"A-aku takut. Pokoknya gak mau ketemu Tuan Sagara."Pundak bergidik ngeri sambil mengoles selai stoberi di atas roti. Lalu, aku makan dengan kemaruk. Mata menerawang ke mana-mana. Masih terekam jelas kejadian paling menakutkan saat pertama kali bertemu Tuan Sagara. Jantungku hampir copot menyaksikan kekejaman Tuan Sagara. "Kamu harus ikut, Sayangku."Jex tersenyum lebar. Dia langsung merebut roti yang baru saja aku olesi selai. Memakannya dengan sorot menggoda. Aku teguk segelas air, untuk menetralisir hati yang bergetar."Kenapa ekspresinya gitu? kamu mulai jatuh cinta yah?""Dih, pede banget. Mana mungkin aku jatuh cinta sama mafia jahat. Semua ini, hanya terpaksa.""Hahaha, baiklah. Kita lihat saja nanti.""Dih, kamu percaya diri sekali. Ingat, Jex kamu hanya bisa memiliki ragaku, tapi tidak dengan hatiku."Aku berdiri. Ingin menghindar dari Jex. Mulut dan hatiku mengatakan hal yang tidak sinkron. Namun, tiba-tiba Jex menarikku dipangkuannya. Tangan Jex melingkar di pinggangku.
"Aduh, nih, cowok tampang doang nyeremin kaya kolor ijo. Tapi, kenapa bucinnya gak ketulung. Apa aku punya warisan pelet dari nenek buyut yah? tapi, ya tolong. Gak mafia juga, hiks, hiks," ucapku mengomel sendiri. Jex terkekeh mendengarnya."Jangan terpesona seperti itu, Aish," kekeh Jex. Aku bergeser menjauh. Agar jarak duduk meregang. Entah kenapa, aku malah salah tingkah. Maka, aku ambil secangkir teh yang terasa masih panas. Berusaha bersikap biasa, dengan cara menyeruput teh."Arrghh, panas ....""Hahaha, mangkanya jangan salah tingkah.""Dih, pede banget. Lagian, kamu jadi suami tega banget. Mau bikin lidahku sama bibirku sakit, yah?""Aish, Aish. Namanya teh, memang disajikan dengan air panas. Kalau air dingin, itu es teh.""Mangkanya buatin Es Teh. Dasar suami gak peka.""Setidaknya, kamu mengakuiku sebagai suami," goda Jex dengan senyum nakal."Dih, pede," bentakku kesal sambil mendelik."Hahaha, dalam kurun waktu kurang dari satu bulan, aku yakin bisa mendapatkan hatimu.""
POV JexSialan. Berani-beraninya Arka menghancurkan kebahagiaanku hari ini. Rasa sayang pada Aish, tiba-tiba berubah jadi kekesalan. Ketika Arka mengirimkan foto mereka berdua sedang berciuman. Aku pikir, perempuan galak seperti Aish bisa menjaga kesucian bibirnya. Ternyata aku salah besar. Dengan bodohannya, dia mau saja merendahkan kehormatannya. Akibat amarah yang tak bisa dikontrol, aku melukai Aish. Tangannya berdarah terkena pecahan kaca. Begitu pula dengan tanganku. Namun, perih yang aku rasa tak sebanding dengan empati yang dirasa ketika melihat raut wajah Aish berubah muram. Dia pasti kaget dengan sikapku yang berubah drastis. Mungkin bagiku, luka ini tak seberapa. Sudah biasa meluapkan emosi dengan cara yang ekstrim. Akan tetapi, tidak dengan Aish. Dia tumbuh di keluarga normal yang begitu menyayanginya. Sikapku akan membuat mentalnya tersentak."Biar aku obati lukanya."Aish nampak heran dengan perubahan sikapku yang mendadak kembali normal. Entah apa penilaiannya tentan
"Aish, buka pintunya."Aku gedor pintu kamar. Berkali-kali memanggil Aish, tetapi tak ad jawaban. Apa mungkin Aish benar-benar marah padaku? aku sama sekali tidak berniat marah-marah atau membentaknya. Aku hanya cemburu. Sehingga, lupa mempedulikan perasaannya. Rasa cemburu ini, membuat perasaan curiga tak tertahan. Pikiran negatif terus menerus menghantui.Aku tak mau kehilangan Aish. Walaupun, mendapatkan Aish harus mengorbankan nyawa, aku tetap ingin terus bersamanya. Tak peduli, jika nanti aku mati karena permintaan Tuan Sagar. Atas tebusan pembebasan Aish. Yang terpenting saat ini aku bisa menghabiskan banyak waktu bersamanya. Meskipun, entah sampai kapan kami bisa bersama. Setidaknya, aku ingin merasakan rasanya dicintai oleh perempuan yang begitu aku sayangi."Aish, tolong buka pintunya. Apa harus aku dobrak?""Dobrak aja. Sekalian hancurkan rumah ini. Biar puas.""Maaf, Aish. Buka dulu pintunya. Aku mau bicara.""Bicara apa? mau nuduh lagi? atau mau ngelukain aku? katanya cint
POV Aish"Aduh, perutku sakit. Pasti penghuni lambung pada demo. Padahal, abis makan enak. Malah keluar lagi," cerocosku di kamar mandi. Sambil berjongkok menunggu isi perut keluar dengan lancar ke saluran air septic tank.Beginilah akibat kebanyakan makan pedas. Namun, bagaimana lagi, aku tak bisa menahan nafsu makan saat melihat makanan lezat didominasi warna kemerahan. Kalau Mbak Elina tahu, bisa habis aku diomeli. Dia akan berceramah panjang lebar. Berkata kalau sakit lambungku sudah kronis. Tak boleh lagi memakan seblak dan kawan-kawannya. Tetap saja, dari dulu aku selalu curi-curi kesempatan. Biasanya, Denis jadi teman menikmati makanan ini. Aku juga heran, kenapa Jex bisa tahu makanan favoritku. Sampai dia menyediakan semua jenis makanan pedas di rumah ini. Dengan rasa dan pedagang yang sama. Apa Jex memang begitu tergila-gila padaku? sampai hal yang tidak penting tentangku saja dia tahu."Aish, kamu kenapa?" tanya Jex menggedor pintu berkali-kali.Dasar pria tidak pengertian.
POV ElinaSemenjak pernikahan Aish dan Arka, hari-hariku selalu dihantui rasa resah gelisah. Tak tega dengan nasib yang menimpa adikku. "Semua ini gara-gara kamu Arka."Dua hari setelah acara pernikahan adikku. Arka penampakan diri ke rumahku. Saat itu emak dan Bapak belum kembali ke kampung halaman. Mereka menyaksikan ekspresi kekesalanku yang aku salurkan pada Arka. Pria tak bertanggung jawab. Aku sudah mendengar semua cerita tentangnya dari Denis.Arka sudah menghianati bosnya yang bernama Tuan Sagara. Dia memberikan rahasia perusahaan kepada lawan bisnis PT Sagara Buana. Dia juga mempunyai hutang yang begitu banyak. Di tambah kelakuan bejatnya yang baru aku ketahui beberapa hari ini. Denis membongkar semua keburukan Arka. Anak buah Arka lebih memilih bekerja pada Jex. Denis juga mengatakan kalau Jex yang telah menyelamatkan adikku dari kekejaman mafia bernama Tuan Sagara. Sejak saat itu, aku sangat membenci Arka. Akibat kelakuan buruknya adikku harus terkena imbas. Aish mau tak
POV AishMbak Elina membuat sel-sel dalam tubuhku gemetar. Ada apa dengan Jex? kenapa raut wajah kakakku begitu serius. Info apa yang dia dapatkan. Sampai tergesa-gesa menghampiriku. Apa mungkin musuh Jex sedang melancarkan aksi yang membahayakan?"Jex sedang menjalankan misi gila yang membahayakan.""Misi gila apa, Mbak? jangan sotoy dong. Gak zaman bercanda. Hidup kita sedang tidak baik-baik saja karena melibatkan diri dengan keluarga Mafia Tuan Sagara.""Justru itu. Suamimu yang akan ada di garda paling depan. Tentu itu sangat membahayakan."Sungguh aku tidak paham alur pembicaraan ini. Garda terdepan bagaimana? lawan yang seperti apa? Ya Allah, kenapa kisah hidupku jadi seperti ini. Hitam kelam dan menegangkan. Aku memang suka keributan, dalam hal adu kekuatan bela diri. Namun, tidak dengan kehidupan yang penuh perkelahian seserius ini."Aish pusing, Mbak. Baru sembuh nih.""Intinya kamu harus selalu menemani, Jex. Jangan mudah terprovokasi. Jika salah satu goyah, maka bahaya. Ora
POV ArkaUang yang diberikan Tuan Sagara habis karena perusahaanku terancam bangkrut. Pria tua itu tak mau lagi memberikan pinjaman. Sehingga, aku tak tahu harus apa. Sedangkan aku butuh banyak uang untuk menikah, dan bermain-main di diskotik. Ketika aku ada di titik paling bawah, Tuan Araav datang. Dia mengiming-ngimingi uang dan kekuasaan. Dengan syarat aku bisa mengambil data rahasia perusahaan Sagara Buana .Tanpa pikir panjang, aku mengambil dokumen berharga itu. Posisiku yang tahu tempat-tempat penting Tuan Sagar, mempermudah langkah mendapat data rahasia. Dengan usaha yang cukup menguras pikiran dan menegangkan, aku berhasil mendapatkan data-data perusahaan. Akibatnya, Tuan Araav berhasil meruntuhkan beberapa bisnis besar Tuan Sagara. Keuangan Perusahaan Sagara jatuh. Tuan Araav terus menggila menganggu stabilitas perusahaan Sagara Buana. Dia melakukan semua itu, demi mendapatkan harta spesial peninggalan ayahnya.Setauku, Tuan Sagara merampas semua harta Tuan Nicolas yang be
POV AishApa kira-kira tugas terkahir Jex sebagai mafia? sepanjang perjalanan Jakarta - Bandung aku terus berpikir keras. "Sayang, apa sebenernya yang harus diselesaikan? kamu tidak berniat membunuh seseorang 'kan?""Tidak, istriku. Ada wasiat dari Ayah. Setelah itu, hidupku akan bebas.""Apa?""Nanti aku beritahu, lebih baik kamu tidur. Kamu pasti lelah.""Baiklah."Jex bukan orang yang bisa dipaksa untuk bicara. Maka aku ikuti saja keinginannya. Yang terpenting, dia sudah tidak terobsesi lagi oleh dendam. Aku hanya ingin kami bisa hidup bahagia tanpa di bayang-bayangi kecemasan. Ternyata hidup menjadi bagian dari seorang mafia sangat tidak nyaman. Meskipun uang berserakan di mana-mana. ****Satu bulan berlalu, Perlahan Jex menyelesaikan tugas terakhirnya. Dia menyerahkan semua saham perusahaan Sagar Buana pada Denis. Dengan rasa tak percaya, Denis mau menerimanya. Jex hanya akan mengambil sedikit harta untuk membeli tanah dan modal untuk memulai hidup baru di desa emak dan bapakku
POV JexMataku membeliak kaget. Kamar berantakan. Baju-baju Aish sudah berkurang dari lemari. Aku pikir dia hanya marah biasa. Ternyata, Aish nekat pergi dari rumah ini. Hampir 5 jam aku melupakannya setelah pertengkaran yang terjadi di antara kami. Aku terlalu sibuk dengan dunia kesedihanku. Sampai tidak sadar Aish meninggalkanku."Ke mana istriku pergi?" tanyaku penuh amarah kepada penjaga."Ta-tadi nyonya naik taksi online sambil membawa koper, Tuan. Saya pikir sudah izin sama Tuan.""Bodoh!"Bugh. Aku pukuli para penjaga satu persatu. Dasar manusia berotot yang tidak bisa diandalkan. Mana mungkin aku membiarkan Aish keluar sendirian tanpa penjagaan anak buahku. Kenapa mereka begitu bodoh, sampai tidak bisa melarang kepergian istriku? Amarah aku luapakan secara brutal. Semua anak buahku menjadi pelampiasan emosi. Mereka semua babak belur. Darah mengucur di bagian bibir. Aku berubah seperti Jex yang dulu. Menjadi brutal dan ganas. Bagaikan singa hitam. Aku segera menuju rumah Mb
POV Aish "Ayah!" teriak suamiku diiringi isak tangis.Persendian lemas. Aku tersungkur di lantai. Menunduk sambil mengeluarkan air mata. Tak sanggup memandang wajah ayah yang sudah penuh darah. Sedangkan suamiku terus meraung mengeluarkan kesedihan. Dia memeluk dan mencoba membangunkan ayahnya. Namun, semua itu percuma. Ayah sudah kembali ke alam keabadian. Dia meninggal karena memilih menyelamatkanku dan cucunya. Tak gentar menghadapi ajal. Pengorbanannya untukku dan Jex begitu luar biasa. Namamu akan tersimpan baik di hatiku ayah.Maafkan aku tak bisa menyelamatkanmu. Terima kasih telah mengorbankan nyawa demi aku. Kau bagai malaikat penolongku. Jujur, sesak di dada begitu menghimpit. Oksigen seakan tak mau masuk ke rongga paru-paruku. Rumah yang penuh canda tawa dan ketenangan ini, mendadak gelap. Seiring dengan kepergianmu. "Ayah ... maafkan aku. Ayah ... bangunlah, Arrgh!"Jex mencengkram pundak ayah. Menggoyangkan tubuhnya. Mengaggap ayah hanya sedang tertidur pulas. Suamiku
POV AraavSialan. Pria tua seperti Sagara bisa memporak porandakan bisnisku dalam hitungan hari. Di tambah lagi kecerobohan Arka dan anak buahnya. Mereka memang tidak bisa diandalkan. Lengah meninggalkan jejak ketika membakar ruko. Arka juga dituduh melakukan penculikan karena bertingkah gegabah. Aku sudah bilang, jangan bertindak sembarangan. Rusak sudah rencanaku. Jex dan Sagara bersekongkol menghancurkanku. Dia membuatku masuk penjara. Semua karena penghianatan manusia busuk seperti Arka. Dia dijebloskan terlebih dahulu ke penjara, dan sengaja menyeret namaku ikut dengannya. Dasar manusia sialan. "Aku sudah bilang, kau ini bodoh. Kau pintar bercuap-cuap, tapi selalu salah bertindak," hardik Gisel.Adik sialan yang merasa paling hebat. Beruntung aku berhutang pertolongan kepadanya. Kalau bukan karena dia aku masih mendekam di penjara. Ruangan yang mirip tempat pembuangan sampah. Mimpi buruk berada di sana. Hanya dalam hitungan hari saja, membuatku trauma. Aku bersumpah akan mengh
POV Tuan Sagara"Tu-tuan, jangan emosi dong. 'Kan bukan aku yang seperti iblis."Perempuan bodoh kesayangan Jex ketakutan. Dia tak setangguh yang aku pikir. Awalnya, aku mengira dia perempuan tangguh, karena berani melawanku pada waktu itu. Namun, tetap saja seorang perempuan sesuai kodratnya. Hatinya lembut. Lebih tepatnya dinamakan lemah."Jangan cengeng. Baru seperti itu saja ketakutan. Kamu sedang mendengar aku bercerita, bukan menonton arena gulat.""Hihihi, Tuan tetep serem walaupun sedang curhat."Anak ingusan ini malah mengejekku. Kalau bukan istri dari putra angkatku, sudah aku tampar dia. Tak sopan bersikap demikian di hadapanku. Berani meledek mafia paling hebat se-Asia. Sebenernya, dia orang kedua. Maria sudah terlebih dahulu bersikap konyol begitu ketika bersamaku. "Cepat bereskan dapur ini. Jangan sampai ada debu sedikit pun. Kau terlalu lancang menyuruhku banyak bicara.""Maaf, Tuan. Aku tidak menyuruh. Hanya saja, Tuan yang bercerita duluan. Tapi, tak apa. Sebagai me
"Buburnya sudah siap, Ayah.""Hahaha, aku suka panggilan itu, Lion.""Ternyata kau membawa pujaan hatimu, hahaha. Kita tidak sedarah, tapi tingkahmu mirip denganku," sambungnya ketika menyadari kehadiranku.Sungguh aneh. Tuan Sagara yang ada di hadapanku saat ini, sangat berbeda dengan sosok Tuan Sagara saat kami pertama berjumpa. Dia kelihatan seperti orang tua pada umumnya. Dengan rambut yang beruban, dan kesehatan yang mulai memburuk. Apa memang begini kehidupan seorang mafia? mereka bisa menyesuaikan diri dengan sesuka hati. Tergantung tempat dan kepentingan. "Aish sudah membuat bubur. Silakan di makan, Ayah. Setelah itu, minumlah obat.""Berikan buburnya, jika tidak enak, istri cantikmu ini tak akan selamat, hahaha.""Ih, serem, Jex," bisikku panik. Baru saja pria tua ini aku puji, karena bersikap normal. Sekarang dia malah berani mengancamku. Padahal aku tidak melakukan kesalahan ."Tak usah takut, hanya bercanda.""Bercanda dari Hongkong. Orang mukanya serem gitu," bisikku kes
"Om, Om, mukanya ko, serem," ledek Bilqis malu-malu.Anak itu memang begitu. Meskipun kelihatan ketakutan, tapi suka jahil. Salah satunya senang berceloteh. Terlalu jujur. Aku peluk dia sambil tertawa. Sedangkan Jex tampak tak terima dikatakan demikian. "Santai dong, Om Jex tampan. Bilqis bicara seperti itu karena dia ingin PDKT sama kamu. Peka dong.""Aku tak paham caranya mendekati anak kecil," jawab Jex tanpa dosa.Dia tenang saja duduk di sampingku. Tanpa niatan ingin mengajak Bilqis bermain. Aku punya ide supaya suasana di rumah ini tidak kaku. "Iqis, suka main kuda gak?""Suka dong, Tante. Tapi ayah sedang masak. Jadi, Iqis gak bisa main kuda-kudaan.""Nah, Tante punya teman baru untuk Aish main kuda-kudaan.""Serius Tante? mana temannya.""Nih, di samping Tante.""Aku maksudnya?" tanya Jex kaget. Dia tampak tak terima dengan usulanku."Ya iyalah, suamiku sayang. Siapa lagi? kamu tega istrimu jadi kuda? hi, dasar.""Aish, jangan begitu," tegur Mbak Elina.Kakakku membawa dua
POV AishHari ini semuanya berubah. Aku bisa merasakan pancaran kebahagian. Jex begitu menikmati sarapan bersama kami, dan Mbak Elina. Benar kata kakakku, suamiku butuh perhatian. Aku harus berdamai dengan takdir dan menerima semuanya. Rido terhadap ketentuan Gusti Allah. Awal mula perubahan sikapku, karena nasihat Mbak Elina dini hari tadi. Saat aku terbangun pukul 03.00 dini hari, aku melihat Jex tertidur sambil memelukku. Dengan kondisi kepalaku yang sudah tidak mengenakan hijab. Rasa kesal sempat menghampiri. Tak terima dengan sikap Jex yang lancang. Seenaknya dia melihat rambutku. Namun, perlahan emosiku reda. Ketika mendengarnya mengigau."Jangan ... jangan ambil Aish dariku. Aku mohon ...." Tampaknya Jex bermimpi buruk. Air mata menetes begitu saja. Padahal, matanya terpejam. Dari situ, hatiku sedikit tersentuh. Bertanya-tanya dalam diri ini. Apa sebesar itu cinta Jex padaku? sampai dalam tidurnya saja, dia tak mau kehilanganku.Aku berusaha mengingat-ingat lagi, apa yang su
POV JexMalam ini aku ceritakan semuanya pada Aish. Mulai dari kisah hidupku semasa kecil. Sampai konflik yang terjadi antara Tuan Nicolas dan adiknya, Tuan Sagara. Sepengetahuanku, Tuan Nicolas yang mempunyai sifat tamak. Ingin merebut semua yang menjadi milik adiknya. Sama halnya dengan Araav. Darah haus kekuasaan mengalir kental pada anak pertama Tuan Nicolas. Aish sangat antusias mendengarkan ceritaku. Meskipun, wajahnya seketika murung saat aku memberi tahu kebusukan Arka. Istriku harus tau. Walaupun, dia tak mungkin 100% percaya padaku. Namun, setidaknya Aish bisa berhati-hati. Jika sewaktu-waktu Arka mengganggunya. Baru saja mau merebahkan tubuh di kasur, tiba-tiba ada panggilan dari orang kepercayaan yang memegang bisnis ruko. Dia mengabarkan kalau Ruko habis terbakar. Sampai merembet ke perumahan milik Sagara Buana."Jex, mau ke mana?""Ada masalah, Aish. Kemungkinan besar, Araav dan Arka sedang membuat perhitungan padaku.""Maksudnya bagaimana?" "Aku sudah mengacaukan mar