Buk,,,Atika melempar tasnya asal ke arah atas sofa tepat di sebelah Sherly tengah duduk.Hah,, Kemudian dia pun juga melemparkan dirinya sebelah tasnya tergeletak.Sherly hanya menoleh sekilas pada kakaknya lalu kembali fokus dengan ponsel di tangannya."Gue tebak lo gagal lagi" ucap Sherly dengan mata masih fokus menatap layar ponselnya."Diam deh jangan bacot!" ngegas Atika sambil menatap sinis adiknya itu.Disusul suara tawa Sherly terdengar menggema di ruang tamu tersebut, "Kok ngegas sih" "Bacot, gue bilang diem ya diem!!" bentaknya kesal."Cihh,," Sherly berdecih sinis, "Lo sih bodoh" cemoohnya.Tanpa mereka sadari sedari tadi pertengkaran mereka disaksikan oleh seorang wanita paruh baya dari arah dapur namun bukannya berusaha melerai dia hanya diam menikmati pertengkaran mereka sambil tersenyum misterius."Bagus" gumamnya.Kembali ke Sherly dan Atika di ruang tamu. "Bisa gak sih lo jangan bacot?!" bentak Atika menatap kesal adiknya itu, "Lagian ini masih permulaan sekarang
Pagi hari. Keluarga kecil beranggotakan tiga orang itu kini tengah duduk di meja makan, melaksanakan sarapan. Dena mulai mengambilkan makanan bagi sang suami lalu memberikan pada pria itu,, "Ini Mas makanannya" "Hmm,," Bergantian dia juga mengambil makanan untuk si kecil imut, Darren. "Ini makanannya Sayang" ditaruhnya piring dengan isi nasi beserta lauknya di depan Darren. "Mama aku mau disuapin" pinta Darren dengan puppy eyesnya. "Bo,," "Darren makanlah sendiri kamu kan punya tangan!" potong Deva memberi perintah. Dena menoleh menatap sinis suaminya itu,, "Kenapa sih Mas aku juga gak masalah kok menyuapi Darren?" "Dena jangan terlalu memanjakan dia!" "Emangnya kenapa aku manjain anak aku sendiri, kamu ada masalah?" "Dia cuman anak sambung kamu!" ucap Deva menekan setiap ucapannya. Deg,, Dena terdiam hatinya sakit mendengar ucapan sang suami walaupun itu memang kenyataannya. "Aku tau" ucap Dena kemudian dengan menunduk sedih. "Memang kalau Darren cu
Waktu hampir memasuki waktu istirahat namun Deva masih sibuk dengan pekerjaannya, tumpukan dokumen terlihat di depannya.Tiba-tiba suara keributan terdengar di depan ruangannya dan hal itu sukses membuat Deva terganggu.Ceklek,, Tetiba pula pintu ruangannya dibuka tanpa diketuk terlebih dahulu.Siapa sih orang tak sopan ini,, batin Deva kesal."Mas,," panggil si pembuat keributan itu.Dahi Deva mengerut mengetahui siapa pembuat keributan itu,, "Sherly!" panggilnya.Dan ternyata dia adalah Sherly mantan adik ipar Deva."Maaf Pak ibu ini memaksa untuk masuk" ucap sekretaris Deva."Kamu keluarlah Novia biarkan saja dia di sini!" perintah Deva."Baik Pak" sebelum pergi sekretaris Deva itu sedikit membungkukkan badan ke arah sang atasan."Ada keperluan apa kamu ke sini Sherly?" tanya Deva begitu mereka hanya berdua di dalam ruangan pria itu.Dengan senyuman termanisnya Sherly berjalan mendekati mantan kakak iparnya itu,, "Tadaaaa,," ucapnya sembari memamerkan tas bekal di tangannya,, "A
Dena meraih kunci mobil gegas berjalan menuju pintu rumah sembari menempelkan ponsel di telinga."Mas aku yang jemput Darren ya hari ini" ternyata dia menghubungi sang suami untuk memberitahukan bahwa hari ini dirinyalah yang akan menjemput anak mereka.Tut... Kemudian Dena pun menutup panggilan setelah mendapat persetujuan dari suaminya.Usai masuk mobil pun melaju meninggalkan halaman rumah menembus jalanan menuju sekolah sang putra sambung....Sewaktu mobil Dena tiba di sekolah bertepatan pula dengan sebuah mobil merah yang terlihat familiar juga tiba, berhenti tepat di belakang mobil Dena.Kedua pintu mobil terbuka secara bersamaan, secara bersamaan pula turun dua orang perempuan dari dalamnya.Kemudian tanpa sengaja tatapan mereka bertemu."Kamu,," ucap mereka berbarengan. Setelah itu mereka saling melengos, sudah seperti musuh saja."Mendingan kamu pulang sekarang dehh Darren akan pulang dengan aku" ucap Atika membuka suara duluan."Hahaha,, kita lihat saja siapa yang bakal D
"Dena saya pulang!" seru Deva begitu langkah kakinya membawanya memasuki rumah.Dari arah berlawanan nampak Dena berjalan mendekat berhenti di depan sang suami, sigap mengambil tas kerja dan juga jasnya.Bibirnya terkatup rapat tak mengatakan sepatah kata apapun kemudian langsung berlalu memasuki kamar begitu saja."Dia masih marah ya? saya kira sudah tidak marah lagi setelah tadi siang telfon ternyata masih marah toh" gumamnya."Hah, saya harus apa agar Dena tak marah lagi?" gumamnya lagi.Kemudian Deva mengikuti langkah sang istri memasuki kamar mereka.Saat masuk Dena yang semula duduk di sofa tengah sibuk dengan ponsel di tangannya sontak bangkit lalu berjalan keluar dari kamar.Dia tengah menghindari Deva."Hahhh,,," helaan nafas kasar otomatis keluar dari bibir Deva.Rasanya gelisah melihat istrinya tengah marah seperti itu tetapi dia juga bingung sebenarnya apa kesalahannya sampai-sampai membuat istrinya semarah itu? Deva memijit keningnya yang tiba-tiba terasa pening....
Pintu kayu besar dengan ukiran-ukiran mewah itu terbuka."Ahh kenyang, makanan malam ini enak banget" desah Dena sembari mengelus perut ratanya.Mereka baru pulang dari makan malam, mereka habis makan di restoran all you can eat di salah satu mall.Bagaimana gak kenyang orang dia saja tadi ambil daging sampai 10 piring, belum lagi desert dan yang lainnya, ucap Deva dalam hati tak berani dia mengucapkannya secara langsung bisa ngambek nanti istrinya.Secara tidak langsung dia mengatai istrinya itu rakus.Yahh memang,, mana semua yang dia ambil habis lagi katanya sayang mereka sudah bayar masa gak dihabiskan."Saya mau menidurkan Darren dulu" bocah kecil itu tertidur saat perjalanan pulang."Hmm,," Deva lantas berlalu menuju kamar sang putra meletakkan perlahan putranya itu di atas tempat tidur.Usai menidurkan sang putra Deva pun kembali ke kamarnya dan sang istri.Saat masuk pandangannya langsung disuguhkan istrinya yang tengah melakukan skincare rutin malamnya.Dengan sambil curi-cur
1 hari sebelumnya. Ceklek,, "Mama,," disusul suara seorang wanita terdengar memanggil Mama. Mama wanita itu pun menoleh, "Ada apa Atika?" ucap sang Mama tanpa menoleh. Dia sudah hafal betul suara siapa itu. Atika berjalan masuk lebih dalam ke kamar sang Mama berdiri di sebelah beliau, badannya mengikuti sang Mama menghadap ke arah lukisan dua orang manusia berbeda gender dengan pose mesra. Atika menatap lukisan tersebut,, "Mama lagi kangen sama Papa ya?" yapp lukisan itu adalah lukisan Mamanya dan Papanya alias kedua orang tuanya. "Hmm,," senyuman sedih timbul di bibir beliau,, "Sudah 25 tahun sejak kepergian Papa kamu dan hari tepat 25 tahun Papa kamu meninggalkan kita, tak terasa ya ternyata sudah selama itu" Atika lantas merangkul bahu sang Mama mengelusnya pelan, "Yang sabar ya Ma" "Bagaimana adik kamu dia sudah selesai siap-siap?" "Sudah Ma tinggal nunggu Mama turun saja,, dia sudah nunggu di mobil" "Baiklah ayo kita berangkat" Kedua pasangan anak dan ibu
Pagi hari.Secercah cahaya menembus sela-sela gorden yang tak tertutup rapat, menganggu tidur seorang perempuan cantik.Enghhh... Dia melenguh perlahan bola mata hitam nan indah miliknya terlihat.Mata Dena sontak melebar merasakan sebuah tangan membelit perut ratanya.Tangan siapa ini? ucapnya dalam hati kaget.Didongakkan kepalanya dan saat melihat siapa yang tengah tidur disebelahnya Dena pun menghela nafas lega.Mas Deva ternyata,, ucapnya dalam hati.Puk,, Dena pun memukul pelan keningnya lanjut bergumam,, "Dena,, bodoh sekali. Kenapa kau jadi lupa kalau sudah menikah" Dipandanginya lekat wajah tampan sang suami. Hidungnya yang mancung, bibir penuh dan bulu mata lentik, sungguh indah ciptaanmu,, Tuhan.Asik mengagumi wajah tampan sang suami Dena tiba-tiba teringat akan sesuatu, matanya sontak melebar."Ishh ngapain sih tiba-tiba keinget kejadian tadi malam" secara perlahan nan penuh kehati-hatian Dena melepaskan belitan tangan sang suami di perutnya.Setelah berhasil dia berdir
Sampai jam 11 malam Deva masih betah duduk di ruangannya di perusahaan, seperti tak ada niatan untuk kembali ke rumah.Dia bukan lagi kerja melainkan hanya melamun di depan kaca besar yang menampilkan pemandangan jalanan kota tempat tinggalnya. Dan karena hal itu pula Yono sebagai asisten pribadi Deva turut serta tak pulang ke rumahnya.Dia ada di ruangan Deva menemani pria itu. Namun dimanakah dia? dia tengah tertidur di atas sofa sambil mengorok.Groookkkkkk,,, Suara ngorok Yono menyentak Deva dari lamunannya saking kencangnya.Pria itu menoleh ke belakang menatap kesal asisten pribadinya itu."Yono!!" seru Deva.Walaupun suara Deva terdengar keras menyerukan namanya tak membuat tidur Yono terganggu.Malah suara mengorok yang keluar dari mulut pemuda itu semakin kencang."Dia pikir ruangan ini rumahnya apa" kesal Deva.Deva berbalik berjalan mendekati sofa tempat Yono tidur lalu menggoyangkan bahu pemuda itu, membangunkannya."Yono,," Enghhhh,,, Bukannya bangun Yono malah hanya
Di kawasan perkantoran, gedung-gedung pencakar langit berdiri kokoh menjulang tinggi, saling berlomba-lomba siapakah yang menjadi paling tinggi.Di salah satu ruangan gedung pencakar langit tersebut bertuliskan ruangan meeting. Seorang pria tengah fokus menatap asisten manager keuangan di depan tengah mempresentasikan laporan keuangan bulan ini.Kemudian beralih pada laporan keuangan berbentuk dokumen di tangannya.Ting.Ponsel di sebelah tangan Deva tetiba berdenting tanda ada sebuah pesan masuk. Awalnya Deva hanya melirik sebentar, berniat mencuekinya karena itu juga bukan pesan dari sang istri melainkan pesan dari nomor asing,, entah nomor siapa itu.Namun tiba-tiba sebuah pesan dari nomor asing tersebut kembali masuk membuat Deva akhirnya agak sedikit penasaran tentang identitas sang pemilik nomor.Tangannya terulur meraih ponsel, "Nomor ini,,?" ucapnya dengan kening berkerut, "Terlihat familiar,," lanjutnya bergumam.Ada 2 pesan, lantas Deva pun membukanya. Orang asing terseb
Di suatu mall.Seorang wanita tengah berjalan mengitari mall, terdapat dua paperbag di masing-masing genggaman tangannya.Dena yang tengah gabut sendirian di rumah pun memilih untuk ke mall. Niatnya sih hanya jalan-jalan saja demi membunuh kebosanannya tapi mau bagaimana lagi, perempuan, gak bisa lihat barang bagus dikit, ujung-ujungnya ada saja yang dibeli.Tapi tak apa suaminya kaya sayy, bukan sombong ya itu kenyataan, xixixi."2 jam keliling mall dapat 2 dress, lumayan" girang Dena,, "Entar aku pamerin ke Mas Deva ahhh,," "Ehhh,," tiba-tiba wajah Dena berubah, matanya melotot terkejut tat kala ingatannya mengingat akan sesuatu,, "Aku belum izin ke Mas Deva kalau mau ke mall" ujarnya kemudian."Aduhh dasar pikun sekali kau Dena" rutuknya pada diri sendiri.Buru-buru Dena merogoh tas berniat mengambil ponsel namun pergerakannya itu sontak terhenti tat kala terdengar suara seseorang memanggil namanya, sumber suara itu berasal dari belakang tubuhnya."Dena,,?" Perempuan itu pun me
Pagi hari.Secercah cahaya menembus sela-sela gorden yang tak tertutup rapat, menganggu tidur seorang perempuan cantik.Enghhh... Dia melenguh perlahan bola mata hitam nan indah miliknya terlihat.Mata Dena sontak melebar merasakan sebuah tangan membelit perut ratanya.Tangan siapa ini? ucapnya dalam hati kaget.Didongakkan kepalanya dan saat melihat siapa yang tengah tidur disebelahnya Dena pun menghela nafas lega.Mas Deva ternyata,, ucapnya dalam hati.Puk,, Dena pun memukul pelan keningnya lanjut bergumam,, "Dena,, bodoh sekali. Kenapa kau jadi lupa kalau sudah menikah" Dipandanginya lekat wajah tampan sang suami. Hidungnya yang mancung, bibir penuh dan bulu mata lentik, sungguh indah ciptaanmu,, Tuhan.Asik mengagumi wajah tampan sang suami Dena tiba-tiba teringat akan sesuatu, matanya sontak melebar."Ishh ngapain sih tiba-tiba keinget kejadian tadi malam" secara perlahan nan penuh kehati-hatian Dena melepaskan belitan tangan sang suami di perutnya.Setelah berhasil dia berdir
1 hari sebelumnya. Ceklek,, "Mama,," disusul suara seorang wanita terdengar memanggil Mama. Mama wanita itu pun menoleh, "Ada apa Atika?" ucap sang Mama tanpa menoleh. Dia sudah hafal betul suara siapa itu. Atika berjalan masuk lebih dalam ke kamar sang Mama berdiri di sebelah beliau, badannya mengikuti sang Mama menghadap ke arah lukisan dua orang manusia berbeda gender dengan pose mesra. Atika menatap lukisan tersebut,, "Mama lagi kangen sama Papa ya?" yapp lukisan itu adalah lukisan Mamanya dan Papanya alias kedua orang tuanya. "Hmm,," senyuman sedih timbul di bibir beliau,, "Sudah 25 tahun sejak kepergian Papa kamu dan hari tepat 25 tahun Papa kamu meninggalkan kita, tak terasa ya ternyata sudah selama itu" Atika lantas merangkul bahu sang Mama mengelusnya pelan, "Yang sabar ya Ma" "Bagaimana adik kamu dia sudah selesai siap-siap?" "Sudah Ma tinggal nunggu Mama turun saja,, dia sudah nunggu di mobil" "Baiklah ayo kita berangkat" Kedua pasangan anak dan ibu
Pintu kayu besar dengan ukiran-ukiran mewah itu terbuka."Ahh kenyang, makanan malam ini enak banget" desah Dena sembari mengelus perut ratanya.Mereka baru pulang dari makan malam, mereka habis makan di restoran all you can eat di salah satu mall.Bagaimana gak kenyang orang dia saja tadi ambil daging sampai 10 piring, belum lagi desert dan yang lainnya, ucap Deva dalam hati tak berani dia mengucapkannya secara langsung bisa ngambek nanti istrinya.Secara tidak langsung dia mengatai istrinya itu rakus.Yahh memang,, mana semua yang dia ambil habis lagi katanya sayang mereka sudah bayar masa gak dihabiskan."Saya mau menidurkan Darren dulu" bocah kecil itu tertidur saat perjalanan pulang."Hmm,," Deva lantas berlalu menuju kamar sang putra meletakkan perlahan putranya itu di atas tempat tidur.Usai menidurkan sang putra Deva pun kembali ke kamarnya dan sang istri.Saat masuk pandangannya langsung disuguhkan istrinya yang tengah melakukan skincare rutin malamnya.Dengan sambil curi-cur
"Dena saya pulang!" seru Deva begitu langkah kakinya membawanya memasuki rumah.Dari arah berlawanan nampak Dena berjalan mendekat berhenti di depan sang suami, sigap mengambil tas kerja dan juga jasnya.Bibirnya terkatup rapat tak mengatakan sepatah kata apapun kemudian langsung berlalu memasuki kamar begitu saja."Dia masih marah ya? saya kira sudah tidak marah lagi setelah tadi siang telfon ternyata masih marah toh" gumamnya."Hah, saya harus apa agar Dena tak marah lagi?" gumamnya lagi.Kemudian Deva mengikuti langkah sang istri memasuki kamar mereka.Saat masuk Dena yang semula duduk di sofa tengah sibuk dengan ponsel di tangannya sontak bangkit lalu berjalan keluar dari kamar.Dia tengah menghindari Deva."Hahhh,,," helaan nafas kasar otomatis keluar dari bibir Deva.Rasanya gelisah melihat istrinya tengah marah seperti itu tetapi dia juga bingung sebenarnya apa kesalahannya sampai-sampai membuat istrinya semarah itu? Deva memijit keningnya yang tiba-tiba terasa pening....
Dena meraih kunci mobil gegas berjalan menuju pintu rumah sembari menempelkan ponsel di telinga."Mas aku yang jemput Darren ya hari ini" ternyata dia menghubungi sang suami untuk memberitahukan bahwa hari ini dirinyalah yang akan menjemput anak mereka.Tut... Kemudian Dena pun menutup panggilan setelah mendapat persetujuan dari suaminya.Usai masuk mobil pun melaju meninggalkan halaman rumah menembus jalanan menuju sekolah sang putra sambung....Sewaktu mobil Dena tiba di sekolah bertepatan pula dengan sebuah mobil merah yang terlihat familiar juga tiba, berhenti tepat di belakang mobil Dena.Kedua pintu mobil terbuka secara bersamaan, secara bersamaan pula turun dua orang perempuan dari dalamnya.Kemudian tanpa sengaja tatapan mereka bertemu."Kamu,," ucap mereka berbarengan. Setelah itu mereka saling melengos, sudah seperti musuh saja."Mendingan kamu pulang sekarang dehh Darren akan pulang dengan aku" ucap Atika membuka suara duluan."Hahaha,, kita lihat saja siapa yang bakal D
Waktu hampir memasuki waktu istirahat namun Deva masih sibuk dengan pekerjaannya, tumpukan dokumen terlihat di depannya.Tiba-tiba suara keributan terdengar di depan ruangannya dan hal itu sukses membuat Deva terganggu.Ceklek,, Tetiba pula pintu ruangannya dibuka tanpa diketuk terlebih dahulu.Siapa sih orang tak sopan ini,, batin Deva kesal."Mas,," panggil si pembuat keributan itu.Dahi Deva mengerut mengetahui siapa pembuat keributan itu,, "Sherly!" panggilnya.Dan ternyata dia adalah Sherly mantan adik ipar Deva."Maaf Pak ibu ini memaksa untuk masuk" ucap sekretaris Deva."Kamu keluarlah Novia biarkan saja dia di sini!" perintah Deva."Baik Pak" sebelum pergi sekretaris Deva itu sedikit membungkukkan badan ke arah sang atasan."Ada keperluan apa kamu ke sini Sherly?" tanya Deva begitu mereka hanya berdua di dalam ruangan pria itu.Dengan senyuman termanisnya Sherly berjalan mendekati mantan kakak iparnya itu,, "Tadaaaa,," ucapnya sembari memamerkan tas bekal di tangannya,, "A