Bab 1. SANG JENDRAL BESAR Seorang pria dengan pakaian militer yang lusuh tengah memandang ke arah ratusan ribu prajurit yang menyerukan namanya berkali-kali dengan gemuruh. Selama lima tahun, Darko Mangkusadewo berhasil bertahan dan memukul mundur pasukan negara Godriel yang berusaha untuk mencaplok wilayah Nusantara. Kemenangan besar ini tentu semakin mengharumkan nama Darko di mata militer Nusantara. Namun, walaupun diakui sebagai legenda perang, Darko tak pernah sekalipun membusungkan dadanya di depan orang banyak. Bahkan, ia tak pernah sekalipun minta namanya dimunculkan sebagai pimpinan pasukan yang memenangkan peperangan dengan gemilang di setiap surat kabar dan televisi. Setelah menyambut para pasukannya ini, tiba-tiba seorang tangan kanannya muncul sambil tergopoh-gopoh. "Jendral! Ada kabar buruk..." Senyum di wajah Darko seketika berubah. Ia menatap sang asisten dengan mengernyitkan dahinya seraya menunggu kabar buruk yang ia ut
Bab 2. AYAH Semua orang segera menoleh ke arah sumber suara, di hadapan mereka terlihat sesosok pria kurus tinggi dengan pakaian lusuh berjalan ke arah mereka. Wajah sosok pria ini sangat dingin, matanya begitu tajam menatap ke arah ketiga rentenir yang akan mengganggu Angeline, seakan ingin menelan mereka bertiga hidup-hidup. “Siapa kamu? Kalau ingin selamat pergilah!” Dengan suara kesal, ketua Rentenir balik membentak Darko. Ketua Rentenir sama sekali tidak merasa takut melihat wajah dingin Darko yang tiba-tiba datang mengganggu pekerjaan mereka. Mereka bertiga yang biasa bersikap arogan kepada siapapun, tentu saja memandang rendah Darko yang berpakaian kumal dan tampak kurus. Berbeda dengan ekspresi wajah Angeline ketika mendengar suara Darko, seketika ekspresi wajahnya tampak berseri dan jantungnya penuh dengan kebahagiaan. Apalagi setelah melihat sosok pria yang selama ini selalu di rindukannya. “Kak Darko…” Menden
Bab 3. MEMBAYAR HUTANG DENGAN MUDAH “Mmm… benar saya berhutang dua milyar kepada tuan Parijo itu sebelumnya?” “Dua milyar, baiklah biar saya lunasi dulu hutangnya biar brengsek itu tidak menggonggong dan mengganggu kita.” Setelah berkata, Darko segera berbalik dan perlahan berjalan ke arah ketua Rentenir yang sedang berdiri sambil memegangi wajahnya yang bengkak seperti balon. Sementara itu ketua Rentenir yang melihat Darko berjalan ke arahnya, tanpa sadar dia juga berjalan mundur untuk menjauhi Darko. Kekejaman dan kekuatan Darko yang sudah menamparnya tanpa terlihat dan menendang kedua anak buahnya hingga terlempar sejauh sepuluh meter telah membuat hatinya menciut. “Apa… apa yang akan kamu lakukan?” Dengan suara tergagap, ketua Rentenir berkata sambil memandang ke arah Darko dengan panik. “Berapa hutang istri saya?” “Hutang?” Ketua Rentenir menatap Darko dengan tatapan dipenuhi rasa tidak percaya. “Iya, berapa hutang istri saya?” “
Bab 4. SEDIH MELIHAT KEHIDUPAN ANAK DAN ISTRINYA Sementara itu Rossa dan Abimanyu yang tampak tidak senang dengan sikap Darko melanjutkan kesibukannya menonton acara televisi. “Ayah kita bermain di luar saja yuk…” Tiba-tiba Faizi berkata sambil menggandeng tangan Darko dan menariknya keluar dari rumah. Sambil tersenyum Darko hanya bisa mengikuti apa yang diinginkan anaknya yang baru saja bertemu sejak dilahirkan. Ternyata Faizi mengajak Darko pergi ke halaman belakang rumahnya. meskipun rumah yang di tinggali Angeline sudah sangat tua dan kecil akan tetapi halamannya sangat luas. Di sekeliling rumah tua ini dipenuhi aneka ragam sayuran, dari kangkung, bayam, sawi, lombok, kacang panjang, tomat dan lainnya. Ternyata uang terakhir yang dimiliki Angeline di gunakan untuk membeli rumah tua yang mempunyai halaman luas setelah perusahaannya bangkrut. “Ayah, kenalin ini Boy, kelinci kesayangan Izi.” Faizi mengajak Darko pergi ke kandang ke
Bab 5. ANGELINE DIGANGGU PREMAN PASAR Saat ini semua orang memandang ke arah Darko yang berdiri di samping Angeline dengan ekspresi penuh dengan tanya. “Ehem… ehem… siapa ini? Sepertinya ada teman baru nih?” Salah seorang penumpang wanita tiba-tiba berkata setelah sebelumnya berdehem seakan sedang mengajak bercanda Angeline. Darko yang mendengar candaan teman-teman Angeline sesama pedagang sayur pasar pagi segera memperkenalkan diri. “Ibu-ibu perkenalkan saya Darko suaminya Angeline.” “Suaminya Angeline…?” Suara kaget dan wajah penuh dengan rasa heran menghiasi wajah semua penumpang mobil pick up yang membawa sayuran. Mereka memandangi Darko dengan tatapan penuh selidik, tatapannya seakan tidak percaya kalau suami Angeline begitu kurus dan pakaian yang dikenakannya juga terlihat sangat tua hingga warnanya sudah memudar. Semua orang memandang ke arah Darko dan Angeline silih berganti sambil menggelengkan kepalanya. Mereka merasa betapa ma
Bab 6. JANDA KEMBANG PASAR PAGI Darko dan Angeline saling bertukar pandang saat mendengar perkataan bang Bimo, sepertinya desas-desus tentang kehidupannya sudah menyebar keseluruh pasar. Mana mungkin kehidupan Angeline yang begitu cantik tidak menyebar ke seluruh pedagang pasar, maupun pengunjung pasar. Sepertinya bang Bimo tidak mau menerima kenyataan kalau suami Angeline sudah kembali, dia memandang dengan sinis ke arah Darko seakan ingin membunuhnya. Sudah sejak lama bang Bimo ingin memperistri Angeline yang terkenal sebagai janda kembang pasar pagi. “Memang sebelumnya suami saya pergi ke medan perang untuk bertugas, tapi sekarang dia sudah kembali.”Angeline berkata sambil tersenyum dan menatap kearah Darko dengan tatapan penuh kasih sayang. Sementara itu Darko hanya diam sambil memperhatikan gerak-gerik bang Bimo, dia tahu seperti apa sifat seorang preman pasar. Akan tetapi karena di peringatkan oleh Angeline untuk tidak membuat keributan, se
Bab 7. AYAH YANG DIRINDUKAN “Kamu lihat, wanita secantik itu hanya membeli satu kilo beras yang berkualitas paling buruk, betapa kasihannya ibu Angeline itu.” Pedagang beras tampak berbisik pada suaminya setelah Angeline dan Darko pergi meninggalkan kios beras mereka. “Iya, padahal kalau Angeline mau tentu banyak pria yang ingin menjadi suaminya.” “Apa kamu tahu siapa pria kurus yang berjalan bersamanya?” “Eh iya, siapa ya? Setahu saya Angeline selalu sendirian setiap kali pergi ke pasar. Apakah pria itu suaminya yang katanya pergi ke medan perang?” “Mungkin juga, lihat saja matanya. Meskipun tubuhnya kurus dan kulitnya hitam, akan tetapi tatapan matanya sangat tajam seperti orang yang biasa dalam disiplin tinggi.” “Tapi apa iya, bukankah suaminya sudah mati sejak lima tahun lalu di medan perang, apa mungkin pria itu saudaranya?” “Sudahlah, kita tidak perlu membahasnya lagi. Lagian itu bukan urusan kita, yang penting bisnis kita tetap berjalan.”
Bab 8. MENGANTAR SEKOLAH Faizi menjawab pertanyaan gurunya dengan wajah penuh semangat dan penuh dengan kebanggan. Mendengar perkataan Faizi, para guru serta wali murid yang berada di sekitar sekolah Taman Kanak-Kanak segera menoleh ke arah Darko yang berdiri di dekat Angeline. “Dasar keluarga miskin tetap saja miskin, apanya yang tentara? Ternyata suami wanita jalang itu hanya prajurit kelas rendahan.” “Betul sekali, lihatlah pakaian yang dikenakannya benar-benar sangat jelek. Bahkan lebih jelek dari keset lantai di rumahku.” “Ha ha ha ha… benar sekali, saya sebenarnya kasihan dengan Angeline itu. Apa mata dan otaknya bermasalah, dia itu kan cantik. Masa mau menikah dengan pria miskin dan kurus seperti dia.” Cemoohan para wali murid meskipun tidak terlalu keras akan tetapi masih bisa didengar dengan jelas oleh Angeline dan Darko yang berdiri di depan pintu gerbang Sekolah Taman Kanak-Kanak, dimana Faizi belajar. Angeline yang sudah terbiasa mende