Bab 203. KEBERADAAN ANGELINA DIKETAHUI KELUARGA WIBISONO Saat semua orang sedang terkejut melihat kejadian ini, hanya ada satu orang yang sama sekali tidak terkejut. Orang itu adalah Widyawati, sebagai orang yang selalu dikawal oleh pasukan khusus tentu saja dia sama sekali tidak terkejut dengan jatuhnya pria perlente yang mengganggu jalannya. Bahkan Angelina dan Siti juga ikut terkejut melihat pria yang mengganggu mereka tiba-tiba terjatuh sambil menjerit kesakitan. “Ayo kita pergi, hiraukan orang yang tidak berguna itu.”Widyawati segera menggandeng tangan Angelina dan melangkah cepat meninggalkan tempat ini. Sementara itu kedua pengawal pria perlente itu tampak terkejut melihat Boss mereka terjatuh dan ada darah di punggungnya. “Boss, apa yang terjadi dengan anda?”Dengan panik kedua pengawal membantu pria perlente untuk berdiri. Dengan meringis kesakitan pria perlente ini mencoba berdiri di bantu kedua pengawalnya Tangan pengawal ya
Bab 204. MENANGKAP MATA-MATA Jatuhnya secara mendadak pria paruh baya dengan kedua pengawalnya yang secara tiba-tiba membuat Anton tidak bisa menyanggupi perintah nyonya besar Wibisono begitu saja. Mereka hanya berdua saja, mana mungkin mereka berani menjalankan perintah untuk menculik Angelina? Setelah terdiam beberapa saat, Anton segera berkata lagi, “ Nyonya besar, sepertinya kami berdua tidak bisa membawa pulang nona Angelina.” “Apa? Kalian ini bukankah pengawal terpilih yang ditugaskan untuk menjalankan perintahku? Menghadapi seorang wanita saja tidak berani? Sebenarnya kalian ini siapa? Apa hanya dua orang tidak berguna yang bisa nya memakan gaji buta saja?”Nyonya besar Wibisono berteriak dari seberang ponsel memarahi Anton dan Budi. Mendengar suara teriakan nyonya besar yang memekakan telinga Anton langsung menjauhkan ponselnya dari telinga. Meskipun sudah cukup jauh dari telinganya, tapi suara nyonya besar Wibisono masih cukup keras terden
Bab 205. MALAIKAT PENCABUT NYAWA Di dalam gudang kosong, Anton dan Budi langsung diikat pada sebuah kursi setelah di dudukkan. Tak lupa tubuh mereka di geledah dan di ambil ponsel serta dompetnya, kedua pengawal keluarga Mangkusadewo sangat terkejut ketika mendapati di tubuh Anton dan Budi ada pistol. “Pistol? Cepat katakan kalian ini siapa?”Salah satu pengawal membentak kearah Anton yang terlihat sebagai senior dari kedua orang ini. Anton tidak langsung menjawab pertanyaan pengawal itu, dia hanya diam membisu sepertinya tidak ingin mengatakan apapun. “He he he he sepertinya kamu tidak ingin mengatakan siapa kalian sebenarnya? Baiklah kalau begitu, saya ingin lihat seberapa kuat kalian akan tetap bungkam tidak mau berterus terang.” Plak…! “Arghh…”setelah mengejek Anton, tiba-tiba gagang pistol di tangannya dihantamkan ke kepala Anton sehingga darah langsung mengalir deras di sela-sela rambutnya setelah terdengar suara benturan benda tumpul yang
Bab 206. DARKO BERTELEPORTASI Pria misterius itu tampak tersenyum sinis melihat Budi sama sekali tidak mau menjawab pertanyaannya. Plak…!Sebuah tamparan mendarat di wajah Budi yang pucat, seketika kulit wajahnya berubah memerah setelah terkena tamparan. Salah satu sudut bibirnya langsung sobek dan ada darah mulai menetes dari bibirnya, Budi tetap diam meskipun rasa sakit akibat tamparan itu membuat kepalanya berkunang-kunang. “Sepertinya kamu bisu ya, baiklah kalau kamu ingin bermain-main dengan kami.” Bugh… bugh.. bugh… “Argh..”Sebelum perkataannya berhenti, pria misterius itu sudah memukul perut Budi dengan tiga kali pukulan di perutnya yang membuat Budi mengerang kesakitan dengan perasaan seperti baru saja di hantam palu. Setelah memukul perut Budi, pria misterius itu kembali menatap ke arahnya dibalik kaca mata hitamnya.seperti hewan liar yang sedang mengincar mangsanya dan siap mengoyak-koyak tubuhnya. “Apakah kamu sudah mer
Bab 207. AMARAH DARKO Mata keempat orang di dalam gedung kosong ini seakan mau keluar ketika tiba-tiba di dekat mereka muncul seseorang yang entah datang dari mana. Kedua pengawal keluarga Mangkusadewo yang berdiri sambil memegang pistol tangannya tampak gemetaran, dengan reflek mengarahkan moncongnya kearah orang yang baru saja seperti hantu. “Si… si…siapa kamu…” dengan suara gemetar salah satu pengawal memberanikan diri bertanya sambil menodongkan pistolnya ke arah pria yang baru saja datang. Orang yang ditodong pistol sama sekali tidak terlihat ketakutan, sebuah senyuman mengembang di bibirnya kemudian tangannya terlihat melambai dan sesuatu yang mengejutkan terjadi. Bukkk…Terdengar suara benda tumpul jatuh ke lantai, setelah telapak tangan pria itu melambai. Tangan pria yang sebelumnya menodongkan pistol ke arah pria asing yang baru saja datang tampak bergetar tapi jari jarinya sama sekali tidak bisa digerakkan. Bahkan tangannya juga ikut membek
Bab 208. MUSNAHNYA KELUARGA BESAR WIBISONO Setelah mengakhiri pengawal keluarga Wibisono yang bernasib sial, Darko segera melanjutkan langkahnya memasuki Villa. Namun teriakan pengawal yang sebelumnya yang menghardik Darko terdengar oleh rekan-rekannya, sehingga beberapa pengawal keluar dari Villa dengan rasa penasaran ingin tahu siapa orang yang memasuki Villa Wibisono ini. Begitu memasuki pintu Villa, Darko langsung berpapasan dengan beberapa pengawal yang mau keluar. “Siapa kamu? Kenapa kamu masuk ke Villa keluarga Wibisono begitu saja sebelum melaporkan kedatanganmu?” Prok prok prokDarko tidak buru-buru menanggapi pertanyaan para pengawal keluarga Wibisono, emosinya sudah meluap merasakan tekanan penderitaan yang selama ini diderita Angelina. Tanpa banyak bicara dia langsung melambaikan tangannya ke arah kepala para pengawal ini, dan seperti teman mereka yang sudah menjadi mayat, pengawal-pengawal ini juga langsung mati begitu saja dengan kepala
Bab 209. TANGISAN ABIMANYU Ekspresi wajah Darko tidak berubah dan tetap datar seakan tanpa ekspresi apapun, bagi Darko membunuh sudah menjadi pekerjaannya selama di medan perang. Meskipun dia sudah terbiasa membunuh di medan perang, tapi sekarang adalah pertama kalinya membunuh orang yang bukan musuh di medan perang tapi musuh yang sudah berulang kali menyakiti anak dan istrinya. Meskipun mereka masih keluarga Angelina tapi kelakuannya bukan seperti seorang keluarga, maka hukuman yang pantas adalah kematian. Sebelumnya Darko sudah pernah menghukum Rinto Wibisono atau pamannya Angelina yang sering mengganggu. Akan tetapi setelah penyakit yang disebabkan Darko sembuh, bukannya berhenti mengganggu Angeline, Rinto masih saja mengganggunya bahkan meminta Angelina bercerai dengan Darko. Karena hal inilah Darko tidak ingin kejadian serupa tidak terulang lagi terhadap Angelina dan Faizi. Dari keluarga besar Wibisono yang tersisa adalah Rossa dan Abimanyu
Bab 210. KEPANIKAN ANGELINA, ROSSA DAN ABIMANYU Abimanyu yang sedang dalam keadaan shock menoleh ke arah Rossa dan menatapnya dengan tatapan sayu dengan mata memerah dan hanya bisa menganggukkan kepalanya saja untuk mengiyakan perkataan Rossa. “Ibu….” terdengar gumaman sendu dari bibir Abimanyu yang sedang dalam kondisi mental terendah dalam hidupnya. Meskipun selama ini dia sering direndahkan dan tidak dianggap oleh nyonya besar Wibisono, akan tetapi saat mendengar ibunya mati dengan cara mengenaskan tentu saja jiwanya langsung terpukul. Sebagai anak meskipun Abimanyu selalu dianggap sebagai anak yang tidak berguna, dia masih tetap menganggap nyonya besar Wibisono sebagai ibu kandungnya. Setelah mendapat persetujuan, pada akhirnya mereka berdua segera pergi mengunjungi villa keluarga Wibisono yang sudah menjadi abu. Sesampainya di Villa keluarga Wibisono, taksi yang mereka naiki ditahan petugas yang menjaga kawasan ini dan tidak membiarkan warga
Bab 215. WASIAT KAKEK WIBISONO Keinginannya Rossa untuk membelot dan menolak permintaan Darko seketika menghilang setelah di bentak oleh pengawal yang bersama mereka. Dengan gugup dan dengan hati yang dipenuhi rasa penasaran mereka berdua berjalan memasuki Bandar udara kota Mandiraja tanpa tahu akan dibawa kemana oleh Darko. Hingga akhirnya ketika mereka melihat ada sebuah pesawat jet pribadi yang sangat indah berada di depan mata mereka, seketika rasa bingung dan shock mulai menghantui pikiran Rossa dan Abimanyu. Darko dan Angelina sama sekali tidak banyak bicara selama perjalan hingga memasuki jet pribadi milik Darko, hingga saking tidak sabarnya ingin tahu mereka akan dibawa kemana oleh Darko, Rossa memberanikan diri berbicara. “Darko, sebenarnya kami akan kamu bawa kemana? Dan kenapa kita naik jet pribadi yang begini bagus, apa maksudnya?” “Diamlah, jangan banyak bicara atau kalian akan saya lempar keluar dari pesawat.”Darko yang merasa kesal kep
Bab 214. NYALI ROSSA MENCIUT Sebelum Rossa tersadar dengan apa yang terjadi, Angelina sudah ditarik Darko ke sisinya. Seketika wajah Rossa menjadi jelek mengetahui Angelina sudah berpindah tempat lebih tepatnya di samping menantu yang tidak berguna itu. Ekspresi wajah Angelina juga terlihat sangat terkejut ketika tiba-tiba tubuhnya bergeser kesamping Darko sesaat setelah terdengar suara Darko memanggil pengawal. Apalagi Rossa emosinya seakan meluap mengetahui Angelina sudah berdiri di samping Darko. Pada saat dia akan menarik tangan Angeline kembali, tiba-tiba ada sesosok tubuh kekar berdiri tepat di depannya seakan sebuah benteng yang kokoh sebagai pembatas antara dirinya dengan Angelina. “Minggir, jangan halangi jalanku.”Dengan kasar Rossa berusaha mendorong pengawal kekar yang diperintahkan Darko untuk melindungi Angelina. “Argh… Lepaskan.”Rossa menjerit kesakitan mengetahui tangan yang sebelumnya akan digunakan untuk mendorong pria kekar di depa
Bab 213. DOKUMEN DARI MAHKAMAH AGUNG Hal ini tentu saja menimbulkan kecurigaan di pihak kepolisian yang menyelidiki musibah kebakaran ini. Mereka sama sekali tidak tahu kalau sumber bencana itu ada didepan mereka, andai saja mereka tahu tentu Darko akan langsung ditangkap dan dimintai keterangan. Akan tetapi saat ini orang yang sudah membuat keonaran itu ekspresinya tampak datar dan tidak menunjukkan ekspresi wajah sedih maupun belasungkawa mengetahui salah satu kerabatnya mengalami musibah. Untungnya tidak ada yang mencurigai Darko, karena banyak juga warga sekitar yang menonton lokasi kebakaran dengan ekspresi datar seperti halnya Darko. Angelina menangis di pelukan Rossa seakan dia lupa kalau sebelumnya Rossa sangat jahat kepada dirinya. Bagi Angelina sejahat apapun Rossa dia sudah sangat memahami sifatnya yang seperti flamboyan selalu berubah-ubah mengikuti arah angin. Meskipun dia selalu tidak setuju dengan nasehat serta saran Rossa, sebag
Bab 212. PULANG KE KOTA MANDIRAJA Darko tetap diam tidak ada satu katapun keluar dari mulutnya setelah Widyawati menyuruhnya untuk pergi ke kota Mandiraja melihat situasi terkini keluarga Wibisono. Hal ini membuat Widyawati menatap tajam ke arahnya, sementara itu Angelina sudah menghentikan tangisannya dan mengusap air mata yang terus mengalir di pipinya sambil menunggu jawaban Darko dengan hati berdebar-debar. “Baiklah, saya akan mengajak Angelina menengok keluarga Wibisono. Ibu saya titip Faizi bersama kalian.”Setelah menghela nafas sebentar Darko menyetujui saran Widyawati untuk pergi ke kota Mandiraja, tak lupa dia menitipkan Faizi dalam pengawasan dua neneknya ini. Dengan mengatakan hal ini maka secara otomatis dia hanya ingin berdua saja tanpa mengajak Faizi maupun yang lainnya. “Kamu tenang saja, Faizi pasti akan kami jaga dengan baik. Pergilah, jangan lama-lama di rumah ingat kamu harus menjaga menantu ibu yang cantik ini dengan baik.” “Ba
Bab 211. PERINTAH WIDYAWATI Widyawati membelai punggung Angelina untuk menenangkannya sambil menghibur agar Angelina tidak khawatir dengan Darko. “Tapi ibu?”Angelina masih khawatir kalau Darko tidak mengizinkan dia pulang ke kota Mandiraja untuk melihat dan mencari informasi lebih jelas keadaan nyonya besar Wibisono. Karena Angelina tahu kalau Darko sangat membenci keluarga nya, lebih utamanya kepada nenek dan pamannya. Karena hal inilah dia merasa sangat tertekan dan hanya bisa menangis saja. Melihat Angelina tampak bersedih seakan perkataan Widyawati masih belum cukup untuk membuatnya tenang. Hal ini membuat Widyawati segera mengambil ponselnya dan menelepon seseorang. Angelina masih diam dengan air mata terus membasahi pipinya. Sebenci apapun dia kepada nenek dan pamannya sebagai bagian dari keluarga besar Wibisono, tentu saja hatinya akan merasa sedih melihat mereka mati terpanggang oleh kebakaran di villanya. Sedangkan
Bab 210. KEPANIKAN ANGELINA, ROSSA DAN ABIMANYU Abimanyu yang sedang dalam keadaan shock menoleh ke arah Rossa dan menatapnya dengan tatapan sayu dengan mata memerah dan hanya bisa menganggukkan kepalanya saja untuk mengiyakan perkataan Rossa. “Ibu….” terdengar gumaman sendu dari bibir Abimanyu yang sedang dalam kondisi mental terendah dalam hidupnya. Meskipun selama ini dia sering direndahkan dan tidak dianggap oleh nyonya besar Wibisono, akan tetapi saat mendengar ibunya mati dengan cara mengenaskan tentu saja jiwanya langsung terpukul. Sebagai anak meskipun Abimanyu selalu dianggap sebagai anak yang tidak berguna, dia masih tetap menganggap nyonya besar Wibisono sebagai ibu kandungnya. Setelah mendapat persetujuan, pada akhirnya mereka berdua segera pergi mengunjungi villa keluarga Wibisono yang sudah menjadi abu. Sesampainya di Villa keluarga Wibisono, taksi yang mereka naiki ditahan petugas yang menjaga kawasan ini dan tidak membiarkan warga
Bab 209. TANGISAN ABIMANYU Ekspresi wajah Darko tidak berubah dan tetap datar seakan tanpa ekspresi apapun, bagi Darko membunuh sudah menjadi pekerjaannya selama di medan perang. Meskipun dia sudah terbiasa membunuh di medan perang, tapi sekarang adalah pertama kalinya membunuh orang yang bukan musuh di medan perang tapi musuh yang sudah berulang kali menyakiti anak dan istrinya. Meskipun mereka masih keluarga Angelina tapi kelakuannya bukan seperti seorang keluarga, maka hukuman yang pantas adalah kematian. Sebelumnya Darko sudah pernah menghukum Rinto Wibisono atau pamannya Angelina yang sering mengganggu. Akan tetapi setelah penyakit yang disebabkan Darko sembuh, bukannya berhenti mengganggu Angeline, Rinto masih saja mengganggunya bahkan meminta Angelina bercerai dengan Darko. Karena hal inilah Darko tidak ingin kejadian serupa tidak terulang lagi terhadap Angelina dan Faizi. Dari keluarga besar Wibisono yang tersisa adalah Rossa dan Abimanyu
Bab 208. MUSNAHNYA KELUARGA BESAR WIBISONO Setelah mengakhiri pengawal keluarga Wibisono yang bernasib sial, Darko segera melanjutkan langkahnya memasuki Villa. Namun teriakan pengawal yang sebelumnya yang menghardik Darko terdengar oleh rekan-rekannya, sehingga beberapa pengawal keluar dari Villa dengan rasa penasaran ingin tahu siapa orang yang memasuki Villa Wibisono ini. Begitu memasuki pintu Villa, Darko langsung berpapasan dengan beberapa pengawal yang mau keluar. “Siapa kamu? Kenapa kamu masuk ke Villa keluarga Wibisono begitu saja sebelum melaporkan kedatanganmu?” Prok prok prokDarko tidak buru-buru menanggapi pertanyaan para pengawal keluarga Wibisono, emosinya sudah meluap merasakan tekanan penderitaan yang selama ini diderita Angelina. Tanpa banyak bicara dia langsung melambaikan tangannya ke arah kepala para pengawal ini, dan seperti teman mereka yang sudah menjadi mayat, pengawal-pengawal ini juga langsung mati begitu saja dengan kepala
Bab 207. AMARAH DARKO Mata keempat orang di dalam gedung kosong ini seakan mau keluar ketika tiba-tiba di dekat mereka muncul seseorang yang entah datang dari mana. Kedua pengawal keluarga Mangkusadewo yang berdiri sambil memegang pistol tangannya tampak gemetaran, dengan reflek mengarahkan moncongnya kearah orang yang baru saja seperti hantu. “Si… si…siapa kamu…” dengan suara gemetar salah satu pengawal memberanikan diri bertanya sambil menodongkan pistolnya ke arah pria yang baru saja datang. Orang yang ditodong pistol sama sekali tidak terlihat ketakutan, sebuah senyuman mengembang di bibirnya kemudian tangannya terlihat melambai dan sesuatu yang mengejutkan terjadi. Bukkk…Terdengar suara benda tumpul jatuh ke lantai, setelah telapak tangan pria itu melambai. Tangan pria yang sebelumnya menodongkan pistol ke arah pria asing yang baru saja datang tampak bergetar tapi jari jarinya sama sekali tidak bisa digerakkan. Bahkan tangannya juga ikut membek