Share

Bab 8. Little Catra

Penulis: Ira Riswana
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-28 14:15:39

Catra masuk kedalam ruangannya disambut kehebohan Abhi saat melihat Catra menggendong Dean.

Abhi yang awalnya sedang duduk di kursi kebesaran Catra, langsung berdiri dan berjalan kearah Catra yang datang sambil membawa Dean di pangkuannya.

"Wah ... wah ... wah ... " seru Abhi sambil bertepuk tangan. "Benar-benar little Catra. Lihatlah bagaimana cara dia menatap uncle, nya. Sama persis seperti kamu, Catra." Lanjut Abhi saat melihat Dean menatap Abhi dengan tatapan dingin seperti mengintimidasinya.

Biasanya anak 2 tahun akan menangis saat bertemu dengan orang baru. Namun Dean berbeda. Dia terlihat sedang memprovokasi lawan bicaranya. Benar-benar gambaran seorang Catra. Wajahnya boleh mirip Gisa, namun segala sifatnya menurun dari Catra.

"Ckk ... cepat bilang, ada hal penting apa yang ingin kamu sampaikan?!" tanya Catra sedikit menggerutu pada Abi sambil mendudukan Dean di sofa ruangannya.

"Hay boy. Nama kamu siapa?" tanya Abhi pada Dean sambil mencubit pipi chubby Dean dengan gemas. Abhi mengabaikan pertanyaan Catra.

Dean menatap tajam Abhi saat Abhi mencubit pipinya kemudian dia usap bekas cubitan tangan Abhi. Dean menjulurkan tangan kanannya pada Abhi. "Deankala," ucapnya dengan pelapalan yang belum sempurna.

"Wow nama yang keren!" seru Abhi sambil meraih tangan Dean yang terulur.

"Abhi ... " panggil Catra kembali.

"Oke, " jawab Abhi kemudian mendudukan diri di sofa. "Sebaiknya kita bicara di sana," ajak Abhi sambil menunjuk pojok ruangan yang sedikit jauh dari tempat Dean.

Catra berjalan menuju meja untuk membawa tas yang berisi pakaian dan alat gambar Dean. Catra mengeluarkan alat gambar tersebut agar Dean tidak jenuh saat menunggunya.

"Dean, Daddy harus diskusi dulu sama uncle Abhi. Dean tunggu Daddy disini, ya!" jelas Catra pada Dean sambil memberikan alat gambar milik Dean. Dean hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Mana ngerti anak 2 tahun tentang diskusi," cibir Abhi pada Catra. "Bahasa kamu terlalu berat untuk anak umur 2 tahun, Catraaa ... " lanjut Abhi.

"Ckk ... dia mewarisi otakku Abhi, jangan samakan dengan otak kamu saat berumur 2 tahun." Sombong Catra sambil berjalan menuju pojok ruangan.

Abhi memutar bola matanya jengah. "Semoga saja kesombongan Daddy-nya tidak menurun pada anaknya," batin Abhi.

"Ada apa?" tanya Catra kembali.

"Tentang 3 tahun yang lalu," ucap Abhi terjeda. "Gista mengalami kecelakaan saat pulang dari bandara yang menyebabkan dia kehilangan ingatannya." Lanjut Abhi.

"Teruskan," pinta Catra. Catra menundukan kepalanya dengan tangan sebelah kanan bertumpu pada batang kaca lebar yang menghadap langsung ke keramaian kota. Abhi berdiri di samping Catra dengan memasukan kedua tangannya pada saku celana.

Abhi menarik nafas sebelum melanjutkan ceritanya. "Ingatan yang Gista lupakan, hanya ingatan dari 2 bulan kebelakang ... " jedanya. "Termasuk, ingatan saat kalian bersama," lanjutnya pelan.

"Oke, stop!" pinta Catra pada Abhi sambil mengangkat tangannya. "Untuk hari ini cukup sampai itu saja aku tau faktanya," lirih Catra.

"Oke no problem Catra, santai saja masih banyak waktu untuk mengetahui fakta keseluruhannya," ucap Abhi sambil menepuk bahu Catra kemudian bergabung bersama Dean yang tengah menggambar.

Catra masih mematung ditempatnya. Dia arahkan pandangannya menerawang sudut kota yang ramai sore ini. Dia langkahkan kakinya menghampiri Dean yang saat ini tengah fokus pada buku gambarnya.

"Ayo pulang," ajak Catra pada Dean.

Dean mendongak menatap netra Catra. Kemudian Dean tersenyum sambil mengangguk pelan. Senyuman Dean menular. Tanpa sadar Catra juga tersenyum membalas senyuman anaknya. 

Abhi yang menyaksikan interaksi antara ayah dan anak itu ikut terharu dengan perubahan sahabatnya. Bahkan 3 tahun terakhir ini Abhi sangat langka melihat senyum Catra. Dia bersyukur Gisa dan Dean bisa kembali mengisi hari-hari Catra yang kosong sebelumnya.

Catra menggandeng tangan mungil Dean untuk dia ajak keluar dari kantornya. Mereka berdua masih menjadi pusat perhatian karyawan kantor. Dean tidak terlihat risih. Dia berjalan dengan tenang dan berkarisma. Catra sendiri bangga melihat keberanian anaknya menghadapi banyak orang. "Ini baru anak Daddy," batin Catra bangga.

***

Saat ini Catra dan Dean sedang berada di salah satu pusat perbelanjaan yang cukup mewah. Catra berniat membeli beberapa pakaian untuk Dean. Catra tidak membawa banyak pakaian dari rumah Gisa.

Catra masuk kedalam toko khusus yang menjual baju-baju anak dengan brand ternama. Catra meminta Dean memilih beberapa pakaian yang dia sukai dan sisanya meminta pegawai toko untuk membungkus pakaian yang cocok untuk anaknya.

Dean mengambil 3 pakaian berbeda. Semua yang dia ambil adalah warna-warna yang selalu Catra pakai juga. Hitam, abu dan putih. Ya, sepertinya perihal pakaian pun mereka memiliki selera yang sama.

Catra juga mengajak Dean makan di restoran favoritnya. Catra memperhatikan cara Dean makan. Dia makan dengan begitu elegan. Untuk anak berumur 2 tahun bahkan dia sudah mahir menggunakan pisau dan garpu. Catra dapat mendengar pujian yang orang-orang lontarkan untuk anaknya. Benar-benar layak menjadi pewaris Ganendra pikirnya. Catra salut pada pola asuh yang Gisa ajarkan pada Dean.

"Daddy," bisik Dean sambil mencodongkan tubuh mungilnya pada kursi Catra.

"Yes baby," jawab Catra sambil melakukan hal yang sama.

"Mau pipis," bisiknya kembali.

"Dean mau pipis?" tanya Catra kembali. Dean mengangguk sebagai jawaban.

"Oke, let's go," jawab Catra sambil menggendong Dean menuju toilet restoran.

Mereka sampai didepan toilet khusus pria. "Daddy, stop. Dean bisa sendili," pinta Dean sambil melorotkan tubuhnya dari gendongan sang ayah.

Catra mengerutkan keningnya. "Dean yakin bisa sendiri?" tanya Catra pada anaknya.

Dean mengangguk dengan antusias. "Mommy bilang, Dean halus belajal ke toilet cendili. Kalau Dean pelgi cama Mommy, mommy celalu nungguin Dean di depan toilet," jelas Dean dengan pelapalan yang menggemaskan menurut Catra.

Catra tersenyum hangat sambil mengusap kepala anaknya dengan sayang. Catra paham, Gisa tidak mungkin masuk kedalam toilet pria untuk menemani Dean buang air kecil. Sehingga hal seperti ini sudah menjadi hal biasa untuk Dean. Catra juga sedih, diusianya yang masih 2 tahun Dean harus hidup tanpa pigur seorang ayah.

Sambil menunggu Dean didalam toilet, Catra menghubungi Abhi. Catra mencari tempat yang sedikit lebih sunyi untuk menelpon. Dia berbicara dengan Abhi cukup lama. Dia meminta Abhi menyiapkan beberapa dokumen untuk persiapan pernikahannya. Catra melupakan anaknya yang saat ini tengah kebingungan mencari keberadaan sang ayah.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Sri Wahyuni
umur 2 thn udah bsa pegang pisau garpu...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Mendadak Dinikahi CEO Tampan   Bab 9. Menikah Hari Ini !!

    Catra ketar ketir mencari keberadaan anaknya. Ia masuk kedalam toilet, namun nihil Dean tidak ditemukan didalam sana. Catra kemudian berlari menuju restoran. Disana pun tak ditemukan sosok Dean. Catra bertanya kepada orang-orang yang ada di dalam restoran, mereka yang melihat Dean mengatakan kalau Dean keluar dari dalam restoran. Catra mencoba untuk tenang. Dia menelpon salah satu bodyguard yang selalu mengikuti Catra kemanapun Catra pergi. Bodyguard tersebut masuk kedalam mall untuk mencari Dean serta meminta rekaman Cctv dari pengelola mall. Sementara Catra terus mencari di sekitar restoran. Catra sudah frustasi. Bagaimana kalau Gisa tau bahwa anaknya hilang? Catra yakin, Gisa bukan hanya membatalkan pernikahan mereka saja tapi juga akan membunuh Catra. Orang-orang yang tau siapa Catra menatap kagum pria yang terlihat sedang panik itu. "Dean, maaf ... Daddy bahkan tidak becus menjaga kamu!" lirih Catra dengan kedua tangannya ia simpan di pinggang dan kepala

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-29
  • Mendadak Dinikahi CEO Tampan   Bab 10. Meminta Restu.

    Saat ini Catra tengah berdiri di depan sebuah pintu ruang rawat inap seseorang. Catra menarik nafasnya dalam sebelum masuk kedalam ruangan tersebut. Catra mengetuk pintu pelan. Terdengar jawaban dari dalam ruangan tersebut. Catra masuk dengan disambut tatapan penuh tanya perempuan paruh baya yang tengah berbaring diatas ranjangnya. Saat ini Catra sedang menemui Serravina, yang selama 3 tahun terakhir sudah merawat Gisa dan Dean sang anak. Serravina merupakan adik dari Arsita, mendiang ibunya Gisa. Nama depan Gisa sendiri diambil dari gabungan nama ayah dan ibunya, Nirwan dan Arsita. Catra mendekat kearah Bibi Sera kemudian membungkuk hormat. Bibi Sera mengerutkan dahinya bingung melihat seorang pria yang tidak dia kenal langsung membungkuk hormat padanya. Namun tak urung Bibi Sera pun membalas dengan membungkukkan tubuhnya setelah dia mendudukkan bokongnya diatas ranjang. Serravina dipindahkan pagi tadi atas perintah Catra semalam. Rencananya Catra ak

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-02
  • Mendadak Dinikahi CEO Tampan   Bab 11. Tempat Baru.

    Pagi-pagi sekali Catra sudah meninggalkan ruangan tempat dia menghabiskan malam pertamanya bersama Gisa. Bukan di hotel ataupun resort mewah di sebuah pulau, tetapi di rumah sakit tempat Gisa dirawat. Malam pertamanya pun tidak seperti pasangan lainnya yang dipenuhi dengan desahan dan erangan. Malam pertama Catra dan Gisa, mereka habiskan dengan tidur di tempat masing-masing. Gisa diatas ranjang bersama Dean, sementara Catra tidur diatas sofa bed. Baik Gisa maupun Dean, mereka masih terlelap saat Catra meninggalkan ruang rawat inap tersebut. Pagi ini Catra ada meeting penting dengan beberapa klien. Rencananya Gisa akan keluar rumah sakit siang ini. Sebelum meninggalkan rumah sakit tersebut, Gisa berniat untuk menemui bibinya terlebih dahulu. "Mommy sudah cembuh?" tanya Dean saat melihat Gisa sudah berjalan tanpa kursi roda. "Ya, Mommy sudah sembuh!" jawab Gisa mencoba membenarkan perkataan Dean. "Dean ikut Mommy ketemu nenek ya," ajak Gisa pad

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-04
  • Mendadak Dinikahi CEO Tampan   Bab 12. Kecupan Tiba-tiba

    Tangan Catra dia letakan disisi kanan dan kiri meja. Sementara tubuh Gisa terpenjara di tengah-tengah tangan Catra. Dia mencondongkan tubuhnya, kedepan badan Gisa. Gisa menahan dada Catra dengan kedua tangannya. "Pak ... a ... Anda mau apa?" tanya Gisa tergagap dengan jantung yang bertalu kencang. Catra menyeringai dengan seringai yang cukup membuat Gisa ketakutan dan semakin mengeratkan tangannya pada dada Catra. Gisa bahkan dapat merasakan tekstur padat dari dada bidang Catra yang sedang disentuhnya. Gisa memejamkan kedua matanya saat tubuh Catra semakin menempel dan menekan tubuh bagian depan dari Gisa. Sekiranya Catra akan meminta haknya malam ini, Gisa hanya bisa pasrah. Dia teringat kembali nasehat dari bibinya tadi pagi yang meminta Gisa bertindak sebagaimana seorang istri harus bertindak. Namun setelah beberapa saat, yang Gisa rasakan tubuh kekar Catra menjauh, "Nnnngggg" suara bising dari alat pengering rambut yang Gisa dengar kemudia

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-10
  • Mendadak Dinikahi CEO Tampan   Bab 13. Sisi Lain Seorang Catra.

    Pagi-pagi sekali Gisa terbangun dari tidur lelapnya. Semalam Gisa sempat mengkhawatirkan Dean yang mulai tidur terpisah dengannya. Namun saat melihat Cctv yang tersambung pada monitor di kamarnya, Gisa dapat tidur dengan tenang saat dilihatnya Dean langsung tertidur pulas walau harus tidur ditemani Bu Bertha. Selain mengkhawatirkan Dean, Gisa juga belum terbiasa dengan kebiasaan barunya karena harus tidur bersebelahan dengan Catra. Pengetahuan baru Gisa tentang Catra suaminya adalah, Catra si gila kerja yang saat waktunya tidur pun' dia akan membawa MacBook nya keatas tempat tidur dan mulai memeriksa ulang pekerjaannya. Gisa beranjak dari tempat tidur untuk pergi mencuci wajah dan mengganti pakaiannya. Namun kemana suaminya pergi saat jam masih menunjukkan pukul 6 pagi? Saat bangun tidur, Gisa mendapati dirinya hanya seorang diri di atas tempat tidur mewahnya. Setelah membereskan tempat tidur dan menyiapkan pakaian kerja untuk Catra, Gisa pergi menuju

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-10
  • Mendadak Dinikahi CEO Tampan   Bab 14. Dua Kepribadian.

    Gisa dan Dean sudah siap didepan meja makan masing-masing. Gisa duduk di kursi sebelah tempat Catra nanti akan duduk. Sementara Dean duduk di high chair baru miliknya yang sudah Catra persiapkan sebelum Dean tinggal dirumahnya. Gisa juga sudah rapih dengan setelan kerjanya. Hari ini Gisa memakai Kemeja kuning yang di kombinasikan dengan flared shirt dengan panjang sebetis warna putih dan Stiletto yang senada dengan warna pakaiannya. Rambut Gisa selalu dia gerai guna menutupi tato yang ada di belakang lehernya. Mereka belum memulai sarapan karena masih menunggu Catra yang masih sibuk didalam ruang kerja miliknya yang ada di lantai dua. Saat Gisa akan bangkit untuk memanggil suaminya, Catra keluar dari dalam lift dengan menenteng tas kerja beserta sehelai dasi yang masih berada didalam genggamnya. Catra letakan tas dan dasi tersebut diatas kursi kosong di sebelahnya. Gisa menyajikan makanan yang sudah dia buat tadi pagi, kemudian diletakkannya didepan m

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-10
  • Mendadak Dinikahi CEO Tampan   Bab 15. Bekas Lipstik.

    "Aaa ... Anda_" kalimatnya terpotong karena bibir Gisa langsung dibungkam oleh bibir lembut Pria yang aroma parfumnya cukup familiar bagi Gisa. Parfum beraroma Woody yang memberi kesan maskulin dan lembut. Dia adalah Catra Ganendra, CEO yang mengusirnya dari ruang rapat tanpa belas kasihan. Bibir Catra terus mencium bibir mungil Gisa dengan rakusnya. Merasa tidak ada respon dari Gisa, Catra menggigit bibir bagian bawah Gisa. Secara otomatis mulut Gisa terbuka dan Catra mulai membelit kan lidahnya dan mengabsen setiap titik yang ada di sana. Gisa memejamkan matanya menikmati setiap sentuhan suaminya. "Mmmh ... " lenguh Gisa saat tangan Catra mulai masuk kedalam kemeja kerja miliknya. Gisa dengan reflek mendorong tubuh kekar Catra setelah dirasa hampir kehabisan oksigen. "Jangan," tolak Gisa. "Bagaimana kalau ada yang masuk," desisinya pelan. Catra mendudukan sebagian bokongnya pada wastafel. Dia raih tubuh Gisa untuk berdiri di hadapannya dengan kedua

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-10
  • Mendadak Dinikahi CEO Tampan   Bab 16. Posesif.

    Sekarang sudah masuk jam makan siang. Setelah menyelesaikan pekerjaannya, Gisa langsung pergi menuju ruangan Catra, setelah tadi mendapat panggilan telpon dari Novera, sekertaris Catra yang memintanya datang saat jam makan siang. Tampak sang sekertaris saat ini tengah duduk di depan meja kerja dekat ruangan Catra. Sesaat sebelum menghadap Novera, Gisa merapihkan kembali penampilannya dengan menepuk beberapa bagian setelan kerja miliknya yang terlihat sedikit kusut. Setelah dirasa penampilannya sudah cukup rapih, Gisa berjalan dan berhenti di depan meja kerja sekertaris pribadi suaminya. "Selamat siang," sapa Gisa lembut pada Novera yang tengah sibuk membereskan sesuatu. Novera menghentikan aktivitasnya. Dia mengerjapkan matanya saat dilihatnya Gisa sudah ada dihadapannya. "Bu," sapa Novera sopan, sambil bangkit dari tempat duduknya kemudian membungkuk hormat. Aura Gisa memang tidak bisa ditolak. Dia selalu bersinar di manapun dia berada. Seketika Gisa

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-10

Bab terbaru

  • Mendadak Dinikahi CEO Tampan   Bab 153. Reandara Kamandaka Ganendra.

    Saat ini sudah pukul tiga dini hari. Gisa tengah tertidur pulas, ditemani Kayanna dan Abhinav yang tidak di ijinkan pulang oleh Catra. "Anna," panggil Catra sambil sedikit menggoyangkan tubuhnya agar bangun. "Mmmmhhhh ... " gumam Anna pelan. "Bangun!" "Kenapa sih, bang?" kesal Anna yang merasa tidurnya terganggu. "Abang pulang dulu. Kalau ada apa-apa bangunkan Abhi dan langsung hubungi Abang." Kayanna mengucek matanya sambil menatap jam dinding yang ada di ruangan Gisa. "Astaga Abang ... ini pukul tiga dini hari. Kenapa tidak pulang besok saja sih?" "Abang harus pulang sekarang. Besok pagi Abang ke sini sekalian membawa Dean," "Ya sudah. Hati-hati," Anna kembali tidur, sementara Catra pergi menuju parkiran dan pulang ke rumah Gisa. Kurang dari setengah jam, Catra sampai di rumah Gisa sambil menenteng goodie bag berisikan pakaian ganti miliknya. Begitu sampai, dia pergi menuju kamar Gisa kemudian mandi dan berganti pakaian. Setelah di rasa sudah bersih, Catra bergegas pergi me

  • Mendadak Dinikahi CEO Tampan   Bab 152. Welcome baby number two.

    Catra memasuki ruang operasi lengkap dengan baju steril biru telor asinnya. Walaupun sebagian wajahnya tertutupi masker, namun semua orang tau kalau pria tersebut adalah ayah dari anak yang akan mereka tolong kelahirannya itu. Sesaat para petugas medis membeku, tersihir dengan ketampanan Catra. Tubuh tinggi mendulang, mata tajam dengan bola matanya yang indah. Sungguh, jauh lebih tampan dari pada yang mereka lihat di televisi ataupun surat kabar. "Mom," sapa Catra sambil mengusap dan mengecup kening Gisa. Selanjutnya Catra berdiri di samping kiri Gisa. Gisa yang tengah memejamkan mata, kemudian membuka kedua matanya, kala mendengar sapaan lembut dari sang mantan suaminya itu. Dia berusaha tersenyum, ditengah ketegangannya. "Apa mommy sudah cantik?" tanya nya pada Catra. "Selalu. Mommy selalu jadi yang tercantik," jawab Catra membuat pipi Gisa memerah karena malu. "Daddy serius! Mommy gak mau bertemu baby dengan keadaan yang berantakan!" jelas Gisa. Catra tersenyum. "Tapi Daddy

  • Mendadak Dinikahi CEO Tampan   Bab 151. Menyembunyikan kegelisahan.

    Dengan segala kepanikan yang terjadi pada semua orang, akhirnya Gisa berhasil dievakuasi menggunakan helikopter yang didatangkan langsung dari kediaman Ganendra. Gisa di bawa menuju RS tempat dokter Rumi bekerja. Sungguh beruntung saat kejadian dokter Rumi ada di sana. Semua acara yang sudah di rencanakan, tidak berjalan sebagaimana mestinya. Acara gender reveal, gagal. Lamaran? Tentu saja gagal juga. Bahkan cin-cin lamarannya masih tertanam di dalam kue yang belum sempat di potong oleh Gisa. Ditengah kepanikan semua orang, hanya Gisa lah satu-satunya yang terlihat tenang. Dia sibuk memperbaiki riasan wajahnya, sambil sesekali menenangkan anggota keluarganya yang lain. Gisa memalingkan wajah, menatap Catra yang tengah melipat kedua tangannya. Catra tidak banyak bicara. Dari awal hanya diam, sambil sesekali memperhatikan Gisa. Ditengah diamnya tersebut, semua orang tau kalau Catra tengah diliputi kegelisahan. Catra menutup mata, sambil menghembuskan nafasnya secara kasar. Selanjutny

  • Mendadak Dinikahi CEO Tampan   Bab 150. Tragedi di tengah pesta.

    Acara inti dari pesta Gender reverral akan segera dimulai. Semua tamu sudah berkumpul sesuai team yang mereka pilih. Team biru berdiri di sebelah kanan, dan tim merah muda, berdiri di sebelah kiri. Semua orang terlihat begitu antusias menunggu momen mendebarkan tersebut. Tidak terkecuali dengan Catra yang terlihat cemas, dan tegang. Gisa yang menyadari kegugupan yang di rasakan oleh Catra, lantas bertanya kepadanya. "Daddy, are you oke?" tanyanya. Catra tersenyum, mencoba meredam kegugupannya. Dia mengusap pipi Gisa, "It's oke. Daddy terlalu excited menunggu momen ini," dusta Catra. Pada kenyataannya, dia gugup menunggu momen lamarannya. Dia takut semua tidak berjalan sebagaimana yang sudah Catra bayangkan sebelumnya. Perihal jenis kelamin anaknya, Catra tidak terlalu mempermasalahkannya. Mau yang lahir anak laki-laki ataupun perempuan, dia akan tetap menyambut buah hatinya itu dengan penuh suka cita. "Mom, sebentar. Daddy ke kamar mandi dulu," ijin Catra pada Gisa. Dia perlu menen

  • Mendadak Dinikahi CEO Tampan   Bab 149. Gisa si pemaaf.

    Dari lantai atas villa, Gisa turun ditemani Catra yang berjalan di sampingnya. Wajah Catra terlihat tegang, namun tak mengurangi ketampanannya. Dia mengenakan kemeja baby blue, yang bagian tangannya dia gulung sebatas sikut. Sudah tau kan, Catra masuk team mana? Berbeda dengan Catra, Gisa justru menggunakan dress berwarna baby pink. Sebuah dress cantik, bermodel tutu dress, yang panjangnya hanya sebatas lutut. Malam ini, Gisa terlihat manis sepeti seorang balerina. Dia berhasil menjadi pusat perhatian orang-orang yang datang ke pesta. Dari sudut ruangan, seseorang menatap Gisa dengan penuh kerinduan. Dari sudut matanya, beberapa air mata, menetes tanpa seizinnya. "Tos, kita satu team!" celetuk Abhi, saat Gisa sampai di lantai bawah, tempat berlangsungnya acara. Abhi menggunakan kemeja merah muda, sama seperti Gisa. Gisa tersenyum, sementara Catra mendelik sambil berdecak seperti biasanya. "Ckk ... " "Kenapa kak Abhi memilih warna merah muda?" tanya Kayanna yang datang menghampiri

  • Mendadak Dinikahi CEO Tampan   Bab 148. Tamu tak terduga.

    Acara yang ditunggu-tunggu oleh keluarga besar Ganendra, akhirnya terlaksana. Semua persiapan di lakukan dari jauh-jauh hari. Di usia ke delapan bulan kehamilannya ini, tidak banyak yang Gisa pinta. Cukup sehatkan dan lancarkan sampai saat lahirannya tiba. Namun, pada akhirnya Gisa menyetujui permintaan kakek dari mantan suaminya itu, untuk mengadakan sebuah pesta perayaan kehamilan. Kebetulan jenis kelamin dari anaknya belum di ketahui, Gisa dan Catra memutuskan untuk mengadakan gender reverral party, dengan hanya mengundang kerabat terdekatnya saja. Tujuan kakek Brahmana meminta mengadakan pesta ini, tidak lain sebagai bentuk penebusan dosanya di masa lalu. Saat mengandung Dean, Gisa mengalami banyak penderitaan. Kakek berharap, dengan diadakannya pesta ini, dapat menggantikan memori masa lalu Gisa yang menyakitkan, dengan kenangan penuh kebahagiaan dari orang-orang terdekat dalam menyambut anggota keluarga baru yang sangat dinantikan kehadirannya itu. Acara itu sendiri, diadaka

  • Mendadak Dinikahi CEO Tampan   Bab 147. Rencana Gender Reveal

    Dengan wajah menahan kesal, pada akhirnya Catra tetap mengikuti Gisa untuk masuk kedalam hotel. "Kenapa harus di hotel?" pikir Catra dalam hatinya. Tidak jauh berbeda dengan Catra, disepanjang jalan menuju tempat pertemuannya, Gisa pun memasang wajah cemberut. Dia malu dengan orang-orang yang menatapnya dengan tatapan heran. Bagaimana tidak heran, Gisa mengenakan setelan olahraga dipadukan dengan Stiletto dan tas pesta yang berkilau. Setelah keduanya berjalan di tengah keheningan, akhirnya mereka sampai di tempat yang menjadi tujuan Gisa. Sebuah restoran mewah, di lantai atas hotel. Catra tersenyum kecil, mentertawakan pikiran kotornya sendiri. "Oh ... di sini," celetuk Catra membuat Gisa menatapnya dengan tatapan tajam. "Ya! Menurut Daddy," Gisa mengangkat jari kemudian menunjuk dirinya sendiri. "Apa pantas memakai pakaian seperti ini saat masuk kedalam?" tanya Gisa sinis. "Tidak masalah. Mommy datang dengan piyama pun, tidak akan ada yang berani menegur mommy," jawab Catra denga

  • Mendadak Dinikahi CEO Tampan   Bab 146. Ganti Kostum.

    Novera sudah berlalu beberapa langkah dari hadapan Catra yang saat ini masih mengumpat, mengutuk Novera, yang sudah menghancurkan kegiatan intim dari bos-nya itu. Novera dengan terpaksa harus kembali ke hadapan Catra, dengan konsekuensi amarah dari bos-nya itu akan meledak kembali, begitu melihat dirinya. "Apalagi sekarang?!" Seperti dugaan Novera sebelumnya, Catra menaikan nada suaranya, begitu melihat Novera kembali. "He ... he ... " Novera tersenyum kaku, sambil tangannya sedikit menggaruk leher bagian belakangnya. "Sepuluh menit lagi kita ada rapat, pak!!" ucap Novera dalam satu tarikan nafas. Dengan cepat Novera membungkuk hormat, dan bergegas pergi sebelum Catra benar-benar mengeluarkan sumpah serapahnya. Catra memejamkan mata, sambil menghembuskan nafasnya secara kasar. Mood dia hari ini benar-benar hancur. Dia sudah cukup lelah, sehingga melupakan rapat yang sudah diaturnya dari jauh-jauh hari. Sebuah tangan lembut, menepuk punggungnya dengan pelan, seakan-akan tengah menen

  • Mendadak Dinikahi CEO Tampan   Bab 145. Novera sang penyelamat.

    Sebelum membaca bab ini, harap baca ulang bab sebelumnya. ^^ *** Peletak! Catra menyentil dahi Gisa menggunakan telunjuk dan ibu jari yang dia lipat. "Gila mommy bilang?" tanya Catra. Nada bicaranya sudah lebih lembut daripada sebelumnya. Catra kemudian mengusap kepala Gisa dengan lembut. Tubuh Catra sedikit condong ke depan, menatap manik coklat milik Gisa. "Ya. Sepertinya Daddy memang gila. Daddy gila karena berpisah dengan, mommy," ucap Catra terdengar seperti sebuah gombalan. Sejak kapan seorang Catra yang terkenal dingin, sudi melontarkan gombalannya di tempat seperti ini? Entahlah. Hanya dia dan Tuhan yang tau. Gisa mengerutkan kening, melihat perubahan Catra yang tiba-tiba. "Sepertinya lift ini berhantu. Kenapa si keras kepala ini berubah lembut dalam beberapa saat saja?" batin Gisa berbicara pada dirinya sendiri. Bagaimana tidak heran, beberapa waktu yang lalu, saat mereka berdua bercerai, Catra terkesan dingin dan tidak ramah dengan Gisa. Tapi saat ini, Catra kembali pad

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status