Kota West Country dan segala gemerlap dunia malamnya. Kota ini memiliki beberapa klub dan bar paling keren. Kehidupan malam, teman kencan, tempat romantis, hingga tempat minum-minum West Country memilikinya dan tersebar di berbagai penjuru.Begitu pun dengan Kevin, weekend ini dia memutuskan pergi ke bar untuk bersenang-senang. Sudah lama dia tidak menghabiskan waktu dengan minum-minum sampai mabuk, hari ini Kevin baru bisa merealisasikannya."Ayo Kevin, minum lagi. Ini masih nanggung. Kita ke sini untuk melepas penat dan berdamai dengan semuanya, iya, kan?"Kayla menuang anggur ke dalam gelas milik Kevin, padahal itu sudah gelas ketiga, tapi wanita itu terus memaksanya untuk meminum kembali alkohol itu.Ya, malam ini Kevin tidak sendiri. Dia ditemani mantan kekasihnya yang merangkap sebagai sahabat. Setelah dua Minggu berlalu, mereka semakin dekat dengan dalih persahabatan.Kevin langsung melepas botol alkohol dari tangan Kayla dan berbalik menuangkan isinya pada gelas milik gadis
Kevin kembali menenggak minuman keras itu dalam satu tegukan. “Aku benar-benar tak percaya ternyata kau mampu menemukan wanita lain yang menggeser aku dari hatimu.” Jujur sekuat hati Kayla mencoba menahan rasa sakitnya. Tujuannya datang ke Kota West Country adalah untuk mencari Kevin dan mengajaknya kembali berpacaran. Tapi Kayla tak kehabisan akal, dia yakin bisa tetap menjadi satu-satunya wanita yang Kevin cintai seperti dulu. “Wanita seperti apa sih dia? Aku jadi penasaran deh,” ucapnya lagi. Kevin masih sadar untuk tidak menyebut nama Zara di depan Kayla, dia juga tidak mengatakan kalau dirinya sudah menikah. Kevin takut urusannya akan panjang kalau sang paman tahu semuanya. Dia hanya menegaskan kalau di hatinya sudah ada satu nama yang sudah menggeser Kayla. "Dia perempuan yang baik, saat aku benar-benar kacau dia memberiku kebahagiaan yang berbeda, yang membuatku lebih baik. Jadi, aku berharap apapun yang terjadi bisa bersamanya terus." Sejujurnya Kayla juga merasa bersal
"Karena aku sibuk dan untuk apa juga kau menelepon sesering itu? Ajaklah siapa pun, memangnya kau tidak bisa pergi sendiri, Kayla?" tanya Kevin. Kayla menggeleng dan menjelaskan bahwa dia hanya ingin ditemani oleh Kevin, bukan pria lain yang tak dia kenali."Aku hanya ingin mengajakmu menghabiskan malam bersama, memangnya tidak boleh? Aku tidak mengajakmu untuk kencan. Aku hanya minta ditemani," jawab Kayla.Dia menatap Kevin seakan memohon agar pria itu mengiyakan ajakannya kali ini.Seakan jika tidak pergi Kayla akan menderita. Dia tidak suka diabaikan, apalagi permintaan wanita itu tidak sulit. Dia hanya ingin Kevin bersenang-senang dan melupakan pekerjaannya dulu."Hanya itu?" tanya Kevin lagi. Sejak tadi ia sangat penasaran dan bertanya-tanya dalam hati kenapa Kayla mengajaknya ke klub' tiba-tiba."Ayolah, kenapa kau curiga padaku? Kita hanya minum-minum di sana seperti beberapa hari yang lalu, bukankah kita ini sahabat?"Pusing karena Kayla masih saja memaksa akhirnya mau tak
"Tentu saja, Kevin. Aku bisa melakukannya," bisik Kayla. Senyum iblis tergambar jelas di bibirnya. "Lagipula aku akan mengajakmu bersenang-senang malam ini. Kau tak perlu memikirkan kekasihmu sekarang, karena malam ini kau adalah milikku, Kevin.""Apa maksudmu?"Kayla mengetukkan ujung telunjuknya pada botol anggur. "Di dalam gelas itu ada obat tidur, aku hanya perlu menunggunya bekerja. Jangan khawatir, Sayang."*****"Kau berat sekali, Kevin!" keluh Kayla saat memapah pria itu dengan susah payah memasuki kamar hotel.Hotel itu memang sudah ia siapkan sebelumnya. Untuk apa? Tentu saja untuk menjebak Kevin, wanita itu akan membuat skenario murahan untuk menghancurkan hubungan antara Kevin dan Zara. Persetan jika rumor ini tercium oleh media, yang jelas, Kayla akan membuat hubungan keduanya hancur.Kayla tersenyum sarkastik, dia merasa menang karena berhasil merobohkan dinding pertahanan lelaki itu. Di atas ranjang Kevin sudah terkapar dan hilang kesadaran.Penampilannya begitu acak-
“Apa maksudmu Dimas?” tanya Kevin.“Seperti yang bilang pada anda, saya tidak percaya dengan mulut manisnya yang hanya mau bersahabat dengan anda. Saya sangat yakin dia menyimpan niat licik, makanya saya menyelinap masuk, dan berhasil merekam semuanya.”Dimas mengambil ponselnya dan memperlihatkan pada Kevin.“Lihat ini Tuan,” ucapnya.Mata Kevin membulat sempurna, melihat cara licik sang mantan untuk menjebaknyaBahkan Kevin mendengar jelas semua kalimat yang diucapkan sang mantan demi bisa memilikinya kembali.Tanda merah yang ada di leher dan dada hanya buatan semata. Nafas Kevin naik turun menahan amarah. Dia berjalan mendekati sang mantan yang wajahnya sudah pucat pasi.“Vin, i–itu-” ucapannya terjeda karena Kevin memberi satu tamparan di pipi kanan Kayla.“Dasar sampah, aku tak pernah menyangka kau sejahat ini. Kau orang paling jahat yang pernah aku kenal. Jangan pernah tunjukan batang hidungmu lagi di hadapanku!”Wanita itu berlutut memohon ampun pada Kevin, tapi pria itu meng
‘Dia makan banyak sekali,’ gumam Kevin di dalam hati.Zara pun tidak harus mengganti uang Kevin yang dipakai untuk membayar semua makanan ini, dia pikir istrinya itu sedang kelaparan.Ia mengangkut semua plastik itu menuju ruang tengah dan meletakkannya di atas meja.Menunggu Zara datang dan menjelaskan kenapa makan-makanan seperti ini di pagi hari.Kevin menahan diri agar tidak memeriksa satu per satu isi kantong. Walaupun ia membayar tagihan, sangat tidak sopan bila menyentuh dan mengambil sesuatu yang bukan miliknya.Itulah yang selalu ditanamkan sang pengasuh hingga ucapan itu seperti sebuah chip di kepala dan menjadi pedoman hidup.Tak berapa lama kemudian, Zara keluar dari kamar mandi. Matanya langsung berbinar melihat bungkusan yang dipesannya beberapa saat lalu. Kevin sampai terheran-heran."Kau memesan banyak sekali makanan. Apa bisa menghabiskannya sendiri?" tanya pria itu saat Zara mendudukkan diri kembali di samping Kevin."Zara terkekeh. "Aku menghabiskannya denganmu, ak
“Aku boleh minta sesuatu tidak?” tanya Zara pada suaminya.Kevin, menoleh seraya menganggukan kepala. Apapun asal tentang Zara pasti akan dia berikan.Zara memberikan lemon tea kesukaan Kevin, pria itu menyesapnya.“Katakan apa yang kau inginkan?” tanya Kevin.Zara menunduk tampak takut mengutarakan isi hatinya.“Katakan, jangan pernah takut untuk menyampaikan keinginanmu,” ujarnya.Zara mengangguk pelan, “aku ingin kenal keluargamu, aku juga ingin sekali ikut ke Kota west Country tempatmu bekerja.”
“Ini untukmu dan semua sudah menjadi atas namamu Nyonya Adamson.”Zara tersipu digoda suaminya. Dia mengambil map dari pria itu lalu membukanya. “Jadi, kau benar-benar menyelamatkan aset kekek?” tanya Zara.Kevin mengangguk, “anak buahku menawar dengan harga paling tinggi dari yang lain. Tapi untuk sementara waktu kita sebaiknya tetap tinggal di sini,” usul Kevin yang dibalas anggukan oleh Zara.Kevin memicingkan mata menatap curiga pada sang istri, “kau kenapa tidak terkejut berlebihan setelah tahu suamimu konglomerat?” tanya Kevin.“Maksudmu aku harus terjun dari atas sini ke bawah untuk menunjukan keterkejutanku?” kalimat sarkasme dari sang istri membuatnya Kevin membeku.“Aku sudah mendengar percakapanmu dengan Pedro dan Pak Dimas malam itu, tapi aku masih kurang yakin karena tak tahu siapa kau sebenarnya. Bahkan nama lengkapmu saja aku tidak tahu karena di buku nikah kita hanya tertulis nama Kevin Orion.”Zara memanyunkan bibirnya, entah apa yang akan terjadi ke depan dan kejuta
Sore yang mendung, tak menyurutkan semangat Kevin dalam meresmikan pembukaan anak cabang Adamson Corporation sesuai rencana. Tak ada yang tahu, termasuk tamu undangan yang nanti akan hadir di sana, bahwa perusahaan ini sudah disiapkan oleh Kevin sebagai kejutan untuk sang asisten terbaiknya, Dimas. Dalam kesempatan istimewa ini, Dimas datang bersama istri tercinta, ibu mertuanya yang begitu penyayang, serta bibinya yang selalu dianggap seperti ibu kandung sendiri. Sementara itu, Kevin datang bersama sang istri, dua buah hatinya yang merupakan anak kembar berusia tiga tahun, serta ayah mertuanya yang nampak semakin sehat dan bugar. Anak-anak kembar tersebut menjadi pusat perhatian. Betapa adil Tuhan, wajah gadis kecil itu persis seperti Kevin, sedangkan bocah lelakinya menyerupai wajah sang istri. Sebuah keluarga yang harmonis, mencerminkan cinta yang tulus di antara mereka. Seperti biasa, Kevin diminta untuk memberikan sambutan sebagai pimpinan perusahaan. Dalam sorotan cahaya s
Tiga bulan berikutnya, Kevin sedang berbincang serius dengan istri tercintanya mengenai rencana masa depan Dimas dan Dinda. "Sayang, ada hal penting yang ingin aku bicarakan," ucap Kevin pada sang istri, membuatnya penasaran. "Apa itu, Sayang? Kok sepertinya sangat penting?" tanya sang istri dengan wajah penasaran, menambah kegugupan dalam ruangan. Kevin tersenyum, merasa bersyukur memiliki istri yang begitu mendukungnya. "Sebenarnya, ini bukan hanya penting, tapi juga menyangkut masa depan Dimas dan Dinda. Aku ingin meminta pendapat dari istriku tercinta karena apa yang aku miliki, juga menjadi milik istriku." Mendengar hal tersebut, istri Kevin tersenyum lembut dan mengecup pipi suaminya sebagai tanda cinta dan dukungan. "Apa yang ingin kamu bahas, Sayang?" Dengan nafas yang berat, Kevin mulai bercerita, "Aku berencana memberikan satu perusahaan kepada Dimas. Dia sudah bekerja sangat keras untuk kantor kita, dan aku ingin dia bersama Dinda maju serta memulai segalanya dari awal
Hari ini adalah hari terakhir Dinda dan Dimas untuk mengecap bulan madu, mereka sudah berkeliling ke berbagai tempat namun rasanya waktu itu masih kurang.Seperti pagi ini tidur mereka harus terenggut saat keduanya sudah merencanakan di hari sebelumnya untuk membeli oleh-oleh."Sayang, ayo bangun kita harus segera menuju ke tempat oleh-oleh jangan sampai nanti pulang malah tidak membawa apa-apa,“ ucap Dinda pada sang suami Dimas saat ini masih bersantai di atas ranjang setelah kelelahan selama beberapa hari ini menikmati indahnya sebagai pasangan suami istri.“Sebentar lagi Sayang aku ngantuk banget.” rasanya sangat sulit bagi Dimas untuk membuka mata dia lebih memilih untuk tetap terpejam dan berada di atas ranjang."Tapi kita harus segera pergi, Sayang. Jangan sampai kehabisan oleh-oleh," ucap Dinda dengan nada menggoda. Dinda mengeluarkan jurusnya agar sang suami mau segera bangun dari tidurnya, dirinya sudah menunggu cukup lama Namun pria ini tak juga membuka matanya hingga membua
Pesta pernikahan Dimas terus berlangsung hingga larut malam pemilihan tempat yang outdoor membuat suasana semakin Syahdu dan terkesan akrab. Semua karyawan Adamson corporation sengaja diundang oleh Dimas dan mereka tidak ada yang tidak datang Jujur semenjak ada Dinda, Dimas sudah tidak sekaku dulu lagi minimal orang kedua di kantor tempat mereka bekerja sudah lebih sering tersenyum ketimbang sebelumnya. Semakin malam pesta semakin larut hentakan musik di pinggir pantai memecah suasana malam itu mereka berpesta pora hingga akhirnya pesta pun berakhir. Setelah berbulan-bulan persiapan yang melelahkan, Dimas dan Dinda akhirnya menyelesaikan pesta pernikahan mereka dengan sukses. Dikelilingi oleh cahaya gemerlap lampu dan tumpukan karangan bunga, mereka berdua tampak kelelahan namun bahagia. Dalam pelukan satu sama lain, mereka menghela nafas lega, menikmati momen indah setelah perjalanan panjang menuju hari yang mereka nantikan. “Akhirnya semua ritual melelahkan kita berakhir,” uc
Pernikahan Dimas dan Dinda"Sayang, apa kau sudah siap?" tanya Kevin pada sang istri. Hari ini mereka akan menghadiri acara pernikahan Dimas dan Dinda, acara sakral yang dihadiri oleh keluarga besar kedua belah pihak. "Sebentar, Sayang. Dua menit lagi, tinggal memakai berlian saja kok," ucap sang istri, yang membuat Kevin tersenyum bahagia. Padahal, istrinya sudah diberikan waktu cukup lama untuk berdandan; bahkan Kevin sempat bermain bersama kedua anak kembarnya. Namun, begitu kembali, sang istri masih sibuk berkutik di depan meja rias. Sementara itu, istrinya ingin tampil sempurna agar tidak membuat sang suami malu. "Iya, sayang, berapapun waktu yang kau inginkan pasti akan kuberikan," ucap Kevin dengan lembut. Zara tertawa kecil, tak mengetahui apakah kalimat itu sarkasme atau benar-benar dari hati Kevin, sebab ia tahu suaminya telah menunggu cukup lama. "Sabar dong, Sayang. Sebentar lagi," ucap Zara dengan menggoda. Tak berselang lama, ia pun mendekati Kevin, ternyata sang
Kevin dan Dimas berdiri kokoh di tengah jalanan yang sepi dan mulai gelap, terasa begitu mencekam dan hening, matapun tertuju pada para preman bersenjata api. Jantung mereka berdegup semakin cepat; namun mereka tahu bahwa mereka harus bertindak gesit untuk melindungi diri sendiri serta orang-orang di sekitar. Keduanya lantas merancang strategi dengan mata fokus, tanpa sepatah kata pun terlontar, sekedar tatapan yang saling bercerita dan penuh tekad bersama. Siap menghadapi bahaya yang melayang di atas kepala mereka, mereka mempersiapkan segala yang dibutuhkan. Tak lama, preman-preman itu mulai mendekati dengan niat yang jelas. Kevin dan Dimas pun segera melancarkan aksi mereka. Keduanya mengandalkan keterampilan bertarung serta refleks yang telah mereka asah, bergerak dengan kecepatan yang mengejutkan para penjahat tersebut. Angin meniup lantang, suara bentrokan demi bentrokan memecah kesunyian, menjadikan malam itu satu episode yang tak akan pernah dilupakan oleh siapapun yang m
Malam itu, Kevin duduk di balkon kamarnya bersama istri tercinta, setelah berhasil menidurkan kedua anak kembarnya yang lucu. Rencana yang akan dibahas adalah mengenai persiapan pernikahan Dimas dan Dinda, keduanya yang telah lama diincar oleh hati Kevin untuk dipertemukan. Kebahagiaan Dimas adalah kebahagiaan bagi Kevin. Tidak hanya sebagai asisten pribadi yang sudah seperti keluarga, tetapi juga sahabat yang selalu setia menemani Kevin dalam suka duka. Diiringi malam yang tenang, ia menggenggam tangan istri dan berbicara dengan tulus dari lubuk hatinya. Kevin ingin meminta izin untuk memberikan biaya pernikahan untuk Dimas dan Dinda. Bagaimanapun, Dimas telah memberikan begitu banyak hal dalam hidup mereka dan tentunya Kevin sangat berharap sang istri tidak keberatan dengan keputusannya.Tentu saja tidak ada kebahagiaan yang lebih besar bagi Kevin selain melihat orang-orang di sekitarnya bahagia. Karena ia tahu betul bahwa Dinda telah mencuri hati Dimas sejak pertama kali bertemu
Satu Tahun kemudianHubungan Dimas dan Dinda semakin menemukan titik kebahagiaan mereka benar-benar tak menyangka akhirnya bisa sampai di titik ini. Malam ini Dimas mengajak Dinda untuk makan malam bersama. Jujur ada desir hangat mengalir dalam darah dinda."Dinda, ada sesuatu yang ingin kukatakan padamu,” ucap Dimas gugup. Demi apapun Dimas tak pernah sebelumnya merasa segugup ini."Apa itu, Dimas? Jangan membuatku gugugp deh,” jawab Dinada penuh rasa penasaran Dinda berharap Dimas menyatakan cinta padanya, sudah sejak lama Dinda menunggu ungkapan cinta dari lelaki yang terkenal dingin ini namun tak kunjung terjadi juga.“Hmmmm,” Dimas berdehem gugup. "Aku tidak bisa membayangkan hidupku tanpamu. Kamu membuat setiap hari menjadi lebih cerah dan berarti bagiku. Aku mencintaimu, Dinda, dengan segenap hatiku."Dinta membelalak mendengar ungkapan cinta dari pria kutub utara ini. Benarkah ini? Atau aku hanya bermimpi? ... Aku juga mencintaimu. Kamu adalah sumber kebahagiaanku,” sayangny
Sementara itu di sebuah restoran mewah Kevin sengaja meminta istrinya untuk datang ke restoran hari ini.Dia mengajak sang istri untuk makan siang bersama, senyum mengembang di bibirnya ketika melihat wanita yang ia cintai sudah tiba di hadapannya.“Wah, kau cantik sekali, Sayang," ucap Kevin dengan nada rayuan, memandangi sang istri yang berdandan cantik. Wanita itu mencebik, merasa gusar dengan cara suaminya memujinya. "Memangnya selama ini aku tidak cantik, Sayang?" tanya sang istri, menegaskan kalimatnya. Kevin menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, tersenyum geli. "Tentu saja cantik. Tidak ada yang bisa mengalahkan kecantikan istriku," jawabnya dengan hati-hati. "Ayo sayang, kita makan siang dulu. Aku sudah pesan makanan kesukaanmu," ajaknya seraya menunjuk hidangan yang sudah tersaji di atas meja makan. Kevin menggenggam tangan sang istri, tatapannya lembut dan sayang. "Sesekali kita perlu menghabiskan waktu berdua saja, Sayang. Semoga di waktu yang akan datang, kita bisa leb