Bab 96. PENGHIANATAN Kekejaman Darko bukan tanpa alasan, dia sengaja melakukan ini untuk membuat Fahru Rozi jera dan menerima hukuman yang tak dapat dilupakan seumur hidup. Sedangkan kedua Jawara tua itu selain menjadi orang yang cacat, Darko juga menghancurkan pusat energi sejatinya. Masa depan mereka sungguh sangat tragis, selama sisa hidupnya akan menjadi tanggungan keluarga. Bambang yang sudah biasa menemani Darko dalam berbagai pertempuran di medan perang tidak merasa kaget dengan apa yang dilakukannya. Setelah membereskan Fahru Rozi bersama antek-anteknya, Darko kembali memasuki kamar tuan Niko. Sementara Bambang di suruh tetap berjaga di depan pintu kamar. Di dalam kamarnya, tuan Niko menatap kearah Darko dengan tatapan aneh. Tuan Niko merasa sangat berterima kasih sekali atas pertolongan Darko terhadap Cassie dan dirinya. Saat Darko keluar dari kamar, Cassie sudah menceritakan awal pertemuannya dengan Darko. Dan Cassie juga menceritakan semua hal yan
Bab 97. PONSEL JADUL SANG JENDRAL BESAR Cassie menatap Bambang dengan ekspresi wajah tak percaya. Dapat dilihat dengan jelas rasa tidak percaya tergambar di raut wajahnya yang cantik dan imut. Dalam benaknya tidak mungkin Darko yang mengalahkan ratusan Master ini. Apalagi dia tahu kalau Darko saat keluar dari kamar tuan Niko hanya sebentar saja dan tidak lebih dari lima menit. Dalam waktu lima menit mana mungkin Darko bisa mengalahkan para Master ini. Hal inilah yang membuat Cassie tidak terlalu percaya dengan omongan Bambang. Cassie malah berpikir kalau Bambang merupakan orang yang rendah diri dan tidak suka menyombongkan diri. Cassie tidak terlalu memikirkan hal ini, yang perlu diketahui adalah keberadaan sang kepala pelayan Fahru Rozi. Kemudian Darko berjalan menuju ke arah jari telunjuk Bambang diarahkan. Benar saja, di depannya kini terlihat sosok kepala pelayan Fahru Rozi. Mata kepala pelayan terpejam dengan rapat, sepertinya sudah pingsan dan tak sa
Bab 98. DUGAAN YANG KELIRU Pakaian Bambang yang mengemudi mobil memakai pakaian kerja profesional yang terlihat sangat mahal. Sedangkan pakaian yang dikenakan Darko dari kaki hingga kepala berjumlah tak lebih dari lima ratus ribu rupiah. Pakaian seharga itu, tentu saja merupakan pakaian yang biasa dipakai oleh rakyat kalangan kelas bawah dengan ekonomi pas-pas an saja. Cassie tidak akan pernah menyangka sama sekali, jika semua dugaannya sangat keliru. Karena yang sebenarnya Boss, di antara Bambang dan Darko adalah Darko yang menjadi Boss nya Bambang. Kesederhanaan Darko memang sering membuat banyak orang salah menebak sosoknya. Seperti pada saat ini, Cassie menduga kalau Darko tidak punya banyak uang sehingga masih memakai ponsel jadul. Seandainya Cassie tahu kalau harga ponsel yang digunakan Darko merupakan ponsel khusus yang hanya dibuat sebanyak sepuluh buah saja. Ponsel yang digunakan Darko merupakan ponsel yang sangat canggih dengan berbagai kel
Bab 99. SALAH SANGKA Manajer Bawono jadi serba salah menghadapi situasi ini, namun sepertinya Manajer Bawono orangnya sangat humble, sehingga dia segera menyadari kesalahannya. “Dokter Jenius, saya minta maaf telah menyepelekan anda. Sekali Lagi saya minta maaf, saya minta tuan dokter Jenius tidak mengambil hati.” Manajer Bawono membungkukkan tubuhnya sebagai bentuk permintaan maaf sambil menangkupkan kedua tangannya di depan dada sebagai bentuk penyesalan. “Tak apa-apa, saya tidak memasalahkan hal sepele ini.”Darko menggoyangkan telapak tangannya di depan dada sebagai tanda kalau dia tidak mengambil hati dengan sikap Manajer Bawono yang memandang rendah dirinya. Sebenarnya sangat wajar kalau Manajer Bawono memandang rendah Darko yang hanya seorang pemuda dengan pakaian sederhana dan murahan, meskipun wajahnya cukup ganteng. “Pak Bawono, saya meminta anda datang ke sini untuk membereskan orang-orang yang ada di depan kamarku. Kamu sudah lihat sendiri kan? Orang
Bab 100. MEMBAYAR BIAYA PENGOBATAN DENGAN SAHAM PERUSAHAAN Tanpa sadar punggung Manajer Bawono sudah basah dialiri keringat dingin. “Manajer, kakek memanggil anda.”Setelah hening untuk beberapa saat, Cassie segera mengatakan niatnya keluar dari kamar, yaitu mencari Manajer Bawono. “Baik…”Dengan bersusah payah Manajer Bawono berusaha untuk berdiri setelah menyahuti perintah Cassie. Sekarang Bambang ditinggal sendirian di depan pintu kamar setelah Cassie dan Manajer Bawono masuk. Tuan besar Niko sangat terkejut saat melihat penampilan manajer Bawono yang berantakan. “Apa yang terjadi, kenapa wajahmu berantakan? Bukannya baru beberapa menit yang lalu kamu keluar dari kamar ini?” “Kakek, tadi diluar sepertinya telah terjadi kesalahpahaman antara paman Bambang dan Manajer Bawono.”Mendengar perkataan Cassie, tuan besar Niko tampak berwajah muram sedangkan Darko tampak tersenyum penuh arti dan dalam hati berkata. ‘Salah siapa berani berbuat kasar dengan Bambang,
Bab 101. NONTON BIOSKOP Darko berkata sambil menatap ke arah tuan Niko yang masih terbararing lemah di tempat tidur. Tuan besar Niko tersenyum lebar mendengar perkataan Darko, dia segera berkata, ”Dokumen itu tidak salah, memang kamu anda membeli empat puluh persen saham PT Martapura. Sedangkan yang dua puluh persen merupakan ucapan terima kasih saya atas pertolongan tuan dokter Jenius. Setelah mendengar perkataan tuan besar Niko, Darko hanya bisa menerima keputusan ini dengan tanpa daya. Dengan memiliki enam puluh persen saham PT Martapura, maka secara defacto Darko sudah menguasai perusahaan ini sepenuhnya. Setelah melakukan penandatanganan, sekarang tinggal pembayaran empat puluh persen saham PT Martapura sebesar dua ratus triliun rupiah. Bambang memandang kearah Darko menunggu keputusannya. Darko paham dengan apa yang ada dalam pikiran Bambang. Darko segera menyerahkan Kartu Bank miliknya kepada Bambang. Segera saja Bambang menerima Kartu Bank itu dan menyera
Bab 102. DIAPIT DUA GADIS BELIA “Ini dek tiketnya,” Darko menyerahkan kedua tiket gadis belia yang minta tolong di belikan. Mereka bertiga memasuki studio lima secara bersamaan. Darko berjalan di belakang kedua gadis belia ini, tanpa mereka sadari ternyata tiket yang diberikan Darko kepada mereka adalah nomor dua puluh tiga dan nomor dua puluh lima. Sedangkan Darko memegang tiket nomor dua puluh empat, awalnya kedua gadis belia ini tidak terlalu berpikir panjang dan langsung duduk sesuai nomor tiket yang mereka beli. Mereka baru menyadari kalau kedua tiket mereka tidak berdampingan, sehingga ada kursi nomor dua puluh empat diantara mereka. Sementara itu Darko sebelum masuk ke studio lima, terlebih dahulu pergi ke toilet untuk buang air kecil dan cuci muka. Maklumlah tadi dia baru saja membantai ratusan master anak buah kepala pelayan Fahrurrozi sehingga wajahnya penuh dengan peluh dan bau tak sedap. Dari cincin spiritualnya Darko mengeluarkan sabun cuci muka
Bab 103. PENGACAU Karena hari ini adalah hari sabtu sore, lebih tepatnya malam minggu sehingga pengunjung Cafe sangatlah ramai. Mata Darko yang tajam segera melihat ada meja yang masih kosong di sudut, tepat di tepi jendela besar. “Kita duduk disana saja.”Mereka bertiga segera duduk di meja yang dilihat Darko, tak lama setelah mereka duduk dan belum juga memesan makanan. Datang enam orang yang menghampiri mereka dan mengusir Darko serta Niken dan Astri. “Hai kalian bertiga, cepat pergi dari meja ini!”Salah seorang pemuda yang memakai pakaian sangat rapi mengusir Darko dengan suara keras. Suara pemuda ini terdengar oleh pengunjung Cafe yang membuat semua orang menoleh ke arah mereka. Darko menoleh ke arah pemuda yang baru saja mengusirnya, seketika emosinya langsung melonjak meskipun dia masih berwajah datar menatap pemuda ini. “Cepat pergi dari sini, tuan muda Nathan mau duduk!”Pemuda yang lain juga menimpali perkataan rekannya yang pertama kali mengusir Dar
Bab 295. KEBAHAGIAAN “Jadi, siapa orang tua kak Darko?” Angeline berkata tanpa sadar. Padahal dia merasa malu untuk menanyakannya, akan tetapi apa yang keluar dari mulutnya adalah reflek saja karena dia tidak bisa menahan rasa penasarannya. George tidak marah mendengar perkataan Angeline, sebaliknya George malahan tersenyum kemudian melanjutkan perkataannya. “Orang tua Darko tentu saja kamu sudah mengenalnya dengan baik.” “Apa? Saya sudah mengenalnya?”Angeline berteriak tanpa sadar, saat tersadar dan merasa tidak sopan berteriak di hadapan mertuanya, Angeline langsung menutup mulutnya dengan tangan. “Maaf saya hanya terkejut saja. Tapi siapakah orang tua kak Darko, mana mungkin saya sudah mengenalnya.” “Orang tua Darko adalah Bu Siti.”George segera menyebutkan nama Siti dengan nada pelan sambil menatap wajah Angeline dan Darko silih berganti. "Mana mungkin bu Siti adalah orang tua kandung kak Darko?”Mata Angeline seakan mau keluar saat men
Bab 294. LATAR BELAKANG YANG MENGEJUTKAN Malam ini Angeline benar-benar menyerahkan diri sepenuhnya kepada Darko. Tentu saja Darko juga tidak menolak ketika Angeline berinisiatif untuk melakukan hubungan intim sebagai suami istri dengannya. Keesokan paginya wajah Darko tampak semakin bersemangat, kegundahan dan kegalauan yang mendera pikirannya sudah lebih berkurang. Sedangkan wajah Angeline tampak pucat dan terlihat seperti orang yang kelelahan. Maklumlah mereka semalam telah bertempur hingga semalaman. Bagi Darko yang seorang kultivator tentu saja tidak masalah jika dia melakukan hubungan suami istri semalaman tanpa henti. Hanya saja dia tidak tega melihat Tenaga Angeline kehabisan untuk melayaninya. Menjelang subuh barulah Darko menghentikan serangannya pada Angeline. Saat terbangun Darko tampak bersiul dengan penuh kegembiraan dan langsung berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Tanpa menunggu Angeline terbangun
Bab 293. TIDUR SATU RANJANG DENGAN ANGELINE Setelah menerima laporan kapten pengawal, tuan besar George segera bangkit dari duduknya dan meninggalkan ruang keluarga. Widyawati memandangi kepergian suaminya tanpa berusaha mencegahnya, karena dia tahu kalau George ingin segera bertemu dengan Darko. “Kalian kembalilah ke tempat kalian, nanti kalau saya membutuhkan bantuan kalian pasti kalian akan saya panggil.” “Baik nyonya.”Kapten pengawal dan kepala pelayan segera kembali ke tempatnya masing-masing. “Darko, kamu pergi kemana saja? Kami mencarimu sedari tadi kenapa tidak kelihatan?”George segera menyapa Darko, setelah melihat sosok Darko yang sedang duduk di teras paviliun. Darko yang sedang asik menikmati rokoknya segera menoleh ke arah sumber suara. Darko segera berdiri dan tersenyum ke arah george setelah mematikan rokok di tangannya. “Ayah…” George menatap wajah anak angkatnya dengan perasaan bersalah, sebagai seorang pria tua yang berpenga
Bab 292. GALAU TINGKAT LANGIT Darko merasa sangat galau tingkat langit menghadapi kenyataan yang dialaminya. Andai dia bisa memilih tentu saja Darko lebih suka selalu hidup di medan perang daripada menerima kenyataan ini. Kenyataan ini tidak bisa dikatakan manis maupun pahit, karena semua adalah kenyataan yang sebenarnya. Hanya saja setelah tahu bahwa dia hanya anak angkat, perasaan hutang budi kepada ayah dan ibu angkatnya menjadi sangat besar. Hutang budi ini melebihi kebaikan harus dilakukan oleh anak kandung kepada orang tua kandungnya. Karena sangatlah wajar dan seharusnya, anak kandung berbakti kepada kedua orang tuanya. Akan tetapi saat ini Darko merasa tekanan yang harus dilakukan kepada kedua orang tua angkatnya seperti sebuah gunung yang selalu berada di punggungnya. Tentu saja Darko tidak bisa durhaka maupun melupakan budi baik yang diberikan George dan Widyawati yang selama ini merawatnya. Bahkan kalau bisa, dia tidak ingin
Bab 291. SEBUAH TEKAD Dalam sekejap sosoknya sudah muncul di tebing gunung yang dulu pernah dijadikan tempat berkemah. Tebing gunung ini terletak di perbatasan timur Nusantara, lebih tepatnya tempat dia berkemah dan membunuh seekor ular python. Tempat ini sangatlah terpencil serta pemandangannya sangat indah, dari atas tebing ini Darko bisa menatap ke arah lembah sejauh mata memandang. “Aaaa…. aaaa….aaaa….!!”Dengan lantangnya Darko menjerit sekuat tenaga melepaskan kegundahan dan ketidak percayaan pada dirinya. Gema teriakan Darko mengagetkan hewan-hewan liar yang ada di hutan serta menerbangkan burung-burung yang sedang mencari makan di antara pepohonan. “Tuhan… haruskan saya percaya dengan kenyataan ini? Orang tua yang begitu baik merawatku sejak kecil ternyata mengaku bukan orang tua kandungku?” “Tuhan…! Apa yang harus saya lakukan?” “Astagfirullahaladzim…. Ya Alloh, ujian apalagi yang Engkau berikan kepadaku?” “Kalau memang mereka berd
Bab 290. TEKANAN BATIN Angeline segera menjawab pertanyaan Widyawati, sambil tersenyum kearah Siti. Sementara itu Darko yang tidak terlalu menganggap penting kehadiran Siti, ekspresi wajahnya tampak datar saja. Jendral George dan Widyawati sepertinya juga mengerti, kenapa Darko bersikap datar kepada Siti. Yang pasti Darko belum menyadari kalau wanita paruh baya yang datang jauh-jauh dari negara Samanta ini, sebenarnya hanya mempunyai satu tujuan yaitu untuk menemui Darko sebagai anak kandungnya yang hilang dua puluh lima tahun yang lalu. Siti tampak tersenyum mendapat pembelaan dari Angeline. Tentu saja sebagai sesama wanita Angeline lebih peka dan tidak terlalu berpikir jauh dengan Siti. Apalagi mereka sudah menandatangani kerjasama antara dua perusahaan, sehingga sikap Angeline sebagai CEO baru, tentu saja sangat senang dengan kerjasama ini. “Maaf ayah, saya mau ke kamar dulu. Biar Angeline menemani kalian ngobrol.”Darko segera berpamitan
Bab 289. ANGELINE BERTEMU KEDUA MERTUANYA Widyawati tampak menghela nafas setelah melihat foto yang ada di dalam liontin, kemudian dia menyerahkan kalung perak itu kepada Siti. “Ternyata kamu memang orang tuanya Darko, akan tetapi lebih baik kalian melakukan tes DNA terlebih dahulu agar semuanya lebih jelas lagi.” “Benar apa kata istriku, kalian sebaiknya Tes DNA terlebih dahulu agar semakin jelas dan kuat hubungan diantara kalian.” Siti sangat terkejut mendengar saran dari kedua suami istri di depannya ini, dia tidak menyangka kalau seorang bangsawan seperti keluarga Mangkusadewo mempunyai hati yang begitu terbuka dan bisa menerima pengakuannya tanpa memarahi maupun menghalanginya. Memang, keluarga Mangkusadewo terkenal sebagai keluarga yang rendah hati dan suka menolong siapapun serta bersedia mendengarkan pendapat orang lain, meskipun sebenarnya pendapat orang itu merugikan dirinya. Sifat-sifat baik dari keluarga Mangkusadewo ini telah diturunk
Bab 288. FOTO MASA MUDA ORANG TUA KANDUNG DARKO Sementara itu Jendral George yang memperhatikan perubahan pada ekspresi wajah Widyawati hanya bisa tersenyum kecil dan bergumam. “Apa yang akan kamu lakukan setelah mendengar perkataan Siti, apakah kamu akan mempercayai begitu saja omongannya? Mana mungkin kita akan melepaskan Darko yang sudah mereka rawat sejak kecil dengan penuh kasih sayang, kepada wanita yang datang entah dari mana dan mengakui kalau Darko adalah anak kandungnya?” “Dari data yang ada di arsip mereka, saya di perlihatkan nama dan alamat rumah ini.”Sebelum Widyawati bertanya dan menyanggah perkataannya, Siti sudah melanjutkan perkataannya. Tampaknya Widyawati mempunyai sifat yang lebih sabar dan bisa menerima perkataan Siti. Meskipun belum seratus persen mempercayai, akan tetapi Widyawati masih bisa menerima apa yang dikatakan Siti. Widyawati ingin menggali lebih banyak informasi yang bisa di keluarkan Siti untuk membuktikan apa yang
Bab 287. TENSI MENINGGI Meskipun kesal karena dia tidak disuruh naik mobil Rolls Royce itu, Siti tetap diam. Karena yang jelas dia diizinkan untuk bertemu dengan tuan George Mangkusadewo. Dengan dikawal kapten penjaga pintu gerbang, Siti berjalan menuju Mansion yang jaraknya dua ratus meter dari pintu gerbang. Akhirnya Siti sampai juga di Mansion keluarga Mangkusadewo, di depan pintu Mansion dia sudah dijemput seorang pengawal bagian dalam. Kapten penjaga pintu gerbang segera menyerahkan tanggung jawab mengantar Siti kepada pengawal bagian dalam. Begitu memasuki Mansion, Siti sangat kagum dengan arsitektur dan furniturenya. Arsitekturnya gabungan dari arsitektur tradisional di gabungkan dengan arsitektur modern. “Tuan, tamunya sudah ada di sini.”Pengawal bagian dalam yang menerima Siti segera memberi hormat dan melaporkan kedatangannya. Jendral George Mangkusadewo segera menatap kearah Siti, dalam tatapan matanya terlihat kalau dia