Ketika tidak bisa menyalakan lampu, aku mengandalkan memori tubuhku duduk di toilet, tetapi aku menemukan kalau sentuhannya agak aneh.Ini… apa ini?Tanpa sadar aku mengayun pinggang dan pinggulku, tubuhku bergetar seakan-akan aku tersengat listrik. Jeritan hampir mencapai tenggorokanku ketika sebuah tangan kekar dan kuat menutup mulutku dari belakang."Ssst... Faye, ini aku..."Ayah mertua menempelkan seluruh tubuhnya ke punggungku, lalu menutup mulutku dengan satu tangan dan dadaku dengan tangan lainnya, mendekapku dalam pelukannya."Tadi listrik padam saat aku lagi mandi, jadi aku duduk di toilet dan menunggu listrik menyala lagi, tapi kamu malah duduk di atasku..."Ayah mertua mencondongkan tubuhnya dan berbisik di telingaku seperti seorang kekasih.Harus diakui, di lingkungan yang gelap ini, saat mendengar suara yang familier itu, aku langsung tenang dan menyadari kalau pria di belakangku bukanlah penjahat, melainkan ayah mertuaku.Namun, tak lama kemudian, detak jantungku mulai b
Tepat pada saat ini, ponsel tiba-tiba berdering seperti bel alarm, membuat sarafku sangat tegang, itu nada dering khusus yang aku tetapkan untuk suamiku.Marvin juga terkejut dan menjatuhkanku ke lantai.Aku bergegas ke kamar tidur, mengambil ponselku, menarik napas dalam-dalam dan mencoba menenangkan diri, tetapi ketegangan itu bagai asap tak kasatmata, melilitku dengan erat.Aku menekan tombol jawab dan berusaha terdengar tenang, "Halo Sayang, ada apa?"Suara suamiku terdengar hangat dan familier, "Sayang, akhir-akhir ini semuanya berjalan sangat lancar, mungkin aku bisa pulang hari Jumat. Apa yang kamu inginkan? Aku akan membawanya untukmu.""Aku... tidak menginginkan apa pun, asal kamu pulang saja," jawabku dengan tenang. Setiap kata seperti menari di ujung pisau, aku sangat waspada, karena khawatir akan memperlihatkan kegugupanku.Marvin diam-diam membuka pintu kamarku dan berjalan ke arahku saat aku sedang bertelepon dengan suamiku."Aku ingat kamu suka kue basah tradisional di s
Tanganku gemetar, tapi aku memaksa diri untuk tetap tenang dan menyela suamiku, "Sayang, aku merindukanmu, bisakah kita melakukan panggilan video?"Aku berusaha mengendalikan diri dan berbicara dengan lembut, meski hatiku dipenuhi ketegangan.Melihat tindakanku, Marvin tampak agak panik. Dia tidak menduga aku akan seperti ini. Kurasa... dia juga tidak ingin Jordy melihat perilakunya saat ini."Sekarang?" tanya suamiku agak ragu."Ya, sekarang," ulangku dengan tegas.Kami saling bertatapan, terjadilah perlawanan yang hening."Oke, tunggu aku."Ketika mendengar jawaban suamiku, aku menjadi lebih sombong.Marvin mengepalkan tangannya dengan enggan, melancarkan perlawanan psikologis yang sengit.Melihatnya tidak berniat untuk pergi, aku langsung menekan tombol panggilan video.Pemberitahuan sedang menghubungi muncul di layar ponsel, aku mengarahkan ponsel ke arah Marvin agar dia bisa melihat layar panggilan video dengan jelas.Begitu telepon diangkat, dia bisa melihat wajah putranya.Wajah
Aku merasa mual dan takut, lalu berbalik dan hendak kabur, tapi dia menghalangi jalanku dan bahkan mencoba menciumku.Aku berteriak, mendorongnya sekuat tenaga, lalu bergegas ke kamar tidurku dan segera mengunci pintu.Aku bersandar di pintu dan terengah-engah, jantungku berdebar kencang.Aku tahu tidak bisa memberi harapan apa pun pada Marvin.Aku harus membeli kamera CCTV mini besok.Aku berbaring di ranjang, meski lelah aku tetap waspada.Aku tahu tidak boleh lengah, aku harus tetap terjaga malam ini.Tidur malam adalah suatu siksaan bagiku. Sosok Marvin yang jahat terus muncul dalam mimpiku, membuatku terbangun dari rasa cemasku.Keesokan paginya, saat Marvin masih tidur, aku segera pergi ke pasar elektronik.Aku memilih kamera CCTV dengan kinerja yang baik di pasar elektronik.Ukurannya kecil dan mudah disembunyikan, serta memiliki kemampuan penglihatan malam, yang memungkinkannya menangkap gambar jelas bahkan dalam kegelapan.Aku menyembunyikannya di dalam tas dengan hati-hati, d
Marvin tertegun sejenak, tapi segera kembali pada senyum jahatnya."Terserah, memangnya kenapa kalau dia tahu? Aku sudah tua, apa yang harus kutakutkan?"Suaranya rendah dan mengancam, setiap kata-katanya bagaikan jarum yang menusuk hatiku.Aku menepis tangannya sekuat tenaga dan berteriak."Pergi! Jangan sentuh aku!" Suaraku bergetar dan penuh ketakutan.Ternyata Marvin sangat kuat, dia menutup mulutku dengan satu tangan dan mencoba mengendalikan tubuhku dengan tangan lainnya."Kamu milikku, kamu nggak akan bisa kabur." Ada obsesi yang mengerikan dalam suaranya.Aku berusaha keras bergerak dan menendang, tetapi Marvin tampaknya tidak peduli dengan perlawananku. Kekuatan dan berat badannya membuatku sulit melepaskan diri."Lepaskan aku! Dasar bajingan!"Di tengah kekacauan itu, tatapanku melirik lampu meja di samping ranjang.Lampu meja itu terbuat dari logam berat, alasnya cukup kuat untuk digunakan sebagai senjata pertahanan diri.Dengan tangan gemetar, aku meraih lampu tersebut dan
Di ruang gawat darurat rumah sakit, staf medis sibuk berusaha menyelamatkan Marvin.Aku dan suami duduk di kursi plastik yang dingin, kami saling memandang tanpa berkata. Hanya suara napas dan detak jantung kami yang bergema di koridor yang kosong.Wajah suamiku penuh dengan kemarahan dan kekhawatiran, dia menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang telah lama mengganggunya."Sayang, apa yang terjadi?"Aku menghela napas dan menceritakan padanya tentang kejadian belakangan ini."Bagaimana bajingan ini bisa melakukan hal seperti itu!"Aku meringkuk dalam pelukan suamiku, merasakan ketidakberdayaan yang amat dalam.Tepat pada saat ini, pintu ruang gawat darurat terbuka dan dokter melepas maskernya."Dokter, bagaimana keadaannya?"Ekspresi dokter itu tampak serius, suaranya rendah dan lambat, setiap kata yang diucapkannya bagaikan palu yang menghantam hati kami."Dia sudah tidak dalam kondisi bahaya, tapi pasien mengalami benturan keras di kepala yang mengakibatkan kerusakan otak dan berdampak
"Bagaimana rasanya... Pertama kali memainkan wanita muda sepertiku... Apakah menyenangkan?"Di dalam ruangan yang remang-remang itu, aku membenamkan kepalaku di dalam selimut, berlutut telanjang di atas ranjang dan berusaha mengangkat pantatku untuk melayani pria di belakangku.Meski tidak membandingkannya secara sengaja, aku dapat merasakan perbedaannya. Ayah mertuaku jauh lebih kuat dari putranya...Aku seorang wanita dengan hasrat seksual yang sangat kuat.Meski tidak melakukan pemeriksaan di rumah sakit, aku tahu kalau diriku pasti kecanduan seks.Terutama pada masa ovulasi, aku harus lakukan setidaknya dua atau tiga kali sehari. Kalau tidak, aku bakal terasa gatal di sekujur tubuh.Awalnya, suamiku yang tinggi dan kuat bisa mengisi kesepian tubuhku.Namun, dia sangat sibuk akhir-akhir ini dan sedang dalam perjalanan bisnis selama lebih dari setengah bulan.Sekarang, aku benaran tidak tahan lagi. Bukan saja sering kehilangan fokus saat bekerja, bahkan masturbasi dengan vibrator set
Di ruang gawat darurat rumah sakit, staf medis sibuk berusaha menyelamatkan Marvin.Aku dan suami duduk di kursi plastik yang dingin, kami saling memandang tanpa berkata. Hanya suara napas dan detak jantung kami yang bergema di koridor yang kosong.Wajah suamiku penuh dengan kemarahan dan kekhawatiran, dia menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang telah lama mengganggunya."Sayang, apa yang terjadi?"Aku menghela napas dan menceritakan padanya tentang kejadian belakangan ini."Bagaimana bajingan ini bisa melakukan hal seperti itu!"Aku meringkuk dalam pelukan suamiku, merasakan ketidakberdayaan yang amat dalam.Tepat pada saat ini, pintu ruang gawat darurat terbuka dan dokter melepas maskernya."Dokter, bagaimana keadaannya?"Ekspresi dokter itu tampak serius, suaranya rendah dan lambat, setiap kata yang diucapkannya bagaikan palu yang menghantam hati kami."Dia sudah tidak dalam kondisi bahaya, tapi pasien mengalami benturan keras di kepala yang mengakibatkan kerusakan otak dan berdampak
Marvin tertegun sejenak, tapi segera kembali pada senyum jahatnya."Terserah, memangnya kenapa kalau dia tahu? Aku sudah tua, apa yang harus kutakutkan?"Suaranya rendah dan mengancam, setiap kata-katanya bagaikan jarum yang menusuk hatiku.Aku menepis tangannya sekuat tenaga dan berteriak."Pergi! Jangan sentuh aku!" Suaraku bergetar dan penuh ketakutan.Ternyata Marvin sangat kuat, dia menutup mulutku dengan satu tangan dan mencoba mengendalikan tubuhku dengan tangan lainnya."Kamu milikku, kamu nggak akan bisa kabur." Ada obsesi yang mengerikan dalam suaranya.Aku berusaha keras bergerak dan menendang, tetapi Marvin tampaknya tidak peduli dengan perlawananku. Kekuatan dan berat badannya membuatku sulit melepaskan diri."Lepaskan aku! Dasar bajingan!"Di tengah kekacauan itu, tatapanku melirik lampu meja di samping ranjang.Lampu meja itu terbuat dari logam berat, alasnya cukup kuat untuk digunakan sebagai senjata pertahanan diri.Dengan tangan gemetar, aku meraih lampu tersebut dan
Aku merasa mual dan takut, lalu berbalik dan hendak kabur, tapi dia menghalangi jalanku dan bahkan mencoba menciumku.Aku berteriak, mendorongnya sekuat tenaga, lalu bergegas ke kamar tidurku dan segera mengunci pintu.Aku bersandar di pintu dan terengah-engah, jantungku berdebar kencang.Aku tahu tidak bisa memberi harapan apa pun pada Marvin.Aku harus membeli kamera CCTV mini besok.Aku berbaring di ranjang, meski lelah aku tetap waspada.Aku tahu tidak boleh lengah, aku harus tetap terjaga malam ini.Tidur malam adalah suatu siksaan bagiku. Sosok Marvin yang jahat terus muncul dalam mimpiku, membuatku terbangun dari rasa cemasku.Keesokan paginya, saat Marvin masih tidur, aku segera pergi ke pasar elektronik.Aku memilih kamera CCTV dengan kinerja yang baik di pasar elektronik.Ukurannya kecil dan mudah disembunyikan, serta memiliki kemampuan penglihatan malam, yang memungkinkannya menangkap gambar jelas bahkan dalam kegelapan.Aku menyembunyikannya di dalam tas dengan hati-hati, d
Tanganku gemetar, tapi aku memaksa diri untuk tetap tenang dan menyela suamiku, "Sayang, aku merindukanmu, bisakah kita melakukan panggilan video?"Aku berusaha mengendalikan diri dan berbicara dengan lembut, meski hatiku dipenuhi ketegangan.Melihat tindakanku, Marvin tampak agak panik. Dia tidak menduga aku akan seperti ini. Kurasa... dia juga tidak ingin Jordy melihat perilakunya saat ini."Sekarang?" tanya suamiku agak ragu."Ya, sekarang," ulangku dengan tegas.Kami saling bertatapan, terjadilah perlawanan yang hening."Oke, tunggu aku."Ketika mendengar jawaban suamiku, aku menjadi lebih sombong.Marvin mengepalkan tangannya dengan enggan, melancarkan perlawanan psikologis yang sengit.Melihatnya tidak berniat untuk pergi, aku langsung menekan tombol panggilan video.Pemberitahuan sedang menghubungi muncul di layar ponsel, aku mengarahkan ponsel ke arah Marvin agar dia bisa melihat layar panggilan video dengan jelas.Begitu telepon diangkat, dia bisa melihat wajah putranya.Wajah
Tepat pada saat ini, ponsel tiba-tiba berdering seperti bel alarm, membuat sarafku sangat tegang, itu nada dering khusus yang aku tetapkan untuk suamiku.Marvin juga terkejut dan menjatuhkanku ke lantai.Aku bergegas ke kamar tidur, mengambil ponselku, menarik napas dalam-dalam dan mencoba menenangkan diri, tetapi ketegangan itu bagai asap tak kasatmata, melilitku dengan erat.Aku menekan tombol jawab dan berusaha terdengar tenang, "Halo Sayang, ada apa?"Suara suamiku terdengar hangat dan familier, "Sayang, akhir-akhir ini semuanya berjalan sangat lancar, mungkin aku bisa pulang hari Jumat. Apa yang kamu inginkan? Aku akan membawanya untukmu.""Aku... tidak menginginkan apa pun, asal kamu pulang saja," jawabku dengan tenang. Setiap kata seperti menari di ujung pisau, aku sangat waspada, karena khawatir akan memperlihatkan kegugupanku.Marvin diam-diam membuka pintu kamarku dan berjalan ke arahku saat aku sedang bertelepon dengan suamiku."Aku ingat kamu suka kue basah tradisional di s
Ketika tidak bisa menyalakan lampu, aku mengandalkan memori tubuhku duduk di toilet, tetapi aku menemukan kalau sentuhannya agak aneh.Ini… apa ini?Tanpa sadar aku mengayun pinggang dan pinggulku, tubuhku bergetar seakan-akan aku tersengat listrik. Jeritan hampir mencapai tenggorokanku ketika sebuah tangan kekar dan kuat menutup mulutku dari belakang."Ssst... Faye, ini aku..."Ayah mertua menempelkan seluruh tubuhnya ke punggungku, lalu menutup mulutku dengan satu tangan dan dadaku dengan tangan lainnya, mendekapku dalam pelukannya."Tadi listrik padam saat aku lagi mandi, jadi aku duduk di toilet dan menunggu listrik menyala lagi, tapi kamu malah duduk di atasku..."Ayah mertua mencondongkan tubuhnya dan berbisik di telingaku seperti seorang kekasih.Harus diakui, di lingkungan yang gelap ini, saat mendengar suara yang familier itu, aku langsung tenang dan menyadari kalau pria di belakangku bukanlah penjahat, melainkan ayah mertuaku.Namun, tak lama kemudian, detak jantungku mulai b
Aku dapat merasakan ayah mertuaku menurunkan tubuhnya sedikit, mengaitkan ibu jarinya pada kedua sisi celana dalamku, lalu perlahan-lahan menariknya ke bawah sampai ke tepi pahaku dan menggulungnya.Kemudian, dia merenggangkan pantatku, menempelkan tubuhnya yang panas dan keras itu, lalu bergerak maju sedikit demi sedikit, seolah-olah ingin masuk ke dalam."Ti… Tidak."Orang di belakangku adalah ayah mertuaku. Bagaimana aku bisa memiliki hubungan seperti itu dengannya?Dengan kewarasanku yang tersisa, aku menggigit bibir bawahku pelan, berusaha tetap sadar, lalu tiba-tiba berbalik."Ayah, ini... ini aku."Aku menundukkan kepalaku dan menarik celana dalamku. Wajahku tersipu dan begitu panas, aku tidak berani menatap mata ayah mertuaku."Eh… ini Faye."Ayah mertuaku tampak terkejut dan segera mundur selangkah.Hampir seketika, sesuatu yang besar muncul dalam pandanganku.Mataku langsung terbelalak.Ini... apakah ini ukuran yang pantas dimiliki manusia?Aku bukanlah gadis kecil yang tidak
"Bagaimana rasanya... Pertama kali memainkan wanita muda sepertiku... Apakah menyenangkan?"Di dalam ruangan yang remang-remang itu, aku membenamkan kepalaku di dalam selimut, berlutut telanjang di atas ranjang dan berusaha mengangkat pantatku untuk melayani pria di belakangku.Meski tidak membandingkannya secara sengaja, aku dapat merasakan perbedaannya. Ayah mertuaku jauh lebih kuat dari putranya...Aku seorang wanita dengan hasrat seksual yang sangat kuat.Meski tidak melakukan pemeriksaan di rumah sakit, aku tahu kalau diriku pasti kecanduan seks.Terutama pada masa ovulasi, aku harus lakukan setidaknya dua atau tiga kali sehari. Kalau tidak, aku bakal terasa gatal di sekujur tubuh.Awalnya, suamiku yang tinggi dan kuat bisa mengisi kesepian tubuhku.Namun, dia sangat sibuk akhir-akhir ini dan sedang dalam perjalanan bisnis selama lebih dari setengah bulan.Sekarang, aku benaran tidak tahan lagi. Bukan saja sering kehilangan fokus saat bekerja, bahkan masturbasi dengan vibrator set