Bab 237. POST SEMBILAN Wajah kapten Aris berubah dan keningnya berkerut mendengar ada orang yang membentaknya, meskipun hanya dalam panggilan telepon. “Siapa kamu? Beraninya berkata tidak sopan kepada saya. Apa kamu tidak tahu siapa saya?” “Kapten Aris! Apa yang kamu katakan?”Jendral Warrant balik membentak, nada suaranya meninggi tak kalah tinggi dengan suara kapten Aris sebelumnya. Kapten Aris tiba-tiba merasa dingin tengkuknya, padahal dia sudah memberitahukan siapa dirinya kepada orang di seberang telepon/ Akan tetapi orang ini sama sekali tidak takut, kini malah lebih marah terhadap dirinya. “Sekarang kamu bebaskan tuan Tarman atau kamu kehilangan jabatanmu?” “Siapa kamu? Sampai berani memerintahku?”Kapten Aris berkata dengan suara sedikit bergetar, dia merasa kalau orang yang di hubungi Darko bukanlah orang yang sembarangan. Benar saja seperti apa yang ada dalam benaknya barusan ketika mendengar perkataan orang di seberang telepon. “Dengar baik-b
Bab 238. DIDATANGI SEKELOMPOK BABI HUTAN Setelah menghabisi tentara yang berjaga di sekeliling gunung, barulah Darko mulai mendaki ke puncak gunung di mana post sembilan berada. Aura kematian seketika menyelimuti gunung dimana keempat orang asing dan tentara bayaran antek negara asing sedang berkonsolidasi. “Eh… apa kalian merasa kalau suhu udara di tempat ini tiba-tiba menjadi lebih dingin?” “Kamu ini, namanya di gunung dan malam juga sudah terjelang tentu saja suhu udara akan menjadi lebih dingin.”Tentara bayaran antek negara asing saling berbisik setelah merasakan aura membunuh yang dikeluarkan Darko. Karena jarak antara mereka dan Darko masih terlalu jauh dan Darko juga tidak terlalu besar mengerahkan aura membunuhnya, sehingga mereka hanya sedikit merasa dingin saja. Darko segera menahan aura membunuh yang tiba-tiba keluar dari tubuhnya, pada saat mendengar percakapan empat orang asing dan pengkhianat bangsa yang menjadi anteknya. Akan tetapi dia segera
Bab 239. MELEDAKKAN BABI HUTAN Sepertinya apa yang ada dalam pikirannya berbanding terbalik dengan apa yang ada di pikiran para babi hutan ini. Sebagai seekor hutan yang hidupnya selalu di hutan, tentu saja mereka sangat penasaran mengetahui ada tenda di tengah hutan. Langkah kaki babi hutan terdengar ada yang mulai mendekati tendanya, hal ini membuat Darko menjadi kesal. “Kurang ajar, dasar babi hutan. Sini mendekat biar kamu saya beri kejutan.”Darko bergumam sendiri sambil memancarkan aura membunuh yang sangat kuat dari tubuhnya. Duaar… Saking kuatnya aura membunuh yang dikeluarkan Darko, seketika membuat babi hutan yang sedang mendekati tendanya terpental jauh kemudian barulah tubuhnya hancur menjadi serpihan daging cincang. Begitu ada seekor babi hutan yang mati dengan tubuh meledak, seketika kawanan babi hutan yang lainnya langsung lari tunggang langgang meninggalkan lokasi di mana tenda Darko berada karena kaget. Apalagi Aura membunuh yang dipanc
Bab 240. DIDEMO SEKELOMPOK PEMUDA “Kakak ini datang dari mana?” “Saya? Saya dari Tunggoro, kebetulan senang olahraga trabas sambil menikmati pemandangan alam.” “Ooo… kakak petualang alam?” “Bisa dibilang begitu.”Darko nongkrong sambil ngobrol di depan warung duduk disebuah kursi panjang bersama dua orang gadis muda ini. Ternyata salah satu gadis ini adalah anak pemilik warung dan merupakan bunga desa di kampung Watubarut ini. Saat sedang asik ngobrol, dari jauh terlihat dua orang pemuda mendatangi warung makan. Darko sama sekali tidak peduli dengan kedatangan kedua orang pria ini, dia beranggapan kalau kedua pemuda ini adalah pelanggan warung makan. Akan tetapi kedua gadis ini tentu saja mengenali kedua pemuda yang datang ke tempat mereka. “Hai Dewi, hai Sandra, kalian makin cantik saja.” “Tidak usah ngegombal, rayuan kalian sama sekali tidak mempan untuk kami.”Dewi berkata sambil mencibirkan bibirnya ke arah kedua pemuda yang baru datang. “Wah
Bab 241. PANEN HARTA KARUN Krak… Krek…Tangan Darko terus bergerak mengambil gumpalan emas yang bagaikan lempengan batu karang dan menyimpannya dalam cincin spiritualnya. Darko terheran-heran melihat begitu banyak emas di dalam gua ini, betapa beruntungnya dia menemukan harta karun ini. “Emas di gua ini benar-benar sangat banyak, takkan habis saya ambil seberapa banyak pun saya ambil.” Tangan Darko bergerak sangat cepat mengambil emas di dinding gua tanpa sedikit pun beristirahat. Saat kesadaran spiritualnya melihat kedalam cincin spiritualnya, mata Darko terbelalak dengan lebar. Ternyata emas yang sudah di panen dan dimasukkan ke dalam cincin spiritual sudah meninggi seperti gunung. Tinggi tumpukan emas itu sekitar sepuluh meter dengan kaki gunung selebar tujuh meter. Pemandangan ini tentu saja sangat mengejutkan Darko, sehingga dia segera menghentikan jari jemari tangannya yang sedang mengambil gumpalan emas di dinding gua. “Eh… gua ini juga
Bab 242. PERAMPOK NAAS “Apa…?”Matanya terbelalak sangat lebar begitu melihat tumpukan emas yang seperti gunung di kamar rahasia Darko. Dengan tangan gemetar Bambang meraih tumpukan emas yang masih original berbentuk pasir, batu dan lempengan. Baru kali ini Bambang melihat emas yang masih murni dalam jumlah yang sangat banyak. “Kak Darko..”Bambang berteriak memanggil Darko beberapa kali hingga akhirnya menyadari kalau orang yang dipanggil sudah tidak ada di kamar rahasia ini. Bambang tidak tahu dengan cara apa Darko pergi meninggalkan kamar rahasia ini, karena petugas keamanan yang berjaga di lobi sama sekali tidak melaporkan kedatangan maupun kepergiannya. Akhirnya dengan tanpa daya Bambang duduk di pinggir tempat tidur sambil menatap tumpukan emas di depannya. Saat ini Bambang seakan baru saja bermimpi bicara dengan Darko meskipun lewat telepon. Akan tetapi pesan yang disampaikan Darko saat bicara di telepon sangatlah jelas. Darko memintanya mend
Bab 243. BUMI HANGUS Setelah memastikan kalau tempat itu adalah tempat berlatih para tentara bayaran yang direkrut negara asing, Darko segera mengendurkan mata spiritualnya. Langit perlahan mulai gelap, sementara itu Darko sudah mendirikan tenda di balik rimbunnya pepohonan. Kali ini Darko sama sekali tidak membuat api unggun seperti biasanya, karena dia khawatir nyala api unggun akan terlihat oleh tentara bayaran yang berpatroli. Darko berdiam di dalam tenda sambil makan-makanan ringan yang diambil dari cincin spiritualnya. Waktu berjalan dengan lambat pada saat ditunggu, akhirnya tengah malam pun terlewati, Darko segera bersiap setelah waktu menunjukkan pukul dua malam. Sosok Darko langsung menghilang dari dalam tenda dan sudah berada di sekitar markas post delapan. Suhu pegunungan sangatlah dingin sehingga semua tentara bayaran sudah terlelap dalam mimpi indahnya. Mereka sama sekali tidak khawatir kedatangan penyusup ke markas mereka, karena selama i
Bab 244. MASUK KE NEGARA MUSUH Puluhan daun Beringin di tangan Darko melesat seperti peluru menembus kepala sepuluh tentara bayaran yang sedang berjalan dengan gembira. Wajah mereka masih menggambarkan kegembiraan dan keceriaan ketika nyawa mereka melayang meninggalkan tubuh. Setelah menghabisi sepuluh prajurit naas itu. Darko kembali membakar mayat mereka hingga menjadi abu hingga tidak ada yang tersisa. “Sepertinya tempat ini sering didatangi para tentara bayaran untuk berlatih.” “Biarlah mereka datang dan mengetahui kalau markas mereka sudah hancur, tentu mereka tidak akan berani datang lagi ke tempat ini.”Setelah memikirkan apa yang akan dilakukan agar tempat ini tidak didatangi lagi oleh para tentara bayaran untuk berlatih. Blar…! Mata Darko tiba-tiba memerah, kemudian dari bola matanya memancar api yang sangat kuat membakar gunung dan hutan tempat berlatih tentara bayaran ini. Suara ledakan saat bola api yang keluar dari mata Darko menabrak pohon dan gu
Bab 295. KEBAHAGIAAN “Jadi, siapa orang tua kak Darko?” Angeline berkata tanpa sadar. Padahal dia merasa malu untuk menanyakannya, akan tetapi apa yang keluar dari mulutnya adalah reflek saja karena dia tidak bisa menahan rasa penasarannya. George tidak marah mendengar perkataan Angeline, sebaliknya George malahan tersenyum kemudian melanjutkan perkataannya. “Orang tua Darko tentu saja kamu sudah mengenalnya dengan baik.” “Apa? Saya sudah mengenalnya?”Angeline berteriak tanpa sadar, saat tersadar dan merasa tidak sopan berteriak di hadapan mertuanya, Angeline langsung menutup mulutnya dengan tangan. “Maaf saya hanya terkejut saja. Tapi siapakah orang tua kak Darko, mana mungkin saya sudah mengenalnya.” “Orang tua Darko adalah Bu Siti.”George segera menyebutkan nama Siti dengan nada pelan sambil menatap wajah Angeline dan Darko silih berganti. "Mana mungkin bu Siti adalah orang tua kandung kak Darko?”Mata Angeline seakan mau keluar saat men
Bab 294. LATAR BELAKANG YANG MENGEJUTKAN Malam ini Angeline benar-benar menyerahkan diri sepenuhnya kepada Darko. Tentu saja Darko juga tidak menolak ketika Angeline berinisiatif untuk melakukan hubungan intim sebagai suami istri dengannya. Keesokan paginya wajah Darko tampak semakin bersemangat, kegundahan dan kegalauan yang mendera pikirannya sudah lebih berkurang. Sedangkan wajah Angeline tampak pucat dan terlihat seperti orang yang kelelahan. Maklumlah mereka semalam telah bertempur hingga semalaman. Bagi Darko yang seorang kultivator tentu saja tidak masalah jika dia melakukan hubungan suami istri semalaman tanpa henti. Hanya saja dia tidak tega melihat Tenaga Angeline kehabisan untuk melayaninya. Menjelang subuh barulah Darko menghentikan serangannya pada Angeline. Saat terbangun Darko tampak bersiul dengan penuh kegembiraan dan langsung berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Tanpa menunggu Angeline terbangun
Bab 293. TIDUR SATU RANJANG DENGAN ANGELINE Setelah menerima laporan kapten pengawal, tuan besar George segera bangkit dari duduknya dan meninggalkan ruang keluarga. Widyawati memandangi kepergian suaminya tanpa berusaha mencegahnya, karena dia tahu kalau George ingin segera bertemu dengan Darko. “Kalian kembalilah ke tempat kalian, nanti kalau saya membutuhkan bantuan kalian pasti kalian akan saya panggil.” “Baik nyonya.”Kapten pengawal dan kepala pelayan segera kembali ke tempatnya masing-masing. “Darko, kamu pergi kemana saja? Kami mencarimu sedari tadi kenapa tidak kelihatan?”George segera menyapa Darko, setelah melihat sosok Darko yang sedang duduk di teras paviliun. Darko yang sedang asik menikmati rokoknya segera menoleh ke arah sumber suara. Darko segera berdiri dan tersenyum ke arah george setelah mematikan rokok di tangannya. “Ayah…” George menatap wajah anak angkatnya dengan perasaan bersalah, sebagai seorang pria tua yang berpenga
Bab 292. GALAU TINGKAT LANGIT Darko merasa sangat galau tingkat langit menghadapi kenyataan yang dialaminya. Andai dia bisa memilih tentu saja Darko lebih suka selalu hidup di medan perang daripada menerima kenyataan ini. Kenyataan ini tidak bisa dikatakan manis maupun pahit, karena semua adalah kenyataan yang sebenarnya. Hanya saja setelah tahu bahwa dia hanya anak angkat, perasaan hutang budi kepada ayah dan ibu angkatnya menjadi sangat besar. Hutang budi ini melebihi kebaikan harus dilakukan oleh anak kandung kepada orang tua kandungnya. Karena sangatlah wajar dan seharusnya, anak kandung berbakti kepada kedua orang tuanya. Akan tetapi saat ini Darko merasa tekanan yang harus dilakukan kepada kedua orang tua angkatnya seperti sebuah gunung yang selalu berada di punggungnya. Tentu saja Darko tidak bisa durhaka maupun melupakan budi baik yang diberikan George dan Widyawati yang selama ini merawatnya. Bahkan kalau bisa, dia tidak ingin
Bab 291. SEBUAH TEKAD Dalam sekejap sosoknya sudah muncul di tebing gunung yang dulu pernah dijadikan tempat berkemah. Tebing gunung ini terletak di perbatasan timur Nusantara, lebih tepatnya tempat dia berkemah dan membunuh seekor ular python. Tempat ini sangatlah terpencil serta pemandangannya sangat indah, dari atas tebing ini Darko bisa menatap ke arah lembah sejauh mata memandang. “Aaaa…. aaaa….aaaa….!!”Dengan lantangnya Darko menjerit sekuat tenaga melepaskan kegundahan dan ketidak percayaan pada dirinya. Gema teriakan Darko mengagetkan hewan-hewan liar yang ada di hutan serta menerbangkan burung-burung yang sedang mencari makan di antara pepohonan. “Tuhan… haruskan saya percaya dengan kenyataan ini? Orang tua yang begitu baik merawatku sejak kecil ternyata mengaku bukan orang tua kandungku?” “Tuhan…! Apa yang harus saya lakukan?” “Astagfirullahaladzim…. Ya Alloh, ujian apalagi yang Engkau berikan kepadaku?” “Kalau memang mereka berd
Bab 290. TEKANAN BATIN Angeline segera menjawab pertanyaan Widyawati, sambil tersenyum kearah Siti. Sementara itu Darko yang tidak terlalu menganggap penting kehadiran Siti, ekspresi wajahnya tampak datar saja. Jendral George dan Widyawati sepertinya juga mengerti, kenapa Darko bersikap datar kepada Siti. Yang pasti Darko belum menyadari kalau wanita paruh baya yang datang jauh-jauh dari negara Samanta ini, sebenarnya hanya mempunyai satu tujuan yaitu untuk menemui Darko sebagai anak kandungnya yang hilang dua puluh lima tahun yang lalu. Siti tampak tersenyum mendapat pembelaan dari Angeline. Tentu saja sebagai sesama wanita Angeline lebih peka dan tidak terlalu berpikir jauh dengan Siti. Apalagi mereka sudah menandatangani kerjasama antara dua perusahaan, sehingga sikap Angeline sebagai CEO baru, tentu saja sangat senang dengan kerjasama ini. “Maaf ayah, saya mau ke kamar dulu. Biar Angeline menemani kalian ngobrol.”Darko segera berpamitan
Bab 289. ANGELINE BERTEMU KEDUA MERTUANYA Widyawati tampak menghela nafas setelah melihat foto yang ada di dalam liontin, kemudian dia menyerahkan kalung perak itu kepada Siti. “Ternyata kamu memang orang tuanya Darko, akan tetapi lebih baik kalian melakukan tes DNA terlebih dahulu agar semuanya lebih jelas lagi.” “Benar apa kata istriku, kalian sebaiknya Tes DNA terlebih dahulu agar semakin jelas dan kuat hubungan diantara kalian.” Siti sangat terkejut mendengar saran dari kedua suami istri di depannya ini, dia tidak menyangka kalau seorang bangsawan seperti keluarga Mangkusadewo mempunyai hati yang begitu terbuka dan bisa menerima pengakuannya tanpa memarahi maupun menghalanginya. Memang, keluarga Mangkusadewo terkenal sebagai keluarga yang rendah hati dan suka menolong siapapun serta bersedia mendengarkan pendapat orang lain, meskipun sebenarnya pendapat orang itu merugikan dirinya. Sifat-sifat baik dari keluarga Mangkusadewo ini telah diturunk
Bab 288. FOTO MASA MUDA ORANG TUA KANDUNG DARKO Sementara itu Jendral George yang memperhatikan perubahan pada ekspresi wajah Widyawati hanya bisa tersenyum kecil dan bergumam. “Apa yang akan kamu lakukan setelah mendengar perkataan Siti, apakah kamu akan mempercayai begitu saja omongannya? Mana mungkin kita akan melepaskan Darko yang sudah mereka rawat sejak kecil dengan penuh kasih sayang, kepada wanita yang datang entah dari mana dan mengakui kalau Darko adalah anak kandungnya?” “Dari data yang ada di arsip mereka, saya di perlihatkan nama dan alamat rumah ini.”Sebelum Widyawati bertanya dan menyanggah perkataannya, Siti sudah melanjutkan perkataannya. Tampaknya Widyawati mempunyai sifat yang lebih sabar dan bisa menerima perkataan Siti. Meskipun belum seratus persen mempercayai, akan tetapi Widyawati masih bisa menerima apa yang dikatakan Siti. Widyawati ingin menggali lebih banyak informasi yang bisa di keluarkan Siti untuk membuktikan apa yang
Bab 287. TENSI MENINGGI Meskipun kesal karena dia tidak disuruh naik mobil Rolls Royce itu, Siti tetap diam. Karena yang jelas dia diizinkan untuk bertemu dengan tuan George Mangkusadewo. Dengan dikawal kapten penjaga pintu gerbang, Siti berjalan menuju Mansion yang jaraknya dua ratus meter dari pintu gerbang. Akhirnya Siti sampai juga di Mansion keluarga Mangkusadewo, di depan pintu Mansion dia sudah dijemput seorang pengawal bagian dalam. Kapten penjaga pintu gerbang segera menyerahkan tanggung jawab mengantar Siti kepada pengawal bagian dalam. Begitu memasuki Mansion, Siti sangat kagum dengan arsitektur dan furniturenya. Arsitekturnya gabungan dari arsitektur tradisional di gabungkan dengan arsitektur modern. “Tuan, tamunya sudah ada di sini.”Pengawal bagian dalam yang menerima Siti segera memberi hormat dan melaporkan kedatangannya. Jendral George Mangkusadewo segera menatap kearah Siti, dalam tatapan matanya terlihat kalau dia