Share

Harga Diri Seorang Ayah

Penulis: Ina Yasri
last update Terakhir Diperbarui: 2022-01-12 06:26:46

"Maafkan anak saya, Non!" ucap Pak Rudi merasa tak enak. "Selama ini saya tidak tau kalau ternyata, Meira begitu dan menjadi penyebab rumah tangga, Non hancur," sesal Pak Rudi, dengan wajah tertunduk. 

"Tidak perlu minta maaf! Mungkin ini adalah jalan takdir rumah tanggaku, jadi Bapak tidak perlu merasa tak enak," jawabku berusaha membesarkan hati, ya bagaimanapun aku tidak bisa serta merta menyalahkan orang lain atas apa yang terjadi dalam hidupku, setiap orang punya jalan takdirnya masing-masing.

"Sekali lagi saya mohon maaf, Non! dan saya ingin mengundurkan diri sebagai supir pribadi keluarga, Non," ucap Pak Rudi masih dengan kepala tertunduk.

Ucapan Pak Rudi tak urung membuatku terkejut, atas keputusan yang diambilnya. Namun, sebisa mungkin aku tetap harus bijak menghadapi semua ini.

"Bapak tidak perlu berhenti kerja hanya karena merasa tak enak, setiap orang akan menjalani takdirnya masing-masing, saya tidak menyalahkan anak, Bapak sepenuhnya. D

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Membuat Suami dan Mertua Menyesal   Tamu tak Terduga

    "Na-naya ... A-apa kabar? Kamu sudah pulang?" tanya terbata dan basa-basi."Ada apa perlu apa, Bu Ratna datang kemari?" tanyaku balik tanpa menjawab pertanyaannya.Wajah Bu Ratna yang tadi terlihat bahagia, kini menegang dan serius."Kedatangan, Mama kemari ada yang ingin, Mama sampaikan ke kamu!""Apa?" Sebenarnya aku penasaran, ingin bertanya banyak tentang mereka, tapi gengsi membuatku terpakasa menahan semua itu. "Khem ... Maksudku cepat katakan, jangan banyak basa-basi, aku sibuk," ucapku, berusaha untuk tegas."Em ... Bram dan Meira, mereka sudah bercerai dan, Bram ...""Itu bukan urusanku. Kalau, Tante datang kemari cuma buat ngasih tau itu, silahkan pulang! Dan, kalau Tante ingin aku dan Mas Bram kembali maaf-maaf saja!" tegasku kembali, memotong pembicaraan Bu Ratna dengan PD.What? Jadi Mas Bram sudah bercerai sama Meira, kok bisa? Sebenarnya dalam hati sangat penasaran mendengar kisah keluarga mantan suamiku itu, tetapi har

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-13
  • Membuat Suami dan Mertua Menyesal   Bertemu Kembali

    Raut wajahnya pun tidak dapat menyembunyikan rasa keterkejutan akan pertemuan tidak sengaja ini, dengan cepat ia mengundurkan diri dengan alasan ingin melanjutkan pekerjaan."Maaf, saya pamit!" buru-buru ia membereskan peralatannya, dan berlalu meninggalkan kami.Sejenak aku termangu menatapi kepergiannya, "Bu, Ibu gak apa-apa?" tanya Nisa membuyarkan lamunan."You are oke?" Kini giliran, Dewa yang bertanya. Lalu tatapannya pindah ke arah lelaki yang membuatku bergeming. "Bukankah itu ...." Cepat aku memotong kalimatnya."Em, eh iya aku gak apa-apa, ayo kita pergi!" jawabku, lalu tersenyum meski dalam hati menyimpan perasaan penasaran mendalam.Sembari berjalan aku masih memandang ke arah di mana lelaki itu pergi, hingga punggungnya hilang dibalik dinding yang menjadi skat antar ruang.Tiba di ruangan Pak Bambang yang merupakan kepala cabang, kami langsung mendikusikan masalah pekerjaan, Dewa pun ikut masu

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-13
  • Membuat Suami dan Mertua Menyesal   SESSION 2: Sosok Pria Itu

    Aku tengah melirik jam yang melingkar di pergelangan tangan. Sepagi ini jalanan sudah macet, ditambah bunyi klakson mobil dari orang-orang yang mungkin juga ingin buru-buru sampai tujuan, membuat kepalaku sedikit berdenyut.Semakin lama menunggu, bunyi klakson semakin memekakkan indera pendengaran. Aku tak ingin ambil pusing, mengambil hadset dan memasangkannya ke telinga.Begitu jalanan sedikit longgar malah mobil yang bermasalah, memaksa untuk turun dan memeriksa penyebabnya. Sialnya aku sama sekali tidak mengerti soal mesin.Buru-buru aku merogoh ponsel dalam tas dan menghubungi seseorang."Wa, apa kamu bisa kesini sekarang? Mobilku bermasalah," ucapku dengan perasaan cemas."Posisimu di mana sekarang?"Aku pun menyebutkan alamat jalannya, setelahnya menutup ponsel. Melihat lalu lalang kendaraan, sembari menunggu kedatangan Dewa."Mobilnya kenapa, Mbak?" Tiba-tiba seorang lelaki bertanya padaku yang tengah berdiri di dekat mobil. i

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-15
  • Membuat Suami dan Mertua Menyesal   Terima Kasih Sayang

    Kepercayaanku harus terkikis karena sebuah kenyataan. Ternyata makan itu bukan milik almarhum papanya Mas Bram. Tetapi, nama lain yang tidak kuketahui pemiliknya. Namun, hati kecil tetap berkeyakinan kuat kalau lelaki itu adalah, Mas Bram cinta pertamaku.Dengan tubuh lemas, aku berusaha bangkit dari atas makam kembali berjalan ke arah mobil.Hati dan pikiran ku saling bertanya, apakah mungkin di dunia ini ada orang yang sangat mirip? Ya kuakui kepribadiannya memang berbeda, tetapi manik mata itu aku sangat yakin kalau itu adalah Mas Bram.Begitu masuk mobil, sejenak aku termenung tidak percaya dengan semua ini. Hari semakin beranjak petang, matahari pun mulai pulang keperaduannya, aku segera menyalakan mesin mobil dan kembali menuju pulang, dengan perasaan yang tak karu-karuan, juga tanpa oleh-oleh untuk Oma."Kamu sudah pulang, Nak?" tanya Oma saat langkahku mencapai ruang tamu. Kulihat Oma tengah duduk santai sembari menonton televi

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-15
  • Membuat Suami dan Mertua Menyesal   Seseorang yang Membuatku Takut

    "M-mbak," ucapnya dengan ekpresi terkejut."Panggil, Naya saja! Nama saya Naya," ucapku tersenyum."Oh, Iya. Naya," balasnya sambil mengangguk."Kamu sendirian kesini?" tanyaku basa-basi.Tiba-tiba terlihat Ammar memegangi kepalanya seperti orang yang sedang pusing."Kamu kenapa?" tanyaku panik."Gak apa-apa, saya permisi!" jawabnya, lalu buru-buru meninggalkanku.Aku hanya memandangi punggungnya sampai menghilang di balik pintu. Entah mengapa, aku begitu yakin kalau Ammar adalah Mas Bram.Aku pun melanjutkan langkahku menuju toilet. Usai dari toilet aku kembali menemui Dewa dan Qila."Maaf lama," ucapku tak enak."Santai aja kali, Mbak," jawab Qila sembari tersenyum, begitupun Dewa. Rasanya aku begitu jahat, saat memikirkan laki-laki lain sementara Dewa begitu tulus menerimaku."Habis ini kita kemana lagi?" tanya Dewa sembari menyendokkan makanannya ke dalam mulut."Memangnya mau keman

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-16
  • Membuat Suami dan Mertua Menyesal   Kemunculan Doni

    "Naya! Sepertinya kita memang berjodoh." Suara bariton tiba-tiba datang dari arah samping kanan, aku sangat mengenali suara itu saat melihat wajahnya. Seketika perasaan takut menyelimuti hatiku."M-mau apa kamu?" tanyaku dengan perasaan takut. Langkahku mundur, sementara ia semakin maju."Tenanglah, Naya. Aku tidak akan menyakitimu. Bagaimanapun kita pernah menghabiskan malam bersama, dan tinggal serumah." Doni tersenyum, tetapi lebih terlihat menyeringai jahat.Kenapa aku harus bertemu dengan mantan suamiku tersebut. Aku pikir dulunya dia adalah lelaki yang sangat penyanyang dan setia. Menyesal, dan merasa tertipu. Ternyata Doni tak ubahnya seperti srigala berbulu domba.Dulu aku bertemu dengannya saat ia menjadi salah satu rekan kerja, sikapnya sangat manis bahkan hati yang sempat beku ini, terasa begitu mudah mencair dengan setiap kata-kata yang keluar dari mulutnya, begitu terdengar bijak dan menenangkan. Tetapi, semua itu hanya sebuah tipuan be

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-16
  • Membuat Suami dan Mertua Menyesal   Pengakuan Mita

    "Jadi apa maksud, Bu Naya menunjukkan semua ini?" tanya Mita sembari menyerahkan ponsel ke arahku."Kamu pasti sudah tau apa maksud saya, Mita," ucapku penuh penekanan. Berharap ia akan menceritakan semuanya."Maaf! Kalau Ibu mengajak saya ke sini hanya untuk membahas soal ini, saya pikir tidak perlu!" ucap Mita seraya bangkit dari tempat duduknya, berniat untuk pergi. Aku sama sekali tidak menyangka dengan reaksi yang ia tunjukkan, sehinga membuat terkejut."Tunggu! Kalau kamu mau jujur saya akan naikkan jabatanmu!" Aku tetap berusaha membujuk Mita agar ia berkata jujur, bahwa sebenarnya Ammar adalah Bram.Mita tersenyum tipis, lalu kembali duduk. "Saya pikir, harta tidak membuat, Bu Naya buta dan menilai semuanya dari materi. Tapi, hari ini Bu Naya menunjukkan seperti apa, Bu Naya sekarang."Maaf, sekalipun harta kekayaan Bu Naya, Ibu berikan semua ke saya. Saya tidak akan menukarnya dengan informasi tentang kakak saya. Bukankah sebentar la

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-17
  • Membuat Suami dan Mertua Menyesal   Kejutan dari Dewa

    "Naya, kenapa kamu di sini?" Tiba-tiba seseorang datang mengagetkan kami, dan seketika membuat wajah Mita ketakutan."Dewa, kamu bisa tau aku di sini?" tanyaku balik melihat kedatangannya."Em, tadi gak sengaja dengar ada yang sedang ngobrol, suaranya mirip sama kamu, dan bener ternyata kamu," jawab Dewa."Jadi, Bapak denger semua pembicaraan kita?" tanya Mita terkejut.Dewa nampak mengangkat sebelah alisnya. "Dikit," jawab Dewa santai sembari menyandarkan tubuh di kusen pintu.Wajah Mita terlihat memerah, dan gelapagapan. "Apa aja yang, Bapak dengar?" tanya Mita penasaran, membuat Dewa nampak risih."Emang kalian ngomongin apa sih?" tanya Dewa."Em gak kok, Pak. Bukan apa-apa," jawab Mita, dengan wajah terlihat lega mendengar jawaban Dewa."Ya udah kalau begitu, saya keluar dulu. Kamu bisa lanjutkan kerjanya," ucapku pada Mita."Ba-baik, Bu!"Aku pun melangkah keluar, begitu pun Dewa ikut pergi bersamaku.

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-17

Bab terbaru

  • Membuat Suami dan Mertua Menyesal   Rahasia Tuhan (Ending)

    Usai subuh aku merapikan kamar, hari ini Dewa dan Keluarganya akan pulang ke Amerika setelah menginap beberapa hari di Indonesia.Aku bahagia meski akhirnya tidak bisa bersama setidaknya hubungan ini tetap berakhir dengan baik. Ya meski dalam hati masih ada rasa yang masih tertinggal, semoga itu menjadi doa kebahagian untuk, Dewa dan keluarganya.Hari ini aku juga berencana akan pergi ke pondok pesantren untuk mengunjungi, Rania. Saat aku tengah merapikan seprey yang baru kuganti, Nadifa datang."Mbak, lagi sibuk gak?" tanya Nadifa sembari membukan pintu, dan menampakkan bagian wajahnya."Gak nih, ada apa?" tanyaku balik."Boleh aku masuk?""Masuk aja!" ucapku.Nadifa pun masuk, dan langsung menghempaskan pantatnya di sisi ranjang. Aku pun ikut duduk di sisinya."Mbak, aku mau ngomong serius," ucap Nadifa sembari memutar tubuhnya menghadapku, lalu memegang tanganku."Mau ngomong apa sih, kayaknya serius banget?" ta

  • Membuat Suami dan Mertua Menyesal   Mereka yang Datang dengan Penyesalan

    Setelah menempuh perjalanan lebih kurang 35 menit akhirnya aku tiba dirumah. Satpam yang jaga di depan segera membukakan pintu begitu melihat kedatanganku.Perlahan aku menghela nafas lalu membuangnya dengan masygul, ada perasaan tidak enak karena membuat, Oma menunggu. Begitu memasukkan mobil ke parkir aku langsung menuju pintu utama, Oma pasti sudah menungguku.Perlahan aku menekan handel pintu, berharap begitu melihat kepulanganku, Oma menyambut seperti biasanya, dengan senyuman meski kali ini aku telat.Namun, begitu pintu terbuka, mataku membulat melihat tamu yang sangat ini tengah berbincang dengan Oma di ruang tamu. Apa aku tidak salah lihat?Aku tertegun sesaat, bingung dari mana aku harus memulai kata, seseorang yang terkadang membuat rindu kini hadir kembali? Untuk apa? Aku masih menerka-nerka. Lalu perhatianku teralih pada seorang perempuan cantik dengan balutan busana muslimah menutupi seluruh tubuhnya kecuali muka, itulah yang kulihat.

  • Membuat Suami dan Mertua Menyesal   Lelaki yang Menyesali Kesalahannya

    Dua tahun telah berlalu sejak kejadian itu, sejak itu pula aku tidak lagi pernah bertemu, Dewa. Dia benar-benar melupakanku, dan pelan aku pun perlahan berusaha melupakannya, tidak mudah memang, tetapi bukan tidak mungkin.Hari-hari kulalui dengan berat, dan perasaan sedih. Hanya, Oma dan Rania yang selalu memberi semangat. Menyadarkanku untuk senantiasa tegar, sebab satu masalah yang terjadi bukan akhir dari segalanya.Dua kali gagal dalam rumah tangga dan satu kali batal bertunangan cukup membuatku trauma untuk kembali membuka hati pada seorang laki-laki. Bagiku saat ini, masa depan Rania adalah segalanya.Bukankah memulai semuanya dengan hal yang baru jauh lebih baik, dari pada mengingat-ingat masa lalu? Aku bersyukur sampai detik ini Tuhan masih mengizinkan, aku untuk membersamai, Oma di usi beliau yang semakin senja. Aku ingin lebih lama lagi merawatnya."Naya," panggil Oma saat aku tengah membereskan kamar, karena kebetulan hari ini libur."I

  • Membuat Suami dan Mertua Menyesal   Kalimat Berkesan Dari Oma

    Aku mundur ke belakang, tubuh bergetar hebat. Sementara, tungkai kakiku begitu terasa lemas. Tidak percaya dengan yang barusan kulihat. Air mataku semakin deras mengalir bagai hujan yang tiba-tiba turun tanpa aba-aba, rasanya dada begitu sesak.Setelah merasa lebih tenang dengan menumpahkan tangis aku kembali melihat ke jendela, aku sudah tidak melihat, Doni lagi sepertinya sudah pergi. Begitu pun dengan Tante Alana sudah tak terlihat. Apa mereka juga sudah pergi?Saat tengah sibuk mencari keberadaan mereka, aku melihat, Dewa menuju mobil sepertinya sebentar lagi ia akan pergi, sekilas ia menatap ke arah jendela kamarku, buru-buru aku bersembunyi di balik gorden, aku tak sanggup melihatnya. Setelah dirasa cukup lama perlahan aku kembali menyingkap tirai gorden, mobil Dewa perlahan meninggalkan halaman rumah, dadaku semakin terasa sesak yang amat sangat bersama kepergiannya, yang sebenarnya tidak kuinginkan. Tetapi, aku bisa apa hanya bisa pasrah. Semoga ini jalan

  • Membuat Suami dan Mertua Menyesal   Jangan Pergi

    Sementara itu, tanpa rasa bersalah Doni berjalan melewati aku dan Oma. Kedua tangannya ia masukkan dalam saku celana, sungguh gayanya seakan tidak terjadi sesuatu apapun."Doni, mau kemana kamu?" tanya Oma begitu melihat Doni hendak keluar kamar.Doni memutar tubuhnya. "Urusan saya sudah selesai," jawabnya santai."Apa maksudmu? Saya yakin kamu sengaja mengacaukan semua ini," geram, Oma.Doni hanya mengendikkan bahu dan tertawa."Saya akan melaporkan kamu ke polisi," ancam Oma.Doni menghentikan tawanya dan menatap serius ke arah, Oma."Jangan coba-coba mengancam, saya! Tentunya kamu tidak ingin, 'kan cucu kesayanganmu yang kini tengah beranjak remaja itu kenapa-kenapa?" ucap Doni santai tapi penuh ancaman.Seketika aku teringat, Rania. "Oma, biarkan saja dia pergi!" ucapku, karena aku tidak ingin mengambil resiko lelaki bre*gs*k sepertinya bisa saja melakukan apapun agar tujuannya tercapai.Mendengar perkataanku, Doni t

  • Membuat Suami dan Mertua Menyesal   Batalkan Saja Pertunangannya

    Dekorasi nuansa putih dengan perpaduan warna ungu menghiasi taman belakang. Para pelayan bagian konsumsi juga nampak sibuk dengan tugasnya masing-masing. Para tamu undangan juga mulai berdatangan.Akhirnya hari yang ditunggu-tunggu datang juga, apa lagi kalau bukan hari pertunanganku dan Dewa. Perasaan gugup tidak bisa kutepiskan, padahal ini bukan kali pertama aku akan menikah.Berkali-kali aku mematut diri di depan cermin, mensugesti diri agar tidak gugup. Aku berbalik saat melihat pintu kamar terbuka. Oma tersenyum menatap ke arahku lalu berjalan mendekatiku."Oma ...." ucapku, aku pun duduk di sisi ranjang bersama Oma."Mudah-mudahan pernikahanmu kali ini langgeng ya, Sayang. Oma hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk kamu dan juga Dewa," ucap Oma sembari memegang tanganku."Aamiin ... Terima kasih, Oma itu sudah lebih dari cukup," jawabku tersenyum, lalu memeluk tubuhnya. Oma pun membalas pelukanku sembari mengusap-ngusap punggungku."

  • Membuat Suami dan Mertua Menyesal   Cincin Pertunangan

    "Bentar ya, Nis! Saya angkat telpon dulu!""Cie yang ditelpon my sweet," goda Nisa saat aku permisi akan mengangkat telpon, namun aku hanya membalasnya dengan tersenyum."Assalamualaikum, iya ada apa, Wa?" tanyaku begitu sambungan telpon terhubung."Waalaikumsalam, sibuk gak?""Gak, nih baru habis meeting, dan mau makan sama, Nisa," jawabku sambil menoleh ke arah Nisa yang tidak jauh dariku."Ok, aku jemput kalian!""Em, kita ketemuan aja di tempat makan biasa," usulku."Ya udah kalau gitu, Assalamualaikum," ucap Dewa mengakhiri percakapan. Aku pun membalas salamnya dan mematikan ponsel.Aku dan Nisa pun langsung pergi menuju parkiran, lalu meluncur menuju tempat yang telah di janjikan bersama, Dewa."Mbak, emangnya gak apa-apa aku ikut? Gak ganggu?" tanya Nisa saat di dalam mobil."Apaan sih, Nis kamu itu udah kuanggap kayak adikku sendiri, jadi santai aja."Mendengar jawabanku, Nisa pun tersenyum. "

  • Membuat Suami dan Mertua Menyesal   Katanya Salah Paham

    "Apa yang sedang kalian rencanakan?" tegasku, dengan menahan emosi, membuat wajah gadis itu semakin terlihat ciut."Bu-bu, Na-naya." Mita tergugup memyebutkan namaku. Sementara lelaki itu diam membisu, ia tertunduk. Langkahku semakin mendekat ke arah mereka."Ki-kita gak merencanakan apa-apa kok, Bu. Mungkin, Ibu salah dengar," ucap lelaki bernama Ammar itu membela."Diam kamu!" Bentakku dengan keras, membuat tubuhnya sedikit terlonjak."Aku sudah mendengar semuanya, dan kau! saya tidak menyangka kamu melakukan semua ini, aku pikir kamu sudah berubah," ucapku menunding wajah gadis yang masih berdiri tidak jauh dari Ammar."Saya bisa jelaskan semuanya, Bu. Semua ini salah paham," ucap Mita. Namun, aku tidak mempedulikannya."Aku bisa saja melaporkan kalian ke polisi dengan kasus tidak menyenangkan," ancamku penuh penekanan.Seketika Mita langsung memegang pergelangan tanganku memohon dan mengiba agar aku memaafkan kesalahannya.

  • Membuat Suami dan Mertua Menyesal   Apa yang Kalian Rencanakan?

    Hari ini aku kembali bekerja seperti biasanya. Namun, pikiran tidak bisa konsentrasi, karena mengingat sikap mamanya, Dewa yang begitu terasa dingin terhadapku. Sejak tadi pagi sampai menjelang siang beberapa kali berkas yang kubuat salah, hingga terpaksa mengulang lagi.Setelah merasa terus-terusan salah, sejenak aku menenangkan diri bersandar di kepala kursi, dengan segelas air putih. Nampaknya butuh minuman coklat biar sedikit lebih rileks. Dengan segera aku mengambil gagang telpon dan menelpon bagian OB untuk minta di buatkan minuman coklat hangat.Tidak lama kemudian pesananku datang. "Ini coklat hangatnya, Bu," ucap salah satu OB kantor, Rina namanya."Oh iya, taruh saja di situ!" Aku menunjuk bagian ujung meja yang masih kosong.Dengan telaten Rina pun menaruh minumannya. "Terima kasih," ucapku sembari mengulas senyum.Rina pun mengangguk, lalu pamit keluar. Aku pun membalasnya dengan anggukan.Begitu minum coklat hangat, pikiran sedi

DMCA.com Protection Status