Gilang menyibukkan dirinya dengan tumpukan pekerjaan yang harus diselesaikannya segera di tengah rasa rindu yang menyiksa dirinya. Untuk menghubungi Ara saja dia tidak ada waktu. Begitu juga dengan Ara yang tidak pernah lagi menghubungi Gilang, seakan menambah derita bagi Gilang.
Seperti hari ini Gilang terlihat sangat fokus dengan pekerjaannya. Disaat dia sedang fokus, ketukan di pintu membuyarkan konsentrasinya. Karina masuk dengan wajah pucat karena takut. Gilang menatap tajam pada Karina yang mengganggu konsentrasinya.
“Saya sudah bilang jangan ganggu saya selama 3 jam kedepan, apa kamu enggak mengerti?” bentak Gilang pada Karina dengan tatapan yang hendak membunuh gadis itu, hingga Karina bergidik ngeri.
“Ma….maaf pak, sayang tidak bermaksud begitu. Itu ada tamu,” jawab Karina dengan suara bergetar dan tubuh yang gemetar.
“Hari ini saya tidak menerima tamu, kamu keluar sekarang!!” jawab Gilang dengan suara m
Ara tampak sibuk di galeri lukisannya. Besok dia harus berangkat ke Paris untuk menghadiri undangan pameran lukisan disana. Beberapa lukisannya juga masuk nominasi disana. Ara mempersiapkan semuanya dengan hati hati. Dia tidak ingin ada kesalahan sedikitpun saat sampai disana nantinya.Drt! Hape Ara berdering.“Halo…,” sahut Ara saat mengangkat teleponnya.“…………..”“Di Galeri, Vin,”“……………..”“Baiklah. Kamu sama siapa?”“…………….”“Oke. Aku tunggu di galeri. Sekalian bawakan makan siang, Vin.”“………..”Ara melanjutkan pekerjaannya setelah menutup sambungan teleponnya dengan Kevin. Kevin dan Carista akan datang untuk membantu berkemas kemas.Satu jam kemudian terdengar suara mobil memasuki hal
“Bagaimana kabar Diana?” tanya Ara saat teringat dengan calon istri Gilang.“Jangan tanya kabar orang lain jika kita sedang berdua. Aku hanya ingin membahas tentang kita bukan tentang Diana.”“Aku pikir kalian sudah menikah,” ucap Ara.“Tinggal dua bulan lagi, Kia. Setelah itu semuanya akan beres dan akan membuat aku lega.”“Semoga berjalan lancar, Lang. Semoga sesuai dengan yang kamu harapkan,” bisik Ara.“Udah deh. Jangan bahas hal itu. Aku jadi mellow kalau membahas hal tersebut,” sahut Gilang.“Kamu mengapa bisa sampai di sini?” tanya Gilang yang penasaran mengapa Ara bisa berada di kota ini.“Ya pastinya sama pesawat lah, Lang. Enggak mungkin juga aku jalan kaki kesini,” ucap Ara seraya tertawa lebar hingga matanya menyipit membentuk bulan sabit.Gilang terpesona memperhatikan Ara. Tawa yang selalu dia rindukan, wajah yang selal
Ara memucat menatap Gilang. Beragam pertanyaan dan rasa khawatir menghantuinya. Semuanya melintas di kepalanya karena tindakan Gilang yang sudah berbaring di atas kasurnya.“Lang….” teriak Ara dengan sangat keras karena kesal dengan kelakuan Gilang.“Aku di sini sayang. Jangan teriak teriak gitu,” goda Gilang.“Keluarlah dari kamar ini, aku mau mandi,” ucap Ara.“Silakan mandi, aku hanya numpang tidur doang kok,” ucap Gilang tanpa rasa bersalah sedikitpun.Ara melangkah dengan kesal menuju kamar mandi. Tetapi, malang baginya karena dia tidak melihat jalan karena kesal. Tubuh Ara oyong karena menabrak kaki Gilang yang diangkatnya secara sengaja. Karena tidak siap, Ara terjatuh tertungkup tepat di atas tubuh Gilang yang sedang tidur di kasur.Dia tidak menyangka bakalan jatuh dengan posisi awkward seperti itu. Ara berusaha menahan tubuhnya agar tidak menempel dengan Gilang.Sedangka
Malam ini, Ara sudah bersiap untuk menghadiri acara penutupan pameran lukisan. Dia akan menghadiri penutupan seorang diri karena dia memang tidak memiliki pasangan yang bisa dibawa kesana. Meskipun undangannya menyarankan untuk hadir dengan pasangan.Setelah penutupan nanti, dia akan berkemas untuk berangkat kembali ke tanah air.Ara berdiri di depan cermin menatap pantulan dirinya di sana. Sebuah gaun dengan warna hijau botol terlihat begitu serasi di tubuhnya. Ara segera melangkah keluar dari kamarnya seraya mengambil handbag yang berada di atas kasur. Handbag yang berwarna merah menyala, sangat cocok dipadukan dengan hijau botol.Selanjutnya dia memasang high heels berwarna merah yang serasi dengan hadbagnya. Ara sangat jarang tampil dengan seperti ini. Biasanya juga hanya memakai flat shoes ke mana mana, atau malah terkadang pakai sneaker doang. Tetapi, karena sekarang adalah acara resmi makanya dia sudah mempersiapkan penampilan dari jauh jauh hari.
“Kamu marah?” tanya Gilang saat mereka sampai di Taman Champs de Mars yang ada di sekitar Menara Eiffel. Dari taman ini, megahnya menara Eiffel dapat terlihat dengan begitu jelas.Ara tidak menjawab pertanyaan Gilang, dia terus berjalan jalan di seputaran taman. Pikirannya menerawang memikirkan hubunganya dengan Gilang. Sangat sulit bagi Ara untuk menghindar dari Gilang.“Sebenarnya mau kamu apa sih?” ucap Ara akhirnya setelah mereka hanya terdiam beberapa saat.“Kita segera menikah,” jawabnya singkat.Ara mendengus kesal mendengar jawaban Gilang. Setiap pembicaraan pasti berujung kesana. Sedangkan mereka telah memiliki pasangan masing masing. Bahkan dua bulan lagi mereka akan menikah dengan pasangan masing masing.“Jangan diamkan aku seperti ini, Kia. Atau kamu perlu bukti dengan semua itu?” sahut Gilang dengan nada yang sudah mulai turun karena melihat Ara yang tidak merespons ucapannya. Gadis itu s
Ara segera mengemasi barang barang bawaannya begitu sampai di hotel. Dia akan check out malam ini juga. Jam sudah menunjukkan pukul 9 malam waktu setempat. Dengan dibantu oleh Gilang, akhirnya dia selesai mengemasi barang bawaannya.Sebenarnya Ara tidak mau ikut dengan Gilang, tetapi karena Gilang yang terus memaksa akhirnya dia mengalah saja.“Sudah semuanya?” tanya Gilang sebelum mereka keluar dari kamar hotel.“Sudah,” jawab Ara seraya melihat ke sekeliling untuk memastikan tidak ada barang barang yang tertinggal di sana.Mereka keluar dari hotel setelah proses check out. Gilang mengendarai mobilnya dengan perasaan yang sangat bahagia, akhirnya Ara tunduk juga kepadanya meskipun dengan susah payah.Ara menatap jalanan kota yang dipenuhi oleh kendaraan malam. Suasana kota yang tidak ada sepinya meskipun jam sudah merangkak menuju tengah malam. Kota yang hidup selama 24 jam, kota yang tidak pernah tidur dari aktivitas pengh
Ara memandang suasana kota Prancis di pagi hari. Beberapa orang sudah mulai menjalankan aktivitas mereka. Pikiran Ara menerawang jauh, memikirkan semuanya. Mulai dari kemarin saat bertengkar dengan Gilang, Ara sudah memutuskan untuk menjalani saja semuanya tanpa memikirkan bagaimana akhirnya.Satu jam duduk memperhatikan kota dari ketinggian hotel, Ara berjalan untuk membangunkan Gilang.Dia duduk disamping Gilang yang masih tertidur pulas. Wajah yang sangat tampan dan begitu sempurna, sangat beruntung wanita yang akan menjadi pendampingnya kelak. Apalagi ditambah dengan sepasang lesung pipinya, seakan membuat Ara tidak pernah bosan untuk memandang dan menikmati wajah Gilang.“Sudah puas mandangin aku?” ucap Gilang dengan mata yang masih terpejam.Ara tersenyum mendengar perkataan Gilang “Buruan bangun, katanya mau berangkat pagi pagi. Ini udah lewat pagi paginya,” ucapnya dengan suara tawa yang mulai terdengar.“Ini m
Setelah memasang highheels gadis itu keluar dari ruang ganti dan menemui Gilang yang sudah menunggunya di luar kamar dengan Ray disampingnya.“Sudah sayang?” tanya Gilang saat melihat penampilan Ara yang sudah berubah menjadi feminim dan layaknya sekretaris yang akan mendampingi pimpinan meeting.“Sudah, Lang,” jawab Ara seraya tersenyum manis.“Kita berangkat sekarang.” Gilang segera berjalan dengan menggenggam tangan Ara. Mereka menuju lantai 3 hotel megah tersebut. Ternyata meetingnya diadakan di aula hotel berbintang tersebut.“Mulai sekarang, nikmati saja semua prosesnya. Jangan berpikiran yang macam macam lagi. Apalagi, memikirkan Diana dan juga calon suami kamu,” ucap Gilang saat mereka berada di dalam lift.Ara menatap Gilang dengan mata melebar yang membuat Ray malah tersenyum melihat ekspresi gadis itu, tetapi senyumnya segera menghilang saat melihat tatapan Gilang kepadanya.&l
Memikirkan malam pertama saja sudah membuat kepala Ara terasa berat, apalagi memikirkan cucu seperti yang di bicarakan oleh mamah mertuanya dengan sang bunda.Setelah merasa baikan, Ara kembali ke depan dengan mamah mertuanya dan juga sang bunda yang berdiri di kiri dan kanannya.Bianca juga sudah berdiri dengan anggunnya di depan pelaminan.“Terima kasih, Kak. Akhirnya doa aku di kabulkan sama Tuhan.” Ara tersenyum kepada Bianca seraya mengusap kepala gadis itu dengan sayang. Gadis yang semenjak kenal dengannya sudah di anggapnya sebagai adik itu, hari ini resmi menjadi adik iparnya.Selanjutnya di lanjutkan dengan sesi pemotretan untuk para tamu yang masih tersisa dan foto foto bersama keluarga lainnya.Akhirnya rangkaian acara pesta pernikahan Gilang dan Ara selesai juga. Besoknya adalah hari yang paling membahagiakan bagi pasangan pengantin baru tersebut. Gilang sudah menyusun rencana honeymoon mereka dengan sangat matang tanpa meli
“Sudah, lanjutkan jalannya, tidak enak dilihatin sama para tamu undangan.”“Tapi…” Fenna dan Carista menarik Ara pelan agar terus berjalan.DiantaraTanpa sadar mata Ara memperhatikan tulisan namanya di dinding aula yang tertulis dengan sangat indah dengan tinta gold, terpajang di atas panggung pelaminan. Kemudian, dia melihat senyum cerah seseorang yang menunggunya di atas panggung sana. Air mata Ara menetes tanpa bisa ditahannya. Pria misterius tersebut malah tertawa saat melihat wanita yang sekarang telah resmi menjadi istrinya itu menangis.“Selamat ya sayang.” Ara melihat ayah dan bunda nya yang tertawa ke arahnya. Ara benar benar menangis karena semua orang telah mengerjainya dengan sangat bagus. Hingga teguran dari sang bunda membuatnya kembali melanjutkan langkah kakinya menuju panggung.“Istriku cantik banget hari ini,” bisik Gilang seraya mengulurkan tangannya kepada Ara. Gilang langs
Perjalanan menuju tempat pernikahan membuat Ara berdebar debar. Gadis itu harus menghirup dan menghembuskan nafasnya beberapa kali untuk mengurangi rasa gugup yang datang menghapirinya.Di belokan pertama, kepala Ara mulai mengernyit pasalnya dia masih ingat dengan jalanan itu, jalan menuju hotel yang di lihatnya bersama Gilang waktu itu. Tetapi masih berpikir positif, mungkin saja jalannya memang sama, lagian dia juga tidak hafal dengan jalan di Negara ini.Hingga akhirnya mobil berbelok menuju Axana Hotel. Kakinya langsung gemetar, kenapa bisa di sini. Bukannya ini tempat yang di reservasi Gilang waktu itu?“Kok kita ke sini, bunda?” Fenna menoleh kemudian tersenyum. Carista dan Ayu yang duduk di sampingnya juga ikut tersenyum.“Iya, memang tempat pernikahannya di Axana Hotel sayang.” Mata Ara melebar. Posisi duduknya langsung menjadi tidak nyaman.“Ini tempat Gilang akan menikah juga hari ini.” Fenna pur
“Wow, kamu hebat, Kia. Hidung Belinda mengalami patah tulang dan tangannya juga parah,” sahut David dengan mata yang tidak beralih dari layar gadget nya.“Kamu tau dari mana?” Ara menoleh kepada David.“Lihat berita online Kia. Berita kamu menjadi trending topic hari ini,” puji David penuh semangat.“Itu jurus dapat dari mana?” Gilang menghentikan mobilnya di cafe terdekat karena mereka harus mencari tempat duduk agar dia bisa mengorek informasi dari gadis pujaannya itu.“Itu namanya jurus terdesak. Aku tidak menyangka jika akan separah itu.” Ara tertawa bahagia setelah melihat berita yang disodorkan oleh David kepadanya. Sungguh diluar dugaan, jika dia bisa membuat Belinda terluka parah.David menatap Ara dengan bergidik “Lha, jurus terdesak saja sangat gawat efeknya, apalagi jurus yang memang sudah di rencanakan.”“Sekarang aku lagi mempersiapkan jurus rahasia bu
“Kapan kejadiannya?” tanya Gilang dengan wajah memucat.“Kenapa? Tumben kamu peduli. Biasanya juga tenang saja saat melihat video seperti itu.” David menatap Gilang dengan kening berkerut.“Kapan kejadiannya?” Gilang mengulang pertanyaannya dengan suara yang lebih keras.“Kejadiannya baru sekitar sepuluh menit yang lalu.” Gilang segera menyambar kunci mobil yang terletak di atas meja setelah mendengar jawaban David.“Hei, kamu mau ke mana? Aku ikut.” Gilang mempercepat langkahnya seraya menghubungi Ara, sialnya gadis itu malah tidak menjawab panggilannya.“Ada apa sih, Lang? Kok panik banget?” David berjalan dengan setengah berlari untuk mengejar Gilang yang telah masuk ke dalam mobil.“Perhatikan cewek yang ada dalam video tersebut.” David memutar ulang video tersebut.“Belinda kan? Judul beritanya juga nama dia kok,” ucap David dengan nad
“Kapan kamu terakhir kali bertemu dengan Kiara?” tanya Belinda yang masih belum yakin dengan penglihatannya.Gilang menatap Belinda dengan rasa benci yang mendalam akan tetapi dia berusaha untuk tenang. Walau bagaimana pun, Gilang tidak ingin gegabah dalam menghadapi ular betina ini, salah salah langkah bisa bisa nyawa Kia yang akan menjadi korbannya.“Tahun lalu,” ucap Gilang dengan tatapan yang tidak terlepas dari Belinda. Dia terus mengamati gerak gerik perempuan licik tersebut.“Owh, sudah lama banget rupanya,” sahut Belinda berusaha menyembunyikan rasa terkejutnya akan tetapi bukan Gilang namanya jika dia tidak bisa mengetahui perangai Belinda.“Jangan pernah menyentuh Kiara, karena dia tidak ada hubungan sama sekali dengan aku. Satu hal yang harus kamu ingat, jika kamu mengganggunya maka bisa aku pastikan kamu akan menerima akibatnya dan akan membusuk di penjara,” ucap Gilang seraya mencengkram lengan
“Tuh kan cantik banget, senyum dikit sayang bunda mau foto. Kemarin dia juga minta bunda buat fotoin kamu saat lagi fitting baju.” Fenna mengambil beberapa gambar cantik putrinya dan langsung mengirimkannya kepada calon menantunya itu dengan penuh semangat.“Kamu udah cocok atau ada yang mau di perbaiki lagi sayang atau ada yang mau ditambahkan?” Nia bertanya dengan lembut. Ara melihat pantulan dirinya di cermin besar yang ada di hadapannya, semuanya sudah terlihat sangat sempurna.“Udah cocok kok tante.” Nia tersenyum bahagia.“Semuanya sudah oke yah?” Ara mengangguk dan sang bunda juga ikut tersenyum bahagia.“Dasar orang yang berjodoh, seleranya pun sama.” Celetuk Fenna yang mengundang kekehan Nia dan beberapa pegawai toko di sana.“Namanya yang berjodoh, pastinya enggak akan lari seleranya, jeng.” Nia tertawa pelan seraya memperhatikan Ara yang sudah mulai bosan dengan suas
Gadis itu menoleh kepada Gilang “Aku pengennya malah melihat undangan karena penasaran dengan mempelai wanitanya.” Gilang langsung tertawa lebar dan segera mengajak gadis itu ke bagian lainnya. Setelah urusan di sana selesai mereka segera meninggalkan gedung dengan perasaan gembira bagi Gilang dan terluka bagi Ara.“Oh iya. Bagaimana persiapan pernikahan kamu?” tanya Gilang saat mereka telah berada di dalam mobil.“Semua di handle bunda sama ayah. Kan mereka yang mengetahui calon menantunya itu.” Gilang malah tertawa lebar saat mendengar ucapan jutek gadis itu. Hingga mobil berhenti di pusat pembelajaan terbesar di kota Amsterdam.“Hari ini aku yang bayar semua keperluan kamu untuk pernikahan nantinya.” Gilang segera turun dari mobil dengan menggenggam tangan Ara.“Enggak perlu, Lang,” tolak Ara dengan senyuman getir nya. Andai calon suaminya adalah Gilang, pastinya dia akan sangat bahagia sekara
“Bagaimana jika ternyata memang aku pria misterius itu?” ucap Gilang balik bertanya. Dia juga ingin mengetahui apa yang akan dilakukan oleh Ara nantinya.“Pastinya bukan kamu Lang, karena aku tidak mau di duakan dengan wanita lain.”“Ini kan, jika seandainya Kia.”“Jika ternyata pria misterius itu adalah orang yang aku kenal secara dekat. Maka, tunggu saja pembalasan aku selanjutnya setelah menikah nantinya. Sekarang dia yang mengerjai aku, maka nantinya aku yang akan mengerjainya.” Ara tersenyum puas hingga lesung pipinya terlihat dengan jelas dan wajahnya yang memancarkan kebahagiaan yang tiada duanya.Gilang bergidik ngeri saat melihat ekpresi gadis itu hingga dia terpikir sendiri tentang ucapan Ara.“Ya sudah, sekarang kita keluar sebentar. Aku ada janji dengan pihak WO dan mengurus semua keperluan pesta nantinya,” ucap Gilang kepada Ara yang langsung membuat gadis itu lesu. Baru juga