"Tutup mulutmu Kevin, kau masih saja sombong. Jaga bicaramu kita sedang berada di tempat umum, apa kau tak malu?" hina Galen pada menantu gembelnya ini.Kevin tersenyum kecut, "bagaimana mungkin aku bisa diam melihat istriku direndahkan? Kalalu Papa memang tidak keberatan kenapa tidak Papa biarkan saja Irfan menikahi anak Papa dari pada menggoda istri orang?"Galen sudah melayangkan tangan ke udara untuk memukul Kevin, namun sang presdir berhasil menghentikannya."Kenapa Papa marah? Apa anak kandung Papa anak emas? Atau Papa tahu sebenarnya dia sudah tidak suci lagi?""Tutup mulutmu menantu sialan, kau berani mengatakan anak gadisku seperti itu?" giliran Mika Johanes yang marah pada Kevin. Zara berusaha meminta suaminya untuk diam, tapi mungkin siapapun yang di posisi Kevin akan melakukan hal yang sama bila istrinya digoda pria lain."Diamlah, kau harus mengalah," bisik Zara penuh permohonan."Tidak bisa, aku bicara yang sebenarnya, ada teman Bosku yang menjadi selingkuhan Jenni."Je
“Pa–paku di mana?” tanya Zara dengan suara terbata-bata. "Apakah itu benar-benar dia?" Kevin terdiam sesaat, merasa tidak tega untuk mengatakan kebenaran kepada istrinya mengenai kondisi sang ayah mertua. Hatinya sangat yakin bahwa itu adalah ayah kandung Zara, tapi untuk memastikannya, tes DNA harus dilakukan. "Aku belum berani memastikan itu Papamu atau bukan, Zara. Makanya aku sarankan untuk melakukan tes DNA. Wajah kalian memang mirip, tapi..." ucapnya dengan perasaan tidak enak. “Tapi apa?” tanya Zara dengan wajah mulai pucat. “Orang yang mirip Papamu itu mengalami gangguan jiwa,” jawab Kevin jujur meski hatinya menolak untuk melukai perasaan sang istri. “Apaaaaaaaaaa?” Zara terkejut. Dia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan, tubuhnya bergetar hebat. Kevin merasa kasihan padanya dan langsung membawanya dalam dekapan. "Ini yang aku khawatirkan bila aku mengatakan kebenaran tentang kondisi pria itu. Maafkan aku, Zara, aku tidak bermaksud melukaimu," ucap Kevi
Kevin menyerahkan kembali ponselnya pada sang istri lalu berucap, "dengarlah ini," pinta Kevin sambil menyerahkan ponselnya pada Zara. Pada layar itu, ada sebuah bukti rekaman yang sebelumnya Kevin simpan di ponselnya. "Aku menyimpan rekaman ini agar kau tahu betapa serius situasi yang kita hadapi," ucap Kevin dengan ekspresi serius. Zara menerima ponsel Kevin, hatinya berdebar kencang. “Sebentar lagi, kebenaran akan terungkap, aku janji setelah ini hanya akan ada bahagia untuk kita," tegasnya dengan rasa haru dan takut yang bercampur.Zara mengangguk, karena meyakini apapun yang diucapkan sang suami pasti akan terwujud."Aku tak menyangka mereka sejahat ini pada kita," gumam Zara setelah menyaksikan rekaman rencana jahat ayah angkatnya di ponsel Kevin.Pikirannya kembali melayang pada masa lalu, saat dirinya merasa aman bersama mereka, namun kini terasa begitu jauh. Zara merasa dikhianati oleh orang yang seharusnya melindunginya."Makanya aku mengajakmu pindah agar dia kehilangan
"Katakan pada Papa, kalau itu tidak benar!" teriak Galen penuh emosi pada anak gadisnya. Hatinya terasa remuk saat mengetahui apa yang tengah menimpa sang anak. "Pa, tolong jangan seperti ini, kasihan Jenni ketakutan," sahut Mika, istrinya, dengan nada berat dan penuh keprihatinan. Wanita itu memeluk erat sang anak semata wayang, mencoba menenangkannya. "Kasihan katamu?" Galen terdiam sejenak, merasa kecewa dengan tanggapan istrinya. "Dia menjadi simpanan pria tua di luar sana, dan dia juga di D.O dari kampusnya... Apa kau tak malu telah gagal menjadi ibu huh?" sentak Galen dengan nada meluapkan amarah pada istrinya. Saat itu, Galen merasa terpuruk.Dalam benaknya, berkecamuk pertanyaan-pertanyaan mengenai apa yang sebenarnya telah terjadi."Mengapa ini harus terjadi pada keluargaku? Apakah aku gagal menjadi ayah yang baik? Bagaimana cara menyelesaikan masalah ini agar kami bisa kembali seperti dulu?" pikir Galen dengan hati hancur. Di saat yang sama, ia berusaha menahan amarah
Esok harinya, Mika Johanes merasa sangat gugup saat meminta bantuan pada Irfan untuk membujuk Zara, sang anak angkat, agar mau ikut dengannya. "Irfan, tolong antarkan Tante menemui Zara dan bantu membujuknya agar mau ikut bersama tante," ucap Mika dengan raut wajah yang menunjukkan keinginannya agar rencana liciknya segera terlaksana. Namun, di lubuk hati terdalam Mika, ia merasa khawatir akan tindakan yang dilakukannya. Apakah benar ini yang terbaik untuk dirinya dan sang suami setelah menyerahkan Zara pada Tuan Baron? Apakah ia bisa bertanggung jawab atas segala konsekuensinya? "Irfan sih tak masalah, tapi jangan libatkan Irfan nanti kalau terjadi hal buruk dengan rencana tante itu ya," jawab Irfan dengan ekspresi waspada, seolah tahu apa yang ada di benak Mika. Ia bisa merasakan bahwa Mika tidak sepenuhnya yakin dan mantap dengan rencananya, namun Mika berusaha untuk menyembunyikan perasaan tersebut.Irfan merasa sedikit bersalah tak mendengarkan nasehat sang papa agar tak men
"Kalian mau mencari Zara?" tanya Kevin dengan nada sinis. Sudah bisa ditebak, ternyata mertua angkatnya ini memang mengincar Zara. Beruntung Kevin lebih dulu membawa Zara pergi dari apartemen ini. "Dan kau..." tegas Kevin, sambil menunjuk Irfan, "apa gunanya permintaan papa mu yang melarangmu mencampuri urusan orang lain, kalau pada akhirnya kau masih tetap berbuat jahat?" Kevin, sangat marah melihat Irfan kembali ikut campur urusannya. Dia akan membuktikan ancamannya pada Papanya Irfan tak main-main. Kevin akan mengungkap semua aib pria itu dalam dunia bisnis. "Aku tidak akan membiarkan Zara jatuh ke tangan kalian, aku harus melindunginya dari orang-orang seperti kalian, jadi jangan pernah berpikir kalian dengan mudah menemukan Zara," ucap Kevin tegas, bertekad untuk menjaga Zara sampai titik darah penghabisan."Tutup mulutmu menantu tak berguna! Cepat katakan di mana Zara!" teriak Mika dengan emosi pada Kevin. Mika merasa tertekan, kepalanya terasa berdenyut, namun dia berusah
"Kau kenapa Kevin?" tanya Zara penuh rasa khawatir. Dia terkejut melihat suaminya kembali ke hotel dalam kondisi babak belur. Kevin tersenyum, mencoba menenangkan hati Zara, "tidak apa-apa, aku hanya menghadapi uji nyali dengan Irfan," ucapnya. Zara mengernyitkan dahi, tak bisa memahami maksud suaminya."Uji nyali? Dengan Irfan?" Ia bingung dengan alasan Kevin yang tidak biasa. "Apa sebenarnya yang terjadi?" sambungnya bertanyaKevin menarik nafas, kemudian menjelaskan kejadian yang baru saja berlangsung, "Mika dan Irfan memaksa masuk ke unit apartemen yang pernah kita tempati. Mereka sangat ingin menculikmu dan membawamu menemui mafia itu. Aku berusaha melindungimu, Zara."Mendengar penjelasan itu, Zara merasa bercampur aduk antara marah, bingung, dan sedih. Ia tidak pernah menyangka bahwa mama angkatnya, Mika, akan berbuat demikian."Jahat sekali Mama angkatku," keluh Zara dengan kesal dan kecewa mendalam atas sikap Mika.Hati Zara terasa seperti tertusuk duri saat mendengar ceri
Esok harinya, Kevin mengajak Zara, sang istri tercinta untuk pergi berbelanja ke mall. Saat mereka berada di sebuah butik, tiba-tiba Kevin merasa perutnya melilit dan segera minta izin untuk pergi ke toilet. Tinggal Zara sendiri di butik itu, sang nyonya Adamson melanjutkan untuk melihat-lihat pakaian yang dipajang, meskipun.Belum ada yang benar-benar menarik hatinya. Namun, tak disangka Zara bertemu dengan seseorang yang pernah mengenalnya sewaktu masih menjadi mahasiswa. Gerombolan pria itu melihat Zara dan buru-buru menilai dengan sinis, "Kau mau beli pakaian itu? Gak punya uang ya? Beli saja, biar aku yang bayar. Aku tahu kalau suamimu sama sekali tak bisa diandalkan. Makanya, jangan cari suami miskin."Zara merasa tersindir dan kesal dengan ucapan pria yang ternyata adalah teman kampusnya dulu itu.‘Kenapa dia bisa begitu yakin bahwa Kevin tidak bisa diandalkan? Apakah mereka tahu tentang Kevin yang sebenarnya?’ batin Zara sambil mencoba menahan rasa marahnya.Dia tidak bisa