Aku pun merasa kaget, takut Ibu stok dan berakibat fatal untuk kesehatannya. Apalagi dia sudah pernah terserang struk dan Dokter meminta, supaya Ibu jangan diberikan kabar yang memicu stres."Iya, Bu, Mas Reyhan kecelakaan. Sekarang Mas Romi yang sedang mengurusnya," sahut Lusi."Ya Allah, terus bagaimana keadaannya sekarang?" Bu Ratmi bertanya. Tubuhnya gemetar, lalu Lusi pun segera menuntunnya ke sofa, supaya Bu Ratmi duduk untuk meminimalisir Bu Ratmi jatuh. Lusi juga mengambilkan minum hangat untuk mertuaku, kemudian menyuruh Bu Ratmi meminumnya."Bu ... Ibu tenang saja ya, insyaAllah semuanya baik-baik saja," bujukku."Iya, Mira, semoga saja. Mir, coba tolong kamu tanyakan kepada Romi, bagaimana kondisinya Reyhan saat ini? Terus Reyhan di bawa ke rumah sakit mana," perintah mertuaku."Iya, Bu," kataku.Aku segera mengambil handphone, yang aku simpan di dalam tas selempangku, yang kebetulan berada di sampingku. Aku pun segera mencari kontak Mas Romi kemudian meneleponnya. Bah
Aku bertanya, ketika Mas Romi pulang dulu ke rumah. "Alhamdulillah, Dek, Mas Reyhan sudah sadar. Tapi ...," ucapnya menggantung, membuat aku yang mendengarkannya penasaran."Tapi apa, Mas, kamu jangan bikin aku penasaran dong?" Aku bertanya lagi kepada suamiku.Bagaimana tidak penasaran, jika mendengar perkataan Mas Romi yang seperti itu. Jujur aku merasa ingin segera mendengar apa maksud Mas Romi tersebut menjeda perkataannya."Jadi begini, Dek. Akibat kecelakaan yang menimpa Mas Reyhan, ia sekarang tidak bisa berjalan. Ia harus menggunakan kursi Roda, sebab kata Dokter Mas Reyhan mengalami struk, seperti yang dialami Ibu dulu. Tapi ia masih bisa bicara jelas, hanya kakinya saja yang tidak bisa bergerak," terang Mas Romi."Ya Allah, kasihan sekali dia itu ya. Terus dia datang ke sini bersama siapa? Apa yang menabraknya bertanggung jawab tidak, Mas?" Aku memberondong pertanyaan kepada suamiku."Dia datang sendirian, Dek. Istrinya Mbak Marsya tidak ikut, kata Mas Reyhan rumah tangga m
"Bu, kata Mas Romi, Ibu tunggu dia. Ibu jangan pulang sendirian karena dia yang akan mengantar Ibu," ungkapku."Iya, Nak, terima kasih. Sekarang Ibu mau sia- siap dulu ya, maafkan Ibu tidak bisa meladeni kamu karena adikku Meri juga membutuhkan kehadiran Ibu untuk menguatkan hatinya. Kamu yang sehat ya, Nak. Jaga anak-anak dengan baik," pesan Ibu."Ibu juga jaga kesehatan ya, tolong sampaikan maaf Mira untuk Meri. Karna Mira tidak bisa pulang kampung saat ini," pintaku.Ibu pun mengiyakan, kemudian ia masuk ke kamar untuk membereskan perlengkapannya. Karena Nadyra tidur, aku pun kembali menidurkannya di tempat semula. Lalu menemui Ibu, yang sedang beres-beres pakaiannya. "Mira, kenapa kamu ke sini? Anakmu mana," tanya Ibu."Nadyra tidur, Bu. Aku ke sini karena mau memberikan ini untuk Ibu," kataku sambil menyodorkan dua amplop kepada Ibu."Ini apaan, Nak," tanya Ibu.Ibu bukannya menerima apa yang aku berikan, tetapi ia malah bertanya kepadaku, sambil menatap wajahku intens."Bu, amp
"Iya, Nak, terima kasih. Kamu memang anak yang berbakti, semoga kehidupan rumah tanggamu semakin bahagia dan dalam keadaan baik-baik saja ya." Ibu mendoakan aku dengan begitu tulus, membuat aku merasa terharu mendengarnya."Terima kasih kembali doanya, ya Bu. Semoga Ibu dan Bapak panjang umur serta selalu bahagia," sahutku.Setelah itu aku membantu Ibu untuk membereskan pakaiannya, setelah selesai membereskan pakaian, kami berdua duduk di ruang keluarga untuk menunggu Mas Romi datang. Tidak berapa lama kemudian, Mas Romi pun datang bersama Ibu mertuaku."Mas, kok kamu pulang bareng Ibu, Mas Reyhan sama siapa di rumah sakit?" Aku bertanya kepada suamiku tentang keadaan Kakak iparku, jika Ibu pulang. "Mas Reyhan ada Mas Rendi, Dek. Ibu mau ikut ke kampung, mau takziah kepada Meri," sahut Mas Romi."Iya, Mira, Ibu mau pergi ke kampung. Kamu di rumah sama Juleha dulu, kalau perlu ajak Sekar nginep di sini, sebab Ibu sama Romi pasti nginep di sana," timpal Bu Ratmi.Ternyata Bu Ratmi pu
Setelah menelepon Sekar, aku menitipkan Nadyra kepada Mbak Juleha, sebab aku merasa lapar. Walaupun Nadyra sedang tidur, tapi aku merasa khawatir, jika tidak ada yang menunggunya. "Mbak maaf ya, aku merepotkanmu. Sebab kasihan Nadyra, jika tidak ada yang menunggunya," ucapku."Iya, Mbak Mira, nggak apa-apa kok. Pekerjaku juga sudah selesai kok. Jadi silakan saja, jika Mbak mau makan! Yang tenang ya, Mbak, makannya" sahutnya."Terima kasih, Mbak Juleha, aku makan dulu."Setelah pamit aku pun segera berangkat ke ruang makan, kemudian aku segera makan untuk mengisi perut, biar tenaga dan asiku pun lancar. ***"Mbak Sekar, alhamdulillah kamu sudah datang, aku merasa kesepian sekali soalnya. Biasanya rame ada dua Ibu dan juga Mas Romi yang sedang pada," ujarku merasa senang."Iya, Mira, maafkan Mbak ya karena baru datang. Tadi di toko rame sekali, kami bertiga bahkan merasa keteteran. Belum lagi yang pesan pakaian lewat online, kami benar-benar repot," ungkap Sekar."Baiklah, akan aku
"Baik, Bu. Saya akan meminta bantuan kepada para petugas ronda juga, supaya mereka membantu. Ibu di sana tetap tenang dan siaga saja ya, Bu. Kalau bisa telepon juga para tetangga, supaya bisa membantu," sahut petugas keamanan.Setelah itu telepon pun aku putus, sebab mau meminta bantuan ke yang lainnya. Aku pun teringat Lusi, aku pun segera meneleponnya dan meminta bantuannya, supaya ia meminta bantuan warga lainnya, agar bisa mengepung komplotan pencuri tersebut. Tidak lupa aku pun melaporkan semua yang terjadi di rumahku kepada pihak kepolisian, dengan bukti vidio warungku sedang di bobol. Setelah selesai meminta bantuan, aku pun membawa si kecil dan mengunci kamarku.Aku membangunkan Sekar dan Mbak Juleha, serta kedua anakku, yang merupakan penghuni rumahku, supaya mereka berhati-hati. Mereka semua pun kaget bahkan tidak percaya, dengan apa yang terjadi. Beruntung kamar mereka semua tidak di kunci, jadi aku bisa langsung masuk untuk memberitahunya secara diam-diam. Setelah semua
"Ini, Mbak, aku sedang melihat CCTV," sahutku."Lho kok, mereka seperti susah banget untuk membuka pintu. Mungkin mereka perampok amatiran," ujar Sekar.Ia mengira perampok tersebut seorang yang amatiran karena memang mereka belum berhasil membuka satu pintu pun. "Bukan amatiran, Mbak. Tapi aku yang memakai kunci ganda, dengan menggunakan kunci digital. Jadi walau mereka telah berhasil membobol kunci utama, mereka juga harus bisa membuka kunci cadangan. Lumayan untuk menghambat mereka, sampai polisi dan para warga datang menolong," terangku."Wih, ternyata rumah kamu memakai peralatan canggih ya," ucap Sekar."Iya, Mbak untuk antisipasi, tapi ternyata berguna juga," sahutku.Setelah itu kami semua pun melihat keadaan yang ada diluar sana, melalui handphoneku yang tersambung ke CCTV. Tidak berapa lama aku mendengar banyak orang yang berteriak serbu, kemudian banyak warga yang mengepung para komplotan perampok tersebut.Para perampok pun kaget, saat tau mereka semua sudah terkepung wa
"Mas pasti setuju dong, Dek, toh semuanya juga demi kebaikan keluarga kira juga," sahut Mas Romi."Ya sudah, masalah ini nanti kita obrolin lagi saja. Sekarang lebih baik kita makan sore dulu, pasti sudah pada laper kan," tanyaku.Kemudian kami pun pergi menuju ruang makan dan makan bersama. Empat minggu setelah kejadian perampokan di rumahku, Mas Rayhan pun dikabarkan sudah diperboleh dibawa pulang. Berhubung yang nabrak bertanggung jawab, jadi tidak perlu mengurusi administrasi lagi. Bahkan Mas Rayhan diantar pulang oleh orang yang menabrak tersebut. "Mas, alhamdulillah ya, Mas Rayhan sudah bisa pulang. Kebetulan kita mau syukuran kelahiran anak kita," ucapku."Iya, Dek, alhamdulillah. Ibu, Bapak dan Meri juga bisa hadir. Mereka sekarang sedang dalam perjalanan," sahut Mas Romi."Apa benar, Mas? Kapan Ibu memberitahu Mas," tanyaku.Aku merasa kaget, saat mendengar orang tua dan saudaraku mau datang. Ternyata mereka menyempatkan diri, supaya bisa hadir, di acara cukur akikah serta
"Lho, kok ada foto Mas sama Meri sedang berpelukan begini sih? Kamu dapat dari mana, Dek?" Mas Romi bertanya dengan sorot mata yang menatap tajam ke arahku."Aku dikirim Susi, Mas. Katanya kalian berdua ada hubungan spesial, bener nggak sih Mas apa yang dia bilang? Karena aku melihat foto kalian juga terlihat begitu mesra," tanyaku mau minta penjelasan.'Dek ... Dek, kamu itu lebih percaya Mas suami kamu, sama Merry Adik kamu, atau sama Susi temen kamu? Temen yang sudah merebut mantan pacar kamu, sewaktu kamu masih sekolah dulu. Kalau memang kamu lebih percaya sama Susi, Berarti kamu salah besar, Dek. Karena Mas sama Merry itu tidak ada hubungan spesial, terkecuali hubungan antara kakak ipar dan adik ipar. Kamu jangan mau di bodohi sama Susi dong, Dek. Dia itu hanya menginginkan, supaya hubungan kamu dan Mas berantakan. Kamu tahu nggak, Dek, kalau Susi dan suaminya sekarang hubungannya sedang goyang. Karena suaminya Susi ketahuan selingkuh, makanya dia memanas-manasi kamu. Mungkin t
"Alhamdulillah, akhirnya Meri mau menggantikan Lusi. Kalau sampai Meri tidak mau, pasti toko kueku terbengkalai. Semoga dengan kedatangan Meri nanti, toko kueku akan semakin berkembang, aamiin," harapku.Kemudian aku mengangkat tubuh Nadyra dan segera memberikan asi kepadanya. Tidak berapa lama anak keduaku yang bernama Azka pulang dari sekolah dan langsung masuk ke kamarku untuk menyalamiku. Alhamdulillah, aku mempunyai anak-anak yang shaleh, semoga gadis kecilku juga menjadi anak yang shaleha, aamiin."Assalamualaikum, Bu, Kakak pulang," ucapnya sambil meraih tanganku dan menciumnya."Waalaikumsalam, Kak Azka, alhamdulillah Kakak udah pulang tuh, Dek. Bagaimana belajarnya hari ini, Kak, lancar?" Aku bertanya keadaan Azka di sekolah, setelah aku menjawab salam dari anakku yang nomer dua ini."Lancar dong, Bu, Kakak bisa menjawab semua soal ulangan hari ini," sahut Azka.Ia menjawabnya dengan begitu bersemangat, kebetulan hari ini memang ada ulangan harian di sekolah Azka."Alhamdul
"Mbak Mira, terima kasih ya. Karena Mbak Mira telah paham dengan keadaanku," ucap Lusi."Iya, Lusi, sama-sama. Aku harus paham, sebab yang namanya manusia pasti punya problem. Kehidupan yang kita jalani tidak akan selamanya bisa sesuai harapan kita," sahutku."Ya sudah, Mbak, aku pamit ke toko dulu ya. Assalamualaikum," pamit Lusi.Aku pun mengiyakan, saat Lusi pamit untuk pergi ke toko. Kemudian ia pergi meninggalkanku sendirian, yang sedang bingung memikirkan jalan keluar untuk masalah ini. Setelah Lusi kembali ke toko, setelah ia selesai membicarakan apa yang ingin diungkapkannya. Aku melamun seorang diri, membayangkan bagaimana nasib toko kueku, ketika Lusi sudah tidak ada lagi nanti? Sedangkan aku baru saja melahirkan dan tidak bisa membuat kue seperti dulu. Menurut Lusi, ia akan pergi sekitar satu minggu lagi. Jadi aku harus segera mencari orang untuk menggantikan Lusi membuat kue, mumpung masih ada waktu untuk mencari orang yang tepat pengganti Lusi tersebut. Setelah setelah
"Itu, Dek, Meri barusan menyuruh Mas memasangkan lampu yang ada di kamarnya. Kata dia mumpung ada Mas karena ternyata lampu kamarnya putus," sahut Mas Romi."Oh begitu, ya Mas, ya sudah kalau memang seperti itu. Mas, sudah dulu ya, meneleponnya soalnya Nadyra-nya mau nyusu dulu. Nanti kita sambung lagi," pungkasku.Setelah itu aku pun mengakhiri sambungan telepon, kemudian menyimpan telepon tersebut di atas nakas, sebab Nadyra memang sudah terbangun dari tidurnya. Aku menyusui Nadyra, sambil tiduran, supaya Nadyra kembali terlelap. Soalnya baru juga berapa menit dia tidur kini sudah terbangun karena kehausan. Setelah Nadyra kembali tertidur, aku pun merapikan selimutnya, lalu bangkit dari kasur. Aku berniat akan pergi ke toko untuk mengeceknya. Sudah lebih satu bulan semenjak aku melahirkan, aku tidak pernah lagi mengecek toko kueku. Biasanya aku menyerahkan semuanya kepada Lusi. Pas aku baru membuka pintu kamar, ternyata Lusi sudah ada di depan pintu kamarku. "Eh, Mbak Mira, baru
Rasanya nggak mungkin juga, jika suami serta adik kandungku tega menghianati aku. Makanya aku tidak akan percaya seratus persen, dengan perkataan Susi, yang belum jelas kebenarannya. Bisa saja Mereka berpelukan begitu karena Mas Romi mau menolong Meri, bukan karena sengaja berpelukan karena mempunyai perasan lain. Aku percaya, kalau mereka berdua tidak akan seperti itu.[Ya sudah, terserah kamu saja kalau memang kamu tidak percaya. Aku hanya ingin memberitahu kanu saja, apa yang terjadi di sini tanpa sepengetahuan kamu.] Susi mengirimi chat lagi kepadaku.[Terima kasih, Susi, sebab kamu telah mau memberitahu aku. Tapi aku lebih percaya kepada mereka berdua,] terangku lagi.Setelah membalas chat terakhir dari Susi, Susi pun tidak lagi mengirim chat kepadaku. Sepertinya ia kecewa karena aku tidak percaya dengan aduannya tersebut. Biar saja, sebab jika aku menuruti semua aduan Susi, sudah pasti rumah tanggaku, yang aku bina sekitar lima belas tahun ini akan sia-sia.Setelah tidak ada c
"Makanya, Mbak Widi, jangan menuruti emosi dulu. Cari tau dulu kebenarannya, kalau sudah seperti ini siapa yang rugi," tanyaku merasa geram dengan apa yang terjadi."Iya, Mbak Mira, aku menyesal sudah gegabah. Sekarang aku menyesal, Mbak, sebab telah mendengar kata orang dan menuruti emosi." ujar Mbak Widi."Ya sudah nggak apa-apa, Mbak. Aku mau kok memaafkan Mbak Widi," ungkap Meri.Adikku ini memang orang baik, ia tidak pernah mau ribet dan mempermasalahkan apa pun. Sifat dia sama persis dengan sikap Bapak kami, yang lebih memaafkan ketimbang memperpanjang masalah. Aku pun memiliki sifat yang sama, tidak pernah mau ribet, atau berpikir untuk membalas perlakuan jahat orang lain. Karena bagiku memiliki sifat seperti itu capek, sebab permasalahan akan tetap ada dan tidak ada habisnya. Aku ingin hidup tentram dan damai, makanya kami tidak terlalu mempermasalahkan semua itu. Toh lama kemanan orang yang membenci kita akan bosan sendiri, sebab kita tidak meladeni mereka."Terimakasih, M
"Asal Mas tau, kalau adik ipar Mas Romi ini seorang pelakor. Ia itu berusaha menggoda suamiku, saat kemarin ia belanja di warungku, Mas" Mbak Widi memberitahu kami semua itu."Maaf, Mbak, maksud, Mbak apa? Kok Mbak mengatakan aku seorang pelakor? Memangnya kapan aku menggoda suami Mbak," tanya Meri yang datang menghampiri kami.Melihat Meri keluar, Mbak Widi juga mendekatinya. Kemudian ia mengangkat tangan kanannya, akan menampar Meri. Tapi keburu ditangkis oleh Mas Romi. Mba" Wish hampir saja berbuat anarkis terhadap adikku, jika saja Mas Romi tidak sigap menangkis tangan Mbak Widi."Mbak Widi, tolong Mbak jangan kasar begitu. Tolong beritahu kami dulu, seperti apa sih permasalahan yang sebenarnya? Kok bisa seperti ini," tanyaku meminta penjelasan."Mbak Mira ngapain bertanya kepadaku? Mbak kan bisa tinggal tanya saja sama adik Mbak, ngapain mesti nanya sama aku," tanya balik Widi dengan begitu ketus."Maaf ya, Mbak, bukan aku mau ngeles. Tapi aku memang tidak merasa menjadi seorang p
"Ya sudah, Lus, suruh masuk saja ya," pintaku."Iya, Mbak siap," sahutnya.Setelah itu Lusi pun segera pergi untuk menyuruh orang, yang mencariku tersebut supaya masuk. Tidak berapa lama, Lusi bersama orang yang ingin bertemu aku itu pun masuk dan ternyata itu adalah Rani temanku."Rani, katanya kamu sedang di luar kota, tapi kok kamu sudah ada di sini?" Aku to the poin bertanya kepada Rani.Aku kaget bercampur heran, kenapa ia bisa berada di rumahku saat ini. Padahal tadi pagi saat aku telepon dia untuk mengundang dia, supaya datang keacaraku. Rani bilang, kalau ia sedang ada di luar kota. Makanya aku tidak percaya jika sekarang ia ada di hadapanku. Apa mungkin, pada saat pagi di telepon itu dia sedang mengerjai aku? Makanya sekarang ia sudah ada di hadapanku."Mira, kamu sudah kena prank yang aku buat. Aku memang sudah dari luar kota, tetapi sudah pulang dua hari yang lalu. Aku sengaja, bilang sedang diluar kota, sebab ingin memberi kejutan sama kamu. Dan ternyata kejutan aku berhas
"Mas pasti setuju dong, Dek, toh semuanya juga demi kebaikan keluarga kira juga," sahut Mas Romi."Ya sudah, masalah ini nanti kita obrolin lagi saja. Sekarang lebih baik kita makan sore dulu, pasti sudah pada laper kan," tanyaku.Kemudian kami pun pergi menuju ruang makan dan makan bersama. Empat minggu setelah kejadian perampokan di rumahku, Mas Rayhan pun dikabarkan sudah diperboleh dibawa pulang. Berhubung yang nabrak bertanggung jawab, jadi tidak perlu mengurusi administrasi lagi. Bahkan Mas Rayhan diantar pulang oleh orang yang menabrak tersebut. "Mas, alhamdulillah ya, Mas Rayhan sudah bisa pulang. Kebetulan kita mau syukuran kelahiran anak kita," ucapku."Iya, Dek, alhamdulillah. Ibu, Bapak dan Meri juga bisa hadir. Mereka sekarang sedang dalam perjalanan," sahut Mas Romi."Apa benar, Mas? Kapan Ibu memberitahu Mas," tanyaku.Aku merasa kaget, saat mendengar orang tua dan saudaraku mau datang. Ternyata mereka menyempatkan diri, supaya bisa hadir, di acara cukur akikah serta