Bab 150. MENGHISAP ENERGI ANGGOTA SEKTE IBLIS Darko sama sekali tidak merasa khawatir mengetahui ada golok yang sedang mengincar lehernya. Bagaimanapun juga dia tahu, di dalam perang yang brutal antara dua sekte besar pasti akan saling membunuh terhadap lawannya. Sekte Iblis akan menangkap hidup-hidup anggota sekte gadis suci. Akan tetapi jelas berbeda jika berhadapan dengan Darko yang seorang pria. Yang pasti tanpa dijelaskan sekalipun, semua anggota sekte Iblis tahu, kalau Darko bukan bagian dari anggota sekte Gadis suci yang anggotanya seratus persen wanita. Sabetan golok semakin mendekati leher Darko, membuat anggota sekte Iblis tersenyum mengetahui sebentar lagi goloknya memotong leher Darko. Bugh…. “Argh…!”Terdengar suara pukulan yang sangat keras, saat golok itu tinggal lima Sentimeter dari lehernya. Suara jeritan kematian ikut menyusuli suara pukulan yang dilakukan Darko, yang tepat mengenai dada anggota sekte Iblis yang berniat memenggal
Bab 151. JAHIL Sementara itu di perusahaan cabang PT Cahaya Timur Group, Bambang dan yang lainnya sedang duduk membicarakan perluasan bisnis investasi perusahaan. Hari ini seluruh perusahaan cabang sudah selesai direnovasi, kaca jendela yang pecah sudah di ganti. Tembok yang retak juga sudah ditutup dan di cat kembali, semuanya sudah kembali normal dan furniture yang rusak juga sudah di ganti dengan yang baru. Saat ini Darko yang sedang terbang di langit menatap ke arah kota Losari yang ada di kejauhan dengan senyum dingin selalu menghiasi wajahnya. Jarak antara gunung suci tempat sekte gadis suci berada, berjarak tiga ratus kilometer dari kota Losari membuat Darko harus terbang untuk mempersingkat waktu. Tak lama kemudian Darko sudah berada di pinggiran kota Losari. Kali ini dia turun dari langit setelah melihat tempat yang sepi dan aman untuk mendarat. Setelah sampai di tempat yang dituju, Darko segera keluar dari tempat sepi ini dan berjalan keluar
Bab 152. MEMBELI GEDUNG BERLANTAI TIGA PULUH Winda segera memandang sekelilingnya, suasana di tempat ini memang benar-benar sepi. Kemudian dia menatap ke arah Darko, seakan sedang menebak apakah yang dikatakan Darko bukan kebohongan belaka. “Kalau kalian tidak percaya ya terserah, selamat tinggal. Saya mau jalan ke kota Losari sebelum gelap.”Darko berkata dengan Cuek, kemudian bermaksud meninggalkan Winoto dan Winda. Akan tetapi Winda yang sudah termakan omongannya barusan segera menahannya. “Tunggu, kamu jangan pergi dulu. Kota Losari masih sangat jauh, sebaiknya kamu bantu kami menghidupkan mobil ini terlebih dahulu.” “Apa urusanku dengan mobilmu yang mogok? Sudahlah, saya sedang terburu-buru. Saya takut kemalaman dan melihat hantu penunggu hutan ini.”Darko sama sekali tidak peduli dengan nasib yang di derita Winoto dan Wanda, dia langsung melanjutkan perjalanannya. Sementara itu Wanda sebagai seorang wanita tentu saja merasa panik, membayangkan akan berte
Bab 153. DENDAM YANG MERANA PT Angkasa Biru yang mendominasi bisnis di kota Losari hanya dalam dua hari jatuh ke titik nol. Apalagi setelah para pesaingnya tahu kalau pendukung PT Angkasa Biru, yaitu sekte Iblis sudah hancur dalam pertempuran dengan sekte gadis suci. Kehancuran sekte Iblis tidak bisa di sembunyikan, apalagi berita ini berhubungan dengan sekte gadis suci yang sangat dihormati penduduk kota Losari. Dengan hancurnya sekte Iblis dan PT Angkasa Biru, kota Losari mengalami perubahan yang sangat nyata di masyarakatnya. Setelah menyelesaikan beberapa masalah di kota Losari, Darko dan yang lainnya kembali ke kota Mandiraja dalam satu rombongan membentuk konvoi. Darko duduk di dalam mobil bersama Bambang, Slamet dan Ibrahim yang bertugas sebagai pengemudi. Di belakang mereka ada lima mobil SUV hitam yang mengikutinya. Di perjalanan Darko tiba-tiba teringat dengan ibu mertuanya yang selalu menagih oleh-oleh, setiap kali dia terlambat pulang maupu
Bab 154. CEMBURU Darko menggelengkan kepala sebagai tanda kasihan dengan dokter Zaver yang tidak bisa membunuhnya. Setelah dokter Zaver di bawa pergi mobil ambulans, Darko juga melanjutkan perjalanannya menghabiskan waktu sebagai pengangguran. Tak lama kemudian Darko sampai di sebuah pasar unggas, Darko tampak menikmati keramaian pasar ini. Banyak burung dan unggas seperti ayam, bebek, angsa dan lainnya di jual di pasar ini. Karena pakaian yang dikenakan Darko tidak terlalu mencolok, sehingga kehadirannya di pasar unggas ini tidak terlalu menarik perhatian orang. Di depan Darko terlihat seekor burung Beo yang berwarna hitam dan kuning sedang berceloteh dengan sangat ramainya. “Assalamu’alaikum, assalamu’alaikum, ayah, ayah, ada tamu.”Darko tersenyum melihat tingkah burung Beo ini, tiba-tiba ada orang yang menyapanya membuat Darko kaget dan membuyarkan keseriusannya menikmati suara burung Beo yang bisa menirukan suara manusia. “Om, burung Beo nya bagus,
Bab 155. APA SUAMIMU Malamnya Darko dam Angeline sudah bersiap mau pergi ketika Rosa menghampiri dan berkata, “Kalian mau kemana malam-malam begini? Tidak biasanya kalian berdua keluar rumah sepulang kerja.” “Malam ini Angeline mau menghadiri reuni kelas bu.” “Reuni kelas? Sekolah yang mana? Kenapa mendadak sekali?” “Ini reuni SMA bu, tadi Radith dan Dylan datang ke perusahaan mengantar surat undangannya.” “Radith, Dylan?”Rossa tampak seperti sedang mengingat-ingat dua nama ini yang terdengar familiar di telinganya. “Itu loh bu, mereka yang sering belajar bersama di rumah kita dulu.” “Ooo… mereka yang badung dan suka membuat onar? Bagaimana kabar mereka sekarang?”Sepertinya Rossa mulai ingat teman Angeline sewaktu masih SMA dulu. Memang benar, mereka berdua dulunya sangat badung dan suka membuat onar, bahkan saat belajar kelompok di rumah Angeline sering membuat onar dan berisik. Karena hal inilah sehingga mereka berdua langsung dikenali Rossa. “Sepert
Bab 156. DIHINA “Ya betul, saya juga masih ingat perkataannya sewaktu SMA dulu.”Salah seorang teman yang lainnya segera menimpali di ikuti teman-teman wanita yang lainnya. Sebenarnya waktu itu Angeline masih berpikiran sangat tinggi, hal ini sesuai dengan keadaan keluarganya yang termasuk salah satu dari keluarga terpandang di kota Mandiraja. Sewaktu Angeline SMA, kakeknya masih hidup dan masih bertugas di militer sehingga keluarga Wibisono sangat dihormati semua orang. Apalagi Angeline masih ingat dan selalu dia ingat dalam hatinya sebuah kebanggan kalau tunangannya sejak masa kecil adalah tuan muda dari Ibukota yang merupakan atasan kakek Wibisono di militer. Akan tetapi impian masa remajanya yang indah kini sudah musnah. Tuan muda kaya yang dia idam-idamkan ternyata hanya seorang pemuda miskin yang bekerja sebagai pensiunan tentara. Perjalanan hidupnya benar-benar tidak seperti impian masa remajanya yang indah. Mendengar ejekan teman-temannya, seketik
Bab 157. DIKIRA GILA Tak lama setelah Resepsionis menekan tombol tanda bahaya, dari arah lift terlihat seorang pria paruh baya dengan dandanan kerja profesional yang sangat rapi berjalan cepat ke arah Darko setelah keluar dari Lift. Manajer Warsono menatap kearah Darko yang sedang berdiri di depan meja Resepsionis, dengan tatapan penuh selidik. Sekali pandang saja, manajer Warsono tahu alasan Resepsionis memanggilnya. “Maaf ada apa ini, perkenalkan saya manajer Warsono. Sepertinya tuan ini berniat untuk memesan kamar di tempat kami?’Manajer Warsono langsung menyapa Darko dengan ramah setelah memperkenalkan diri dan menjabat tangan Darko. Sebagai seorang pekerja profesional yang sudah berpengalaman, manajer Warsono tidak berani mengusir Darko begitu saja setelah masuk kedalam hotelnya. Kecerdasan manajer Warsono membuatnya mengerti dan harus membuat alasan yang tepat sebelum mengusir Darko dari hotel. “Kebetulan bapak manajer datang, saya kesini untuk memesan
Bab 295. KEBAHAGIAAN “Jadi, siapa orang tua kak Darko?” Angeline berkata tanpa sadar. Padahal dia merasa malu untuk menanyakannya, akan tetapi apa yang keluar dari mulutnya adalah reflek saja karena dia tidak bisa menahan rasa penasarannya. George tidak marah mendengar perkataan Angeline, sebaliknya George malahan tersenyum kemudian melanjutkan perkataannya. “Orang tua Darko tentu saja kamu sudah mengenalnya dengan baik.” “Apa? Saya sudah mengenalnya?”Angeline berteriak tanpa sadar, saat tersadar dan merasa tidak sopan berteriak di hadapan mertuanya, Angeline langsung menutup mulutnya dengan tangan. “Maaf saya hanya terkejut saja. Tapi siapakah orang tua kak Darko, mana mungkin saya sudah mengenalnya.” “Orang tua Darko adalah Bu Siti.”George segera menyebutkan nama Siti dengan nada pelan sambil menatap wajah Angeline dan Darko silih berganti. "Mana mungkin bu Siti adalah orang tua kandung kak Darko?”Mata Angeline seakan mau keluar saat men
Bab 294. LATAR BELAKANG YANG MENGEJUTKAN Malam ini Angeline benar-benar menyerahkan diri sepenuhnya kepada Darko. Tentu saja Darko juga tidak menolak ketika Angeline berinisiatif untuk melakukan hubungan intim sebagai suami istri dengannya. Keesokan paginya wajah Darko tampak semakin bersemangat, kegundahan dan kegalauan yang mendera pikirannya sudah lebih berkurang. Sedangkan wajah Angeline tampak pucat dan terlihat seperti orang yang kelelahan. Maklumlah mereka semalam telah bertempur hingga semalaman. Bagi Darko yang seorang kultivator tentu saja tidak masalah jika dia melakukan hubungan suami istri semalaman tanpa henti. Hanya saja dia tidak tega melihat Tenaga Angeline kehabisan untuk melayaninya. Menjelang subuh barulah Darko menghentikan serangannya pada Angeline. Saat terbangun Darko tampak bersiul dengan penuh kegembiraan dan langsung berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Tanpa menunggu Angeline terbangun
Bab 293. TIDUR SATU RANJANG DENGAN ANGELINE Setelah menerima laporan kapten pengawal, tuan besar George segera bangkit dari duduknya dan meninggalkan ruang keluarga. Widyawati memandangi kepergian suaminya tanpa berusaha mencegahnya, karena dia tahu kalau George ingin segera bertemu dengan Darko. “Kalian kembalilah ke tempat kalian, nanti kalau saya membutuhkan bantuan kalian pasti kalian akan saya panggil.” “Baik nyonya.”Kapten pengawal dan kepala pelayan segera kembali ke tempatnya masing-masing. “Darko, kamu pergi kemana saja? Kami mencarimu sedari tadi kenapa tidak kelihatan?”George segera menyapa Darko, setelah melihat sosok Darko yang sedang duduk di teras paviliun. Darko yang sedang asik menikmati rokoknya segera menoleh ke arah sumber suara. Darko segera berdiri dan tersenyum ke arah george setelah mematikan rokok di tangannya. “Ayah…” George menatap wajah anak angkatnya dengan perasaan bersalah, sebagai seorang pria tua yang berpenga
Bab 292. GALAU TINGKAT LANGIT Darko merasa sangat galau tingkat langit menghadapi kenyataan yang dialaminya. Andai dia bisa memilih tentu saja Darko lebih suka selalu hidup di medan perang daripada menerima kenyataan ini. Kenyataan ini tidak bisa dikatakan manis maupun pahit, karena semua adalah kenyataan yang sebenarnya. Hanya saja setelah tahu bahwa dia hanya anak angkat, perasaan hutang budi kepada ayah dan ibu angkatnya menjadi sangat besar. Hutang budi ini melebihi kebaikan harus dilakukan oleh anak kandung kepada orang tua kandungnya. Karena sangatlah wajar dan seharusnya, anak kandung berbakti kepada kedua orang tuanya. Akan tetapi saat ini Darko merasa tekanan yang harus dilakukan kepada kedua orang tua angkatnya seperti sebuah gunung yang selalu berada di punggungnya. Tentu saja Darko tidak bisa durhaka maupun melupakan budi baik yang diberikan George dan Widyawati yang selama ini merawatnya. Bahkan kalau bisa, dia tidak ingin
Bab 291. SEBUAH TEKAD Dalam sekejap sosoknya sudah muncul di tebing gunung yang dulu pernah dijadikan tempat berkemah. Tebing gunung ini terletak di perbatasan timur Nusantara, lebih tepatnya tempat dia berkemah dan membunuh seekor ular python. Tempat ini sangatlah terpencil serta pemandangannya sangat indah, dari atas tebing ini Darko bisa menatap ke arah lembah sejauh mata memandang. “Aaaa…. aaaa….aaaa….!!”Dengan lantangnya Darko menjerit sekuat tenaga melepaskan kegundahan dan ketidak percayaan pada dirinya. Gema teriakan Darko mengagetkan hewan-hewan liar yang ada di hutan serta menerbangkan burung-burung yang sedang mencari makan di antara pepohonan. “Tuhan… haruskan saya percaya dengan kenyataan ini? Orang tua yang begitu baik merawatku sejak kecil ternyata mengaku bukan orang tua kandungku?” “Tuhan…! Apa yang harus saya lakukan?” “Astagfirullahaladzim…. Ya Alloh, ujian apalagi yang Engkau berikan kepadaku?” “Kalau memang mereka berd
Bab 290. TEKANAN BATIN Angeline segera menjawab pertanyaan Widyawati, sambil tersenyum kearah Siti. Sementara itu Darko yang tidak terlalu menganggap penting kehadiran Siti, ekspresi wajahnya tampak datar saja. Jendral George dan Widyawati sepertinya juga mengerti, kenapa Darko bersikap datar kepada Siti. Yang pasti Darko belum menyadari kalau wanita paruh baya yang datang jauh-jauh dari negara Samanta ini, sebenarnya hanya mempunyai satu tujuan yaitu untuk menemui Darko sebagai anak kandungnya yang hilang dua puluh lima tahun yang lalu. Siti tampak tersenyum mendapat pembelaan dari Angeline. Tentu saja sebagai sesama wanita Angeline lebih peka dan tidak terlalu berpikir jauh dengan Siti. Apalagi mereka sudah menandatangani kerjasama antara dua perusahaan, sehingga sikap Angeline sebagai CEO baru, tentu saja sangat senang dengan kerjasama ini. “Maaf ayah, saya mau ke kamar dulu. Biar Angeline menemani kalian ngobrol.”Darko segera berpamitan
Bab 289. ANGELINE BERTEMU KEDUA MERTUANYA Widyawati tampak menghela nafas setelah melihat foto yang ada di dalam liontin, kemudian dia menyerahkan kalung perak itu kepada Siti. “Ternyata kamu memang orang tuanya Darko, akan tetapi lebih baik kalian melakukan tes DNA terlebih dahulu agar semuanya lebih jelas lagi.” “Benar apa kata istriku, kalian sebaiknya Tes DNA terlebih dahulu agar semakin jelas dan kuat hubungan diantara kalian.” Siti sangat terkejut mendengar saran dari kedua suami istri di depannya ini, dia tidak menyangka kalau seorang bangsawan seperti keluarga Mangkusadewo mempunyai hati yang begitu terbuka dan bisa menerima pengakuannya tanpa memarahi maupun menghalanginya. Memang, keluarga Mangkusadewo terkenal sebagai keluarga yang rendah hati dan suka menolong siapapun serta bersedia mendengarkan pendapat orang lain, meskipun sebenarnya pendapat orang itu merugikan dirinya. Sifat-sifat baik dari keluarga Mangkusadewo ini telah diturunk
Bab 288. FOTO MASA MUDA ORANG TUA KANDUNG DARKO Sementara itu Jendral George yang memperhatikan perubahan pada ekspresi wajah Widyawati hanya bisa tersenyum kecil dan bergumam. “Apa yang akan kamu lakukan setelah mendengar perkataan Siti, apakah kamu akan mempercayai begitu saja omongannya? Mana mungkin kita akan melepaskan Darko yang sudah mereka rawat sejak kecil dengan penuh kasih sayang, kepada wanita yang datang entah dari mana dan mengakui kalau Darko adalah anak kandungnya?” “Dari data yang ada di arsip mereka, saya di perlihatkan nama dan alamat rumah ini.”Sebelum Widyawati bertanya dan menyanggah perkataannya, Siti sudah melanjutkan perkataannya. Tampaknya Widyawati mempunyai sifat yang lebih sabar dan bisa menerima perkataan Siti. Meskipun belum seratus persen mempercayai, akan tetapi Widyawati masih bisa menerima apa yang dikatakan Siti. Widyawati ingin menggali lebih banyak informasi yang bisa di keluarkan Siti untuk membuktikan apa yang
Bab 287. TENSI MENINGGI Meskipun kesal karena dia tidak disuruh naik mobil Rolls Royce itu, Siti tetap diam. Karena yang jelas dia diizinkan untuk bertemu dengan tuan George Mangkusadewo. Dengan dikawal kapten penjaga pintu gerbang, Siti berjalan menuju Mansion yang jaraknya dua ratus meter dari pintu gerbang. Akhirnya Siti sampai juga di Mansion keluarga Mangkusadewo, di depan pintu Mansion dia sudah dijemput seorang pengawal bagian dalam. Kapten penjaga pintu gerbang segera menyerahkan tanggung jawab mengantar Siti kepada pengawal bagian dalam. Begitu memasuki Mansion, Siti sangat kagum dengan arsitektur dan furniturenya. Arsitekturnya gabungan dari arsitektur tradisional di gabungkan dengan arsitektur modern. “Tuan, tamunya sudah ada di sini.”Pengawal bagian dalam yang menerima Siti segera memberi hormat dan melaporkan kedatangannya. Jendral George Mangkusadewo segera menatap kearah Siti, dalam tatapan matanya terlihat kalau dia