Atmosfer yang berada di ruang keluarga cukup menyesakkan bagi mereka, kegugupan akan jawaban dari kedua anaknya membuat Verona bergerak gelisah. Berbeda dengan Alexander yang duduk dengan tenang sembari meminum tehnya"Kami...." Ucap LuciusLily memutar bola mata malas, kemudian menyikut lengan Lucius dan mendekat untuk berbisik "Aku saja yang mengatakan nya" saran LilyLucius segera menggeleng dan kembali membuka suara nya "Kami memilih untuk tetap di akademi Naga Merah"Suara Lucius seolah berdengung di telinga Verona, ia berusaha tenang dengan menutup matanya sejenak dan mengambil nafas dalam-dalamSetelah nya ia kembali memandangi kedua anaknya itu, sungguh Verona berharap jika Lucius salah memilih kata atau ia yang memang salah mendengar nyaSedangkan Alexander menikmati reaksi dari wanita yang duduk di seberang nya. Alexander sendiri tidak terkejut dengan jawaban mereka karena sedari awal ia tahu betul bahwa keputusan nya tidak salah"Lucius, Lily.... Apa yang ibu dengar tadi be
"Ya Tuhan, tidak salah lagi. Anda memang seorang Duchess of Gilbert" Puji seorang lady yang tengah menatap nya kagum sembari tangannya membelai pelan lengan gaun Verona"Terimakasih pujiannya lady" jawab Verona dengan senyum yang ia rangkai sebaik mungkinPergaulan kelas atas tidak akan menjadi masalah baginya. Dirinya yang pernah hidup di lingkaran orang-orang berpengaruh di negaranya dulu membuat Verona tidak asing dengan perkumpulan yang membentuk sebuah lingkaran dengan meja yang dipenuhi oleh berbagai macam makanan dan minuman.Hal-hal semacam ini tentu tidak luput dari pembicaraan yang hangat dengan dibumbui oleh percikan kebohongan untuk menambah kesan meyakinkan dari sebuah cerita yang keluar dari mulut mereka.Verona tidak akan heran dengan mereka yang berada di depannya ini saling memuji satu sama lain kemudian tak berselang lama akan saling menginjak dan melucuti kehormatan masing-masing di belakangJamuan kali ini di adakan di kediaman Lady Meredith, seorang Countess yang
Hari-hari berlalu kian cepat. Tak terasa hari ini adalah hari kepergian Lucius dan Lily pergi training selama dua bulan. Verona dan semua orang kepercayaannya pergi untuk mengantar Lucius dan Lily, tak terkecuali sang Duke yang kini tengah memperhatikan istrinya itu yang sedari tadi enggan melepas kedua tangan anaknya. "Jangan lupa makan, jangan terlalu lelah, jangan memaksa melakukan apapun jika kalian tidak mampu melakukannya, jangan lupa istirahat yang cukup, jangan lupa-.' "Iya ibu iyaaa, cukup oke?." sela Lucius. "Tapi ibu belum selesai mengatakan nya." "Bahkan ibu sudah mengulangnya sebanyak empat kali." sahut Lily. Verona cemberut, tangannya masih menggenggam erat tangan putra putrinya itu. Dirinya tidak rela jika Lucius dan Lily pergi meninggalkan nya sendirian, meski itu hanya dua bulan. Rasa khawatir kembali ia rasakan, bagaimana sepulangnya mereka dari akademi, mereka memilih untuk tinggal daripada harus bolak balik dari kediaman menuju akademi?, sudah pasti hari-har
"Salam, Duchess" sapa sang tabib kepada Verona yang tengah selesai dengan makanannyaVerona mengangguk sebagai jawaban nya, matanya beralih menatap Alexander yang berada di samping tabib"Jika kau sudah selesai dengan makanan mu, tabib akan memeriksa mu setelah ini" ujar Alexander"Aku baik-baik saja Duke, ku rasa aku hanya perlu beristirahat lagi dan akan membaik dengan sendirinya nanti"Alexander mengabaikan ucapan Verona. Iya pun menoleh kepada tabib sebagai instruksi nya untuk segera memeriksa keadaan VeronaVerona menghela nafas dengan sikap seenaknya Alexander, sepertinya dirinya akan terbiasa dengan sikap menyebalkan Alexander. Baiklah, anggap saja untuk menghargai usaha pria itu karena mau repot-repot membawa tabib kemari untuk memeriksa keadaan nya. Verona mengalah dan membiarkan sang tabib mendekatinya dengan tas yang Verona yakini berisi segala macam peralatan dan obat-obatanSedangkan Alexander masih setia berdiri melihatnya yang tengah duduk bersandar sembari sang tabib m
Suasana kamar yang sebelumnya dipenuhi gelak tawa kini menjadi senyap setelah mereka mendengar penuturan dari Lucius. Keterkejutan tidak hanya menghiasi wajah Jared melainkan dari anak-anak yang berada di dalam kamar itu jugaDiluar perkiraan mereka jika Lucius hanya akan diam tanpa menanggapi ocehan mereka seperti sebelumnya, tetapi bocah lelaki itu mengeluarkan ultimatum yang membuat wajah Jared sendiri tiba-tiba pucat. Bisa saja mereka hanya menanggapi ucapan Lucius hanya bualan semata namun bocah dengan surai cokelat nya itu menyorot tajam ke arah Jared sembari melangkahkan kakinya untuk mendekat kearah sang targetMereka yang berada di dekat Jared memilih mundur dan membiarkan Jared berdiri sendirian di depan ranjang Theo, Theo sendiri sudah meringsut mundur bersama yang lainLucius dengan tangan terkepalnya hampir menyingkirkan jarak diantara nya dengan Jared sebelum suara melengking dari seorang bocah menghentikan langkahnya"Gawat!!! Petugas malam sedang menuju kemari!"Sontak
Rosella masih menatap tajam kearah sosok yang sedari tadi terdiam memandanginya"Ku tanya sekali lagi, apa yang kau lakukan disini?!! Bagaimana nanti jika ada yang melihat mu?!" Tekan Rosella sembari berdiri dari tempat duduknya"Mereka tidak akan tahu aku disini jika kau bisa memelankan suara mu" sahut pria ituMata Rosella berkeliaran kesana kemari untuk memastikan tidak ada yang masuk ke kamarnyaIa pun menarik tangan pria itu kedalam, terlalu beresiko jika ada yang melihat mereka dari balkon"Sekarang cepat katakan! Ada perlu apa kau kemari?""Tentu saja menagih janji mu"Rosella bergeming, kedua tangannya menyatu sembari memainkan kuku-kukunya"Ada sedikit masalah dengan rencana ku""Aku tidak peduli. Yang ku inginkan sekarang adalah kau cepat selesaikan masalah ini! Sesuai perjanjian kita, kau akan membuat Alexander berpisah dengan Verona atau..."Pria tersebut menjeda kalimatnya sembari tangannya terulur menyentuh pipi Rosella,"Aku akan mengatakan yang sebenarnya kepada semua o
Alexander menatapnya, seolah-olah ingin Verona segera menjelaskan apa maksud dari ucapannya.Verona menggigit ujung bibirnya sebelum kembali membuka suara,"Kurasa kau lebih baik menawarkan perdamaian kepada mereka daripada harus saling menyerang yang akan memakan banyak korban jiwa""Apa kau bercanda?" Tanya Alexander"Tentu saja tidak! Mana mungkin hal serius seperti ini ku jadikan bahan bercandaan" jawab Verona dengan sedikit menaikan suaranya.Verona saat ini memang tengah serius mengutarakan pendapat nya kepada Alexander, jika bisa berdamai tanpa pertumpahan darah, kenapa tidak? Baginya, saran yang ia berikan kepada Alexander cukup masuk akal untuk diterima.Alexander berdiri dengan kedua tangan yang ia masukan kedalam saku celana bahannya,"Jika itu memungkinkan, sudah kulakukan jauh sebelum kau menyarankannya. Penduduk Winterfell tentu tidak akan terima jika kita menawarkan sebuah perdamaian kepada para pemberontak itu sementara mereka telah melakukan banyak kerusakan dan kegelis
"Kau sudah pastikan orang suruhan mu itu melakukannya dengan benar bukan?" Tanya Rosella sembari tangannya bergerak mengunyah sebuah apel."Saya pastikan rencana anda akan berhasil" jawab Berta yang berada di seberangnya.Rosella telah memerintahkan Berta untuk mencari orang suruhan yang akan menjebak Verona pada malapetaka yang akan menghancurkannya. Dirinya menyuruh orang tersebut untuk menuangkan obat perangsang dengan dosis tinggi kepada Verona dan menjebak Verona di satu ruangan dengan pria lain.Dalam kondisi tubuh yang panas dibakar oleh gairah tentu akan membuat Verona tidak bisa berpikir jernih, maka dari itu Rosella harus memastikan jika orang suruhannya mampu membuat Verona sebisa mungkin untuk tidak bertemu dengan Alexander untuk menumpahkan hasratnya, melainkan menuntun Verona ke dalam sebuah ruangan yang berisi pria lain.Dengan begitu Verona akan menghabiskan waktu nya bercinta dengan orang lain hingga tiba dimana dirinya tertangkap basah oleh Alexander. Rosella tahu ba
Mata itu terbuka seiring ringisan keluar dari bibir keringnya. Kepalanya sakit, tak kalah dengan fisik dan batinnya. Rosella secara perlahan bangkit untuk mendudukkan dirinya, berusaha sekuat tenaga bersandar pada tembok dingin di belakang nya.Rasa perih dirasakan nya saat punggung yang penuh dengan luka cambukan itu menyentuh tembok kasar di belakang. Rosella kembali meringis, tubuhnya benar-benar remuk redam oleh Felix. Rosella mengumpati pria itu di dalam hatinya, Rosella akan memberi Felix pelajaran jika ia berhasil keluar dari tempat ini. Ia akan memberikan rasa sakit yang berkali lipat kepada Felix karena telah berani menyiksa seorang Duchess seperti dirinya, oh tak lupa ia harus membuat perhitungan kepada anak kurang ajarnya itu karena membeberkan rahasianya kepada Felix.Karena sibuk dengan isi kepalanya sendiri, Rosella tidak menyadari kehadiran orang lain di ruangan ini. Tubuhnya terhenyak begitu suara dingin yang amat Rosella kenali mengalun"Sudah sadar...?" Alexander ma
Verona sedang sarapan bersama dengan kedua anaknya, tak lupa beberapa pelayan dan pengawal pribadinya ikut duduk di meja makan bersama nya. Semenjak kepindahan Verona, Verona memberi perintah jika mereka harus makan bersama kalau bisa menyempatkan waktu. Verona merasa tak keberatan harus berada di meja yang sama dengan bawahannya, mereka sudah Verona anggap sebagai teman dan keluarga nya saat ini, tanpa mereka Verona juga tidak memiliki siapa-siapa lagi selain Lucius dan Lily.Tentang Lucius dan Lily. Saat malam dimana Verona menumpahkan kesedihannya kepada Lucius, keesokan harinya kedua anaknya sudah berlaku manis kembali kepadanya, begitupula dengan Verona yang sudah tidak lagi menghindari si kembar.Kesalahpahaman diantara mereka sudah diluruskan, ternyata yang membuat si kembar menangis kala itu adalah karena mereka takut dan berpikir ketika melihat Verona menangis, ibunya itu akan kembali terluka kemudian berubah seperti dahulu seperti saat ibunya bertengkar dengan ayahnya. Bukan
Verona dengan langkah pelan berjalan menuju kamarnya. Kamarnya terletak bersebelahan dengan si kembar, mencoba membuka pintu sepelan mungkin agar tidur mereka berdua tak terganggu dengan suara tersebut, namun suara panggilan menyapa rungunyaTangan Verona masih berada pada gagang pintu kamarnya, badannya enggan menoleh ke asal suara"Ibu..." Panggil Lucius sekali lagiVerona menarik nafas sebelum berbalik menghadap putranya, Verona dengan sekuat tenaga menghalau air matanya. Verona tak sanggup setiap melihat wajah Lucius dan Lily, rasa bersalah menggerogotinya ketika mengingat bagaimana si kembar menangis kala itu"Apa Lucius butuh sesuatu?" Tanya Verona pelan, matanya melirik ke sebelahnya dimana Verona dapat melihat Lily yang tengah terlelap dari celah pintu yang terbukaLucius memandang lamat wajah ibunya yang selama ini jarang ia lihat. Lucius merasa bahwa ibunya tengah menghindarinya dan Lily, Lucius bertanya-tanya apakah dirinya melakukan kesalahan sehingga ibunya tidak mau lagi
Rosella tengah berjalan pulang menuju kediamannya. Ia baru saja selesai berbelanja di pusat perbelanjaan, Berta dan beberapa pelayan di belakangnya setia mengikutinya dengan barang belanjaan di kedua tangan merekaSaat ingin menaiki kereta kudanya tiba-tiba sang kusir mengatakan jika roda kereta menghilang, dan terpaksa Rosella harus menunggu sang kusir pergi untuk membeli roda kereta, Rosella sangat kesal, kenapa juga harus ada kejadian yang merusak harinya lagi.Ditengah kegiatan menunggu kusirnya kembali, Rosella di datangi oleh seseorang kemudian memberikannya sebuah surat. Rosella menerima dan langsung membacanya, ia menghela nafas bosan sejenak kemudian merobek surat tersebutFelix, pria itu tak henti-hentinya mengiriminya surat. Meminta nya datang untuk menemuinya karena alasan merindukannya, Rosella tentu tidak punya waktu untuk meladeni pria itu, masih banyak pekerjaan yang harus ia lakukan daripada harus mengunjungi pria yang sudah tidak berguna lagi baginya. Saat ini Rosell
Verona masuk kedalam Guild Informasi begitu salah satu petugas mempersilahkannya. Verona duduk sembari menunggu seseorang yang akan menjadi narasumber nyaDitemani oleh Hagrid, Verona duduk setia menunggu dengan wajah datarnya. Tak lama kemudian seorang pria datang menghampiri nya dan duduk berhadapan dengannya.Verona langsung menyodorkan suratnya lalu segera diterima oleh pria berjanggut tebal itu"Hmmm, ini bayarannya akan sangat mahal" ujar pria itu setelah membaca surat Verona"Aku tak peduli berapa pun harga yang harus ku bayar, yang penting aku bisa mendapatkan jawaban dari pertanyaan ku yang sudah tertera di kertas itu" Veron dengan tegas menjawabPria itu berdeham sejenak, kemudian mengeluarkan sebuah dokumen pada lacinya,"Ini adalah surat yang berisi informasi dimana anak itu lahir dan orang yang membantu selir itu melahirkan. Kau bisa datang ke alamat itu dan meminta kesaksiannya, dan yang perlu kau tahu, anak laki-laki itu bukan anak dari Duke Alexander, melainkan anak sah
Verona mengambil nafas dalam-dalam kemudian menghembuskannya. Dua prajurit masih setia menunggunya untuk dibawa kehadapan Alexander, entah kali ini apa kesalahannya, apalagi yang dituduhkan kepadanya? Baru juga sembuh sudah dihadapkan lagi dengan masalah yang lain.Dan disinilah Verona berada, tepat dihadapan Alexander, sang Duke yang terkenal karena keberaniannya dan kecerdasan nya tetapi bodoh dalam menilai sesuatu jika itu sudah berhubungan dengan orang yang ia cintai.Verona bisa melihat wajah memerah Alexander dan tak lupa dengan wanita lembek itu yang menangis disisinya. Di ruangan itu ia tak didampingi oleh siapapun, sedangkan Alexander bersama Rosella dan juga Howard"Apa kau mengakui kesalahan mu?" Alexander mulai bertanya"Tidak.""Semua bukti mengarah padamu, jadi mengaku lah!" Kali ini Rosella yang berbicara"Diam!" Perintah Alexander pada Rosella, ia tidak ingin mendengar suara siapapun saat ini selain wanita yang berada dihadapannya, setelah itu, ia menyuruh Rosella kelu
Howard, begitu pria itu diperintahkan Alexander untuk membebaskan Verona, Howard tidak mengulur waktu lagi untuk menjemput Verona ke ruang bawah tanah. Howard tidak ingin kalau sampai tiba-tiba Alexander berubah pikiran, sebelum itu ia telah membawa Emma dan Hagrid untuk membantu Verona.Pintu besi itu terbuka, terlihat seorang wanita meringkuk seperti janin dengan gaun merah yang masih ia kenakan. Hati Howard mendadak pilu melihatnya, ia segera melangkah kemudian berjongkok meraih pundak Verona"Duchess..." Panggil Howard pelan"Enghhh...." Verona bergumam dalam tidurnyaHoward jadi tak tega membangunkan Verona. Mungkin wanita itu begitu lemah karena tak ada asupan makanan selama ia dikurung selain beberapa kali diberi air untuk melepas dahaganya, namun itu sama sekali tidak membantu menyelamatkan perut melilit Verona.Howard ingin mengangkat tubuh ringkih itu, namun tangan seseorang hinggap di lengannya,"Mau kau bawa kemana aku?" Tanya Verona pelan"Kembali ke kamar anda, Duchess"K
Sudah dua hari berlalu sejak kejadian yang menggemparkan mansion terjadi. Kini Alexander sedang berada di kerajaan, ia diundang rapat untuk mendiskusikan terkait penyerangan yang terjadi di salah satu wilayah kerajaan.Kerajaan Lexton memilik rival yang sampai saat ini kedua kerajaan tersebut masih bersitegang terkait perluasan wilayah. Kerajaan Tryell yang terletak di sebelah timur kerajaan Lexton kembali melakukan gerakan untuk mendapatkan kekuasaan terhadap kerajaan Lexton."Walau pasukan Tryell masih menyerang pada wilayah-wilayah kecil saat ini, tak memungkinkan jika mereka akan segera melakukan pergerakan ke wilayah yang lain yang mulia" ucap sang perdana menteriRaja Edward duduk di singgasana nya sembari menopang dagu, mata dan telinganya terfokus pada ucapan-ucapan para menteri kerajaan"Kita harus segera bergerak menghentikan penyerangan ini. Untuk sementara, berita ini jangan sampai keluar ke masyarakat yang berada di pusat Lexton, atau mereka akan resah dan terjadi keribut
Alexander bersama pasukannya menyusuri gelapnya malam untuk mencari keberadaan sang Duchess. Alexander masih bertanya pada dirinya sendiri, kenapa wanita itu begitu ceroboh pergi dari kediaman tanpa memberitahu kepada siapapun kemana ia pergi. Alexander berdecak kesal, tidak habis pikir dengan istrinyaTiba-tiba beberapa prajurit berkuda yang berada di depannya berhenti, keningnya mengerut begitu melihat sosok yang ia kenal"Apa yang kau lakukan malam hari disini, Viscount Christof?" Tanya AlexanderChristof bersama dengan ajudannya memberi hormat sejenak kemudian menjawab,"Saya baru kembali dari Brilla untuk urusan pekerjaan, Duke. Duke Alexander sendiri sedang apa ditengah malam seperti ini?""Aku mencari Duchess Verona""Duchess Verona?"Alexander mengangguk,"Ia belum kembali ke kediaman sejak pergi pagi tadi""Tadi pagi saya berpapasan dengannya" bohong ChristofAlexander lekas turun dari kereta kudanya dan menghampiri Christof"Dimana?...""Saya sempat bertemu dengan Duchess di B