akaaak terima kasih sudah membaca ya jangan lupa follow 1nst4gram othor @almiftiafay 😍
Alex benar-benar sangat ingin mengumpat mendengar apa yang dilakukan oleh si Selim itu pada anak lelakinya. Tetapi hal itu ia urungkan.Ia sabarkan dirinya berulang kali. Ia tahan, ia tahu ia tidak boleh melampiaskannya sekarang sebab ada Neo yang melihatnya.Dan bukanlah sebuah hal yang baik membuat pria itu menyadari bahwa Alex sudah mengetahui apa-apa saja yang ia lekukan di belakang layar hingga menimbulkan kecelakaan dan nyaris merenggut nyawa anak-anaknya.Alex tidak ingin rencana yang telah ia susun ini musnah begitu sajaa.Ia menghela napasnya, tersenyum pada Neo seraya mengusap lembut pipi anak lelakinya itu.“Papa tidak mungkin melakukan itu, Sayang,” katanya. “papa tidak akan melakukan apa yang dibilang sama paman Selim itu.”Alex menganggukkan kepalanya beberapa kali, melakukan gerak persuasif agar sekiranya bisa memengaruhi dan membuat Neo percaya bahwa memang inilah yang terjadi.Bahwa memang dia tak akan pernah melihat wanita lain selain Lara. Selain mamanya anak-anak,
Beberapa hari berlalu ....Akhirnya Lara bisa menjumpai Shenina di ruang rawat biasa.Ia telah diperbolehkan keluar dari ICU, dan harus melewati beberapa waktu observasi sebelum nantinya ia diizinkan untuk pulang.Lara sedang menyuapinya makan. Anak gadisnya itu duduk di tepi ranjang, berdampingan dengan Neo. Sementara Neo sibuk menikmati makanan dengan tangannya sendiri, Shenina melahap habis dari piring yang ada di yangan Lara.“Mama, apakah adik Sky baik-baik saja?” tanya Shenina setelah makanannya habis dan ia meneguk minuman dari dalam gelas.Tanya yang rasanya tidak pernah absen disampaikan oleh Shenina adalah adik lelakinya, Sky.“Baik, Sayang. Hari ini Papa akan pulang ke rumah ya? Nanti kamu sama Neo dijagain sama mama dan tante Kalisha yang kebetulan besok libur, bagaimana?”“Iya, Mama.”“Papa harus ketemu sama adik Sky juga. Besok papa yang jaga di sini, lalu ganti Mama yang pulang. kita usahakan untuk membagi waktu buat bisa gantian sama Shenina dan Neo. Okay?”Lara dengan
Bagaimana cara Alex bisa tak sadarkan diri seperti itu? Jawabannya adalah Batara. Saat Alex masuk ke dalam mobilnya yang ada di parkiran rumah sakit untuk pulang, Batara sudah berada di dalam mobil Alex, menyusup, menunggunya masuk. Alex disekap menggunakan obat bius hingga tak sadarkan diri dan mobilnya dikemudikan oleh Batara menuju ke sebuah hotel tempat di mana Vera telah menunggunya. Vera melakukan ini sebagai bentuk kesepakatan yang ia lakukan bersama Selim, bahwa ia akan menjebak Alex untuk tidur dengannya, mendapatkan video tak senonoh mereka yang seolah sedang berselingkuh—atau terlibat cinta satu malam—yang mana video itu nantinya akan menjadi senjata Selim untk merusak rumah tangga Alex dan Lara. Dan ... Vera berpikir ia telah menikmati malam itu bersama dengan Alex. Bukaankah benar begitu? Karena pagi ini .... Saat ia membuka matanya karena silau matahari pagi yang menyelinap masuk dan memaksanya terjaga, ia hanya menjumpai dirinya seorang saja di sana. Tidak ada A
Lara menatap Alex yang tampak bergerak tidak nyaman. Sepasang netranya menerpa Alex dengan perih. “Apa yang dikatakan oleh perempuan itu benar bahwa kamu menghamilinya?” “Mana mungkin, Sayang?” “Dan apakah itu juga benar soal kamu yang mengalami hilang ingatan?” “Aku—“ “Jawab, Alex!” Napas Lara naik turun tak beraturan. Ia tak bisa membendung air matanya sebelum kembali memandang Vera yang tersenyum penuh kemenangan. “Apa kamu punya buktinya?” tanya Lara pada wanita itu. “Sekalipun aku punya buktinya … apakah kamu akan percaya dengan yang aku katakan? Atau kamu akan lebih percaya pada Alex yang lupa dengan apa-apa saja yang dia lakukan? Asal kamu tahu, Lara … amnesia anterograde itu menghapus ingatan seseorang atas hal yang ia lakukan padahal waktunya belum lama terjadi.” “Aku hanya bertanya, apakah kamu punya buktinya?” “Tanya saja pada staf hotel Chandramaya, mereka akan bilang kalau Alex mabuk dan tidur denganku di dalam kamar president suite yang dia sewa.”
*** Sebuah pagi yang tidak biasa untuk Lara. Ia sedang berada di dalam rumah lamanya yang ada di dalam komplek perumahan sebelum dulu ia bertemu lagi dengan Alex. Tinggal di sini membangunkan kenangan akan rasa sakit yang bertahun-tahun lalu ia pikul. Dan ia kembali ke sini dengan keadaan yang hampir sama. Benar, ia tidak menemui titik terang soal kondisi Alex dan juga pertemuannya dengan Vera hingga wanita itu mengaku hamil. Sejarah terulang dengan Lara yang pergi dari rumah sedangkan Alex sibuk dengan wanita lain. Akh, bukankah begitu? Dosakah Lara mengatakan hal seperti ini? Hm .... Sudah sejak semalam ia mengajak anak-anaknya menginap di sini. Termasuk Sky, yang sekarang masih terlelap sedangkan Lara sibuk menyiapkan sarapan untuk Neo dan Shenina yang masih belum bangun dari tidurnya. “Mama,” panggil Shenina beberapa jarak di belakang Lara. Saat Lara menoleh, ia tersenyum melihat pipi menggembung Shenina yang berjalan mendekat padanya dengan masih mengenakan pakaian tidur
“Kamu mengenaliku dengan baik ternyata,” ucap Alex yang terdengar lebih seperti sebuah ejekan. Selim berdiri bingung di tempatnya. Tidak tahu harus melakukan apa karena Alex sedang menangkap basah sosoknya yang baru saja keluar dari rumah Lara dengan tanpa dosanya. Alex tertawa kecil sebelum berujar, “Kenapa kamu keluar dari rumah istriku, Selim?” tanya Alex. “Aku hanya ....” Alasan apa yang akan ia berikan? Pikir Alex dalam hati. Menunggu bualan memuakkan apa yang tengah dipersiapkan oleh mulut manisnya padahal Alex memergokinya melakukan kesalahan yang fatal. “Saranku,” ucap Alex. “Sebaiknya kamu menahan diri untuk tidak menjawab apapun, Selim. Karena semua yang akan kamu katakan aku tahu adalah sebuah kebohongan.” Selim mendengus tak percaya. Ia tidak bisa berkutik sama sekali. Pikirannya masih terpancang soal ke mana perginya Lara, atau anak-anaknya yang ia lihat tadi pagi sedang berjalan di komplek ini tak lagi tampak. Tetapi sekarang yang harus ia khawatirkan buka
Bagaimana bisa Selim masuk dalam jebakan Alex? Kita kembali ke beberapa waktu sebelumnya .... .... Ini adalah hari di mana Alex bertengkar dengan ayahnya, Jefri. Karena Jefri mengetahui masa lalu pernikahan Alex dan Lara yang tidak baik-baik saja. Malam hari setelah Jefri memberinya jaket dan mengatakan bahwa Alex tidak boleh menangis karena jika dilihat oleh Neo maka anak lelakinya itu akan menertawakannya, Alex pulang dengan diantar oleh Jack, salah seorang bodyguard miliknya. Di perjalanan itulah ... Alex mendapatkan panggilan dari Rafael—ayahnya si kembar Zio dan Asha—yang segera ia terima. “Ya, Raf?” “Pak Alex, aku mau bicara sesuatu denganmu,” katanya dengan sedikit gusar dari seberang telepon. “Soal apa itu?” “Aku baru saja ngobrol-ngobrol sama Aira. Ini soal kunjungan pria bernama Selim itu.” “Apa yang dibilang sama istrimu, Raf?” tanya Alex antusias. “Dia bilang padaku kalau pria itu stalker mesumnya Lara, benar?” “Iya.” “Dan Pak Alex sedang mengejar kaki tangan
Kembali pada hari di mana Alex membawa Sky ke parkiran rumah sakit agar Lara bisa menemuinya di sana .... .... Seperginya mereka menemui Sky, mereka bergandengan tangan di sepanjang koridor untuk pergi menuju ke ruang ICU. Tetapi, baru saja hal itu mereka lakukan, Lara melihat seorang pria dari koridor seberang, yang berjalan mengikuti mereka. Langkahnya ia sesuaikan, sepertinya ia sedang menghitung momentum agar bisa berpapasan dengan Lara serta Alex. Melalui sudut matanya, Lara tahu betul itu adalah Selim, Selim Valdano. Meski demikian, Lara memutuskan untuk tidak menoleh. Lara lebih memilih untuk mengguncang tangan Alex dan memanggilnya, “Alex.” “Iya, Sayang?” “Apapun yang akan aku katakan, tolong tetaplah tersenyum karena ada yang melihat kita.” “Apa itu, Lara? Dan siapa yang melihat kita” “Sebentar lagi kita akan berpapasan dengan Selim.” Karena sudah berjanji untuk tetap tersenyum, maka Alex masih meringis menunjukkan barisan giginya meski bibirnya lebih dulu menguta
Lara tidak bisa menahan haru melihat api yang meliuk di atas lilin kecil pada kue black forest yang dibawa oleh Neo. “Selamat ulang tahun, Mama,” kata Shenina pertama-tama. “Ayo buat permohonan dan tiup lilinnya.” Lara dengan segera melakukan itu. Ia merapatkan tangannya dan berdoa agar kebahagiaan ini tidak pernah putus. Untuknya, untuk keluarganya. Agar mereka diberkati dalam kebahagiaan yang sempurna. Barulah setelah itu Lara menunduk, merendahkan tinggi tubuhnya untuk meniup lilinnya. Lara menerima kue dari Neo yang mengatakan, “Selamat ulang tahun untuk Mama,” katanya manis. “Tidak banyak yang Neo minta selain Mama menjadi Mama yang bahagia.” “Selamat ulang tahun, Mama,” kali ini Shenina yang berujar. “Shen juga memiliki harapan yang sama, semoga Mama tetap bahagia. Dan tetap menjadi Mama cantiknya Shen.” Lara lebih dulu meletakkan kue ulang tahun dari para kesayangannya ke atas meja makan kemudian ia memeluk si kembar yang dengan senang hati membalasnya. “Terima kasih unt
*** Merasakan dingin yang memeluknya, Lara membuka matanya dengan cepat. Napasnya tersengal bahkan setelah ia membuka matanya. Ia baru saja berpikir dirinya sedang tidur di lantai seperti lima tahun silam agar anak-anaknya bisa tidur dengan nyaman di atas ranjang. Ia menggigil, kenangan akan sulitnya masa lalu sekali lagi membuatnya terjaga dengan keadaan yang berbeda. Dulu, Lara terbangun karena dingin dan tidak nyaman, tidak ada selimut untuknya selain ia menggunakan apapun untuk menutupi tubuhnya. Tetapi sekarang ia terbangun di tempat yang nyaman dan bahkan tidak sendirian. Tangisan Sky itulah yang pasti membuat intuisi seorang ibu dalam dirinya membuka mata. Dan saat hal itu ia lakukan, Lara telah menjumpai Alex yang berdiri dan menggendong Sky. Ia tampak memandang Lara dengan hanya bibirnya saja yang bergerak seolah bertanya, ‘Kenapa kamu bangun?’ “Sky baik-baik saja?” tanya Lara lirih. Alex mengangguk, menunjukkan Sky yang kembali terlelap saat Alex menepuk lem
.... Dari tempat bulan madu Karel dan Sunny. Seperti yang sebelumnya dikatakan oleh Lara bahwa ada kemungkinan mereka memang sedang berbulan madu ... hal itu memang benar! Mereka pergi berbulan madu setelah penantian yang cukup panjang dan lama mengurus izin cuti Karel yang notabene adalah seorang dokter yang bisa dikatakan ... hm ... masih baru di tempat ia bekerja. Udara sejuk Edinburgh membelai wajah Sunny begitu ia membuka pintu geser di sebuah hotel tempat mereka menghabiskan waktu selama mereka di sini. Ia memandang ke luar dan berdiri di balkon. Pandangannya ia jatuhkan paada jalan yang tampak lengang pada hari MInggu pagi ini yang sebagian besarnya basah oleh sisa hujan. Semalam memang Edinburgh diguyur hujan. Bukan hujan deras tetapi itu cukup untuk membuat bunga kecil dan dahan pepohonan kedinginan pagi ini. “Cantik sekali pemandangan setelah hujan,” gumamnya. Meski ia sebenarnya juga suka pemandangan sebelum hujan, tetapi setelah curahan air turun dari langit ... ia
.... “Apakah Neo dan Shenina suka dengan sekolah baru mereka, Lara?” tanya Alex pada Lara yang saat ini tengah menatapnya setelah mengalihkan wajahnya dari layar ponsel yang ada di tangannya. “Aku rasa mereka senang,” jawab Lara. Memandang sekilas pada jam digital yang ada di atas meja kemudian pada Sky yang terlelap di dalam box bayi miliknya. “Karena mereka bisa bertemu dengan si kembar Zio dan Asha juga, ‘kan? Kamu ‘kan tahu kalau mereka itu bestie.” Alex tak bisa menahan senyumnya. Ia menutup laptop yang ada di pangkuannya dan meletakkannya di atas nakas yang tak jauh dari ranjang sebelum meraih ponsel Lara. “Jangan main ponsel terus! Peluk aku sekarang, hm?” Alex merengkuh pinggang Lara, membuatnya berbaring dengan nyaman saat mereka merasakan hangat di bawah satu selimut yang sama. Mereka saling memagut untuk beberapa lama sebelum Alex mengecup pipinya. “Cantik sekali ....” “Bukankah aku memang selalu cantik?” tanya Lara, menyentuh garis dagu Alex, tersenyum saat merasaka
*** . . Berhasilkah? Tidak! Tapi mungkin saja, 'kan? Pertentangan batin sedang bergejolak di dalam benak Kalisha. Ia berdiri bersandar di pintu kamar mandi di dalam kamarnya. Menggenggam sebuah test pack yang ada di tangannya. Yang baru saja ia gunakan untuk mengetes, apakah ia benar hamil ataukah tidak. Ia memang sering terlambat datang bulan. Tapi tak seperti kali ini. Ini sangat jauh dari hari biasanya. Jadi ia ingin melakukan tes. Sejak pernikahannya dengan Ibra, lebih dari satu tahun lamanya, lebih dari berbulan-bulan pula ia selalu terlambat datang bulan dan hasilnya selalu satu garis setiap ia ingin melihatnya. Dan ia tak pernah mengharap lebih soal itu. Tapi sekarang, dadanya berdebar lebih dari biasanya. Sebagai seorang perawat yang tahu betul seperti apa detak jantung normal dan detak jantung yang tidak normal, maka Kalisha akan menggolongkan ini sebagai detak jantung yang tidak normal. Berisik sekali. Berdentum. Seolah tak mau diam setiap kali tanya muncul m
Yang dilihat oleh Lara itu adalah Roy, ayahnya. Ia tak berdiri di sana sendirian melainkan bersama dengan ibunya Lara, Laras. Tak ia ketahuai berapa lama waku berjalan hingga membawa Roy ke hadapannya. Sudah tahun demi tahun berlalu, bukan? Lara memang mendengar jika hukuman untuk ayahnya itu mendapatkan keringanan karena ia berperilaku baik selama menjadi tahanan. Dan ternyata, kepulangannya itu adalah hari ini. Atau mungkin beberapa saat lebih awal dari hari ini karena setidaknya ia membutuhkan waktu untuk bersiap ke sini. Barangkali dengan meneguhkan hatinya untuk bisa menghadapi Lara. Sebab beberapa kali Lara mengunjunginya di tahanan, Roy selalu mengatakan hal yang sama. ‘Mungkin nanti Papa tidak bisa langsung menemuimu karena merasa sangat bersalah, Lara.’ Tapi sekarang dia di sini. Di hadapan Lara. Berdiri dengan tampak canggung dan air matanya mengembun membasahi pipi saat ia tersenyum dan membiarkan Lara datang guna memeluknya. “Papa ....” Lara mengulanginya sekali
*** Beberapa waktu setelah tertangkapnya Selim, Lara kemudian tahu bahwa yang dilakukan oleh pria itu jauh lebih parah daripada yang ia bayangkan. Bagaimana ia mengawasi Lara sebelum dan sesudah kembalinya ia dari luar negeri membuat Lara bergidik merinding saat Alex menceritakannya dan membawa beberapa catatan yang difoto oleh Ibra. Salah satunya juga adalah soal kegugurannya kala itu yang disebut oleh Selim sebagai 'hilangnya anak monster.' Hati Lara sakit. Ia tak pernah tahu ada orang sejahat itu yang hadir di hidupnya. Dan rasanya itu bertubi-tubi. Ingat saja berapa banyak orang yang membuatnya sengsara. Dimulai dari Nala yang kabur pada hari pernikahannya, atau Shiera yang membencinya karena menganggapnya merebut Alex. Tetapi Selim memberikan rasa tersendiri, ketakutan dan juga was-was. Lara bahkan memerlukan waktu tenang selama beberapa jam setelah Alex mengatakan itu. Ia kembali tersadar dan menepis hal tak penting yang mengganggunya itu saat melihat Sky yang miring
*** "Pulanglah, ini sudah malam," ucap Ibra saat ia merapikan lengan kemejanya dan memandang Alex yang masih berdiri di depan sandsack dengan napas yang naik turun tak beraturan. Kedua tangannya masih terbungkus oleh sarung tinju. Rambutnya tampak basah saat ia menoleh pada Ibra dengan salah satu alis yang terangkat tak percaya. "Kamu sudah mandi dari tadi?" tanya Alex memastikan. Memandang Ibra dari atas hingga ke bawah. Di dalam ruang gym, hanya ada mereka berdua. Ruangan ini disewa oleh Alex yang tidak ingin melihat ada orang lain masuk sebab sekitar tiga jam yang lalu, lepas ia pergi dari unit apartemen Selim ia harus melampiaskan kekesalannya. Saat ia meminta agar Ibra menjadwalkan ulang untuk ia bisa mengunjungi Selim dan membuatnya babak belur jilid dua, Ibra tak mengabulkannya. Alih-alih mengiyakan Alex, Ibra dengan santainya malah mengatakan, 'Tidak perlu, Pak Alex. Kita tunggu saja nanti di pengadilan. Kita ledek dia sampai dia muntah dan kesetanan. Sayang tanganmu kala
Entah berapa ratus, atau bahkan ribu banyaknya foto Lara yang ada di dalam kamar itu—selain kamar yang diyakini oleh Alex sebagai kamar utama. Pada dindingnya yang lebar itu Alex bisa menjumpai foto Lara. Jika Alex biasanya melihat hal seperti ini lumrahnya ada di film atau di drama thriller tentang seorang psikopat, tetapi kali ini Alex melihatnya ada di depan mata. Alex pernah mengatakan bahwa pria itu—Selim—memiliki pengetahuan tentang Lara sama sepertinya. Tetapi sangkaan itu harus ia tepis sekarang karena sepertinya Selim lebih banyak tahu tentang Lara. Sebab ada banyak sekali foto Lara yang tinggal di rumah lamanya, bersama dengan Neo dan Shenina yang masih kecil. Berada di depan rumah, atau sedang membeli jajanan di toko yang tak jauh dari rumahnya. Atau saat Lara mengantar mereka ke sekolah bersama dengan wanita paruh baya yang dikenal Alex sebagai pengasuh si kembar dulu, selama Lara bekerja. Ada buku yang memiliki catatan apa-apa saja yang dilakukan oleh Lara. Tanggal,