Bab 117. MENYELIDIKI Setelah menitipkan supercarnya di basement Mall, Darko segera keluar dari Mall dari lantai dua sehingga tidak ada yang tahu kalau dia hanya menitipkan mobilnya saja di tempat ini. Penampilan Darko yang sederhana sama sekali tidak menarik perhatian orang-orang yang ada di sekitar Mall. Sesampainya di luar Mall, Darko segera menaiki taksi yang standby menunggu penumpang di dekat Mall. Tak lama kemudian Darko sampai di perkampungan kumuh yang tadi dia lihat. Setelah membayar ongkos taksi, Darko segera berjalan memasuki kampung kumuh ini menuju rumah yang dibatasi garis polisi berwarna kuning. Di depan rumah korban pembunuhan, Darko berdiri tanpa memasuki garis polisi. Dari tempatnya berdiri, Darko mengedarkan energi spiritualnya untuk menangkap aura negatif yang ditinggalkan pembunuh sadis yang telah menghabisi satu keluarga penghuni rumah di depannya ini. Akhirnya Darko bisa menangkap aura yang ditinggalkan pembunuh satu keluarga pen
Bab 118. GEMETAR KETAKUTAN“Lihat, mobil Veneno nya ternyata ada di belakang kita.”Salah seorang begal yang berniat merampok Darko berkata dengan wajah penuh dengan rasa penasaran. Seketika empat orang di dalam mobil sedan yang ada di belakang menoleh ke arah Darko. Darko yang sedang mengemudi di belakang mereka juga melihat ketika ke empat orang preman yang ada di mobil hitam sedang menoleh ke arahnya. Tiba-tiba Darko mempercepat Veneno nya dan melakukan zig zag tepat di depan mobil yang ada di belakang. Ciiit…Pengemudi mobil yang dilalui Darko dengan Zig zag langsung menginjak pedal rem dengan sigap. “Cari mati!”Pengemudi mobil hitam memaki Darko dengan wajah dipenuhi dengan emosi yang membara. Untungnya dia bisa menginjak rem dengan cepat, kalau terlambat sedikit saja dia akan menabrak pantat Veneno yang mendahuluinya dengan cepat. Sebenarnya meskipun pengemudi mobil hitam tidak sempat menginjak rem, Veneno yang dibawa Darko tidak mungkin bisa di tabrak
Bab 119. PEMBUNUH BAYARAN Terdengar rintihan kesakitan dari mulut bang Codet setelah terhempas dan jatuh di atas jalan beraspal. Darko menepuk-nepuk pakaiannya seakan sedang membersihkan debu yang diakibatkan oleh para preman ini. Senyum Darko terlihat bagai Iblis yang datang dari neraka, menatap para preman dengan senyuman penghinaan. Brum…Deru mesin Veneno menggelegar meninggalkan tubuh-tubuh yang tak berdaya. Darko berbalik arah ke tempat di mana tadi dia datang, bang Codet dan para preman hanya bisa menggerutu dan menyesali nasibnya yang sangat sial. Veneno melesat ke arah kota Silangit dengan cepat, sambil mengemudi Darko mengeluarkan ponselnya dari cincin spiritual. Begitu ponsel keluar dari cincin spiritual, seketika terdengar banyak notifikasi yang masuk. Darko memelankan laju Veneno nya untuk melihat notifikasi yang masuk kedalam ponselnya. Ternyata banyak panggilan yang masuk dari Angeline, seakan layar ponselnya di penuhi panggilan te
Bab 120. BAYANGAN IBLIS Tubuh Darko sekali lagi berubah menjadi sebuah bayangan dan dalam sekejap sudah ada di belakang tiga pembunuh bayaran yang sedang beraksi. Saat ini mereka bertiga baru akan mengetuk pintu salah satu warga dan yang lainnya sedang melakukan tugasnya masing-masing. Ada yang berada di depan pintu dapur dan ada yang bertugas mengawasi sekelilingnya. Tubuh Darko bagaikan bayangan iblis memukul leher belakang setiap pembunuh bayaran, yang membuat mereka langsung mati tanpa bisa mengeluarkan suara sedikitpun. Setelah menghabisi semua pembunuh bayaran, Darko segera kembali ke mobilnya yang terparkir di bawah bayangan pohon dalam kegelapan. Kemudian dia segera menghidupkan mobilnya dan pergi tanpa menunggu semua warga keluar dari rumah untuk mencari dirinya yang sudah membunuh enam pembunuh bayaran ini. “Ayah…!!” “Ayah…!!” Sementara itu Wignyo yang sebelumnya shock menghadapi keadaan yang sangat mengerikan dalam hidupnya, segera tersadar
Bab 121. MENGHANCURKAN KLAN HARIMAU HITAM Sementara itu di sebuah ruangan yang ada di gedung perusahaan PT Bumi Alam Persada, terlihat lima orang yang sedang duduk dengan wajah serius mengelilingi meja. Ruangan ini merupakan ruang rapat terbatas yang maksimal hanya bisa menampung sepuluh orang, meskipun ruangannya sangat luas dan kedap suara. Kelima orang ini adalah Burhanudin CEO PT Bumi Alam Persada, Wahid Wali kota Silangit, Junarto ketua klan harimau hitam, Suminto CEO PT Bumi Raksa dan Martin seorang direktur Kepolisian kota Silangit. Kelima orang ini tampak sedang terdiam dengan wajah serius, tiba-tiba masuk seorang sekretaris dengan penampilan menawan dan di tangannya terdapat setumpuk dokumen. Sekretaris cantik ini meletakkan dokumen yang dibawanya di depan Burhanudin. Setelah meletakkan dokumen di tangannya, Burhanudin memberi isyarat agar sekretaris cantik keluar dari ruangan rapat. Sementara itu, Darko yang sudah memarkirkan kendaraannya di pinggir ja
Bab 122. EKSEKUSI SADIS Keributan yang ditimbulkan Darko setelah menghancurkan pintu kamar Junarto, membuat seluruh anggota klan Harimau Hitam yang sedang tertidur lelap terbangun. Semua orang terlihat sedang berlari menaiki tangga menuju lantai dua, dimana kamar Junarto berada. Dengan mata spiritualnya Darko bisa memindai keberadaan ratusan anggota klan Harimau Hitam yang sedang menuju ke arahnya. Darko sama sekali tidak merasa khawatir dengan kedatangan seluruh anggota klan Harimau Hitam. Senyum tipis malah tersungging di sudut bibirnya, kemudian tubuh Darko sekali lagi berkelebat berubah menjadi bayangan menyongsong kearah para anggota klan Harimau Hitam. Plak… Bugh… Plak,,, Bugh…. Argh… argh… argh…Suara pukulan serta teriakan kesakitan terdengar saling bersahutan membuat suasana malam menjadi sangat mencekam. Setiap kali Darko melewati anak buah klan Harimau Hitam, maka kedua tangannya bergerak dengan cepat menghantam kepala mereka hin
Bab 123. MENCEKAM Darko mengemudikan mobilnya dengan cepat menuju rumah Martin sesuai dengan alamat yang tercantum dalam GPS. Seperti halnya saat mencari rumah Burhanudin, Darko hanya melewati rumahnya setelah titik GPS berhenti di depan pintu gerbang rumah Martin. Setelah menemukan tempat yang cocok untuk memarkirkan kendaraannya, Darko segera turun dan menghilang dalam kegelapan. Tubuhnya seakan berbaur dengan malam saat tubuhnya berkelebat menjadi bayangan berlari ke arah rumah Martin. Seperti biasa untuk menghindari kamera pengawas, Darko meloncat ke atas genteng dan memindai keberadaan Martin menggunakan mata spiritualnya. Senyum tipis menghiasi sudut bibir Darko setelah mengetahui keberadaan Martin. Dengan mata spiritualnya, Darko bisa melihat Martin yang sedang tidur bersama istrinya. Tubuh Darko meloncat dengan dari atap dan langsung mendobrak jendela kamar Martin. Blarr…!!Suara jendela yang hancur di tabrak Darko mengagetkan Martin yang sedan
Bab 124. TERGELINCIR Darko baru saja duduk di nomor yang sesuai dengan nomor yang tertera di tiketnya, ketika tiba-tiba ada seorang penumpang wanita muda lagi cantik dan menawan berjalan ke arahnya dan langsung duduk begitu saja hingga tubuhnya menempel di bahunya. “Permisi, maaf anda duduknya jangan melebar ke tempat duduk saya.”Darko segera menegur penumpang wanita yang duduknya mepet ke kursi tempatnya duduk. Wanita ini segera menatap Darko, seakan ingin melihat siapa orang yang berani menegurnya. Darko juga menoleh ke arah penumpang wanita yang akan duduk di kursinya. Deg…Jantung Darko seakan bergetar begitu melihat wajah wanita yang duduk di sampingnya. Wajah wanita ini begitu cantik akan tetapi kecantikannya tampak aneh, karena wajah itu terlihat begitu dingin saat menatap ke arahnya. “Apa lihat-lihat, tidak pernah lihat wanita cantik?”Darko jadi merasa malu mendengar perkataan wanita di sampingnya, apalagi suaranya begitu keras sehingga menarik perhati
Bab 295. KEBAHAGIAAN “Jadi, siapa orang tua kak Darko?” Angeline berkata tanpa sadar. Padahal dia merasa malu untuk menanyakannya, akan tetapi apa yang keluar dari mulutnya adalah reflek saja karena dia tidak bisa menahan rasa penasarannya. George tidak marah mendengar perkataan Angeline, sebaliknya George malahan tersenyum kemudian melanjutkan perkataannya. “Orang tua Darko tentu saja kamu sudah mengenalnya dengan baik.” “Apa? Saya sudah mengenalnya?”Angeline berteriak tanpa sadar, saat tersadar dan merasa tidak sopan berteriak di hadapan mertuanya, Angeline langsung menutup mulutnya dengan tangan. “Maaf saya hanya terkejut saja. Tapi siapakah orang tua kak Darko, mana mungkin saya sudah mengenalnya.” “Orang tua Darko adalah Bu Siti.”George segera menyebutkan nama Siti dengan nada pelan sambil menatap wajah Angeline dan Darko silih berganti. "Mana mungkin bu Siti adalah orang tua kandung kak Darko?”Mata Angeline seakan mau keluar saat men
Bab 294. LATAR BELAKANG YANG MENGEJUTKAN Malam ini Angeline benar-benar menyerahkan diri sepenuhnya kepada Darko. Tentu saja Darko juga tidak menolak ketika Angeline berinisiatif untuk melakukan hubungan intim sebagai suami istri dengannya. Keesokan paginya wajah Darko tampak semakin bersemangat, kegundahan dan kegalauan yang mendera pikirannya sudah lebih berkurang. Sedangkan wajah Angeline tampak pucat dan terlihat seperti orang yang kelelahan. Maklumlah mereka semalam telah bertempur hingga semalaman. Bagi Darko yang seorang kultivator tentu saja tidak masalah jika dia melakukan hubungan suami istri semalaman tanpa henti. Hanya saja dia tidak tega melihat Tenaga Angeline kehabisan untuk melayaninya. Menjelang subuh barulah Darko menghentikan serangannya pada Angeline. Saat terbangun Darko tampak bersiul dengan penuh kegembiraan dan langsung berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Tanpa menunggu Angeline terbangun
Bab 293. TIDUR SATU RANJANG DENGAN ANGELINE Setelah menerima laporan kapten pengawal, tuan besar George segera bangkit dari duduknya dan meninggalkan ruang keluarga. Widyawati memandangi kepergian suaminya tanpa berusaha mencegahnya, karena dia tahu kalau George ingin segera bertemu dengan Darko. “Kalian kembalilah ke tempat kalian, nanti kalau saya membutuhkan bantuan kalian pasti kalian akan saya panggil.” “Baik nyonya.”Kapten pengawal dan kepala pelayan segera kembali ke tempatnya masing-masing. “Darko, kamu pergi kemana saja? Kami mencarimu sedari tadi kenapa tidak kelihatan?”George segera menyapa Darko, setelah melihat sosok Darko yang sedang duduk di teras paviliun. Darko yang sedang asik menikmati rokoknya segera menoleh ke arah sumber suara. Darko segera berdiri dan tersenyum ke arah george setelah mematikan rokok di tangannya. “Ayah…” George menatap wajah anak angkatnya dengan perasaan bersalah, sebagai seorang pria tua yang berpenga
Bab 292. GALAU TINGKAT LANGIT Darko merasa sangat galau tingkat langit menghadapi kenyataan yang dialaminya. Andai dia bisa memilih tentu saja Darko lebih suka selalu hidup di medan perang daripada menerima kenyataan ini. Kenyataan ini tidak bisa dikatakan manis maupun pahit, karena semua adalah kenyataan yang sebenarnya. Hanya saja setelah tahu bahwa dia hanya anak angkat, perasaan hutang budi kepada ayah dan ibu angkatnya menjadi sangat besar. Hutang budi ini melebihi kebaikan harus dilakukan oleh anak kandung kepada orang tua kandungnya. Karena sangatlah wajar dan seharusnya, anak kandung berbakti kepada kedua orang tuanya. Akan tetapi saat ini Darko merasa tekanan yang harus dilakukan kepada kedua orang tua angkatnya seperti sebuah gunung yang selalu berada di punggungnya. Tentu saja Darko tidak bisa durhaka maupun melupakan budi baik yang diberikan George dan Widyawati yang selama ini merawatnya. Bahkan kalau bisa, dia tidak ingin
Bab 291. SEBUAH TEKAD Dalam sekejap sosoknya sudah muncul di tebing gunung yang dulu pernah dijadikan tempat berkemah. Tebing gunung ini terletak di perbatasan timur Nusantara, lebih tepatnya tempat dia berkemah dan membunuh seekor ular python. Tempat ini sangatlah terpencil serta pemandangannya sangat indah, dari atas tebing ini Darko bisa menatap ke arah lembah sejauh mata memandang. “Aaaa…. aaaa….aaaa….!!”Dengan lantangnya Darko menjerit sekuat tenaga melepaskan kegundahan dan ketidak percayaan pada dirinya. Gema teriakan Darko mengagetkan hewan-hewan liar yang ada di hutan serta menerbangkan burung-burung yang sedang mencari makan di antara pepohonan. “Tuhan… haruskan saya percaya dengan kenyataan ini? Orang tua yang begitu baik merawatku sejak kecil ternyata mengaku bukan orang tua kandungku?” “Tuhan…! Apa yang harus saya lakukan?” “Astagfirullahaladzim…. Ya Alloh, ujian apalagi yang Engkau berikan kepadaku?” “Kalau memang mereka berd
Bab 290. TEKANAN BATIN Angeline segera menjawab pertanyaan Widyawati, sambil tersenyum kearah Siti. Sementara itu Darko yang tidak terlalu menganggap penting kehadiran Siti, ekspresi wajahnya tampak datar saja. Jendral George dan Widyawati sepertinya juga mengerti, kenapa Darko bersikap datar kepada Siti. Yang pasti Darko belum menyadari kalau wanita paruh baya yang datang jauh-jauh dari negara Samanta ini, sebenarnya hanya mempunyai satu tujuan yaitu untuk menemui Darko sebagai anak kandungnya yang hilang dua puluh lima tahun yang lalu. Siti tampak tersenyum mendapat pembelaan dari Angeline. Tentu saja sebagai sesama wanita Angeline lebih peka dan tidak terlalu berpikir jauh dengan Siti. Apalagi mereka sudah menandatangani kerjasama antara dua perusahaan, sehingga sikap Angeline sebagai CEO baru, tentu saja sangat senang dengan kerjasama ini. “Maaf ayah, saya mau ke kamar dulu. Biar Angeline menemani kalian ngobrol.”Darko segera berpamitan
Bab 289. ANGELINE BERTEMU KEDUA MERTUANYA Widyawati tampak menghela nafas setelah melihat foto yang ada di dalam liontin, kemudian dia menyerahkan kalung perak itu kepada Siti. “Ternyata kamu memang orang tuanya Darko, akan tetapi lebih baik kalian melakukan tes DNA terlebih dahulu agar semuanya lebih jelas lagi.” “Benar apa kata istriku, kalian sebaiknya Tes DNA terlebih dahulu agar semakin jelas dan kuat hubungan diantara kalian.” Siti sangat terkejut mendengar saran dari kedua suami istri di depannya ini, dia tidak menyangka kalau seorang bangsawan seperti keluarga Mangkusadewo mempunyai hati yang begitu terbuka dan bisa menerima pengakuannya tanpa memarahi maupun menghalanginya. Memang, keluarga Mangkusadewo terkenal sebagai keluarga yang rendah hati dan suka menolong siapapun serta bersedia mendengarkan pendapat orang lain, meskipun sebenarnya pendapat orang itu merugikan dirinya. Sifat-sifat baik dari keluarga Mangkusadewo ini telah diturunk
Bab 288. FOTO MASA MUDA ORANG TUA KANDUNG DARKO Sementara itu Jendral George yang memperhatikan perubahan pada ekspresi wajah Widyawati hanya bisa tersenyum kecil dan bergumam. “Apa yang akan kamu lakukan setelah mendengar perkataan Siti, apakah kamu akan mempercayai begitu saja omongannya? Mana mungkin kita akan melepaskan Darko yang sudah mereka rawat sejak kecil dengan penuh kasih sayang, kepada wanita yang datang entah dari mana dan mengakui kalau Darko adalah anak kandungnya?” “Dari data yang ada di arsip mereka, saya di perlihatkan nama dan alamat rumah ini.”Sebelum Widyawati bertanya dan menyanggah perkataannya, Siti sudah melanjutkan perkataannya. Tampaknya Widyawati mempunyai sifat yang lebih sabar dan bisa menerima perkataan Siti. Meskipun belum seratus persen mempercayai, akan tetapi Widyawati masih bisa menerima apa yang dikatakan Siti. Widyawati ingin menggali lebih banyak informasi yang bisa di keluarkan Siti untuk membuktikan apa yang
Bab 287. TENSI MENINGGI Meskipun kesal karena dia tidak disuruh naik mobil Rolls Royce itu, Siti tetap diam. Karena yang jelas dia diizinkan untuk bertemu dengan tuan George Mangkusadewo. Dengan dikawal kapten penjaga pintu gerbang, Siti berjalan menuju Mansion yang jaraknya dua ratus meter dari pintu gerbang. Akhirnya Siti sampai juga di Mansion keluarga Mangkusadewo, di depan pintu Mansion dia sudah dijemput seorang pengawal bagian dalam. Kapten penjaga pintu gerbang segera menyerahkan tanggung jawab mengantar Siti kepada pengawal bagian dalam. Begitu memasuki Mansion, Siti sangat kagum dengan arsitektur dan furniturenya. Arsitekturnya gabungan dari arsitektur tradisional di gabungkan dengan arsitektur modern. “Tuan, tamunya sudah ada di sini.”Pengawal bagian dalam yang menerima Siti segera memberi hormat dan melaporkan kedatangannya. Jendral George Mangkusadewo segera menatap kearah Siti, dalam tatapan matanya terlihat kalau dia