PoV (3)'Gawat, aku bisa di permalukan untuk ketiga kali oleh, Nasna! Jangan sampai aku mendapat masalah baru, dan dia melaporkan aku!' batin Mega. Ia ketakutan karena Nasna akan memeriksa cctv.Mega pergi dengan jalan tergesa untuk pergi dari toko itu, sebelum Nasna melihat kejadian sebenarnya.Nasna tersenyum simpul melihat Mega yang pergi tunggang langgang karena ketakutan."Mulutnya si Mega, pasti sengaja mau fitnah Mbak Nasna!" ucap salah wanita bernama Mbak Iroh yang mengenal mereka."Tapi fitnah dia gak akan di percaya Buk, saya gak akan pernah takut sama tuduhannya," ujar Nasna dan kembali melayani pembeli."Orang jahat pasti akan kalah, Mbak. Tapi kejadian kemarin belum bikin di kapok, geram saya melihatnya!" sahut Mbak Iroh. Nasna hanya tersenyum menanggapinya.**Mega tidak membawa belanjaan karena ia kabur dari toko, sebelum di salahkan dan terbukti memfitnah. Mematikan mesin motor. Mega mengelus dadanya merasa lega, bisa menghindar. "Syukur aku cepat kabur dari sana!" g
PoV HamdanNama baikku tercoreng karena video yang telah disebar oleh wanita licik itu, dia tidak pernah puas sebelum melihatku hancur. Ia pikir semudah itu untuk membuatku kehilangan pekerjaan, tidak akan bisa karena aku mempunyai kontrak kerja dan mereka tidak bisa memecatku seenaknya.Awas kau Nasna akan aku beri pelajaran untukmu, semua ini pasti karena kecemburuan Nasna yang telah mengetahui jika aku menikah dengan Mega. Bagaimana dia tak cemburu aku bisa menikah dengan wanita cantik idamanku, kalah jauh dengan Nasna perempuan yang tak pandai merawat diri.** Ketika aku pulang ke rumah. Ibu memberikan aku surat dari pengadilan agama, yang ternyata itu adalah surat untuk persidangan pertama perceraian kami. "Kamu yakin mau bercerai dengan Nasna?" tanya ibu ketika memberikan surat itu padaku."Kenapa Ibu bertanya seperti itu?" "Ibu-ibu bilang jika Nasna itu sudah mempunyai toko sembako yang besar, bahkan seperti minimarket," jawab Ibu."Ibu yakin itu milik dia? Aku tidak percay
PoV NasnaAku sudah tidak terkejut lagi, ketika Mbak Sonya menceritakan bagaimana sumpah serapah Yang dilontarkan oleh mantan ibu mertuaku itu. Ya dia adalah mantan ibu mertua, karena aku dan mas Hamdan sudah bercerai secara agama dan kini kami hanya menunggu ketok palu yang resmi secara hukum dari pengadilan agama."Ibunya Hamdan tidak sadar, jika ucapannya itu bahkan sudah terjadi pada anaknya sendiri!" ujar Mbak Sonya.Kakak ipar Hana ini sudah tahu jika Dion berselingkuh, dia tahu dari aku yang menceritakannya. Semenjak aku menyewa ruko untuk membuka toko kami menjadi dekat, tapi Mbak Sonya tidak ingin bilang pada mertua, ataupun pada suaminya dan Mbak Hana karena dia tidak ingin ikut campur dengan masalah Dion."Hana sebenarnya kasihan juga, Ia diselingkuhi oleh Dion, bahkan selingkuhannya diberi fasilitas sebanyak itu!" ujar Mbak Sonya dari raut wajahnya ia seperti prihatin dengan kejadian ini. Apalagi Adel sudah hamil."Iya Mbak benar, tapi aku tidak ingin ikut campur dengan
PoV 3Hamdan merebut ponsel yang ada di tangan Ibunya. Ia juga penasaran dengan apa yang dilakukan Dion."Pasti ini cuma mimpi kan Bu, Mas Dion gak mungkin selingkuh!" Hana meraung dan tergugu dalam tangisan. Hana menampar wajahnya berulang kali, ia kalut."Hentikan Hana!" Bu Irina berusaha menahan tangan putrinya untuk menyakiti diri sendiri. "Ini cuma mimpi, Bu! Mas Dion itu setia. Apa kurang aku, Bu!" teriak Hana yang kembali histeris.Mega ikut melihat video yang di tonton Hamdan. Sebuah senyum tersungging di bibir Mega. Entah kenapa, ia merasa senang dengan berita ini. Karena ia sekarang perlahan sudah membenci keluarga Hamdan yang selalu menindas dirinya."Kurang aj*r! Biar aku beri pelajaran pada bajing*n ini. Telah berani berselingkuh dari kamu, Mbak!" ucap Hamdan naik pitam dan tak terima Kakaknya di selingkuhi."Jangan sakiti suamiku Hamdan, sekarang kamu cari saha dia! Karena Mas Dion belum pulang dari kemarin. Jangan sakiti suamiku..," ujar Hana dan terisak."Mega! Ambil
PoV (3)Tangan Hamdan mengepal, karena ucapan sang Ibu. Apa dia hanya jadikan pencetak uang selama ini, sedangkan Ibunya membenarkan Anggi.Hamdan melangkah keluar dari ruangan itu."Bu, cegah Mas Hamdan," pinta Anggi. Ia khawatir pada Angga dan tak mau pacarnya di sakiti.Bu Irina mengangguk dan menyusul Hamdan."Hamdan, mau kemana? Jangan buat keributan, Adikmu masih sakit dan pacarnya-""Terserah, aku juga tak akan mengurus hal ini. Aku mau pulang! Ibu urus saja sendiri Anggi dan pacarnya itu!" jawab Hamdan ketus, ia merasa tak di hargai karena Ibunya tetap membela Anggi yang salah."Hamdan, jangan pergi!" Bu Irina mencekal tangan putranya."Siapa yang akan mengurus administrasi dan masalah Anggi, jika kamu pulang. Temani Ibu, Nak!" pinta Bu Irina memelas pada Hamdan. Tak ada lagi yang bisa ia andalkan selain Hamdan.Hamdan menghempas tangan Ibunya, tak peduli dan meneruskan langkahnya."Pergilah, kamu doakan saja Ibu cepat mati dan segera menyusul Ayahmu!" pekik Ibunya membuat lan
PoV (3)Bu Irina meminta Ferdi untuk mengantarkan dia pada Dion. "Antarkan Ibu pada Dion, di mana dia sekarang!" Ferdi menangguk dan mengajak Ibunya menuju kamar yang tadi masuki Dion dan wanita itu, karena ia sempat mengikuti."Wah seru ini!" gumam Mega.Hamdan mengerutkan dahi mendengar ucapan Mega."Apa maksudmu!" tukas Hamdan."E-enggak Mas, ayo kita ikuti Ibumu. Nanti terjadi sesuatu yang gak di inginkan!" Mega bangkit dan mengikuti Ibu mertuanya di susul oleh Hamdan. Mereka tiba di depan pintu kamar, yang di yakini Ferdi tempat ia melihat Dion bersama 3 orang wanita. Bu Irina tak sabar dan menggedor pintu dengan keras. Seorang perempuan paro baya membukakan pintu ia lah Marni Ibu dari Adel. Di dalam kamar ada Dion dan Adel, juga adiknya yang gadis. Adel sedang bersandar di ranjang, sedang di suapi Dion dengan buah jeruk. Mata Dion membelalak melihat kedatangan Ibu mertua, yang kilat matanya menunjukkan kemarahan. "Dion...!" Bu Irina berteriak bagaikan gelegar petir di sia
PoV Hana"Apakah Ibu dan Bapak tahu tentang pernikahan mereka?" tanyaku kembali pada mertua. Jika mereka tidak tahu, kenapa datang kemari."Kami sudah mengetahui, 1 bulan yang lalu, Han!" jawab Ibu mertua seperti tak enak, ia enggan menatapku.Hancur.. Hancur.. Kenapa kedua orangtua Mas Dion sudah tahu dan hanya diam. "Apa Ibu tak kasihan padaku? Mas Dion menikah lagi, kalian mendukungnya, begitu!" aku bangkit dan meninggikan suara membentak mertuaku. "Maafkan kami, tapi Adel sudah hamil," "Lantas kalian mendukung karena pelac*r itu hamil!" memotong ucapan Ibu mertua dan menunjuk pelakor yang bernama Adel.Tadi Mega yang memberitahuku tentang Mas Dion berada di rumah sakit, karena itu aku mengetahuinya dan menyusul. Gina kutinggalkan di rumah tetanggaku yaitu Mbak Misna."Apa Bu Lasmi tak bisa mendidik putra Ibu itu, kalian itu sudah bergelar Haji dan Hajah. Tapi mendukung perselingkuhan Dion!" tunjuk Ibu pada kedua mertua dan membelaku. "Astagfirullah Bu Irina, saya juga tak set
PoV (3)"Mas, kamu gak usah hadir dalam sidang perceraian. Agar prosesnya cepat dan kamu resmi bercerai dengan dia!" ujar Mega dan meletakkan secangkir kopi di atas meja. Semenjak Hamdan memberikan kartu ATM padanya, sikap Mega berubah menjadi baik. Terlebih Ibu mertua tak ada di rumah, membuat Mega semakin bebas pergi kemana pun tanpa di usik mertua bawelnya."Ya, aku juga tak akan hadir. Agar segera resmi bercerai dengan wanita licik itu!" ujar Hamdan. Menurut Hamdan Nasna adalah wanita licik, dan sering mempermalukan ia beberapa kali.Setelah Hamdan berangkat kerja. Mega bersiap untuk pergi, mengenakan dress pendek di atas lutit berwarna hitam di padukan cardigan. Sehingga memperlihatkan kaki jenjangnya, dan sneakers. Dengan senyum semringah Mega menyemprotkan parfum. "Beruntung suamiku gajinya banyak, dan aku tak perlu capek kerja lagi! Nasna pasti menyesal karena telah bercerai dengan Mas Hamdan, mungkin mobilnya sudah di jual karena tak ada uang lagi untuk biaya hidup!" gumam
PoV HamdanTangisan Mega tak kunjung mereda, ia terus menangisi putra kami yang sudah meninggal karena kelainan jantung. Bayi mungil itu hanya bertahan 3 hari saja, jujur sebagai Ayah aku juga merasakan sedih dan bersalah. Karena sikapku yang tidak baik pada Mega selama ia mengandung."Ini semua karenamu, anakku meninggal!" ucap Mega lirih di dalam tangisannya. Kata itu terus ia ulang, menyalahkan diriku."Kamu yang membuat anak kita meninggal, kamu tak pernah perhatian padaku ketika hamil dan memberiku tekanan," Mega terus saja,menyudutkan aku. Aku sadar telah mengabaikan Mega dan kehamilan nya. Tak bisa kubohongi jika perasaanku dan pikiran ini terus mengingat Nasna dan Nisa. Aku sangat cemburu dan sakit hati melihat kebahagiaan mereka dengan Arkan. Ingin rasanya aku mengganti tempat Arkan. Ya tempat yang seharusnya menjadi milikku setelah direbut oleh pria itu, dia telah merebut Ibu dari anakku. Apalagi Nissa memanggil Arkan dengan panggilan papa. Huhh semakin membuat telingaku s
PoV Nasna"Arggghhh..!" terdengar jeritan kesakitan. Itu Naomi kan dia masih berani datang ke sini juga dan jatuh di lantai dapur.Naomi meringis menahan sakit, ternyata di lantai terlihat mengkilat, seperti tumpahan minyak. Beruntung aku belum masuk dapur, jika saja aku datang lebih dahulu pasti aku yang akan jatuh. Apa ini, kerjaan Rere? "Naomi?" Rere datang dan melihat keadaan temannya sudah terjatuh di lantai yang licin itu, karena minyak goreng. "Sakit, tolongin aku!" pekik Rere. Uhhh pasti sangat menyakitkan bokongnya yang mendarat duluan di lantai."Kenapa kamu bisa ke sini?" Rere ingin melangkah namun ia ragu dan kembali mundur. "Cepat tolong aku, ish!" pekik Naomi karena Rere hanya melihat dia yang masih terduduk di lantai merasakan kesakitan pada bagian tubuhnya, yang menghantam lantai dengan keras. Rere seperti kebingungan dan akhirnya mengulurkan tangannya, untuk menjadi pegangan Naomi. Naomi berusaha berdiri, tapi sepertinya lantai yang licin itu membuat dirinya sus
Semenjak kejadian itu, memang Rere berubah baik. Tak ada mencari masalah denganku, sekarang aku juga sudah pindah ke rumah baru dengan Mas Arkan.Dan Mbak Hana yang meminta pekerjaan, aku sudah meminta izin pada Mas Arkan saat itu. Dan suamiku menyerahkan semua padaku, jika kasihan mau menerimanya bekerja. Aku memberi kesempatan pada Mbak Hana.Awalnya Mbak Hana bekerja dengan baik, walau ia sempat berhutang sebanyak 2 juta di minggu kedua bekerja. Alasan Mbak Hana meminjam uang itu, untuk berobat mantan ibu mertua. Aku pun memberikan pinjaman padanya. Tapi setelah pinjaman itu. Mbak Hana berhenti berangkat kerja, aku pernah mengirim pesan, karena hampir seminggu dia tak masuk, dan Mbak Hana justru memblokir nomorku setelah pesan berubah menjadi centang berwarna biru.[Nanti hutang nya juga aku bayar! Baru 1 minggu hutangin udah di tagih!] balasan pesan Mbak Hana 4 hari setelah memblokirku.Kenapa dia berpikir aku menagih hutang, padahal aku bertanya tentang dia bekerja lagi atau tid
PoV (3)(3 bulan kemudian)----Hamdan sudah keluar dari jeruji besi. Kini ia bisa menghirup udara kebebasan. Hamdan dan Mega melakukan cara kotor, apa sih yang tidak bisa jika menggunakan uang. Hingga mereka juga tega menjual rumah Ibu Irina tanpa sepengetahuan nya.Mereka kembali ke rumah yang dulu di beli Hamdan. Sebagian cicilan rumah sudah di bayar oleh Mega. "Mas, keluargamu sudah di usir dari rumah." Mega memberitahu pada Hamdan ketika mereka akan pulang ke rumah. Karena kemarin Hamdan masih belum tahu tentang keluarganya yang di usir."Oh.. Biarlah. Yang penting aku bebas! Selama ini aku sudah berkorban untuk keluarga, sekarang gantian mereka yang berkorban untukku! Rumah itu juga ada hak-ku karena sudah membiayai renonasinya!"jawab Hamdan dan menoleh pada Mega dengan seulas senyum di bibirnya. Sesantai itu Hamdan menanggapi berita tentang keluarganya.Mega merasa lega. Ini yang dia inginkan. Hamdan berhenti peduli pada keluarganya sendiri. "Akhirnya aku tak perlu takut, jik
PoV NasnaAku puas melihat Naomi di lempar keluar oleh Mas Arkan. Rasakan kamu perempuan gatal, ingin mendekati suamiku. Percuma tampilannya modis, dan cantik. Selalu bilang jika ia berkelas, kelas apa jika hanya menjadi wanita murahan. Aku yakin Naomi ingin menginap di sini dan mengambil kesempatan untuk menggoda suamiku, bila ada kesempatan.Apalagi pakaian yang ia kenakan sangat minim, ketat. Gunanya pasti untuk merayu suamiku, dengan tubuhnya. Perdebatan antara Mama mertua dan Rere masih terjadi. Tak perlu aku menjelaskan panjang lebar tentang kejadian, mereka sudah tahu sendiri dan berhasil membuat Rere akan di usir dari rumah ini. Apakah aku jahat dan kejam jika menginginkan Rere di usir dan tak di anggap anak angkat lagi oleh keluarga ini. Tujuanku berhasil, dan jika dia pergi. Tak ada lagi yang mengusik rumah tanggaku.**Rere pingsan, Mama yang akan ke kamar menemui Nissa berbalik dan menuju Rere yang tubuhnya sudah tergeletak di lantai. Pasti ia hanya pura-pura karena tak
PoV AuthorRere dan Naomi beradu pandang ketika Nasna menunjukkan video rekaman cctv saat mereka, menganiaya Nissa dengan kejam. Mencubit bahkan mendorong gadis kecil itu. Arkan mengepalkan tangannya, dengan kuat ketika menonton video itu. Tatapan tajam di arahkan pada Riri dan Naomi. Yang sudah seperti salah tingkah di hadapan Tante Tika dan Arkan karena ketahuan perbuatan sadis mereka."Mama, jangan salah paham dengan video itu!" Rere kemudian mendekati Tante Tika. "Mama jangan percaya, aku tidak seburuk yang Mama lihat di video. Maafkan aku, Ma! Aku melakukan ini karena ada sebabnya!" ucap Rere dengan nada suara yang bergetar karena ketakutan ia menyatukan telapak tangannya, memohon agar Mama angkatnya mengerti."Apa sebabnya? Kenapa kamu sangat tega pada anak kecil yang tidak bersalah seperti Nissa, apa salah dia hingga kamu melalukan hal keji, dan juga kamu Naomi? Beruntung Arkan, tidak menikah dengan wanita sepertimu, pada anak kecil saja kamu kejam. Bagaimana mau menjadi ist
PoV Nasna"Teman Tante Rere, tadi abis cubit Nissa. Terus suruh Nissa keluar, sambil nyeret tangan Nissa Bu. Nissa mau pulang Bu," ucapnya memohon masih dengan sesenggukan. Aku akan mengajak Nissa pergi sekarang juga dari rumah ini, tapi aku harus memberi pelajaran pada Rere. Aku akan membuatnya terusir juga dari rumah ini.Gigiku beradu karena geram dengan perbuatan Rere. Aku tidak akan memaafkan perbuatan gadis licik itu, dia mau bermain denganku. Aku pastikan, dia akan kehilangan kehidupan mewah yang baru ia cicipi, dia pikir aku tak bisa berbuat kejam pada seseorang yang menyakiti putriku. Aku menuju kamar Rere ternyata dia tak ada di sana. Setelah mencari ke penjuru rumah, ternyata ia sedang tertawa dengan Naomi di ruang nonton tv."Haha.. Sebentar lagi dia akan pergi bersama anaknya dari rumah ini! Kamu Naomi, akan menjadi kakak iparku," "Belum puas, aku mencubit dan menjambak putrinya itu. Harusnya aku dan calon anakku bersama Arkan yang ada di posisi Nasna. Karena dia aku
PoV NasnaMulut Rere berbisa juga, ingin menghasut Mama. Dari awal bertemu dengan gadis itu dan Naomi. Aku sudah bisa menebak, bagaimana watak aslinya. Hasutlah Mama mertua hingga kamu puas Re. Karena aku tak akan mudah dengan rencanamu itu. Aku bisa menghadapi ipar seperti dia.Dari pernikahan sebelumnya aku juga mendapat ipar yang selalu memusuhiku, tapi aku tak boleh kalah. Aku mengayunkan langkah tetap menuju dapur. Dan mengambil gelas, Rere dan Mama mertua menoleh serempak, melihat kedatanganku. Raut wajah Rere seperti tertegun, apa dia takut jika ketahuan sedang menghasut Mama. Sayang sekali aku sudah mendengarnya. "Nasna, besok kamu ikut Mama ya. Ke acara arisan dengan teman-teman Mama," ujar Mama mertuaku dia ingin mengajakku arisan di kalangan temannya yang pasti elit."Mama, ingin mengajak dia?" ucap Rere menatapku dan mencebik."Kenapa, Re?" sahut Mama."Mama mau mempermalukan diri? Apa kata teman Mama nanti. Dia saja norak Ma, tak pantas ikut dengan Mama dengan lingkunga
PoV NasnaSemenjak kata sah terucap setelah ijab kabul, aku resmi menjadi istri sah Mas Arkan. Begitu lancar ia mengucapkan tanpa harus di ulangi. Bahagia? Aku sangat bahagia, tak bisa kupungkiri perasaan imi semakin tumbuh untuk Mas Arkan. Semoga saja Mas Arkan adalah pilihan terbaik dan pernikahan ini menjadi yang terkahir untukku. Soal kedudukan ataupun kekayaan nya, aku tak terlalu peduli. Aku sudah bersyukur mempunyai suami yang mau bertanggung jawab dan bisa mencukupi, serta menghargaiku sebagai istri. Toh pertama kita bertemu juga karena Mama mertuaku, yang ingin membuat kita dekat. Aku tak silau dengan kekayaan yang di milik oleh Suamiku. Aku juga masih mampu, dan punya usaha sendiri. Bukannya sombong, hanya aku ingin menampik ucapan dan cibiran beberapa keluarga Mas Arkan. Mereka menganggap jika aku menikah dengannya hanya demi harta. Apa yang aku miliki sekarang, dari hasil usaha, hanya di pandang remeh bagi mereka yang mungkin kekayaannya sudah berlimpah, tidak seperti ak