Bab 59. MEMBAWA KABUR FAIZI Darko sangat kesal dengan pamannya Angeline yang bernama Rinto Wibisono ini, karena sejak awal pernikahannya selalu mengganggu. Padahal Daniel Wibisono anaknya paman Rinto sudah dieksekusi karena seringnya mengganggu Angeline yang notabene adalah saudara perempuannya. Akan tetapi sepertinya sifat ayah dan anak ini sama saja, selalu ingin mengganggu Angeline dan memanfaatkannya untuk kepentingan mereka. Setelah memastikan keadaan anak dan istrinya, Darko segera keluar dari perusahaan dengan mengendarai Lamborghini Veneno nya. Bambang dan Slamet tidak tahu kalau Darko sudah meninggalkan perusahaan, karena mereka berdua langsung sibuk mempelajari perkembangan perusahaan Cahaya Timur group setelah mereka tinggalkan selama lima tahun. Tak lama kemudian mobil sport Darko berhenti didepan sebuah Villa di daerah pinggiran kota Mandiraja. Brum….Suara mesin mobil sport yang sengaja ditekan kuat pedal gasnya sebelum berhenti menari
Bab 60. KEPANIKAN ANGELINE Darko bukannya tidak mengetahui kalau Rossa memanggil mereka, akan tetapi dia pura-pura tidak mendengarnya. Brum…!Terdengar suara deru mesin mobil sport, sesaat sebelum Rossa mendekat kearah pintu penumpang dimana Faizi berada. “Darko buka pintunya, keluarkan Faizi!”Rossa membentak sambil menunjuk ke arah Darko yang sedang duduk di kursi pengemudi. Alih-alih menuruti permintaan Rossa, Darko malah langsung tancap gas dan menjalankan mobil sportnya dengan cepat. “Sialan dan orang tak tahu diri, kembalikan cucuku!”Ekspresi wajah Rossa memerah dan nafasnya tampak terengah-engah sambil memaki Darko dan menunjuk ke arah mobil sport yang sudah meninggalkan halaman Villa. Darko hanya tersenyum tipis sambil melirik ke arah kaca spion untuk melihat keberadaan Rossa yang sedang memaki dirinya sambil mengacungkan jari telunjuknya. “Rossa, kenapa kamu biarkan Darko membawa cucuku.”Abimanyu yang mendekat kearah Rossa tampak memarahi ist
Bab 61. ANAK YANG MENGGEMASKAN “Apa? Faizi di bawa ke ibukota kekaisaran?”Rossa langsung terkejut begitu mendengar perkataan Angeline, ingatannya segera kembali ke lima atau enam tahun yang lalu saat Angeline di rawat di Rumah Sakit karena kecelakaan lalu lintas. Saat itu dia sedang menjaga Angeline yang sakit, kemudian datang seorang nyonya besar dengan puluhan pengawal berbadan tegap yang ternyata adalah ibunya Darko. Dan yang tidak bisa dia lupakan adalah saat ibunya Darko memberikan Kartu Bank yang berisi uang dua puluh miliar rupiah untuk Angeline sebagai uang jajan. Dan uang itu langsung diminta Rossa setelah ibunya Darko berpamitan untuk kembali ke ibukota kekaisaran. “Apakah… apakah… berarti Faizi akan dibawa ke neneknya yang kaya itu?”Rossa akhirnya tersadar setelah tenggelam dalam lamunannya untuk beberapa saat. Angeline hanya menganggukkan kepalanya tanpa daya, dia sama sekali tidak khawatir dengan kepergian Faizi setelah tahu kalau yang memb
Bab 62. FIAZI MANGKUSADEWO Dengan ramah pramuniaga wanita ini segera mengambilkan pakaian anak yang dirasa cocok dengan temperamen Faizi yang menggemaskan. Seketika penampilan Faizi berubah total menjadi seperti tuan muda yang sangat mengesankan, membuat pramuniaga yang melayaninya menjadi tercengang. “Betapa gantengnya tuan muda kecil ini, siapa nama tuan muda kalau kakak boleh tahu.”Sambil membetulkan kerutan di pakaian Faizi, pramuniaga ini menanyakan namanya. “Namaku Faizi Mangkusadewo.” “Faizi Mangkusadewo, nama yang bagus sebagus anaknya.”Pramuniaga ini tampaknya sangat senang berbicara dan melayani Faizi yang sangat menggemaskan serta smart di matanya. Sementara itu Faizi menjawab setiap pertanyaan pramuniaga yang melayani nya dengan sangat menggemaskan, sesekali dia menatap kearah Darko seperti meminta persetujuannya atas semua pakaian yang dia coba. Darko yang juga sedang menatap kearah Faizi yang mencoba satu persatu pakaian baru hanya tersen
Bab 63. DIKERUMUNI BANYAK ORANG “Senang, Izi sangat senang bersama ayah. Kenapa ayah tidak pernah pulang selama ini? Kalau tahu ayah sebaik ini tentu saja Izi ingin selalu bersama ayah.” Darko sangat senang mendengar perkataan Faizi, dia mengusap kepala Faizi dengan penuh kasih sayang kemudian berkata, “Ayah ini kan seorang tentara, tentu saja ayah lebih mementingkan keselamatan seluruh rakyat Nusantara daripada masalah pribadi. Tapi tenang saja, sekarang ayah sudah bersama Faizi, tentu ayah akan selalu membuat Faizi senang.” “Oh iya, ibu juga pernah bilang kalau ayah adalah seorang pahlawan yang membela negara ini dari serangan musuh. Ibu sangat bangga dengan ayah yang berani berperang di medan perang.” “Nah kamu sudah tahu, ayo sekarang kita pulang. Ayah sudah membeli rumah baru, mulai sekarang Izi tinggal bersama ayah, okey.” “Hore… ayah sudah beli rumah baru. Ayah rumah baru yang ayah beli apa seperti rumah yang nenek buyut belikan?” “Rumah Faizi tentu sa
Bab 64. FAIZI SANGAT SENANG Darko memandang kearah Faizi dan tersenyum, kemudian berkata, “Ini rumah Faizi, apa Faizi suka?” “Rumah Faizi? Ini beneran rumah Faizi? Hore… rumah Faizi bagus banget. Ayah cepat turun dari mobil, Izi ingin masuk kedalam rumah.” “Oke… ayo kita masuk ke rumah.”Darko segera menghentikan mobilnya dan membuka pintu gerbang Villa yang sangat besar menggunakan remot kontrol yang terhubung dengan kunci rumahnya. Begitu memasuki halaman Villa, senyum Faizi tak henti-hentinya mengembang menghiasi wajahnya yang sangat menggemaskan. Setelah mobil sport yang mereka naiki berhenti di halaman, Darko segera menggendong Faizi untuk turun dari mobil. Begitu turun dari mobil, Faizi langsung berlarian di halaman Villa yang sangat luas, pemandangan ini tentu saja membuat hati Darko bahagia melihat kebahagiaan yang terpancar di wajah anak satu-satunya ini. “Faizi ayo kita masuk ke dalam, nanti Faizi pilih sendiri kamar mana yang akan kamu tempat
Bab 65. KESEDIHAN ANGELINE Faizi yang pergi ke kamar Darko tampak tertegun melihat begitu banyak pakaian serta mainan dan peralatan tulis tergeletak di atas lantai. “Mainan? Wow… ternyata ayah sudah belikan Izi banyak mainan. Hore… Izi punya banyak mainan….!”Faizi bersorak sambil berlari menuju kearah tumpukan mainan yang menumpuk di atas lantai. “Mobil sport, Bulldozer, Excavator, Truk, Pesawat terbang, Panah, Pistol, senjata mesin, wah-wah banyak banget mainannya.”Dengan riang gembira, Faizi membawa mainan-mainannya terlebih dahulu ke kamarnya. Darko yang melihat Faizi membawa begitu banyak mainan di pelukannya tampak tersenyum, tentu saja dia memang sengaja menumpuk berbagai mainan di kamarnya agar Faizi bisa melihatnya. Dengan begitu banyak mainan, harapan Darko adalah Faizi akan sedikit melupakan keberadaan ibunya yang sedang dijaga oleh Rossa. Setelah merapikan semua pakaian dan barang-barang untuk Faizi, Darko segera keluar dari kamarnya kemudian m
Bab 66. PANGERAN KECIL Abimanyu yang di omelin Rossa hanya bisa diam, bagaimanapun juga apa yang dikatakan istrinya benar adanya. Selama ini mereka dirawat oleh Angeline yang mencari nafkah sejak di usir dari keluarga besar Wibisono. Setelah beberapa tahun di usir, baru beberapa hari ini saja mereka diakui sebagai bagian keluarga besar Wibisono. Tentu saja ada harga yang harus dibayar sebagai ganti keluarga besar Wibisono mengakui mereka kembali sebagai bagian keluarganya. Yaitu Angeline harus menikah dengan pria yang diatur nenek Wibisono dan Rinto Wibisono sebagai anak tertua keluarga Wibisono. Baru juga beberapa hari mereka menikmati Villa baru pemberian nyonya besar Wibisono, sekarang masalah baru sudah mulai muncul. Masalah itu tidak lain dengan kemunculan Darko di Villa mereka, padahal Villa mereka sangat terpencil dan berada di blok paling jauh dari kawasan perumahan ini. Akan tetapi entah bagaimana caranya Darko bisa mengetahui alamatny
Bab 193. MASA LALU BAMBANG “Mas Tegar….”Terdengar suara parau dari mulut Siti ketika berhadapan dengan jarak yang sangat dekat dengan Bambang. Meskipun suara Siti tidak terlalu keras, akan tetapi bisa terdengar oleh pegawai Dinas Sosial yang ada di tempat ini. “Tegar? Kenapa wanita ini memanggil Bambang dengan nama Tegar?” “Mas Tegar, apakah kamu mas Tegar kan?” “Mas Tegar? Siapa mas tegar yang ibu maksud?”Bambang yang di panggil mas Tegar oleh Siti tampak bertanya balik dengan wajah penuh dengan kebingungan. “Mas Tegar, ini Siti. Apa mas Tegar lupa dengan Siti?” Mata Siti semakin berkaca-kaca setelah mendengar perkataan Bambang. Pada akhirnya Siti harus mempercayai perkataan pihak Rumah Sakit Jiwa yang sebelumnya merawat Bambang, kalau Bambang memang benar-benar sudah lupa ingatan. Melihat situasi yang kurang kondusif, pegawai Dinas Sosial segera menyuruh Bambang untuk duduk berhadapan dengan Siti hanya terhalang sebuah meja Jati.
Bab 192. BERTEMU PRIA PARUH BAYA YANG DICARINYA “Bu Siti, apa yang membuat anda datang ke Rumah Sakit ini? Apakah anda bersama pak Darko?” “Saya datang sendiri ke Rumah Sakit ini, kemarin saya seperti mengenali seseorang yang ada di Rumah Sakit ini, sehingga saya ingin menghilangkan rasa penasaran saya.” “Ibu punya kenalan orang di Rumah Sakit ini? Apakah karyawan di tempat ini atau siapa?”Dokter Irawati tampak sangat serius mendengarkan apa yang dikatakan Siti. Bagaimanapun juga dia tidak ingin mengecewakan orang sekelas Siti dan Darko yang masih deposit uang perawatan untuk Angelina yang sisanya masih sangat banyak. “Saya tidak tahu, orang itu kerja di Rumah Sakit ini atau pasiennya. Tapi yang jelas saya penasaran dengan sosok pria yang saya lihat kemarin itu.” Dokter irawati tampak semakin bingung dengan perkataan Siti, kemudian dia minta informasi lebih lengkap tentang pria paruh baya yang dilihat Siti saat itu. Setelah Siti menceritakan ihwal
Bab 191. SITI MENCARI PRIA PARUH BAYA DI RUMAH SAKIT JIWA “Apa Darko? Bagaimana bisa pria tidak berguna itu membawa pergi Angelina.?”Rossa tampak sangat kesal begitu mendengar perkataan petugas resepsionis yang sedang melayaninya. Melihat dan mendengar perkataan Rossa, Resepsionis ini hanya bisa diam, baginya dia tidak tahu menahu masalah pasien maupun keluar masuknya pasien ke Rumah Sakit ini. Karena tugasnya hanya menerima tamu dan memberikan informasi sesuai data yang tersedia di komputernya. “Sudahlah bu, sebaiknya kita pulang saja. Kita tidak usah ribut-ribut di tempat ini.”Abimanyu yang masih mempunyai pikiran panjang, segera membujuk Rossa untuk kembali saja. Apalagi dari catatan yang terdokumentasi oleh komputer Rumah sakit di beritahukan kalau Angelina keluar dari Rumah Sakit bersama Darko. Meskipun dengan perasaan kesal, akhirnya Rossa tetap mengikuti perkataan Abimanyu untuk pulang tanpa bersama Angelina. Tak lama setelah Rossa dan Abim
Bab 190. ROSSA INGIN MEMBAWA PULANG ANGELINA Tanpa sadar Siti menggumamkan sebuah nama yang selama ini selalu tersimpan di hatinya. Siapakah mas Tegar itu? Mas Tegar adalah suami Siti sewaktu mereka muda dan masih kuliah di Universitas Mandiraja. Sedangkan Tegar itu sendiri adalah ayah biologis dari Darko sang tokoh utama yang selama ini belum pernah dilihatnya. “Tunggu….”Tiba-tiba Siti berkata dengan sedikit ragu-ragu tergambar jelas di raut wajahnya. “Sepertinya saya pernah melihat mas Tegar, tapi dimana ya?” “Betul sekali, pria itu.” “Pria yang ada di Rumah Sakit Jiwa tempat Angelina dirawat, wajahnya sangat mirip dengan mas Tegar.”Siti tampak sedang mengingat-ingat sosok pria paruh baya yang sedang duduk di bawah pohon yang sebelumnya di lihatnya. Semakin dipikirkan, Siti semakin penasaran dengan pria paruh baya itu yang ada di Rumah Sakit Jiwa. Pria paruh baya itu adalah gelandangan yang ditemukan petugas polisi kota di pi
Bab 189. PELUKAN MENGHARUKAN Kedatangan Darko yang mendadak bersama Angelina serta Siti tentu saja mengejutkan Widyawati dan George, demikian juga dengan Faizi yang sedang bersama kakek dan neneknya. “Assalamu’alaikum.” “Wa’alaikum salam.” “Eh ada tamu agung datang mengunjungi gubuk kami yang reot ini.”Widyawati langsung menyambut kedatangan Siti dan Angelina dengan sebuah sapaan merendah sebagai sopan santun yang umum bagi masyarakat jawadwipa setelah sebelumnya menjawab salam mereka. Darko terlebih dahulu melakukan sungkem dengan menjabat tangan kedua orang tuanya dengan cara mencium punggung tangannya. Setelah itu barulah Widyawati serta George langsung menyambut kedatangan Siti dan Angelina. “Anakku… kamu juga ikut pulang kerumah ibu?”Widyawati segera memeluk tubuh Angelina yang terlihat kurus, sebelumnya kedua orang tuanya sudah tahu kalau hubungan Darko dan Angelina sudah bercerai karena permintaan keluarga Wibisono. Karena hal in
Bab 188. ANGELINA DIBAWA KE IBUKOTA Setelah melihat Darko menganggukkan kepalanya sebagai tanda mengiyakan, seketika ekspresi panik Angelina pun menghilang. “Betul sekali, kamu tidak akan bertemu dengan Rossa dan Abimanyu. Kamu akan tinggal bersama kami, disana juga ada Faizi.” “Apa? Saya akan bertemu dengan Faizi?” “Betul sekali, untuk apa aku berkata bohong?” “Tapi… tapi bagaimana kalau Rossa tahu dan mencari kita?” “Kamu tidak usah khawatir, di tempat ini Rossa dan keluarga Wibisono tidak akan berani macam-macam lagi.” Setelah berbincang-bincang sebentar meluapkan rasa rindu dengan saling berpelukan, Darko segera mengajak semua orang untuk kembali. Tapi sebelum kembali Darko menghubungi Bambang untuk menyiapkan pakaian untuk Angelina, serta membawakan mobil yang cukup besar untuk membawa mereka bertiga, karena sebelumnya Darko membawa mobil sport yang hanya mempunyai dua kursi penumpang saja. Dan tak lupa Darko meminta Bambang untuk me
Bab 187. MEMBAWA PULANG ANGELINA “Apakah itu Angelina? Kenapa dia tinggal di tempat seperti ini?”Tanda tanya besar menghantui pikirannya setelah melihat Angelina yang berwajah pucat dan terlihat kerutan di keningnya. Maklumlah kalau Siti terkejut, karena dia sama sekali tidak menyangka kalau menantunya ternyata dalam kondisi yang cukup memprihatinkan. “Sayang, aku datang.”Darko berteriak ketika jaraknya tinggal lima puluh meter dari Angelina yang sedang asik dengan tanaman bunganya. Angelina segera menoleh ke arah sumber suara, seketika ekspresi wajahnya bersinar melihat Darko yang memanggilnya. “Kak Darko.”Angelina berbisik pelan memanggil nama Darko, karena saking gembiranya mengetahui kedatangan Darko, Angelina sampai mengabaikan keberadaan Siti yang berjalan di belakangnya. Sementara itu dokter Irawati hanya berdiri diam sambil tersenyum melihat interaksi antara Angelina dan Darko. Sebagai seorang dokter jiwa, tentu saja dokter Irawati tahu
Bab 186. SITI MENJENGUK ANGELINA “Rumah Sakit Jiwa? Kenapa Darko membawaku ke Rumah Sakit Jiwa? Bukankah saya ingin bertemu dengan Angelina?”Kepala Siti langsung berdenyut ketika memikirkan apa yang sedang direncanakan Darko. Meskipun dia penasaran, Siti tetap diam tidak bertanya apa yang menjadi uneg-uneg dalam hatinya. “Mari turun bu.”Setelah sampai di tempat parkir, Darko keluar dari mobil sportnya terlebih dahulu, kemudian dia berjalan memutar untuk membuka pintu dimana Siti berada. Pemandangan ketika Darko membuka pintu dan mempersilahkan Siti keluar dari mobil sportnya tampak menarik perhatian masyarakat serta karyawan Rumah Sakit Jiwa yang sedang di lobi maupun di tempat parkir. “Coba lihat itu, Boss dari mana tuh yang datang ke Rumah Sakit Jiwa yang khusus untuk orang tidak waras?” “Iya, apa mungkin keluarga mereka ada yang sakit jiwa?” “Bisa saja, namanya orang gila itu bisa melanda siapapun tidak pandang orang kaya maupun orang mis
Bab 185. KEDATANGAN SITI Airmata kebahagiaan bercampur dengan kesedihan tiada henti membasahi pipi Siti yang sedang terlarut dalam euforia yang sama sekali tidak pernah disangka-sangkanya. Hingga pada akhirnya dia menghela nafas berat setelah memandangi foto Faizi di ponselnya. “Sebaiknya saya menemui cucuku ini, daripada selalu rindu dan bersalah tidak bisa membahagiakan Darko saat kecil.”Setelah bergumam dan menentukan pilihan apa yang akan dilakukan, Siti segera bangkit dari duduknya dan merapikan semua barang yang ada di atas meja kerja. Kemudian Siti pulang lebih awal, dia berpesan kepada sekretaris dan bawahannya kalau dia akan pergi ke Nusantara untuk beberapa hari. Siti sudah berada di bandar udara Internasional kota Parigi untuk menuju negara Nusantara. Siti dikawal lima orang pengawal kepercayaannya selama bepergian ke Nusantara. Akhirnya pesawat yang ditunggu pun tiba, Siti dan kelima pengawalnya menaiki pesawat yang akan terbang men