Bab 109. MEMBERI PEKERJAAN Setelah membaringkan bu Dewi di tempat tidur, Darko segera bersiap untuk mengobatinya. “Ibu harap tenang dan jangan takut dengan apa yang akan saya lakukan.”Setelah memberi nasehat kepada bu Dewi, Darko segera bersiap. Tangan kanannya bergerak sangat cepat menotok setiap titik akupuntur di tubuh bu Dewi. Sekujur tubuh Dewi tiba-tiba mengeluarkan keringat sangat banyak setelah Darko menotok puluhan titik akupuntur di tubuhnya. Dalam sekejap itu juga perasaan bu Dewi menjadi lebih tenang dan nyaman, nafasnya juga mulai halus. Tak lama kemudian kesadaran bu Dewi menghilang, dia berada dalam keadaan seperti di bius. Elok yang melihat ibunya yang memejamkan mata, tak lama setelah Darko menotok titik akupuntur tubuhnya merasa bersemangat. Apalagi kemudian melihat tubuh ibunya mulai berkeringat seperti mata air yang keluar dari dasar bumi. Perasaan bersemangat dan penuh harapan sebelumnya berubah menjadi perasaan khawatir dengan
Bab 110. VILLA SURGA ALAM HIJAU “Apa ini?”Elok berkata dengan ekspresi curiga dan penasaran setelah membaca catatan singkat yang ada di kertas ini. Darko tidak terlalu menanggapi pertanyaan Elok, dia malah memberitahukan alamat PT Cahaya Utama Group. “Datanglah ke alamat yang saya sebutkan tadi dan serahkan catatan ini ke direktur Bambang, itu kalau kamu memang ingin berubah dan meninggalkan pekerjaanmu yang sekarang.” Mendengar perkataan Darko, Elok termenung seakan tidak percaya dengan apa yang dikatakan Darko. Dalam benaknya, Elok berpikir apa alasan Darko melakukan ini. Apakah ini sebuah jebakan atau hanya candaan dan harapan semua saja. Darko sama sekali tidak peduli dengan apa yang ada di dalam benak Elok, yang penting dia sudah melakukan apa yang perlu dilakukannya. Keputusan terakhir tetap ada di tangan Elok, apalagi dia juga sudah membantu mengobati Dewi. Setelah berbasa-basi sebentar, Darko segera berpamitan dan meninggalkan rumah Elok menyusuri
Bab 111. HARGANYA DUA BELAS TRILIUN RUPIAH Dilihat dari berbagai arah pun, Darko merasa kalau posisi Villa ini sangat menarik. Yang paling penting, Villa ini terkena cahaya matahari pagi yang berlimpah. Rumah yang mendapatkan pencahayaan dari matahari pagi dapat dipastikan tempat ini dipenuhi dengan aura yang baik. Bella yang merasa tertohok oleh perkataan Darko segera menyuruh seorang karyawan baru untuk melayani Darko. Marketing baru ini bernama Yuliani, sosoknya tinggi dan putih dengan rambut hitam sebahu yang sangat tebal dan indah. Memang di perusahaan ini terlihat karyawan wanitanya mempunyai paras yang cantik dan postur tubuh yang menawan serta ramping. “Tuan, apa ada yang menarik anda?” Yuliani menyapa Darko yang sedang menatap miniatur bukit Villa Surga Alam Hijau di depanya. “Oh iya, saya mau tanya. Apa Villa yang ada di puncak ini sudah laku?” Darko menunjuk ke arah Villa yang menarik hatinya sambil menunjuk ke arah miniatur Villa yang tertu
Bab 112. GEMETAR “Ini….”Manajer Lidya menatap foto dalam KTP, kemudian melirik kearah Darko. Memang wajah foto di KTP dan wajah Darko sangat mirip, akan tetapi juga berbeda. Manajer Lidya tidak terlalu memperdulikan perbedaan ini, sebagai seorang yang berpengalaman, dia terus membuat kontrak jual beli Villa nomor satu. Kemudian manajer Lidya memasukkan Kartu Bank milik Darko ke dalam mesin EDC. “Ting…! Transfer sebesar dua belas triliun telah sukses di kirim ke rekening PT Graha Utama.”Mata manajer Lidya terbuka sangat lebar, demikian juga dengan Yuliani yang mendengar suara mesin yang keluar dari mesin EDC edisi khusus. Dengan tangan gemetar manajer Lidya memastikan sekali lagi kertas print out yang keluar dari mesin EDC. Di kertas print out ini tertulis dengan jelas, nama dan angka sebesar dua belas triliun tercetak dengan sangat jelas. “Tuan Darko ini Kartu Bank dan KTP anda.”Tangan Manajer Lidya berkata dengan tangan gemetar sambil menyerahkan Kartu Bank se
Bab 113. LAMBORGHINI VENENO ROADSTER Terdengar sebuah berita yang sangat menggemparkan kota Silangit, berita ini berupa pembunuhan misterius yang menyasar warga yang tinggal di pinggiran kota Silangit. Darko yang sedang rebahan segera bangun dan duduk, mata dan telinganya fokus mendengarkan berita ini. Selain orang tua, anak-anak juga menjadi korban yang sangat sadis oleh pembunuh misterius ini. Dalam dua hari sudah ada dua keluarga yang mati dengan kondisi yang sangat mengenaskan. Tubuh mereka di mutilasi dan cincang menjadi beberapa bagian, tentu saja berita ini menggemparkan kita Silangit. Demikian juga dengan Darko yang saat ini ada di kota Silangit. Tentu saja dia sejak kemarin tidak mendengar berita ini, karena dia tinggal di hotel dan sibuk mengurusi pekerjaan. Setelah mendengarkan berita Hot News yang disiarkan televisi lokal, Darko segera ingin pergi menyelidiki peristiwa ini. Meskipun dia sudah tidak aktif di militer, akan tetapi masalah kea
Bab 114. BELANJA BESAR “Siapa yang menghidupkan mesin supercar!!”Terdengar suara bentakan dari lantai dua, kemudian terlihat seorang pria berpakaian kerja profesional berjalan dengan cepat menuruni anak tangga. Sebelum pria ini sampai di tempat Darko, karyawan yang tadi masih duduk di depan layar komputer tampak sudah berada di depan Supercar yang di hidupkan mesinnya oleh Darko. “Kamu siapa? Kenapa berada di tempat kami?”Marketing muda junior ini menatap Darko dengan tatapan heran bercampur penasaran. Setelah di perhatikan dengan jelas sosok Darko, dia sama sekali tidak mengenalnya. Segera saja marketing muda ini menarik tangan Darko untuk keluar dari dalam supercar. “Apa yang kamu lakukan, cepat keluar dari supercar ini. Kalau ada yang rusak, maka kamu pasti tidak bisa menggantinya.” Darko yang sedang menikmati raungan supercar merasa terganggu dengan sikap Esty. Marketing muda ini bernama Esty sesuai dengan nama yang tertera di Id Card yang menempel di pakaia
Bab 115. HARTA KARUN ENERGI SPIRITUAL Pada saat ini Darko sedang berpikir untuk menggunakan mobil hitam ini untuk menyelinap ke berbagai tempat. Dengan harga yang lebih murah tentu mobil Seri C tidak terlalu mencolok dan menarik perhatian orang. Itu yang ada dalam pikiran Darko, padahal mobil seharga satu setengah milyar bagi masyarakat kelas bawah maupun menengah masih bisa dibilang sebagai mobil mewah. Apalagi mobil ini adalah mobil baru yang keluar dari showroom. Entah apa yang ada dalam pikiran Darko sehingga memilih Mercedes Benz seri C sebagai kendaraan harian yang akan dia pakai. Maklumlah Darko terbiasa hidup dalam keluarga bangsawan ibukota, sehingga menganggap mobil seharga satu koma lima milyar sebagai mobil biasa atau mobil murah. Padahal bagi orang kelas bawah, mobil bekas seharga tiga puluh sampai lima puluh juta rupiah sudah termasuk mobil bagus yang hanya bisa dimiliki setelah menabung selama bertahun-tahun. “Tuan…”Sekali lagi Esty mema
Bab 116. DI INCAR BEGAL Kultivasi yang dilakukan pada saat ini hanyalah kultivasi yang dilakukan untuk mengisi waktu kosong saja setelah merasakan aura penuh dengan energi spiritual di puncak bukit ini. Akan tetapi efeknya ternyata sangat mengagumkan. Karena energi yang selama ini mengendap dan tidur di pusat energi yang ada di bawah perutnya langsung terbangun. Energi sejati ini bagaikan mata air yang mendapatkan jalan untuk keluar dari tempat persembunyiannya. Di udara yang sangat dingin anehnya tubuh Darko dikelilingi asap tipis berwarna putih yang menyelimuti tubuhnya. Saking khusuknya melakukan kultivasi, Darko sama sekali tidak menyadari kemunculan asap putih yang menyelimuti tubuhnya. Kabut putih ini bukan kabut yang memang muncul setiap pagi dan sore di puncak bukit secara alami, akan tetapi muncul ketika suhu udara di dalam tubuh lebih panas dari suhu udara di luar yang sangat dingin. Seandainya ada orang melihat apa yang dilakukan Darko, past
Bab 295. KEBAHAGIAAN “Jadi, siapa orang tua kak Darko?” Angeline berkata tanpa sadar. Padahal dia merasa malu untuk menanyakannya, akan tetapi apa yang keluar dari mulutnya adalah reflek saja karena dia tidak bisa menahan rasa penasarannya. George tidak marah mendengar perkataan Angeline, sebaliknya George malahan tersenyum kemudian melanjutkan perkataannya. “Orang tua Darko tentu saja kamu sudah mengenalnya dengan baik.” “Apa? Saya sudah mengenalnya?”Angeline berteriak tanpa sadar, saat tersadar dan merasa tidak sopan berteriak di hadapan mertuanya, Angeline langsung menutup mulutnya dengan tangan. “Maaf saya hanya terkejut saja. Tapi siapakah orang tua kak Darko, mana mungkin saya sudah mengenalnya.” “Orang tua Darko adalah Bu Siti.”George segera menyebutkan nama Siti dengan nada pelan sambil menatap wajah Angeline dan Darko silih berganti. "Mana mungkin bu Siti adalah orang tua kandung kak Darko?”Mata Angeline seakan mau keluar saat men
Bab 294. LATAR BELAKANG YANG MENGEJUTKAN Malam ini Angeline benar-benar menyerahkan diri sepenuhnya kepada Darko. Tentu saja Darko juga tidak menolak ketika Angeline berinisiatif untuk melakukan hubungan intim sebagai suami istri dengannya. Keesokan paginya wajah Darko tampak semakin bersemangat, kegundahan dan kegalauan yang mendera pikirannya sudah lebih berkurang. Sedangkan wajah Angeline tampak pucat dan terlihat seperti orang yang kelelahan. Maklumlah mereka semalam telah bertempur hingga semalaman. Bagi Darko yang seorang kultivator tentu saja tidak masalah jika dia melakukan hubungan suami istri semalaman tanpa henti. Hanya saja dia tidak tega melihat Tenaga Angeline kehabisan untuk melayaninya. Menjelang subuh barulah Darko menghentikan serangannya pada Angeline. Saat terbangun Darko tampak bersiul dengan penuh kegembiraan dan langsung berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Tanpa menunggu Angeline terbangun
Bab 293. TIDUR SATU RANJANG DENGAN ANGELINE Setelah menerima laporan kapten pengawal, tuan besar George segera bangkit dari duduknya dan meninggalkan ruang keluarga. Widyawati memandangi kepergian suaminya tanpa berusaha mencegahnya, karena dia tahu kalau George ingin segera bertemu dengan Darko. “Kalian kembalilah ke tempat kalian, nanti kalau saya membutuhkan bantuan kalian pasti kalian akan saya panggil.” “Baik nyonya.”Kapten pengawal dan kepala pelayan segera kembali ke tempatnya masing-masing. “Darko, kamu pergi kemana saja? Kami mencarimu sedari tadi kenapa tidak kelihatan?”George segera menyapa Darko, setelah melihat sosok Darko yang sedang duduk di teras paviliun. Darko yang sedang asik menikmati rokoknya segera menoleh ke arah sumber suara. Darko segera berdiri dan tersenyum ke arah george setelah mematikan rokok di tangannya. “Ayah…” George menatap wajah anak angkatnya dengan perasaan bersalah, sebagai seorang pria tua yang berpenga
Bab 292. GALAU TINGKAT LANGIT Darko merasa sangat galau tingkat langit menghadapi kenyataan yang dialaminya. Andai dia bisa memilih tentu saja Darko lebih suka selalu hidup di medan perang daripada menerima kenyataan ini. Kenyataan ini tidak bisa dikatakan manis maupun pahit, karena semua adalah kenyataan yang sebenarnya. Hanya saja setelah tahu bahwa dia hanya anak angkat, perasaan hutang budi kepada ayah dan ibu angkatnya menjadi sangat besar. Hutang budi ini melebihi kebaikan harus dilakukan oleh anak kandung kepada orang tua kandungnya. Karena sangatlah wajar dan seharusnya, anak kandung berbakti kepada kedua orang tuanya. Akan tetapi saat ini Darko merasa tekanan yang harus dilakukan kepada kedua orang tua angkatnya seperti sebuah gunung yang selalu berada di punggungnya. Tentu saja Darko tidak bisa durhaka maupun melupakan budi baik yang diberikan George dan Widyawati yang selama ini merawatnya. Bahkan kalau bisa, dia tidak ingin
Bab 291. SEBUAH TEKAD Dalam sekejap sosoknya sudah muncul di tebing gunung yang dulu pernah dijadikan tempat berkemah. Tebing gunung ini terletak di perbatasan timur Nusantara, lebih tepatnya tempat dia berkemah dan membunuh seekor ular python. Tempat ini sangatlah terpencil serta pemandangannya sangat indah, dari atas tebing ini Darko bisa menatap ke arah lembah sejauh mata memandang. “Aaaa…. aaaa….aaaa….!!”Dengan lantangnya Darko menjerit sekuat tenaga melepaskan kegundahan dan ketidak percayaan pada dirinya. Gema teriakan Darko mengagetkan hewan-hewan liar yang ada di hutan serta menerbangkan burung-burung yang sedang mencari makan di antara pepohonan. “Tuhan… haruskan saya percaya dengan kenyataan ini? Orang tua yang begitu baik merawatku sejak kecil ternyata mengaku bukan orang tua kandungku?” “Tuhan…! Apa yang harus saya lakukan?” “Astagfirullahaladzim…. Ya Alloh, ujian apalagi yang Engkau berikan kepadaku?” “Kalau memang mereka berd
Bab 290. TEKANAN BATIN Angeline segera menjawab pertanyaan Widyawati, sambil tersenyum kearah Siti. Sementara itu Darko yang tidak terlalu menganggap penting kehadiran Siti, ekspresi wajahnya tampak datar saja. Jendral George dan Widyawati sepertinya juga mengerti, kenapa Darko bersikap datar kepada Siti. Yang pasti Darko belum menyadari kalau wanita paruh baya yang datang jauh-jauh dari negara Samanta ini, sebenarnya hanya mempunyai satu tujuan yaitu untuk menemui Darko sebagai anak kandungnya yang hilang dua puluh lima tahun yang lalu. Siti tampak tersenyum mendapat pembelaan dari Angeline. Tentu saja sebagai sesama wanita Angeline lebih peka dan tidak terlalu berpikir jauh dengan Siti. Apalagi mereka sudah menandatangani kerjasama antara dua perusahaan, sehingga sikap Angeline sebagai CEO baru, tentu saja sangat senang dengan kerjasama ini. “Maaf ayah, saya mau ke kamar dulu. Biar Angeline menemani kalian ngobrol.”Darko segera berpamitan
Bab 289. ANGELINE BERTEMU KEDUA MERTUANYA Widyawati tampak menghela nafas setelah melihat foto yang ada di dalam liontin, kemudian dia menyerahkan kalung perak itu kepada Siti. “Ternyata kamu memang orang tuanya Darko, akan tetapi lebih baik kalian melakukan tes DNA terlebih dahulu agar semuanya lebih jelas lagi.” “Benar apa kata istriku, kalian sebaiknya Tes DNA terlebih dahulu agar semakin jelas dan kuat hubungan diantara kalian.” Siti sangat terkejut mendengar saran dari kedua suami istri di depannya ini, dia tidak menyangka kalau seorang bangsawan seperti keluarga Mangkusadewo mempunyai hati yang begitu terbuka dan bisa menerima pengakuannya tanpa memarahi maupun menghalanginya. Memang, keluarga Mangkusadewo terkenal sebagai keluarga yang rendah hati dan suka menolong siapapun serta bersedia mendengarkan pendapat orang lain, meskipun sebenarnya pendapat orang itu merugikan dirinya. Sifat-sifat baik dari keluarga Mangkusadewo ini telah diturunk
Bab 288. FOTO MASA MUDA ORANG TUA KANDUNG DARKO Sementara itu Jendral George yang memperhatikan perubahan pada ekspresi wajah Widyawati hanya bisa tersenyum kecil dan bergumam. “Apa yang akan kamu lakukan setelah mendengar perkataan Siti, apakah kamu akan mempercayai begitu saja omongannya? Mana mungkin kita akan melepaskan Darko yang sudah mereka rawat sejak kecil dengan penuh kasih sayang, kepada wanita yang datang entah dari mana dan mengakui kalau Darko adalah anak kandungnya?” “Dari data yang ada di arsip mereka, saya di perlihatkan nama dan alamat rumah ini.”Sebelum Widyawati bertanya dan menyanggah perkataannya, Siti sudah melanjutkan perkataannya. Tampaknya Widyawati mempunyai sifat yang lebih sabar dan bisa menerima perkataan Siti. Meskipun belum seratus persen mempercayai, akan tetapi Widyawati masih bisa menerima apa yang dikatakan Siti. Widyawati ingin menggali lebih banyak informasi yang bisa di keluarkan Siti untuk membuktikan apa yang
Bab 287. TENSI MENINGGI Meskipun kesal karena dia tidak disuruh naik mobil Rolls Royce itu, Siti tetap diam. Karena yang jelas dia diizinkan untuk bertemu dengan tuan George Mangkusadewo. Dengan dikawal kapten penjaga pintu gerbang, Siti berjalan menuju Mansion yang jaraknya dua ratus meter dari pintu gerbang. Akhirnya Siti sampai juga di Mansion keluarga Mangkusadewo, di depan pintu Mansion dia sudah dijemput seorang pengawal bagian dalam. Kapten penjaga pintu gerbang segera menyerahkan tanggung jawab mengantar Siti kepada pengawal bagian dalam. Begitu memasuki Mansion, Siti sangat kagum dengan arsitektur dan furniturenya. Arsitekturnya gabungan dari arsitektur tradisional di gabungkan dengan arsitektur modern. “Tuan, tamunya sudah ada di sini.”Pengawal bagian dalam yang menerima Siti segera memberi hormat dan melaporkan kedatangannya. Jendral George Mangkusadewo segera menatap kearah Siti, dalam tatapan matanya terlihat kalau dia