Beranda / Fantasi / Menantu sang Jendral Besar / Bab 172. CAMELIA EMERON

Share

Bab 172. CAMELIA EMERON

Penulis: MN Rohmadi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Bab 172. CAMELIA EMERON

“Kamu baik-baik saja?”

Darko memeriksa tangan Camelia yang tadi di pegang Boss Roso dan terlihat memerah membentuk bekas telapak tangan, saking kencengnya cengkraman tangan Boss Roso.

“Tidak apa-apa, terimakasih kamu sudah menolongku. Tapi… apa kamu tidak apa-apa berurusan dengan mereka?”

Camelia masih ketakutan dan berkata sambil melirik kearah Boss Roso yang sedang memegangi tangannya yang patah.

“Tenang saja, mereka tidak akan bisa berbuat apa-apa di hadapanku.”

Darko berusaha menenangkan Camelia, sambil melambaikan tangannya ke arah dua teman Camelia yang sedang berdiri ketakutan untuk mendekat dan bergabung dengan Camelia.

“Bocah, kamu cari mati sendiri berani melukaiku. Apa kamu tidak tahu siapa saya hah? Awas jangan kabur, anak buah saya akan segera datang menghabisi kamu!”

Boss Roso berkata dengan penuh kemarahan sambil menunjuk ke arah Darko yang sedang asik ngobrol dengan Camelia dan kedua temannya.

Boss Roso tentu saja sangat kesal
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Menantu sang Jendral Besar   Bab 173. TANGGUH DAN KUAT

    Bab 173. TANGGUH DAN KUAT Orang yang memberi perintah adalah Darent tangan kanan Boss Roso yang mewakilinya setiap kali melakukan eksekusi atas proyek keamanan yang mereka terima. Saat itu Darent sedang berada di markas, ketika mendapatkan kabar dari salah seorang petugas keamanan Bar, yang menjadi mata-mata mereka. Tentu saja Darent sangat marah mendengar kabar Boss Roso di hajar hingga terluka parah oleh seseorang yang tidak dikenal di dalam Bar. Kali ini dia datang bersama ratusan anak buahnya untuk menghajar Darko hingga tahu siapa mereka. Selama ini geng Scorpio sangatlah berkuasa dan tidak ada orang yang berani menentang mereka di kota Parigi. Sementara itu Darko yang sedang diserang Petrus terlihat masih sangat santai. Ekspresi wajahnya masih tetap datar seakan di hadapannya hanya sekumpulan ayam yang siap dipotong dan dijadikan sate. Tinju Petrus melesat dengan sangat cepat menuju kepala Darko sehingga menimbulkan suara menderu saking kuatnya ke

  • Menantu sang Jendral Besar   Bab 174. MALAIKAT MAUT

    Bab 174. MALAIKAT MAUT Darent berlutut dan memohon ampun di hadapan Darko yang bagaikan Malaikat maut. Padahal wajah Darko cukup tampan dan sama sekali tidak terlihat menakutkan, akan tetapi di mata Darent, wajah Darko sangat mengerikan bagaikan Iblis kejam yang tak segan untuk menghabisi nyawanya. Darko sangat kesal dengan Darent, sehingga dia belum melepaskan injakan kakinya di kaki Darent. Darko sedang memikirkan apa yang akan dilakukannya, tiba-tiba sebuah ide muncul di kepalanya. “Markas kamu ada dimana? Bawa saya ke markas kamu.”Darko mengangkat kakinya di atas kaki Darent dan menyuruhnya untuk membawanya ke markas geng Scorpio. Darenta tampak kebingungan mendengar permintaan Darko, dia tidak bisa menebak apa yang ingin dilakukan Darko dengan menyuruhnya mengantar ke Markas mereka. “Cepat bangun, atau kaki kamu ingin saya patahkan?”Ancam Darko sambil menendang kaki Darent, yang membuat Darent seketika tersadar dan segera berdiri. Dengan perintah Da

  • Menantu sang Jendral Besar   Bab 175. BOSS BARU

    Bab 175. BOSS BARU Sementara itu Darko masih asik membaca tumpukan dokumen di atas meja kerja Boss Roso. Darko tidak bermaksud meminta semua uang ini, hanya saja dia sedang membaca nama setiap perusahaan yang sudah menandatangani kontrak keamanan dengan geng Scorpio. Semua ada dua ratus perusahaan yang sudah di bawah kendali geng Scorpio, jumlah ini tentu saja sangat mencengangkan. Dua ratus dokumen ini merupakan jaminan keamanan yang diberikan geng Scorpio kepada perusahaan-perusahaan kelas menengah maupun kelas atas di kota Parigi bagian selatan. Setelah puas membaca semua dokumen, Darko menatap Darent dengan seksama. Tentu saja Darent sangat ketakutan ketika di tatap Darko, dia semakin menundukkan wajahnya tidak berani bertemu pandang dengannya. Melihat Darent menundukkan wajahnya, senyum Darko semakin lebar. “Ayo kita turun, saya sudah puas membaca dokumen ini.” Cahaya lampu terlihat terang benderang di lantai bawah, Darko melihat ratusan ang

  • Menantu sang Jendral Besar   Bab 176. TAKLUK

    Bab 176. TAKLUK “Apa ada orang lain yang membantu pemuda itu?” “Tidak ada Boss.”Boss Roso semakin muram, mendengar jawaban Darent. Kemudian Darent melanjutkan perkataannya, “Boss… tuan itu juga sudah datang ke markas kita.” “Apa? Coba ulangi perkataanmu?”Boss Roso tampak terkejut mendengar kabar kalau Darko sudah datang ke markas besar mereka. Karena Darent belum tahu nama Darko, maka dia memanggilnya dengan nama tuan saja. Darent tidak berani memanggil Darko dengan sebutan pemuda itu, Boss Roso belum menyadari perubahan panggilan Darent terhadap Darko. Setelah Darent mengulangi perkataannya dan menceritakan kemampuan Darko menyembuhkan ratusan anak buah yang terluka parah hanya dalam beberapa menit saja, membuat Boss Roso sekali lagi terpana. “Boss, bahkan mulai sejak saat ini geng Scorpio dikuasai tuan muda itu.” “Apa? Benar-benar kurang ajar, pemuda itu harus diberi hukuman sudah berani melukaiku dan sekarang merebut geng yang dipimpin!” “Uh

  • Menantu sang Jendral Besar   Bab 177. MUKJIZAT ATAU SIHIR

    Bab 177. MUKJIZAT ATAU SIHIR Para dokter sangat terkejut mengetahui semua anggota tubuh Boss Roso sudah pulih. Mereka menatap kearah Darko dengan perasaan takjub, kejadian ini seperti sebuah mukjizat ataukah sihir. Semua instrumen di mesin indikator juga menampilkan diagram dan hasil yang normal dengan detak jantung, denyut nadi dan lainnya milik Boss Roso. “Apa sebenarnya yang terjadi? Kenapa luka-luka anda sudah normal kembali?”Dokter Pratikno menatap Roso dengan ekspresi aneh, tentu saja dia sangat ingin tahu siapa yang sudah menyembuhkan seluruh cedera Boss Roso. Para dokter hanya melihat Darko menekan beberapa bagian tubuh Boss Roso. Akan tetapi mereka sama sekali tidak kepikiran, kalau apa yang dilakukan Darko sedang menyembuhkan luka-luka di tubuh Bos Roso. Boss Roso tidak langsung menjawab pertanyaan dokter yang merawatnya. Dia malahan menatap kearah Darko seakan sedang meminta persetujuannya, setelah melihat Darko menganggukkan kepalanya, ba

  • Menantu sang Jendral Besar   Bab 178. PIL AJAIB KEHIDUPAN

    Bab 178. PIL AJAIB KEHIDUPAN “Minta tolong apa?” “Saya mempunyai pasien kanker stadium akhir dan pihak Rumah Sakit sudah angkat tangan. Tapi keluarga masih berkeras meminta kita untuk menyembuhkannya, padahal pasien sudah begitu lemah.” Mendengar apa yang dikatakan dokter Marvin, ekspresi Darko tampak tertarik. Ketertarikannya adalah penyakit yang dihadapinya adalah penyakit yang sama sekali tidak bisa disembuhkan hingga tuntas. Ahli medis modern hanya bisa memperpanjang usia pasien, akan tetapi tidak akan bisa menyembuhkan penyakitnya kalau sudah mencapai level empat atau stadium akhir. “Memangnya kanker apa yang diderita pasien ini?” Dokter Marvin langsung bersemangat begitu mendengar pertanyaan Darko, meskipun Darko tidak berjanji untuk membantunya, paling tidak Darko tertarik dengan pasiennya ini. “Pasien menderita kanker tulang, karena penyakit inilah kami tidak bisa menyembuhkan penyakitnya.”Dokter Marvin tampak menyesal dan tidak berdaya saat menj

  • Menantu sang Jendral Besar   Bab 179. PATUNG BATU

    Bab 179. PATUNG BATU Bau keringat yang keluar dari tubuh tuan Emeron benar-benar sangat menjijikan, sehingga membuat dokter Marvin yang seorang dokter senior sampai muntah berulang kali dan wajahnya memucat. Seluruh makan malamnya terkuras habis setelah mencium bau busuk dari tubuh tuan Emeron. Tuan Emeron segera mengambil selimut cadangan yang ada di ruang ini dan menutupkan ke bekas muntahannya, agar baunya berkurang dan tidak merasa jijik saat di lihat. Hidung Darko sepertinya sudah kebal dengan aroma busuk ini, dia sama sekali tidak menutupi lubang hidungnya. Sebagai seorang Jendral Besar yang sudah sering menghadapi ratusan bahkan ribuan peperangan kecil maupun besar’ Dan selama perang, di sekelilingnya bercampur dengan mayat para prajurit sendiri hingga mayat prajurit musuh yang membusuk karena pertarungan yang berlarut, membuat hidung Darko menjadi terbiasa. Setelah tiga puluh menit, keringat hitam dari pori-pori tubuh tuan Emeron berhenti keluar dan

  • Menantu sang Jendral Besar   Bab 180. BERBINAR-BINAR

    Bab 180. BERBINAR-BINAR Darko segera membantu tuan Emeron untuk menghilangkan rasa mual di perutnya dengan cara menekan titik akupuntur untuk menguatkan lambung. Setelah rasa mual di perutnya mereda dan wajahnya mulai membaik, Darko segera berkata. “Baiknya tuan Emeron membersihkan tubuhnya terlebih dahulu dengan berendam di air hangat. Sepertinya di ruang ICU ini juga ada kamar mandi yang menyediakan bathtub dan air hangat.” “Pak dokter, apa kamar mandi di ruangan ini ada bathtub dan air hangatnya?”Darko menebak hal ini karena sebagai ruang VVIP tentunya fasilitasnya seperti layaknya di hotel bintang lima. Dokter Marvin segera mengiyakan perkataan Darko. “Betul, di ruangan VVIP ini memang tersedia kamar mandi dengan fasilitas yang dokter Jenius katakan.” “Baiklah kalau begitu, tolong panggilkan perawat untuk membantu tuan Emeron pergi ke kamar mandi.” “Baik.”Dokter Marvin segera memanggil perawat yang selama ini bertugas mengawasi tuan Emeron, mengguna

Bab terbaru

  • Menantu sang Jendral Besar   Bab 295. KEBAHAGIAAN

    Bab 295. KEBAHAGIAAN “Jadi, siapa orang tua kak Darko?” Angeline berkata tanpa sadar. Padahal dia merasa malu untuk menanyakannya, akan tetapi apa yang keluar dari mulutnya adalah reflek saja karena dia tidak bisa menahan rasa penasarannya. George tidak marah mendengar perkataan Angeline, sebaliknya George malahan tersenyum kemudian melanjutkan perkataannya. “Orang tua Darko tentu saja kamu sudah mengenalnya dengan baik.” “Apa? Saya sudah mengenalnya?”Angeline berteriak tanpa sadar, saat tersadar dan merasa tidak sopan berteriak di hadapan mertuanya, Angeline langsung menutup mulutnya dengan tangan. “Maaf saya hanya terkejut saja. Tapi siapakah orang tua kak Darko, mana mungkin saya sudah mengenalnya.” “Orang tua Darko adalah Bu Siti.”George segera menyebutkan nama Siti dengan nada pelan sambil menatap wajah Angeline dan Darko silih berganti. "Mana mungkin bu Siti adalah orang tua kandung kak Darko?”Mata Angeline seakan mau keluar saat men

  • Menantu sang Jendral Besar   Bab 294. LATAR BELAKANG YANG MENGEJUTKAN

    Bab 294. LATAR BELAKANG YANG MENGEJUTKAN Malam ini Angeline benar-benar menyerahkan diri sepenuhnya kepada Darko. Tentu saja Darko juga tidak menolak ketika Angeline berinisiatif untuk melakukan hubungan intim sebagai suami istri dengannya. Keesokan paginya wajah Darko tampak semakin bersemangat, kegundahan dan kegalauan yang mendera pikirannya sudah lebih berkurang. Sedangkan wajah Angeline tampak pucat dan terlihat seperti orang yang kelelahan. Maklumlah mereka semalam telah bertempur hingga semalaman. Bagi Darko yang seorang kultivator tentu saja tidak masalah jika dia melakukan hubungan suami istri semalaman tanpa henti. Hanya saja dia tidak tega melihat Tenaga Angeline kehabisan untuk melayaninya. Menjelang subuh barulah Darko menghentikan serangannya pada Angeline. Saat terbangun Darko tampak bersiul dengan penuh kegembiraan dan langsung berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Tanpa menunggu Angeline terbangun

  • Menantu sang Jendral Besar   Bab 293. TIDUR SATU RANJANG DENGAN ANGELINE

    Bab 293. TIDUR SATU RANJANG DENGAN ANGELINE Setelah menerima laporan kapten pengawal, tuan besar George segera bangkit dari duduknya dan meninggalkan ruang keluarga. Widyawati memandangi kepergian suaminya tanpa berusaha mencegahnya, karena dia tahu kalau George ingin segera bertemu dengan Darko. “Kalian kembalilah ke tempat kalian, nanti kalau saya membutuhkan bantuan kalian pasti kalian akan saya panggil.” “Baik nyonya.”Kapten pengawal dan kepala pelayan segera kembali ke tempatnya masing-masing. “Darko, kamu pergi kemana saja? Kami mencarimu sedari tadi kenapa tidak kelihatan?”George segera menyapa Darko, setelah melihat sosok Darko yang sedang duduk di teras paviliun. Darko yang sedang asik menikmati rokoknya segera menoleh ke arah sumber suara. Darko segera berdiri dan tersenyum ke arah george setelah mematikan rokok di tangannya. “Ayah…” George menatap wajah anak angkatnya dengan perasaan bersalah, sebagai seorang pria tua yang berpenga

  • Menantu sang Jendral Besar   Bab 292. GALAU TINGKAT LANGIT

    Bab 292. GALAU TINGKAT LANGIT Darko merasa sangat galau tingkat langit menghadapi kenyataan yang dialaminya. Andai dia bisa memilih tentu saja Darko lebih suka selalu hidup di medan perang daripada menerima kenyataan ini. Kenyataan ini tidak bisa dikatakan manis maupun pahit, karena semua adalah kenyataan yang sebenarnya. Hanya saja setelah tahu bahwa dia hanya anak angkat, perasaan hutang budi kepada ayah dan ibu angkatnya menjadi sangat besar. Hutang budi ini melebihi kebaikan harus dilakukan oleh anak kandung kepada orang tua kandungnya. Karena sangatlah wajar dan seharusnya, anak kandung berbakti kepada kedua orang tuanya. Akan tetapi saat ini Darko merasa tekanan yang harus dilakukan kepada kedua orang tua angkatnya seperti sebuah gunung yang selalu berada di punggungnya. Tentu saja Darko tidak bisa durhaka maupun melupakan budi baik yang diberikan George dan Widyawati yang selama ini merawatnya. Bahkan kalau bisa, dia tidak ingin

  • Menantu sang Jendral Besar   Bab 291. SEBUAH TEKAD

    Bab 291. SEBUAH TEKAD Dalam sekejap sosoknya sudah muncul di tebing gunung yang dulu pernah dijadikan tempat berkemah. Tebing gunung ini terletak di perbatasan timur Nusantara, lebih tepatnya tempat dia berkemah dan membunuh seekor ular python. Tempat ini sangatlah terpencil serta pemandangannya sangat indah, dari atas tebing ini Darko bisa menatap ke arah lembah sejauh mata memandang. “Aaaa…. aaaa….aaaa….!!”Dengan lantangnya Darko menjerit sekuat tenaga melepaskan kegundahan dan ketidak percayaan pada dirinya. Gema teriakan Darko mengagetkan hewan-hewan liar yang ada di hutan serta menerbangkan burung-burung yang sedang mencari makan di antara pepohonan. “Tuhan… haruskan saya percaya dengan kenyataan ini? Orang tua yang begitu baik merawatku sejak kecil ternyata mengaku bukan orang tua kandungku?” “Tuhan…! Apa yang harus saya lakukan?” “Astagfirullahaladzim…. Ya Alloh, ujian apalagi yang Engkau berikan kepadaku?” “Kalau memang mereka berd

  • Menantu sang Jendral Besar   Bab 290. TEKANAN BATIN

    Bab 290. TEKANAN BATIN Angeline segera menjawab pertanyaan Widyawati, sambil tersenyum kearah Siti. Sementara itu Darko yang tidak terlalu menganggap penting kehadiran Siti, ekspresi wajahnya tampak datar saja. Jendral George dan Widyawati sepertinya juga mengerti, kenapa Darko bersikap datar kepada Siti. Yang pasti Darko belum menyadari kalau wanita paruh baya yang datang jauh-jauh dari negara Samanta ini, sebenarnya hanya mempunyai satu tujuan yaitu untuk menemui Darko sebagai anak kandungnya yang hilang dua puluh lima tahun yang lalu. Siti tampak tersenyum mendapat pembelaan dari Angeline. Tentu saja sebagai sesama wanita Angeline lebih peka dan tidak terlalu berpikir jauh dengan Siti. Apalagi mereka sudah menandatangani kerjasama antara dua perusahaan, sehingga sikap Angeline sebagai CEO baru, tentu saja sangat senang dengan kerjasama ini. “Maaf ayah, saya mau ke kamar dulu. Biar Angeline menemani kalian ngobrol.”Darko segera berpamitan

  • Menantu sang Jendral Besar   Bab 289. ANGELINE BERTEMU KEDUA MERTUANYA

    Bab 289. ANGELINE BERTEMU KEDUA MERTUANYA Widyawati tampak menghela nafas setelah melihat foto yang ada di dalam liontin, kemudian dia menyerahkan kalung perak itu kepada Siti. “Ternyata kamu memang orang tuanya Darko, akan tetapi lebih baik kalian melakukan tes DNA terlebih dahulu agar semuanya lebih jelas lagi.” “Benar apa kata istriku, kalian sebaiknya Tes DNA terlebih dahulu agar semakin jelas dan kuat hubungan diantara kalian.” Siti sangat terkejut mendengar saran dari kedua suami istri di depannya ini, dia tidak menyangka kalau seorang bangsawan seperti keluarga Mangkusadewo mempunyai hati yang begitu terbuka dan bisa menerima pengakuannya tanpa memarahi maupun menghalanginya. Memang, keluarga Mangkusadewo terkenal sebagai keluarga yang rendah hati dan suka menolong siapapun serta bersedia mendengarkan pendapat orang lain, meskipun sebenarnya pendapat orang itu merugikan dirinya. Sifat-sifat baik dari keluarga Mangkusadewo ini telah diturunk

  • Menantu sang Jendral Besar   Bab 288. FOTO MASA MUDA ORANG TUA KANDUNG DARKO

    Bab 288. FOTO MASA MUDA ORANG TUA KANDUNG DARKO Sementara itu Jendral George yang memperhatikan perubahan pada ekspresi wajah Widyawati hanya bisa tersenyum kecil dan bergumam. “Apa yang akan kamu lakukan setelah mendengar perkataan Siti, apakah kamu akan mempercayai begitu saja omongannya? Mana mungkin kita akan melepaskan Darko yang sudah mereka rawat sejak kecil dengan penuh kasih sayang, kepada wanita yang datang entah dari mana dan mengakui kalau Darko adalah anak kandungnya?” “Dari data yang ada di arsip mereka, saya di perlihatkan nama dan alamat rumah ini.”Sebelum Widyawati bertanya dan menyanggah perkataannya, Siti sudah melanjutkan perkataannya. Tampaknya Widyawati mempunyai sifat yang lebih sabar dan bisa menerima perkataan Siti. Meskipun belum seratus persen mempercayai, akan tetapi Widyawati masih bisa menerima apa yang dikatakan Siti. Widyawati ingin menggali lebih banyak informasi yang bisa di keluarkan Siti untuk membuktikan apa yang

  • Menantu sang Jendral Besar   Bab 287. TENSI MENINGGI

    Bab 287. TENSI MENINGGI Meskipun kesal karena dia tidak disuruh naik mobil Rolls Royce itu, Siti tetap diam. Karena yang jelas dia diizinkan untuk bertemu dengan tuan George Mangkusadewo. Dengan dikawal kapten penjaga pintu gerbang, Siti berjalan menuju Mansion yang jaraknya dua ratus meter dari pintu gerbang. Akhirnya Siti sampai juga di Mansion keluarga Mangkusadewo, di depan pintu Mansion dia sudah dijemput seorang pengawal bagian dalam. Kapten penjaga pintu gerbang segera menyerahkan tanggung jawab mengantar Siti kepada pengawal bagian dalam. Begitu memasuki Mansion, Siti sangat kagum dengan arsitektur dan furniturenya. Arsitekturnya gabungan dari arsitektur tradisional di gabungkan dengan arsitektur modern. “Tuan, tamunya sudah ada di sini.”Pengawal bagian dalam yang menerima Siti segera memberi hormat dan melaporkan kedatangannya. Jendral George Mangkusadewo segera menatap kearah Siti, dalam tatapan matanya terlihat kalau dia

DMCA.com Protection Status