Aku berjalan menghampiri kerumunan. Aku melihat Jasmine yang berdiri di depan meja resepsionis sambil menaruh kedua tangan di pinggang.Setelah sekian lama tidak bertemu, perut Jasmine terlihat makin membesar. Aku tersenyum, dia datang untuk memberikanku informasi?"Wah, Bu Jasmine tumben banget datang ke kantorku? Jangan marah-marah, nanti memengaruhi putra kecil yang lagi kamu kandung."Keluarga Sinjaya mengatakan bahwa Jasmine mengandung anak laki-laki.Jasmine membalikkan badan, dia menatapku dengan penuh kemarahan. Begitu melihatku, Jasmine langsung mengalihkan target amarahnya. "Hem, Maya, jangan banyak omong kosong!""Kamu ceroboh banget, marah-marah nggak bagus buat kandungan." Aku bersikap santai dan tenang. "Bagaimanapun kamu adalah istrinya Harry, harus tahu sopan santun. Siapa yang tidak mengenalmu di sini? Kalau terjadi sesuatu, kakakmu pasti bakalan sedih."Sesaat mendengar ucapanku, beberapa orang yang berdiri di sekitarku pun tertawa sambil menutup mulut. Mereka setuju
Jasmine bukanlah wanita yang cerdas, tidak ada gunanya bertanya kepada dia. Aku yakin, Harry tidak mungkin menceritakan terlalu detail kepadanya."Nggak penting siapa yang memberitahuku, kamu juga nggak berhak mengetahuinya. Kalau nggak mau orang lain tahu semua perbuatanmu, sebaiknya cepat pulang dan sampaikan rasa terima kasihku kepada kakakmu. Kalau banyak waktu luang, mending urus dirimu sendiri."Aku tidak mau terlalu banyak meladeni Jasmine. Kemudian aku membalikkan badan dan pergi meninggalkannya. Tidur cukup membuat pikiranku lebih segar."Berhenti! Kalau kamu berani menggoda Harry lagi, aku nggak bakal sungkan-sungkan!" Jasmine berteriak ke arahku."Tenang, aku sama sekali nggak tertarik sama kakakmu. Saranku, jaga baik-baik kakakmu, jangan sampai direbut orang lain," jawabku tanpa menoleh. Aku terus berjalan maju dan masuk ke dalam lift.Jasmine berdiri di tempat sambil menatapku dengan kesal. Aku malu dengan pilihanku dulu, apa yang aku sukai dari bajingan seperti Harry? Bis
Di saat aku sedang berpikir, tiba-tiba seseorang membuka pintu ruangan. Franko pun bangkit dari tempat duduk untuk menyapa orang tersebut."Pak Harry, Pak Deon, akhirnya kalian sampai. Mari, silakan duduk."Sesaat mendengar nama yang disebutkan Franko, raut wajahku sontak berubah. Aku tidak menyangka Harry juga datang.Harry seperti arwah yang mengikuti ke mana pun aku pergi. Pak Chander dan Harlan juga menyapa Harry dan Pak Deon.Aku dan Shea saling bertatapan.Menyadari sikapku yang acuh, Franko pun bergegas mencarikan suasana. "Bu Maya, perkenalkan Beliau adalah Deon Raven, adik ipar dari Presdir Eternal Real Estate."Franko tidak berhenti memuji-muji Deon, seakan dia adalah orang yang sangat hebat.Aku memandang Deon yang berusia sekitar 30 tahun. Dia memiliki postur yang tinggi dan kurus. Rambutnya ditata ke atas seperti jambul ayam, dia mengenakan jas berwarna biru dan terdapat sebuah sapu tangan berwarna putih yang diselipkan ke dalam saku di dada sebelah kiri. Pakaian yang dike
Aku tidak menghiraukan Harry, aku tidak memiliki kewajiban untuk menjaga reputasinya."Pak Deon, terima kasih untuk kebaikanmu. Tapi Aurous Construction hanyalah perusahaan kecil. Kami juga harus tahu diri, tidak semua proyek bisa dikerjakan," aku menjawab Deon.Deon tertawa terbahak-bahak mendengar ucapanku. Dia mengulurkan tangan dan mencuri kesempatan untuk merangkulku."Hahaha, kamu lucu banget." Deon menepuk pelan pundakku.Franko dan yang lainnya ikut tertawa. Harry menjawab dengan canggung, "Maya memang terlalu rendah hati. Maaf, jadi tidak enak."Ucapan Harry seolah mengatakan kalau aku tidak tahu diri?Deon meremas pundakku. "Wanita yang memiliki prinsip. Kalau aku menawarkan hal yang sama kepada wanita lain, mereka pasti sudah kegirangan. Tapi lihat Bu Maya, dia tetap tenang dan sederhana. Aku menyukai orang sepertimu, apalagi kamu sangat cantik. Bu Maya, aku ingin berteman denganmu."Shea yang duduk di sampingku terlihat canggung. Dia menundukkan kepala sambil menepuk pahaku
Di saat semua orang menatapku, tiba-tiba Shea berdiri dan merebut gelas yang kupegang. "Bu Maya sedang tidak enak badan, biar aku yang mewakilinya."Kemudian Shea mengangkat gelas tersebut sambil berkata, "Aku mewakili Bu Maya mengajak bapak-bapak sekalian bersulang. Terima kasih atas semua bantuannya."Shea menghabiskan anggur tersebut dalam satu tegukan.Setelah itu Shea menuangkan segelas anggur lagi dan berjalan ke samping Deon. Shea tersenyum sambil membungkukkan badan. "Pak Deon, terima kasih atas bantuan Anda. Aku mewakili Bu Maya mengajak Anda bersulang. Aurous Construction beruntung dapat mengenal Pak Deon. Aku adalah asisten Bu Maya, mungkin kelak akan banyak merepotkan Pak Deon.""Bu Maya sedang tidak enak badan. Seperti yang semuanya tahu, Bu Maya sudah beberapa kali dirawat di rumah sakit. Dokter melarangnya minum terlalu banyak, semoga bapak-bapak semua dapat memahaminya. Tolong berikan aku kesempatan untuk mewakili Bu Maya mengajak Pak Deon bersulang."Aku tidak menyangk
Aku berhenti, lalu menoleh dan menatap beberapa pria yang duduk di belakang.Harry mengejarku dengan ekspresi yang tidak bersahabat. "Maya, kembali ke sini! Keterlaluan! Kamu pikir siapa dirimu? Beraninya bersikap kurang ajar. Kamu mengira dirimu masih suci? Memangnya kamu pertama kali menemani klien minum? Bukannya dulu kamu hebat banget? Sanggup minum sampai lambung terluka? Kenapa sekarang malah berlagak bermoral? Kamu menganggap dirimu wanita berbudi luhur? Harusnya kamu merasa terhormat ada yang mau ditemani olehmu."Sekujur tubuhku bergetar, apakah Harry sudah gila?Melihat Harry yang mendekat, Shea bergegas mengadang di depanku. "Pak Harry, kamu mau apa? Jangan keterlaluan!""Minggir! Memangnya kamu siapa?" Harry mendorong Shea sampai terjatuh. Kemudian Harry menarik pergelangan tanganku. "Jangan sampai aku pakai cara kekerasan!"Aku berteriak marah, "Lepaskan!"Franko bergegas menghampiriku. "Bu Maya, jangan keras kepala, apa salahnya menemani Pak Deon minum sebentar? Tidak per
Aku mengantar Shea pulang, lalu baru kembali ke rumah. Jantungku berdebar kencang di sepanjang perjalanan.Aku menggertakkan gigi, Harry terus menantang batas kesabaranku. Kalau tidak menghancurkan hidupnya, arwahku tidak akan tenang.Siapa Pak Arka? Bagaimana dia tahu namaku? Aku yakin tidak pernah bertemu dengannya. Kenapa dia tiba-tiba muncul dan menolongku? Hanya ada satu kemungkinan, seseorang memintanya untuk menyelamatkanku.Orang yang pertama terbesit di dalam benakku adalah Taufan. Tidak ada orang lain lagi.Aku langsung memutar arah dan kembali ke Restoran Gather. Aku memarkir mobilku di tempat yang tersembunyi, tetapi leluasa untuk memantau pintu masuk. Aku mematikan mesin mobil dan menunggu selama beberapa saat.Sekitar 30 menit kemudian, aku melihat sebuah sosok yang kurindukan. Hanya saja aku sangat terkejut, Taufan tidak sendirian. Aku melihat Luna yang merangkul mesra lengan Taufan. Luna bersandar manja di pundak Taufan.Selain Taufan dan Luna, juga ada seorang wanita p
Aku berpikir sebentar, lalu memerintahkan Shea, "Bawa dia masuk."Aku yakin Gilbert datang gara-gara masalah tadi malam. Aku tidak bersalah, aku tidak perlu khawatir.Beberapa saat kemudian pintu ruanganku kembali dibuka. Aku melihat Shea menuntun Gilbert masuk ke dalam ruanganku. Ini adalah pertama kalinya aku bertemu Gilbert. Dia adalah seorang pria yang tinggi dan berkharisma. Kalau Shea tidak memberitahuku, aku tidak akan mengenali Gilbert.Gilbert mengenakan jas berwarna hitam, dia tampak berusia sekitar 37 tahun. Wajahnya tidak terbilang tampan, tetapi sangat berwibawa. Aku tidak tahu bagaimana menjelaskan perasaanku saat melihatnya.Aku tidak membencinya, tetapi juga tidak antusias bertemu dengannya. Mungkin karena Taufan telah menempati hatiku.Aku mengenal Eternal Real Estate karena mereka adalah saingan Bright Celestial. Sejak awal aku menghindari konflik dengan Eternal Real Estate. Namun sejak kejadian tadi malam, aku tidak akan sungkan-sungkan kalau mereka berani bertindak