Dalam hitungan detik, Vadlan menepis kasar wajah Rosela hingga membuat wanita tersebut tersungkur di atas ranjang pasien.
Tidak sakit memang, tapi hal itu membuat wajah Rosela kian pucat pasi dan benar-benar ketakutan. Ia semakin yakin jika pria yang mengaku suaminya itu, bukanlah suami dari wanita yang bernama Salvia.Bagaimana, tidak. Jika memang pasangan suami istri tentunya sang suami bersikap lemah lembut bukan? Tapi, ini justru sebaliknya.Rosela memperbaiki posisi duduknya sambil memijat kedua pipinya yang terasa sakit. Ia menatap ke arah pria yang berdiri tidak jauh dari tempatnya."Tolong lepaskan saya, Om. Jangan jual saya. Saya mau pulang kampung. Saya harus nelpon ibu saya di kampung kalau saya--""Sekali lagi kamu bicara, aku patahkan leher kamu itu," sela Vadlan dengan kalimat ancaman di dalamnya dan menatap tajam ke arah Rosel. Ia yakin istrinya itu mengalami amnesia dan mengaku sebagai orang lain sebagai bentuk halusinasinya.Mendengar ancaman Vadlan. Rosela seketika langsung bungkam sambil memegangi lehernya. Khawatir pria tersebut benar-benar akan mematahkan lehernya. Namun, ia tidak mungkin tinggal diam saja dalam keadaan seperti ini. Sebuah pemikiran untuk melarikan diri dari tempat tersebut terlintas di dalamnya pikirannya saat ini.Tampak Vadlan menelepon seseorang melalui ponselnya, lalu hal itu tidak akan disia-siakan oleh Rosel Ia bisa melihat celah menuju ke pintu keluar dengan mudah.Sedangkan Vadlan masih menelepon dan dalam posisi membelakangi Rosela. "Siapkan acara konferensi pers besok lusa untuk --"Ucapan Vadlan terjeda di saat yang sama matanya langsung melotot melihat istrinya itu keluar dari kamar dan hendak melarikan diri kembali.Ya, Rosela melarikan diri dengan memanfaatkan kesempatan yang ada di depan matanya. Meskipun kakinya masih sakit karena terkilir, tapi dipaksanya untuk berlari."Kurang ajar," teriak Vadlan yang langsung mengejar langkah cepat Rosela ke arah pintu yang terbuka.Di saat yang sama Baswara atau sang asisten pribadi Vadlan itu langsung mengejar Rosela yang tiba-tiba keluar dari ruang perawatan."Nona muda ....""Cepat temukan dia dan bawa langsung ke mobil," teriak Vadlan dari arah belakang menyusul."Baik, Tuan muda," jawab Baswara menyempatkan diri menanggapi ucapan tuannya itu.Sementara itu, Rosela yang masih berlari sebisa mungkin mencari tempat untuk bersembunyi, hingga langkahnya terhenti pada tangga darurat. Ia yakin orang-orang jahat itu tidak akan mengurangi dirinya masuk ke tempat tersebut."Aku harus cepat." Sambil begumam, ia membuka pintu, lalu masuk dan segera menuruni anak tangga.BRUK.BRUKBRUKNasib sial malah menghampiri Rosela kembali, ia malah terjatuh di anakan tangga hingga berguling-guling di tempat itu."Aw, aw ... Tulangku rasanya mau patah semua," rintihnya yang kini terbaring di lantai.Bersamaan seseorang membuka pintu tangga darurat tersebut, lalu sepasang sepatu pantofel hitam melangkah dengan angkuh di anakan tangga tersebut.Siapa lagi kalau bukan Vadlan. Pria tersebut sudah menduga, jika istrinya itu akan melarikan diri melalui tangga darurat."Benar-benar merepotkan! Sudah aku katakan lebih baik kamu diam, Salvia," desisnya, seraya setengah berjongkok di depan Rosela saat ini.Rosela beringsut ke belakang. Ia benar-benar seperti melihat sosok menakutkan pada pria di depannya itu."Saya mohon, Om. Jangan bawa saya. Saya gak mau dijual, apalagi sampai organ tubuh--""Siapa yang akan menjual kamu," potong Vadlan. "Aku sudah katakan kalau aku ini suami kamu 'kan?! Aku tidak akan menyakiti kamu, percaya denganku."Vadlan terpaksa berubah bersikap baik dan ramah seperti ini agar istrinya itu tidak membuat ulah dan merepotkannya lagi, sehingga ia bisa membawa pulang tanpa menimbulkan kehebohan di rumah sakit.Rosela sejenak terdiam. Ia antara percaya dan tidak dengan apa yang dikatakan oleh Vadlan saat ini. Tapi, ia teringat dengan perlakuan kasar Vadlan di ruangan perawatan sebelumnya. Apakah mungkin wanita yang mirip dengannya itu memang melarikan diri? Meskipun begitu tetap saja ia tidak bisa pergi begitu saja dan menjadi istri dari suami orang lain."Aku bicara jujur, Om. Aku bukan istri Om. Nama aku Rosela, aku datang dari kampung dan tolong jangan bawa aku--"BUGHTiba-tiba saja Vadlan memberikan pukulan di bagian tengkuk leher Rosela, sehingga membuat wanita tersebut tak sadarkan diri kembali."Kamu banyak bicara!" desisnya menatap tajam ke arah Rosela yang tergeletak di lantai.Detik selanjutnya, Vadlan membopong Rosela dari tempat tersebut, membawanya ke mobil dan membaringkannya di kursi belakang.Baswara ternyata sudah menunggu di dalam mobil.Vadlan segera masuk dan duduk di kursi depan."Ke mansion. Dan pastikan tidak ada yang tahu, jika Salvia di rumah sakit atau membuat ulah seperti tadi," titah Vadlan."Iya, Tuan Muda," jawab Baswara, seraya melajukan kendaraan yang dikemudikannya itu.Sedangkan Vadlan membuang nafasnya kasar. Hari itu ia benar-benar dibuat kerepotan dengan ulah istrinya yang berani melarikan diri untuk yang kedua kalinya.Sementara Rosela di kursi belakang, masih terbaring pingsan dan tak sadarkan diri.Tidak sampai satu jam, mobil sedan hitam itu tiba di sebuah mansion yang berada di pinggiran ibukota. Suasananya masih begitu asri dengan dikelilingi banyak pepohonan dan jauh dari hiruk pikuk kemacetan di jantung kota yang padat penduduk."Bawa dia ke kamar utama, lalu perintahkan pelayan untuk membersihkannya," titah Vadlan."Baik, Tuan muda." Baswara menjawab seperti biasanya, tidak ada hal yang bisa dibantahnya.Vadlan turun dari mobilnya itu, lalu masuk ke mansion sambil menghubungi seseorang melalui ponsel yang ada di tangannya."Selamat datang, Tuan Muda. Anda pasti kelelahan usai perjalanan bisnis dari luar kota," sambut kepala pelayan di mansion tersebut, sekaligus sekretaris pribadi Vadlan- Kamelia.Vadlan menurunkan ponselnya. "Cepat urus, Salvia untuk malam ini! Pastikan kali ini dia tidak melarikan diri seperti waktu itu!" tegasnya.Kamelia untuk sesaat mengerjapkan matanya karena terkejut mendengar nama Salvia disebut."Apa mungkin Nona Salvia sudah ditemukan, Tuan muda?" tanyanya.Vadlan tersenyum tipis, lalu merengkuh dagu Kamelia."Pastikan kamu bekerja dengan benar kali ini, Kamelia. Kalau tidak, kamu pun aku ku buang," desisnya, lalu menepis wajah wanita tersebut dari hadapannya."I-iya, Tuan muda. Saya akan pastikan nona muda tetap di kamarnya," jawab Kamelia sedikit membungkukkan tubuhnya.Vadlan menghela nafasnya. "Salvia hilang ingatan, pastikan dia mengetahui tugasnya dengan benar di tempat ini," tukasnya, lalu tanpa mengatakan apapun lagi, segera bergegas pergi ke ruang kerjanya.Kamelia terdiam di tempatnya untuk beberapa saat karena mendengar Salvia hilang ingatan. Tapi, detik selanjutnya ia langsung tersenyum tipis.Sementara itu Rosela yang masih tidak sadarkan diri, dibopong oleh Baswara dan disambut oleh beberapa pelayan suruhan Vadlan sebelumnya hingga dibawa ke kamar utama.Rosela direbahkan di atas ranjang, lalu Baswara keluar dan selebihnya wanita tersebut diurus oleh beberapa pelayan yang ada di kamar tersebut."Cepat, bersihkan Nona muda dan pakaikan dia pakaian untuk malam pertamanya," perintah Kamelia dengan raut wajah kesal, menatap ke arah Rosela."Iya, Nona," jawab ketiga pelayan yang sebelumnya mengurusi Salvia. Mereka hampir saja dipecat karena membiarkan nona muda sebelumnya melarikan diri dari tempat tersebut. Meskipun harus mendapatkan potongan gaji selama dua bulan sebagai hukuman mereka.Di saat yang sama, Rosela mulai sadarkan diri. Ia menggeliat, membuka kedua netranya sambil memegangi lehernya yang sakit. Bukan, tapi seluruh tubuhnya terasa begitu kesakitan saat ini."A-aku di mana lagi sekarang?"Mata Rosela membelalak di saat berada di sebuah kamar luas dan ranjang besar. Bahkan melihat ada beberapa wanita yang berpakaian seperti pelayan yang pernah dilihatnya di sebuah drama atau film.Kamelia mendekat, menghampiri Rosela "Selamat datang kembali, Nona Salvia. Saya dan beberapa pelayan lainnya yang akan melayani anda. Malam ini Nona akan bersiap untuk malam pertama bersama Tuan muda ...."Pupil mata Rosela menggelap mendengar apa yang dikatakan wanita berparas cantik di depannya itu."Ma-malam pertama ....""Tu-tunggu dulu. Kalian ini mau apa? Malam pertama? Jangan bercanda! Aku ini bukan--"Mendadak ucapan Rosela terjeda, di saat ia mulai menyadari ada beberapa foto pernikahan dirinya dengan Vadlan di kamar tersebut. Juga ada foto lainnya juga di saat resepsi pernikahan. Itu benar-benar wajah yang mirip dengannya. Tapi, bagaimana bisa ada wanita lain yang serupa dengannya? Ia saat ini sungguh bingung dengan situasinya saat ini.Sementara Kamelia mendekat ke sisi ranjang sambil tersenyum tipis. Ia kini baru percaya jika Salvia benar-benar hilang ingatan. Itu karena buktinya tidak mengenali mereka. Termasuk dengan dirinya. Meskipun begitu, ia tetap membenci Salvia karena yang seharusnya menikah dengan Vadlan itu adalah dirinya.Namun, Kamelia harus mengalah karena Vadlan berada dalam situasi yang sulit di mana harus menerima perjodohan demi perusahaan dan juga hak warisnya di keluarga Atmajaya.Kamelia memasang senyum palsunya saat ini."Nona, kami hanya menjalankan tugas. Kami dengar and
"Ja-jangan ...."Rosela meringsut ke belakang di saat Vadlan semakin menghampirinya dan hendak naik ke atas ranjang.Namun, Vadlan tidak peduli dengan apa yang dikatakan oleh istrinya itu. Ia harus membuat Salvia hamil dan melahirkan seorang putra, demi warisan yang akan jatuh kepadanya alih-alih sang kakak karena tidak bisa memiliki seorang anak.Meskipun, Vadlan sebenarnya tidak ingin menyentuh Salvia karena pernah mendengar bahwa wanita itu sebenarnya sudah tidak perawan dan hal itu menambah daftar kebenciannya pada istrinya tersebut.Sedangkan Rosel saat ini memutar otaknya dengan keringat dingin di sekujur tubuhnya saat ini. Ia harus bisa terhindar dari malam pertama mereka yang mengerikan di depan matanya saat ini."Kenapa kamu ketakutan seperti itu? Aku ini suami kamu, jadi aku berhak atas tubuh kamu itu," desis Vadlan."Cepat buka pakaianmu itu dan buka lebar-lebar kakimu seperti yang kamu lakukan dengan pria lain," lanjut Vadlan kembali. "Oh, aku lupa. Saat ini kamu hilang in
"Cepat temukan dia secepatnya!"Teriakan Vadlan terdengar menggelarnya dan membuat siapa saja merasa ketakutannya karena mendengarnya.Para pelayan dan penjaga dikerahkan untuk mencari keberadaan nona muda tersebut alias Rosela.Namun, mereka tidak menemukan wanita tersebut hingga jalan terakhir yang dilakukan oleh Vadlan adalah memeriksa CCTV. Memang ada beberapa titik yang di pasang, tapi di kamar dan bagian dalam mansion sama sekali tidak terpasang."Ketemu, Tuan Muda. Nona muda sepertinya masuk ke area kandang harimau yang ada di belakang mansion. Tapi, bagaimana bisa masuk ke--""Cepat pergi sekarang," potong Vadlan. Ia tidak mempunyai waktu untuk berlama-lama di sana dan harus segera menemukan Salvia.Sesuai dengan yang ada di dalam kamera CCTV sebelumnya, Rosela ditemukan di area kandang harimau. Di mana hewan buas itu adalah salah satu peliharaan Vadlan di mansion tersebut."TOLONG ...."Rosela berteriak. Ia naik ke atas dahan pohon begitu melihat ada harimau putih di tempat t
Keesokan harinyaRosela belum terbangun. Tapi, ia masih meringkuk di lantai dengan tubuhnya yang menggigil kedinginan. Tapi, sekaligus suhu tubuhnya pun begitu tinggi."Ibu, Buuu ...."Rosela meracau dengan bibirnya yang bergetar. Tenggorokannya begitu kering dan rasanya ingin minum segelas air. Tapi, saat ini ia tidak mempunyai tenaga dan tidak berdaya sama sekali untuk bangun.Di saat yang sama Vadlan terlihat menggeliat di atas ranjang. Sangat jelas, jika semalam ia mendapatkan tidur yang berkualitas dan juga nyaman.Berbanding terbalik dengan keadaan Rosela saat ini. Di mana gadis tersebut terus saja memanggil 'ibu' dan kini terdengar ke telinga Vadlan."Berisik!" desis Vadlan dengan raut wajah merah padam, menahan amarahnya. Tapi, suara Rosela yang terus mengigau di pagi hari itu benar-benar mengganggunya saat ini.Vadlan langsung turun dari ranjang, lalu menghampiri istrinya itu. Ia bahkan dengan kakinya menggeser tubuh gadis tersebut agar diam."Diam atau--" Ucapan Vadlan menga
"Katakan cepat!" sentak Vadlan. "Kamu tahu kan kalau aku tidak suka mengobrol di meja makan!" tegasnya.Kamelia menggigit bibir bawahnya dan masih terdiam, ia tahu Vadlan orang yang sangat keras dan bisa dikatakan lebih kejam dari orang-orang yang pernah ditemuinya selama ini. Bahkan mendengar, jika sebenarnya Vadlan adalah seorang mafia di balik kedoknya yang seorang CEO. Entah itu benar atau tidak.Tapi, ia juga di saat yang sama tanpa sadar jatuh cinta dengan sosok mengerikan seperti Vadlan."Sa-saya hamil anak anda, Tuan--"BRAK..Tiba-tiba saja Vadlan menggebrak meja, lalu menatap tajam ke arah Kamelia."Kamu pikir aku akan percaya itu adalah anakku?! Kamu bahkan sudah tidak perawan malam itu dan pernah melakukannya dengan pria lain kan! Dan selama ini aku selalu memakai pengaman! Tentu itu bukan anakku!" hardiknya yang tidak akan menerima kenyataan bahwa Kamelia mengandung anaknya. Yang harus mengandung anaknya adalah Salvia dan bukan wanita lain."Gugurkan janin itu, jika kamu
[ Tapi, Tuan. Saya kan hilang ingatan. Bagaimana bisa bertemu dengan orang-orang. Bahkan saya gak tahu siapa kedua orang tua saya. Apa yang harus saya lakukan?]Karena bingung tidak tahu harus apa, Rosela pada akhirnya mengirim pesan kepada Vadlan. Setidaknya ia harus membuat alasan agar bisa berhadapan dengan keluarga Salvia nantinya.Namun, nyatanya Vadlan sama sekali tidak menanggapi pesan dari Rosela tersebut dan sibuk dengan pekerjaannya di kantor."Ih, bener-bener ya ini orang. Seenaknya aja. Pantes aja istrinya kabur," rutuk Rosela dengan nada sebal. Ia mau tidak mau mencari informasi tentang siapa itu Salvia dan keluarganya. Tapi, masalahnya ia sama sekali tidak mengetahui nama lengkap Salvia maupun Vadlan."Eh tunggu sebentar! Kalau aku sampai ketemu keluarganya Salvia. Itu berarti Salvia yang asli pasti muncul kan karena dia tahu aku sama Om itu."Rosela bergumam menebak-nebak apa yang akan terjadi dengan dirinya suatu saat ini, jika sampai Salvia yang asli muncul di depan V
"Nona, apa anda mendengar saya?""I-iya, aku akan ke sana lima menit lagi ...."Dengan sedikit raut wajah panik, Rosela mau tidak mau mengiyakan ucapan pelayan yang ada di balik pintu. Cepat atau lambat, ia pasti akan bertemu dengan keluarga wanita bernama Salvia yang mirip dengannya.Rasanya Rosela ingin mengadu kepada orang tuanya Salvia, bahwa mempunyai suami yang kejam seperti Vadlan. Tapi, sepertinya itu bukan keputusan yang baik. Salah-salah dirinya nanti yang akan ketahuan berbohong dan mendapatkan masalah besar.Lima menit kemudianRosela keluar dari kamar Vadlan yang sudah tidak dikunci seperti sebelumnya. Ia disambut oleh dua pelayan pribadinya dan membawanya menuju ke ruang tengah.Begitu tiba di ruang tengah, Rosela melihat ada seorang pria yang memakai setelan kemeja denim dan berpakaian formal seperti orang kantoran, lalu seorang wanita paruh baya yang ditebaknya adalah ibunya Salvia dan terakhir ada seorang wanita muda yang mungkin seumuran dengannya atau mungkin di baw
"Tuan mobilnya sudah siap. Tapi, apa anda yakin akan pulang sekarang? Bagaimana dengan rapatnya. Apa harus ditunda dulu?"Baswara bertanya sambil mengikuti langkah Vadlan di belakang."Ya, tunda dulu, Bas! Aku harus membuat perhitungan dengan Salvia. Ah, bukan aku akan menghukumnya berat karena sudah membodohiku," decak Vadlan yang hampir sampai ke mobil yang terparkir tidak jauh dari tempatnya itu.Amarah Vadlan saat ini ditujukan untuk Salvia alias Rosela yang dikiranya adalah istrinya. Hal yang membuatnya marah adalah kenyataan bahwa istrinya itu berbohong tentang mengatakan datang bulan. Padahal kenyataannya tidak sama sekali. Wanita tersebut membohonginya agar terbebas dari malam pertama.Sebelumnya Vadlan mendapatkan laporan dari salah satu pelayan di mansion tentang Salvia tidak sedang datang bulan."Atur ulang jadwal rapat besok, Bas! Pastikan tidak ada yang terlewat untuk acara konferensi pers," tegas Vadlan sebelum masuk ke mobilnya."Baik, Tuan muda," jawab Baswara nomengiy
"Saya pikir anda baik-baik saja untuk sekedar bisa mandi sendiri," ucapnya yang sebisa mungkin untuk menyangkal keinginan Vadlan.Namun, Vadlan malah tersenyum samar mendengar bagaimana Rosela yang terkesan tidak ingin menuruti keinginannya."Kenapa kamu tidak mau bukan?""Bu-bukannya gak mau, Tuan," jawab Rosela buru-buru. Ia sudah bisa menebak dari nada suara Vadlan bahwa pria itu sebenarnya saat ini sedang marah kepadanya."Kalau begitu apalagi. Cepat bangun dan bantu aku ke lantai atas," tukas Vadlan memberikan perintah kepada Rosela."Baik, Tuan." Rosela segera beranjak dari pangkuan Vadlan, dalam membantu pria tersebut untuk bangun hingga berjalan dengan hati-hati menuju anakan tangga.Baru saja keduanya bangun, terdengar suara pintu depan. Kemudian ada suara derap langkah kaki menuju ke ruang tengah.Itu adalah Kamelia yang mana wanita tersebut baru saja mendengar tentang Vadlan yang mengalami kecelakaan mobil. Ia langsung ke tempat itu dengan berlari untuk memastikan keadaan V
"Duh, kenapa bisa jatuh. Ini mungkin gelas mahal! Aku pasti dimarahi nanti."Dengan nada suara yang panik, Rosela segera membersihkan pecahan gelas kaca yang berserakan di lantai."Aw."Rosela meringis kesakitan karena ujung jarinya tidak sengaja mengenai pecahan kaca gelas kaca yang sedang dibersihkannya saat ini.Namun, dia tidak mempedulikan rasa sakit yang ada di jarinya itu dan secepat mungkin membersihkan pecahan kaca itu dan membuangnya ke tempat sampah."Apa gak ada kotak P3K ya di sini," gumam Rosela yang hendak mencari plester untuk menutupi ujung jarinya yang terluka. Ia mencari di setiap sudut tempat tersebut tidak ditemukannya kotak peralatan untuk pertolongan pertama.Rosella pada akhirnya membiarkan luka yang ada di tangannya itu, kemudian kembali duduk menata televisi seperti sebelumnya. Memang cukup membosankan, tapi hal itu lebih baik karena dirinya sama sekali tidak melakukan pekerjaan berat selama di tempat itu. Padahal ia di sana bisa makan dan tidur dengan nyaman
Ketukan di pintu membuat Vadlan teralihkan dan melepas semua pikiran atau bayangan tentang Salvia alias Rosela."Ini saya, Tuan." Terdengar suara Baswara dari balik pintu."Masuk," sahut Vadlan yang masih duduk di kursi kerjanya.Detik selanjutnya, Baswara masuk ke ruangan tersebut dan menyimpan selembar kertas di atas meja kerja Vadlan."Ini bahan untuk konferensi pers nanti, Tuan muda. Sesuai dengan permintaan alasan sebelumnya. Anda harus periksa terlebih dahulu, mungkin ada yang kurang dan harus ditambahkan atau mungkin ada yang harus dibuang," papar Baswara. Di mana lembaran kertas tersebut berisikan tentang pernyataan Vadlan nantinya bahwa ia sudah menikah dengan anak dari TJ group dan dalam waktu dekat akan mengakuisi dua perusahaan tersebut.Vadlan membaca lembaran kertas tersebut dalam hitungan menit dan ia sudah bisa menilai bagaimana isi dari bahan nanti yang akan ia bacakan."Ya, cukup seperti ini, kamu bisa kembali ke tempat kamu, Bas," tukas Vadlan memberikan perintah."
Rosela yang memang masih belum mahir melakukan ciuman, hampir tidak bisa bernafas karena pria tersebut memenuhi seluruh isi rongga mulutnya. Bahkan di akhir malah menggigit bibirnya itu yang membuatnya kesakitan.Menit selanjutnya Vadlan menjeda kegiatan tersebut."Bernafas, Salvia! Apa kamu ingin mati hah?" sentak Vadlan yang terdengar tidak puas mengingat Salvia belum pandai melakukan pertukaran saliva tersebut dengannya. Ada sedikit kesal, tapi sekaligus gemas di sana."Ma-maafkan saya, Tuan. Saya--" Rosela sama sekali tidak diberi kesempatan untuk mengucapkan kata-kata, ketika Vadlan kembali melakukan hal yang sama seperti sebelumnya.Namun kali ini, Rosela sedikit lebih pandai dari sebelumnya dan bisa bernapas dengan benar serta mulai bisa mengimbangi apa yang dilakukan oleh Vadlan saat ini.Usai puas melakukan permainan bibir itu, barulah Vadlan menghentikan kegiatannya tersebut dan diakhiri dengan tersenyum tipis."Lumayan untuk hari ini," tukasnya mengatakan hal itu kepada Ros
"Apa yang kamu lakukan di sini, Kamelia? Lalu kenapa dengan Salvia"Vadlan dengan tatapan penuh menyelidiki menetap ke arah Kamelia. Ia bisa melihat Rosela yang duduk dengan menundukkan wajahnya, seperti telah terjadi sesuatu diantara kedua wanita tersebut. Selain itu juga di lantai tampak ada beberapa pakaian dalam yang berserakan.Kamelia mengerjapkan matanya sambil meneguk ludahnya dengan kasar. Untuk sesaat tangan dan kakinya gemetar. Ia tidak menyangka Vadlan akan kembali ke rumah belakang itu tanpa diketahuinya. Tapi, di situasi seperti ini ia harus bersikap setenang mungkin.Sementara Rosela juga tidak berani mengatakan apapun. Entah itu Kamelia ataupun Vadlan dua orang tersebut sama sekali tidak bisa dipercayainya. Salah-salah jika ia mengadu kepada Vadlan mungkin saja pria tersebut malah tidak akan percaya kepadanya, terlebih lagi karena Kamelia sudah lebih dulu berada di tempat itu dibandingkan dengan dirinya. Maka pasti yang akan dipercaya Vadlan adalah wanita bernama Kamel
"Apa yang kamu lakukan di sana, Kamelia?!"Vadlan yang sudah selesai dengan Rosela dan masih dalam keadaan tak berbusana itu, tampak menatap tajam ke arah Kamelia yang ketahuan mengintip dirinya dan sang istri tengah memadu kasih.Sedangkan Rosela yang benar-benar kelelahan, terbaring lemas di atas sofa dengan tubuh polosnya.Sementara Kamelia mengerjapkan matanya karena siapa sangka Vadlan mengetahui keberadaannya. Di saat yang sama matanya tak lepas menatap ke arah milik Vadlan yang masih tegak berdiri. Padahal tadi pria tersebut jelas-jelas tampak sudah melakukan pelepasan dengan Salvia, tapi sepertinya menginginkan lagi.'Apa mungkin Salvia mendapatkannya berkali-kali? Padahal aku hanya selalu mendapatkan sekali aja, itu pun kadang-kadang aku gak sampai. Tapi, di udah duluan,' pekiknya di dalam hati yang merasa iri dengan Salvia."Kamelia!" ulang Vadlan karena tidak kunjung mendengar jawaban dari Kamelia."Ma-maafkan saya yang lancang ini, Tuan muda," jawab Kamelia buru-buru. "Say
Marshal mengepalkan tangannya. Ia sudah menduga jika Salvia tidak akan bisa hidup bebas tinggal di tempat tersebut."Baik, aku akan pergi. Sampai bertemu nanti malam di acara keluarga!" Ia pada akhirnya mengalah, lalu pamit pergi. Setidaknya ada nanti malam untuk bertemu dengan Salvia. Ia ingin memastikan sesuatu dengan berbicara langsung dengan sang adik tiri.Vadlan tidak menanggapi ucapan terakhir Marshal dan membiarkan Marshal angkat kaki dari kediamannya.Sementara itu di tempat lain, Rosela tampak sudah membersihkan dirinya di kamar mandi, lalu hendak berganti pakaian.Namun, pakaian yang ada di dalam lemari sama sekali tidak ada yang benar menurutnya. Itu karena semua pakaian hampir sama seperti semalam yang dikenakannya dan hanya modelnya yang merupakan gaun panjang. Tapi, begitu tipis dan menerawang. Selain itu sejak tadi ia sama sekali tidak menemukan pakaian dalam di kamar tersebut."Gak mungkin kan aku gini aja? Gak pakai dalaman?" gumamnya meringis karena membayangkan bet
"Katakan padanya untuk tunggu tiga puluh menit lagi. Aku akan kesana," titah Vadlan kepada Kamelia."Anda sendiri yang datang atau dengan Nona Salvia, Tuan muda?" Kamelia buru-buru bertanya untuk memastikan agar bisa menyampaikan dengan benar kepada kakak tirinya Salvia ."Itu bukan urusanmu, Kamelia! Katakan saja seperti yang aku perintahkan!" tegas Vadlan dengan menatap tajam."Ba-baik, Tuan Muda."Kamelia dibuat terkejut dengan sikap Vadlan yang semakin hari semakin bertambah kasar dan acuh kepadanya. Apa karena adanya Salvia sekarang di sisi tuan mudanya? Terlebih lagi semalam ia juga mendengar suara desahan dari balkon kamar tersebut. Hal yang tidak biasa dilakukan cara bercinta Vadlan sebelumnya.Tanpa menunda waktu lagi, Kamelia segera bergegas pergi dari tempat tersebut. Ia memang mempunyai kunci rumah belakang yang berlantai dua itu.Kemudian segera menemui Marshal di ruang tamu mansion.Di sisi lain, Vadlan kembali ke kamarnya dan membersihkan dirinya di kamar mandi.Lalu ba
Sekeras apapun Rosela menyangkal, tapi tubuhnya bisa merasakan kehangatan di bawah sana yang terasa begitu penuh dan mengaduk-aduk bagian intinya.Hingga sebuah ledakan seakan dirasakan oleh Rosela dan membuatnya gemetar dan merangkul tubuh Vadlan dengan kuatnya."Euuuuh, Tuaaaan ...."Suara lenguhan pun lolos begitu saja dari bibir mungil Rosela. Ia untuk pertama kalinya merasakan sebuah pelepasan di saat melakukannya. Bahkan ia tidak sadar jika suaranya itu sampai terdengar ke kamar-kamar para pelayan. Meskipun mereka sama sekali tidak berani untuk melihat apa yang terjadi. Salah-salah mereka akan terkena hukuman nantinya.Sedangkan Vadlan saat ini tersenyum tipis melihat bagaimana Sambil yang sudah mencapai puncaknya. Kembali kini gilirannya yang hendak sampai menuju ke klimaks penyatuan mereka.Hingga pada akhirnya yang tersisa hanyalah keduanya saling mendesah dan melenguh dengan memeluk satu sama lain.Bersamaan Rosela merasakan di bawah sana begitu hangat sampai ke dasar rahimn