Hanif geleng-geleng kepala. “Kalau di depanku Maryam kelihatan baik-baik saja, tegar, dan katanya dia sudah tidak peduli lagi sama Marco.” Hanif mengeluarkan ponselnya. “Biar aku sampaikan semua itu kepada Marco. Dia harus tahu, karena mungkin dia penyebab semua kejadian ini.”“Nanti Bang Marco bakal merasa bersalah….” ujar Nuri.“Biar saja. Saya sudah eneg sama kelakuan dia!” Hanif tampaknya kesal. Dan saat ponselnya sudah terhubung dengan nomor Marco, dia bicara. “Marco, ente ada di mana?”“Di kampus.”“Ente sudah tahu, kenapa Maryam sampai pingsan?”“Kenapa memangnya?”“Kata polisi Maryam sengaja menelan obat penenang melebihi dosis. Ada juga surat pamitannya. Dia mau bvnuh diri, karena batal menikah… dengan ente!”“Jangan main-main Nif! Gue lagi pusing nih, sebentar lagi mau masuk ke ruang ujian!”“Ini serius Marco! Semua fakta yang ditemukan polisi memang menunjukkan kalau Maryam mau bvnuh diri! Nuri juga sudah melihat surat yang ditulis Maryam, dan Nuri yakin kalau itu memang tu
“AGH!” Ningrum terjengkang saat sebuah t3ndangan mengh@jar perutnya. Wanita separo abad itu berusaha bangkit, lalu menatap ke arah sang pasien. Dia tercengang.Pasien yang tadinya terbaring diam, sekarang duduk tegak di ranjang sambil menodongkan sepucuk pistol ke arahnya. Wanita muda itu bukan Maryam! Dengan tangkas, wanita muda itu meringkus Ningrum, lalu memborgolnya.“Siapa kamu?” suara Ningrum parau.“Briptu. Karlina dari Polrestabes Bandung! Saudari Ningrum, Anda ditahan atas tuduhan pembvnuhan berencana terhadap Valentina Chairunnisa Wiratama, dan melakukan peracunan massal dengan sengaja pada acara gathering di TKIT Bunga Bangsa!”“Di mana Maryam?” Suara Ningrum menggigil ketakutan.“Ada di tempat lain!”“Apakah … apakah Maryam sudah sembuh? Atau … sudah ….”Polwan yang menyamar jadi pasien itu tidak lagi peduli pada pertanyaan Ningrum, dia mengambil handy Talkie, dan bicara. “Target sudah diamankan.”Empat orang pria masuk ke ruangan itu, terdiri dari seorang dokter, seorang
Polisi segera mencari arsip kasus kematian Ilham Ramadhan, dan menemukan bahwa ibunya Ilham bernama Ningrum. Polisi kemudian mewawancarai Maryam seputar temuan itu. Zakki juga menyimak pemeriksaan polisi terhadap Maryam.“Waktu itu saya menjenguk Bu Ningrum, karena beliau sakit dan tidak masuk kerja.” ujar Maryam. “Saya datang ke rumahnya sepulang kerja. Saya menginap di sana, karena hujan lebat, dan saya juga merasa tidak enak badan. Pagi harinya saat Bu Ningrum sedang mandi, saya membuka laci meja riasnya, untuk mencari jarum dan benang. Lipatan baju saya robek, dan saya ingin menjahitnya. Di dalam laci itu saya menemukan kliping koran.”Maryam lanjut bertutur, “Tadinya saya kira kliping resep masakan, karena biasanya wanita suka mengumpulkan resep masakan dari koran dan majalah. Ternyata… itu kliping tentang… kasus kematian Ilham Ramadhan. Saya menemukan nama ZW sebagai salah satu tersangka yang menyebabkan Ilham tewas. Mulanya saya tidak tahu, siapa itu ZW. Tapi… kemudian dalam kl
Inspektur Ekky bertanya pada Maryam, “Apakah Anda pernah meninggalkan obat-obatan itu, sehingga ada orang yang punya kesempatan untuk menukarnya?”Maryam mengingat-ingat kejadian sebelum dirinya tak sadar. “Saat itu saya ke poliklinik untuk berobat, diantar oleh Bu Ningrum. Setelah dari ruang periksa dokter, Bu Ningrum menyuruh saya duduk saja di ruang tunggu, dia yang membawa resep ke loket di klinik itu. Bu Ningrum yang ambil obat, dan membayar biayanya. Lalu saya kembali ke TK, sedangkan obat itu … dibawa oleh Bu Ningrum. Saya berbaring di ruang P3K. lantas Bu Ningrum datang, memberikan bungkusan berisi obat untuk saya. Obat itu baru saya minum setelah pulang ke tempat kos.”“Mungkin ada yang menukar obat-obatan itu. Kami curiga yang melakukannya adalah seseorang di TKIT Bunga Bangsa. Jika orang itu tahu bahwa hari ini Anda masih hidup, mungkin dia akan datang ke sini berpura-pura menjenguk Anda. Kita susun rencana untuk menjebaknya.”Lalu disusunlah skenario untuk menjebak Ningru
Maryam memandang ke samping tempatnya berbaring, ada Hanif dan Vera. “Di mana ibuku?” tanyanya.“Pulang ke tempat kos kamu, bersama adik perempuanmu.” jawab Hanif.“Kamu mau makan? Biar aku yang menyuapi ya?” tanya Vera.“Nanti saja.”“Atau… kamu mau bicara dengan… Marco? Dia ada di depan.”Maryam malah berbalik sehingga posisi berbaringnya jadi membelakangi Hanif dan Vera. “Aku capek, mau tidur saja.”“Jangan tidur terus Maryam, makanlah sedikit saja.” bujuk Vera. "Aku ngantuk banget, mau tidur dulu sebentar saja." Maryam memejamkan matanya.Hanif lantas pamit pulang. Di koridor dia bertemu Marco.“Maryam baru saja tidur lagi.”“Ya sudahlah, aku pulang saja.” Marco akhirnya pulang juga, teringat mamanya yang mengajak makan malam bersama di sebuah restoran. Jarang sekali Marco bisa makan bersama orang tuanya, makanya dia bergegas pergi untuk menemui mamanya. Vera juga pulang, saat rekan-rekan Maryam dari tempat kos datang.“Maryam, kita sudah minta izin sama ibumu supaya bisa jagai
Dalam interogasi polisi, Ningrum mengakui bahwa menjelang acara gathering, dirinya yang menghubungi telepon di ruang administrasi, pakai ponselnya. Ningrum menyuruh Maryam menerima telepon yang terus berdering itu. Saat Maryam pergi untuk angkat telepon, dan yang lain sibuk dengan urusan masing-masing, Ningrum membubuhkan sedikit obat pembasmi rayap ke dalam krim penghias kue black forest. Rencananya Ningrum akan membuat kondisi keracunan masal. Jika puluhan orang keracunan, kondisi tiap orang akan berbeda-beda, ada yang cepat pulih, ada yang parah, dan bisa juga ada yang sampai meninggal, tergantung ketahanan tubuh masing-masing. Jadi jika ada seorang tamu acara gathering yang sampai meninggal, mungkin dokter dan polisi akan mengira kalau korban meninggal karena kondisi fisiknya tidak kuat dengan racun pada black forest.Padahal sebetulnya Ningrum sudah menyiapkan racun dalam hidangan lain. Dia membeli segelas sirup jeruk, persis sama dengan yang dibeli Rina untuk acara gathering.
Setelah mengunci mobilnya, Marco memandang berkeliling halaman parkir dari gedung besar yang bernama Sabuga, atau Sasana Budaya Ganesha, yang menjadi lokasi wisuda. Sudah ratusan mobil berjejer. Para wisudawan diantar oleh keluarga, banyak yang sedang berfoto bersama. Marco membuka lipatan toganya, lalu dikenakan. Dia berjalan menuju gedung tempat acara wisuda akan diselenggarakan. Beberapa orang juru foto khusus membuntutinya, lalu memotretnya beberapa kali. Mereka berharap seusai acara wisuda nanti, para wisudawan dan keluarganya akan membeli foto hasil jepretan mereka. Biasanya memang laris. Karena moment wisuda mungkin cuma satu kali seumur hidup.Marco berbaur dengan rekan-rekannya sesama wisudawan. Tak ada lagi wajah stress karena skripsi yang dirombak habis-habisan oleh dosen pembimbing. Tak ada lagi ekspresi tegang karena menghadapi sidang sarjana. Yang ada cuma luapan keceriaan, kebahagiaan, sumringah, tanpa beban. Untuk sesaat wisuda bisa jadi ajang kegembiraan. Sebelum beso
Marco berpikir, "Kayaknya enak kalau siang ini datang ke restoran Sunda, yang ada kolam ikan, lalu ada pondok di tengah kolam itu."Di pondok itulah Marco ingin makan siang, nasi merah hangat plus lauk pauk dicocol ke sambel pedas. Berdua saja, supaya romantis. Marco tahu ada restoran Sunda seperti itu di kawasan Ujungberung.“Kira-kira Maryam mau nggak ya? Kayaknya sih, dia nggak bakal mau kalau diajak naik mobil berduaan saja, terus makan berduaan di pondok tengah empang. Tapi tak ada salahnya mencoba mengajak Maryam. Kalau Maryam tetap tidak mau makan berduaan di saung, ya sudahlah. Berarti makan siang bareng Maryam di rumah makan dekat TK Bunga Bangsa. Menu pedas juga, di warung nasi Padang, yang nggak ada romantis-romantisnya. Tapi biarlah.”Hari Sabtu siang jalanan Kota Bandung macet pada beberapa ruas jalan. Marco sempat mampir ke sebuah toko makanan. Lalu kembali melaju dengan mobilnya. Dia memasuki sebuah jalan, antri dengan kendaraan lain, lalu belok ke sebuah kompleks perum
Maryam menyaksikan acara akad nikah kakaknya dengan perasaan kurang nyaman. Firasatnya benar, ternyata pria yang menikahi kakaknya secara siri itu, sudah punya istri dan anak. Pria itu sendiri yang bicara pada bapaknya Maryam, bahwa dia sudah punya seorang istri dan dua anak, istrinya belum tahu jika dirinya akan menikah lagi. Pria itu bertanya, "Apakah Bapak tidak keberatan menikahkan saya dengan putri Bapak, sedangkan saya sudah punya istri?" Bapaknya Maryam tampak terdiam, menatap pada putrinya yang hendak menikah. Putrinya itu mengangguk, dan menggenggam jemari bapaknya, tanda memohon restu. Bapaknya mengelus kepala putrinya, berharap pernikahan putrinya tidak bermasalah di belakang hari. Mempelai wanita bernama Irma, 25 tahun. Irma adalah anak kedua dari Wartini. Usia Wartini 45 tahun, wanita itu adalah istri pertama bapaknya Maryam, tapi sudah resmi berpisah 15 tahun lalu. Wartini sudah pernah menikah lagi dengan pria lain, tapi suami keduanya meninggal 10 tahun lalu, dengan
Marco memandang berkeliling area halaman belakang dari penginapan itu. Dia melihat ada pintu di tembok belakang.“Di belakang situ, ada apa, Mang?”“Brandgang, tembusnya ke jalan kecil di sebelah sana.”“Begini Mang … kalau aku pakai mobil itu, mungkin aku bakal dibuntuti terus, kayaknya di mobilku ada alat pelacak. Jadi aku mau bepergian naik ojek online. Minta tolong bawa mobilku ke showroom punya Mang Endi. Soalnya kalau mobilku ada di sini, orang-orang suruhan mama bisa mengira aku ada di sini. Aku khawatir mereka bikin gaduh dan nanti merugikan tamu di penginapan ini.” “Kenapa mama kamu sampai memasang alat pelacak di mobilmu?”“Mulanya karena mama nggak mau aku pergi naik gunung. Akhirnya mobil itu jarang aku pakai.”Sunedi memberi petunjuk ke mana Marco harus berjalan dan berbelok arah, hingga nanti akan menemukan jalan besar. Marco bisa menunggu ojek di depan sebuah bangunan publik yang mudah dicari oleh driver ojek.Akhirnya Marco sudah duduk di belakang driver ojek o
Marco tiba di Kota Cirebon saat tengah malam. Dia menuju sebuah penginapan kecil milik kerabatnya, bernama Sunedi. Sebenarnya Sunedi bukan kerabat berdasarkan hubungan darah. Dulunya Sunedi adalah sopir di rumah Pak Waluya, kakeknya Marco. Sudah sejak remaja Sunedi bekerja di rumah Pak Waluya.Pak Waluya selagi muda adalah PNS Dinas Pertanian Jawa Barat. Pak Waluya pernah bertugas di wilayah Pantura. Di pantura itulah dia bertemu Sunedi, anak yatim tamat SD yang sering datang ke dekat kantor Dinas Pertanian untuk ngarit, menyabit rumput. Sunedi bekerja sebagai pemelihara kambing milik tetangganya. Kerap kali anak itu ngarit di dekat kantor Pak Waluya pada sore hari, dan tampak lapar, karena belum makan sejak pagi. Sunedi sering diajak makan di kantor itu. Pak Waluya kemudian pindah tugas ke Bandung, Sunedi dibawanya dengan persetujuan keluarga anak itu. Sunedi disekolahkan di Bandung hingga tamat STM bidang otomotif.Pak Waluya memilh pensiun di usia 52 tahun. Beliau pensiun bukan kar
Niar bergegas ke luar dari kamar kos, berjalan menyusuri gang sempit menuju halaman minimarket di tepi jalan. Itulah lokasi yang paling sering menjadi titik penjemputan anak-anak kos sekitar situ, yang mau naik kendaraan online. Niar juga naik ojek online, sembari menggendong bungkusan boneka. Dia akan mengembalikan boneka itu pada Cynthia. Niar tidak tahu di mana rumah Cynthia, tapi tempo hari Cynthia memboncengnya menuju sebuah kompkeks perumahan kelas menengah. Niar meminta driver ojek ke kompleks itu, dan mencari sebuah blok yang diingat NIar. Untungnya setiap satu blok hanya untuk 30 – 40 rumah, jadi tidak terlalu banyak rumah yang mesti diamati.Akhirnya Niar tiba di rumah dua lantai yang di bagian bawahnya jadi toko sembako. Rumah tempat Cynthia pernah menyerahkan boneka Labubu padanya. Dan pada sore itu, Niar mengembalikan bungkusan yang berisi boneka Labubu.“Ini bukan rumah Cynthia. Ini rumah kerabatnya. Saya mah, hanya pekerja di toko ini.” ucap wanita yang menjaga toko.“
Maryam mengira begitu dia tiba di Cirebon, besoknya atau lusa pernikahan sang kakak akan dilangsungkan, sehingga dia bakal disuruh ikut bantu memasak hidangan. Ternyata belum ada waktu yang pasti, belum ada kesibukan memasak dalam jumlah besar untuk tamu pernikahan. Tentu saja Maryam merasa heran. “Kalau orang mau nikah, bukankah harus menetapkan tanggalnya yang pasti, untuk kedatangan penghulu dari KUA?”“Kabarnya Irma akan nikah siri, nggak daftar ke KUA.” jawab emaknya.“Nikah siri? Kenapa?”“Emak nggak tahu. Mungkin calon suaminya masih sibuk, belum bisa ngasi tanggal yang pasti. Tapi katanya bulan ini mereka akan menikah.”Maryam ingin bertanya, apakah Irma mau menikah siri karena calon suaminya masih berstatus suami orang? Namun pertanyaan itu urung disuarakan oleh Maryam, khawatir menyinggung perasaan emaknya. Bukankah emaknya juga menikah dengan suami orang?Duapuluhlima tahun lalu ketika emaknya menikah dengan bapaknya, sudah ada dua istri yang dimiliki oleh bapaknya, beriku
Marianne Wiratama bertemu dengan Rustini, ibunya Sabrina, di acara gathering para pengusaha fashion Bandung. Marianne baru tahu kalau Marco memutus hubungan dengan Sabrina.“Itu lho Sis, Marco berencana kerja di luar Jawa. Sabrina nggak setuju, karena aneh aja, sudah ada perusahaan milik keluarga, kenapa Marco malah pengin kerja di perusahaan punya orang lain di luar Jawa pula. Nah, karena Sabrina nggak setuju, lantas Marco bilang kalau Sabrina sudah beda prinsip dengan dirinya, jadi mending putus aja. Begitu ceritanya Sis.”Marianne semakin jengkel mendengar aduan Rustini. Kalau benar Marco berencana kerja di luar Jawa, itu berarti Marco mengambil langkah sendiri tanpa pernah bicara dengan orang tua. Marianne merasa sudah diremehkan oleh anaknya.“Aku harus mulai bersikap keras pada Marco.” pikir Marianne. “Kalau dibiarkan seperti itu, Marco malah semakin semaunya sendiri, nggak mikirin perasaan orang tua.”***Sementara itu Marco masih berada di rumah Zakki.“Masalahnya sekarang ada
Marco masih menunggu panggilan kerja. Mamanya menyuruh dia menengok rumah milik Zakki, yang sudah dua minggu ditinggalkan. Zakki mengajak istrinya berlibur ke Korea, untuk healing setelah kesedihan karena kehilangan anak mereka. Dengan motor, Marco menuju rumah Zakki, untuk mengecek apakah rumah itu aman.Rumah Zakki berada satu kompleks dengan TKIT Bunga Bangsa. Marco kaget saat melewati TK itu, yang dilihat olehnya adalah bangunan kosong, pintu pagar digembok, dan halaman yang diseraki dedaunan kering serta rumput yang sudah tumbuh cukup tinggi. Tidak nampak penjaga atau satpam di depan bangunan TK itu. Marco mampir di rumah makan yang berada dekat TK.Marco membeli nasi, pepes ayam, botok teri, sambal plus lalap, bakwan jagung dan perkedel kentang, juga es campur, semua dibungkus. Saat membayar, Marco bertanya pada pegawai rumah makan itu.“Sekolah TK yang di depan itu, lagi libur ya?”“Oh, TK itu mah, sudah bubar, nggak ada lagi murid yang daftar ke situ.”“Bubar? Guru-gurunya ke
Cynthia memperkirakan, jika Maryam kena kasus hukum di Cirebon, maka Maryam tidak akan kembali ke Bandung dalam waktu dekat. Lantas siapa yang akan datang menolong Maryam? Cynthia yakin jika Hanif yang kelak akan datang untuk membantu advokasi bagi Maryam. Kebersamaan Maryam dan Hanif selama proses hukum, akan membuat mereka dekat. Kalaupun misalnya Maryam kena pidana, dan harus dihukum, Cynthia mengira Maryam hanya akan kena hukuman percobaan selama satu tahun, atau paling lama satu tahun enam bulan. Maryam tidak akan dipenjara, tapi akan masuk panti rehabilitasi korban narkoba. Selama menjalani rehabilitasi, Maryam akan semakin dekat dengan Hanif, dan akhirnya Marco akan terlupakan. Maryam akan memilih Hanif. Begitulah rencana Cynthia. “Maaf kalau nanti kamu bakal sedikit susah, Maryam. Aku bikin rekayasa kasus hukum buat kamu, supaya kamu bisa lebih dekat lagi dengan Hanif. Aku sudah dapat banyak info tentang dirimu, dari teman-teman dekatmu. Hanya Hanif yang bisa bikin Mar
Niar mengenal Cynthia ketika suatu hari Cynthia datang ke rumah kos tempat Niar tinggal. Cynthia melihat Niar keluar dari salah satu kamar, bersama dengan teman sekamarnya. Lantas Cynthia mengikuti Niar yang pergi bekerja di sebuah supermarket. Kemudian Cynthia mengajak Niar bicara, yang intinya meminta kerjasama Niar untuk membuat Maryam meninggalkan rumah kos itu. Kalau Maryam tidak mau hengkang, maka Niar diminta mencari tahu kapan Maryam akan pulang kampung, karena Cynthia ingin menitipkan sesuatu supaya dibawa oleh Maryam ke kampungnya.Ketika itu Niar ingin tahu, apa alasan Cynthia ingin membuat Maryam pergi dari rumah kos itu, bahkan sebenarnya Cynthia ingin Maryam pergi dari Bandung. Cynthia bilang bahwa Maryam adalah pelakor bagi hubungan antara Sabrina dan Marco. Cynthia bilang bahwa Sabrina adalah kerabatnya, yang sudah bertunangan dengan Marco, dan pernikahan mereka sudah dipersiapkan. Akan tetapi Marco malah lebih sering ngurusin Maryam, lebih peduli pada Maryam, ketimb