nunggu lama tadi, Hen? Ini apa aja yang mau dibawa?” Irma mengalihkan pandangan pada beberapa koper yang ada di belakang Heni, sementara Heni tersenyum lebar pada sosok yang turun dari mobil itu.“Mas Bagas!” teriak Heni tidak kalah antusias dan bahagia, bagaimanapun, setelah bapak meninggal,

  • Mendadak Kawin   EP.3

    Brian merebahkan tubuh di atas ranjang. Akhirnya dia sampai di apartemen yang akan dia tempati selama beberapa tahun ke depan. Tempat yang entah akan Brian tiduri tiap malam atau tidak, dia sendiri tidak tahu. Ia segera meraih ponsel, ada hal penting yang harus dia lakukan, hal yang sejak tadi sudah dipesankan padanya oleh sang istri.“Halo, udah sampai, Mas?” sapa suara itu begitu manis, suara yang seketika membuat Brian merindukan sosok itu. Ah ... bukankah beberapa saat yang lalu mereka masih bercengkrama bersama?“Udah, Sayang! Kalo belum sampai, mana mungkin mas nelpon kamu, Cintaku?” balas Brian sambil membayangkan wajah yang di mata Brian makin cantik dan mempesona semenjak dia hamil.“Cepet istirahat, besok hari pertama, kan?” desis suara itu lembut.“Kamu cepet nyusul, ya? Sepi banget rasanya di sini. Kamu udah makan lagi belum?” cecar Brian yang rasanya tidak ingin buru-buru mengakhiri sambungan telepon mereka.Terdengar tawa lirih dari seberang, membuat senyum Brian ikut te

  • Mendadak Kawin   EP. 2

    "Aku berangkat hari ini, malam nanti bablas ke Jogja, maaf aku nggak bisa nginep."Heni menghela napas panjang, ada sedikit perasaan tidak rela suaminya malam ini tidak menginap. Padahal Heni begitu ingin malam ini tidur dalam pelukan sang suami, melihat interaksi Brian dengan calon bayi mereka seperti biasanya. Tapi malam ini ...Ia tersentak ketika merasakan tangan Brian meraih dan meremas tangannya dengan begitu lembut. Mata Brian menatap ke dalam mata Heni, seolah ingin mengatakan pada Heni bahwa semua akan baik-baik saja. Bahwa tidak akan ada yang terjadi apapun itu. "Nggak apa-apa, kan, kalau aku nggak nginep?" Brian kembali meminta persetujuan, tentu Brian tahu betul arti dari tatapan mata istrinya itu. Heni tersenyum, kepalanya mengangguk pelan. Menolak kata hati dan keinginannya untuk ditemani dan dimanjakan oleh sang suami. Bukankah sejak awal sudah dibahas?"Nggak apa-apa, hati-hati yang penting. Nggak ada yang lupa, kan?" Brian menggeleng, tangan itu masih meremas lembu

  • Mendadak Kawin   EP. 1

    Brian berhenti sejenak, ia kembali menoleh dan menatap rumah yang belum lama dia tempati bersama sang istri. Seulas senyum getir tergambar di wajah itu. Berat rasanya, tapi demi cita-cita dan masa depan, Brian menganggukkan kepala lalu kembali melangkah menghampiri mobil dengan koper di tangan. Ia sudah mulai bersiap, statusnya kini bukan lagi seorang dokter umum, melainkan seorang dokter residen. Bukankah ini cita-citanya? "Bismillah! Semoga lancar, Ya Allah!" desis Brian lirih kemudian menghidupkan mesin mobil. Perlahan tapi pasti Brian membawa mobilnya pergi dari depan rumah. Setelah ini, rumah itu akan kosong sementara. Heni masih harus mengabdikan diri di sana, jangan lupa sesuai rencana, Heni akan ikut Brian ke Jogja dan menetap di sana sampai anak mereka berusia sekitar satu tahun. Sebuah pengorbanan tentunya karena Heni harus merelakan cita-citanya untuk bisa praktek mandiri tertunda hanya demi menemani Brian berjuang mewujudkan mimpi. "Kelar PPDS, balik ke sini, kerja be

DMCA.com Protection Status