Bab 207. PASUKAN BELADIRI Setelah di duduk di kursi yang disediakan untuknya, barulah rapat rahasia para petinggi Departemen perang dimulai. Dipimpin Menteri Pertahanan, Darko baru tahu kalau situasi di perbatasan ternyata mulai memanas sejak dia mengundurkan diri dari militer. Sepertinya ada penghianat di dalam militer yang memberitahukan pihak luar, kalau Darko sudah mengundurkan diri dari kemiliteran. Karena hal inilah situasi di perbatasan negara semakin memanas. Tanpa diketahui khalayak ramai ternyata sudah ada ratusan prajurit yang bertugas di perbatasan mati secara mendadak. Kematian mereka sangatlah mengerikan, ada yang diracun, ada juga yang di gorok lehernya tanpa ada yang melihat siapa pelakunya. Bahkan sebagai bentuk antisipasi pasukan asing yang menyusup ke perbatasan, pihak militer sudah memasang kamera CCTV secara tersembunyi. Akan tetapi masih saja banyak prajurit yang mati secara misterius. Setelah menceritakan permasalahan di perbat
Bab 208. SERANGAN RAHASIA Setelah bersiul seperti suara burung malam, pemimpin kelompok pasukan beladiri ini berhenti dan memperhatikan sekelilingnya untuk mendengarkan balasan kode yang dia berikan. Tapi kode balasan dari anak buahnya sama sekali tidak terdengar, hal ini membuat pemimpin kelompok misterius ini langsung merasa curiga. Akan tetapi suasana hutan ini sangat gelap sehingga dia sama sekali tidak bisa melihat pemandangan sekelilingnya dengan jelas. Pemimpin kelompok misterius ini sama sekali tidak berani menyalakan senter untuk mencari anak buahnya. “Apa yang terjadi dengan mereka, kenapa satupun tidak ada yang menjawab kode rahasiaku?”Pemimpin kelompok membatin dalam hatinya, kemudian dia memerintahkan anak buahnya yang ada di kelompok pertama untuk menyelidiki keanehan ini dengan kode menggunakan tangannya. Mereka sama sekali tidak mengeluarkan suara, hanya tangannya saja yang bergerak memberi isyarat. Karena misi ini sangatlah berbahaya, maka p
Bab 209. MEMBANTAI RIBUAN TENTARA MUSUH Tawa para prajurit yang sedang berjaga mengelilingi api unggun seketika menghilang. Tubuh-tubuh kekar berpakaian hijau militer, bergelimpangan dengan darah menyembur dari leher mereka yang ditembus daun Mahoni. Setelah menghabisi prajurit negara Bronco, Darko tidak langsung turun untuk memeriksa. Darko malah memindai sekeliling tenda dan berwaspada jika masih ada prajurit tentara musuh yang masih hidup. Setelah dirasa tidak ada pergerakan satu orangpun prajurit musuh, Darko segera meloncat turun dari dahan pohon. Langkah kaki Darko sangat ringan sehingga ranting kering yang diinjak kakinya sama sekali tidak patah. Darko segera memasuki setiap tenda untuk memeriksa beberapa benda yang dirasa penting. Setiap kali memasuki tenda, mata Darko melihat dengan jelas mayat para tentara negara Bronco yang mati dengan mata terpejam, seakan mereka tidak tahu kalau nyawa mereka sudah melayang. Tak lupa Darko juga mengamank
Bab 210. AJIAN BANASPATI Tampaknya Darko belum puas membantai semua prajurit negara Bronco. Tiba-tiba tubuh Darko berubah menjadi manusia api, dari kaki sampai kepalanya di selimuti api yang menjilat-jilat seperti di dalam tungku. Ternyata Darko mengeluarkan Ajian Banaspati atau ilmu api yang membuat tubuhnya menjadi api yang membara. Ajian Banaspati ini diwarisi Darko dari guru misterius dari Jawa Dwipa yang membuatnya mempunyai ilmu beladiri kuno. Sebelum mengeluarkan Ajian Banaspati, Darko sudah memasukkan senjata dan peralatan militer yang dibawanya ke dalam cincin spiritual agar tidak meleleh saat dia mengerahkan Ajian Banaspati. Sementara itu cincin spiritual mempunyai kelebihan tidak mudah meleleh saat terbakar api. Kemudian sosok Darko terbang ke langit bagaikan matahari yang menyinari area seluas seribu meter persegi dengan cahaya api yang dipancarkannya. Pertama kali yang dilakukan setelah berubah menjadi api, Darko membakar pemancar teleko
Bab 211. PULANG KERUMAH ORANG TUA ANGKATNYA Keesokan paginya negara Bronco gempar mendapatkan kabar markas mereka yang ada di perbatasan sudah rata dengan tanah, tanpa satu orangpun prajurit yang masih selamat. Sementara itu Darko yang sudah menyelesaikan misi rahasia yang diminta Kaisar sudah menghilang dari markas militer di perbatasan. Sebelum mengaktifkan formasi teleportasi, Darko terlebih dahulu sudah menentukan tujuan yang akan didatangi. Bukannya kembali ke kota Mandiraja untuk merawat Angeline, Darko malahan kembali ke Ibukota kekaisaran Nusantara. Akan tetapi dia tidak mendatangi kementerian pertahanan maupun ke Istana negara untuk melaporkan kepada kaisar kalau tugasnya sudah dilaksanakan. Melainkan pulang ke rumah orang tua angkatnya. Sebelum pulang ke rumah orang tua angkatnya, Darko pergi ke Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum untuk mandi dan mengganti pakaian militer yang dikenakan. Tentunya setiap kali muncul dari formasi teleportasi, Da
Bab 2012. DILARANG MERENDAH DAN BERSIKAP SEDERHANA “Darko, kamu ini malu-maluin kita sebagai orang tuanya saja.” “Cepat ganti pakaianmu, itu pakaian sudah terlalu kecil untuk tubuhmu dan modelnya juga sudah ketinggalan Zaman.”Widyawati memerintahkan Darko untuk melepaskan pakaian yang sedang dikenakan, karena pakaian itu adalah pakaian saat dia belum bergabung dengan militer. “Tapi, pakaian ini masih bagus dipakai? Kenapa harus di ganti?”Darko tampak enggan mengganti pakaian yang dikenakannya, bukannya dia tidak mau akan tetapi dia hanya mempunyai pakaian yang biasa dipakai orang-orang kelas menengah kebawah. “Sudahlah, nurut saja apa kata ibu tidak salahnya kan?”Akhirnya dengan perasaan enggan, Darko kembali lagi ke kamarnya untuk mengganti pakaian. Sementara itu George hanya tersenyum bahagia melihat tingkah ibu dan anak ini. Suasana seperti ini sudah menghilang sejak Darko bergabung dengan militer. Kini suasana ramai omelan istrinya dan Darko kembali meng
Bab 2013. ANAK MAMI Karimun membungkuk dengan penuh hormat di hadapan Widyawati Mangkusadewo sebelum melaporkan tugasnya sudah dikerjakan. “Bawa semua pakaian itu ke kamar tuan muda, biar tuan muda memakai pakaian itu.” “Baik nyonya.”Sementara itu Darko tersenyum kecut begitu tahu kalau Karimun sudah membawakan pakaian untuk dirinya. Sebagai kepala pelayan di keluarga Mangkusadewo, tentu saja dia sangat mengenal bentuk tubuh dan ukuran pakaian Darko. Karimun sejak dulu selalu menemani Darko pergi ke desainer untuk mengukur pakaiannya. Sehingga dia sangat mengenal perkembangan tubuh Darko setiap kali usianya bertambah. Setelah semua pakaian yang dibawa Karimun dan anak buahnya dibawa masuk ke kamarnya. Widyawati langsung menatap kearah Darko, seakan sedang memerintahkannya untuk segera mengganti pakaiannya. Darko juga tahu apa yang diinginkan ibunya, dia segera pergi ke kamarnya sebelum ibunya memerintahkan. Di kamarnya, Darko membuka semua t
Bab 214. UNDANGAN KAISAR Setelah kaisar Prabu Rohmadi Jayanegara duduk di tempat duduknya, kepala pelayan kerajaan segera memerintahkan semua orang untuk duduk di tempatnya masing-masing sesuai dengan meja yang sudah disiapkan. Semua orang duduk dengan tenang sambil menatap kearah Kaisar, tanpa sedikitpun berani mengeluarkan suara. “Saya ucapkan terima kasih atas kedatangan kalian semua ke perjamuan ini.” “Perjamuan ini saya adakan sebagai rasa syukur atas kemenangan yang dilakukan tentara kita di perbatasan.” “Atas jasa Panglima perang kita yang sangat kuat, akhirnya beban pikiran semua prajurit di perbatasan bisa diselesaikan dengan sangat memuaskan.” “Mari kita bersulang untuk kejayaan negara kita!” “Mari kita bersulang untuk panglima perang kita yang tangguh!”Seketika semua orang bersulang kearah kaisar yang sedang mengangkat gelasnya ke arah mereka. Sementara itu Darko tampak menundukkan wajahnya, dia sama sekali tidak berani menatap langsung ke arah
Bab 295. KEBAHAGIAAN “Jadi, siapa orang tua kak Darko?” Angeline berkata tanpa sadar. Padahal dia merasa malu untuk menanyakannya, akan tetapi apa yang keluar dari mulutnya adalah reflek saja karena dia tidak bisa menahan rasa penasarannya. George tidak marah mendengar perkataan Angeline, sebaliknya George malahan tersenyum kemudian melanjutkan perkataannya. “Orang tua Darko tentu saja kamu sudah mengenalnya dengan baik.” “Apa? Saya sudah mengenalnya?”Angeline berteriak tanpa sadar, saat tersadar dan merasa tidak sopan berteriak di hadapan mertuanya, Angeline langsung menutup mulutnya dengan tangan. “Maaf saya hanya terkejut saja. Tapi siapakah orang tua kak Darko, mana mungkin saya sudah mengenalnya.” “Orang tua Darko adalah Bu Siti.”George segera menyebutkan nama Siti dengan nada pelan sambil menatap wajah Angeline dan Darko silih berganti. "Mana mungkin bu Siti adalah orang tua kandung kak Darko?”Mata Angeline seakan mau keluar saat men
Bab 294. LATAR BELAKANG YANG MENGEJUTKAN Malam ini Angeline benar-benar menyerahkan diri sepenuhnya kepada Darko. Tentu saja Darko juga tidak menolak ketika Angeline berinisiatif untuk melakukan hubungan intim sebagai suami istri dengannya. Keesokan paginya wajah Darko tampak semakin bersemangat, kegundahan dan kegalauan yang mendera pikirannya sudah lebih berkurang. Sedangkan wajah Angeline tampak pucat dan terlihat seperti orang yang kelelahan. Maklumlah mereka semalam telah bertempur hingga semalaman. Bagi Darko yang seorang kultivator tentu saja tidak masalah jika dia melakukan hubungan suami istri semalaman tanpa henti. Hanya saja dia tidak tega melihat Tenaga Angeline kehabisan untuk melayaninya. Menjelang subuh barulah Darko menghentikan serangannya pada Angeline. Saat terbangun Darko tampak bersiul dengan penuh kegembiraan dan langsung berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Tanpa menunggu Angeline terbangun
Bab 293. TIDUR SATU RANJANG DENGAN ANGELINE Setelah menerima laporan kapten pengawal, tuan besar George segera bangkit dari duduknya dan meninggalkan ruang keluarga. Widyawati memandangi kepergian suaminya tanpa berusaha mencegahnya, karena dia tahu kalau George ingin segera bertemu dengan Darko. “Kalian kembalilah ke tempat kalian, nanti kalau saya membutuhkan bantuan kalian pasti kalian akan saya panggil.” “Baik nyonya.”Kapten pengawal dan kepala pelayan segera kembali ke tempatnya masing-masing. “Darko, kamu pergi kemana saja? Kami mencarimu sedari tadi kenapa tidak kelihatan?”George segera menyapa Darko, setelah melihat sosok Darko yang sedang duduk di teras paviliun. Darko yang sedang asik menikmati rokoknya segera menoleh ke arah sumber suara. Darko segera berdiri dan tersenyum ke arah george setelah mematikan rokok di tangannya. “Ayah…” George menatap wajah anak angkatnya dengan perasaan bersalah, sebagai seorang pria tua yang berpenga
Bab 292. GALAU TINGKAT LANGIT Darko merasa sangat galau tingkat langit menghadapi kenyataan yang dialaminya. Andai dia bisa memilih tentu saja Darko lebih suka selalu hidup di medan perang daripada menerima kenyataan ini. Kenyataan ini tidak bisa dikatakan manis maupun pahit, karena semua adalah kenyataan yang sebenarnya. Hanya saja setelah tahu bahwa dia hanya anak angkat, perasaan hutang budi kepada ayah dan ibu angkatnya menjadi sangat besar. Hutang budi ini melebihi kebaikan harus dilakukan oleh anak kandung kepada orang tua kandungnya. Karena sangatlah wajar dan seharusnya, anak kandung berbakti kepada kedua orang tuanya. Akan tetapi saat ini Darko merasa tekanan yang harus dilakukan kepada kedua orang tua angkatnya seperti sebuah gunung yang selalu berada di punggungnya. Tentu saja Darko tidak bisa durhaka maupun melupakan budi baik yang diberikan George dan Widyawati yang selama ini merawatnya. Bahkan kalau bisa, dia tidak ingin
Bab 291. SEBUAH TEKAD Dalam sekejap sosoknya sudah muncul di tebing gunung yang dulu pernah dijadikan tempat berkemah. Tebing gunung ini terletak di perbatasan timur Nusantara, lebih tepatnya tempat dia berkemah dan membunuh seekor ular python. Tempat ini sangatlah terpencil serta pemandangannya sangat indah, dari atas tebing ini Darko bisa menatap ke arah lembah sejauh mata memandang. “Aaaa…. aaaa….aaaa….!!”Dengan lantangnya Darko menjerit sekuat tenaga melepaskan kegundahan dan ketidak percayaan pada dirinya. Gema teriakan Darko mengagetkan hewan-hewan liar yang ada di hutan serta menerbangkan burung-burung yang sedang mencari makan di antara pepohonan. “Tuhan… haruskan saya percaya dengan kenyataan ini? Orang tua yang begitu baik merawatku sejak kecil ternyata mengaku bukan orang tua kandungku?” “Tuhan…! Apa yang harus saya lakukan?” “Astagfirullahaladzim…. Ya Alloh, ujian apalagi yang Engkau berikan kepadaku?” “Kalau memang mereka berd
Bab 290. TEKANAN BATIN Angeline segera menjawab pertanyaan Widyawati, sambil tersenyum kearah Siti. Sementara itu Darko yang tidak terlalu menganggap penting kehadiran Siti, ekspresi wajahnya tampak datar saja. Jendral George dan Widyawati sepertinya juga mengerti, kenapa Darko bersikap datar kepada Siti. Yang pasti Darko belum menyadari kalau wanita paruh baya yang datang jauh-jauh dari negara Samanta ini, sebenarnya hanya mempunyai satu tujuan yaitu untuk menemui Darko sebagai anak kandungnya yang hilang dua puluh lima tahun yang lalu. Siti tampak tersenyum mendapat pembelaan dari Angeline. Tentu saja sebagai sesama wanita Angeline lebih peka dan tidak terlalu berpikir jauh dengan Siti. Apalagi mereka sudah menandatangani kerjasama antara dua perusahaan, sehingga sikap Angeline sebagai CEO baru, tentu saja sangat senang dengan kerjasama ini. “Maaf ayah, saya mau ke kamar dulu. Biar Angeline menemani kalian ngobrol.”Darko segera berpamitan
Bab 289. ANGELINE BERTEMU KEDUA MERTUANYA Widyawati tampak menghela nafas setelah melihat foto yang ada di dalam liontin, kemudian dia menyerahkan kalung perak itu kepada Siti. “Ternyata kamu memang orang tuanya Darko, akan tetapi lebih baik kalian melakukan tes DNA terlebih dahulu agar semuanya lebih jelas lagi.” “Benar apa kata istriku, kalian sebaiknya Tes DNA terlebih dahulu agar semakin jelas dan kuat hubungan diantara kalian.” Siti sangat terkejut mendengar saran dari kedua suami istri di depannya ini, dia tidak menyangka kalau seorang bangsawan seperti keluarga Mangkusadewo mempunyai hati yang begitu terbuka dan bisa menerima pengakuannya tanpa memarahi maupun menghalanginya. Memang, keluarga Mangkusadewo terkenal sebagai keluarga yang rendah hati dan suka menolong siapapun serta bersedia mendengarkan pendapat orang lain, meskipun sebenarnya pendapat orang itu merugikan dirinya. Sifat-sifat baik dari keluarga Mangkusadewo ini telah diturunk
Bab 288. FOTO MASA MUDA ORANG TUA KANDUNG DARKO Sementara itu Jendral George yang memperhatikan perubahan pada ekspresi wajah Widyawati hanya bisa tersenyum kecil dan bergumam. “Apa yang akan kamu lakukan setelah mendengar perkataan Siti, apakah kamu akan mempercayai begitu saja omongannya? Mana mungkin kita akan melepaskan Darko yang sudah mereka rawat sejak kecil dengan penuh kasih sayang, kepada wanita yang datang entah dari mana dan mengakui kalau Darko adalah anak kandungnya?” “Dari data yang ada di arsip mereka, saya di perlihatkan nama dan alamat rumah ini.”Sebelum Widyawati bertanya dan menyanggah perkataannya, Siti sudah melanjutkan perkataannya. Tampaknya Widyawati mempunyai sifat yang lebih sabar dan bisa menerima perkataan Siti. Meskipun belum seratus persen mempercayai, akan tetapi Widyawati masih bisa menerima apa yang dikatakan Siti. Widyawati ingin menggali lebih banyak informasi yang bisa di keluarkan Siti untuk membuktikan apa yang
Bab 287. TENSI MENINGGI Meskipun kesal karena dia tidak disuruh naik mobil Rolls Royce itu, Siti tetap diam. Karena yang jelas dia diizinkan untuk bertemu dengan tuan George Mangkusadewo. Dengan dikawal kapten penjaga pintu gerbang, Siti berjalan menuju Mansion yang jaraknya dua ratus meter dari pintu gerbang. Akhirnya Siti sampai juga di Mansion keluarga Mangkusadewo, di depan pintu Mansion dia sudah dijemput seorang pengawal bagian dalam. Kapten penjaga pintu gerbang segera menyerahkan tanggung jawab mengantar Siti kepada pengawal bagian dalam. Begitu memasuki Mansion, Siti sangat kagum dengan arsitektur dan furniturenya. Arsitekturnya gabungan dari arsitektur tradisional di gabungkan dengan arsitektur modern. “Tuan, tamunya sudah ada di sini.”Pengawal bagian dalam yang menerima Siti segera memberi hormat dan melaporkan kedatangannya. Jendral George Mangkusadewo segera menatap kearah Siti, dalam tatapan matanya terlihat kalau dia