Sean memegangi pipinya yang habis ditampar oleh Mamanya, dia tidak menyangka akan mendapatkan perlakuan kasar demi seorang jalang. “ Mama menamparku, hanya karena jalang ini? Mama benar benar sudah dibutakan olehnya” ucap Sean dengan kesal, bahkan Sean tidak peduli lagi jika kata katanya sangat merendahkan Almira.“ Itu karena kamu juga bikin Mama kesal, kamu sudah menduda selama lima tahunan, sekarang saatnya kamu punya pasangan Sean! Kamu mau tidak punya keturunan? Siapa yang akan mewariskan semua kekayaan kamu” ucap Ambar dengan kesal. “ Tidak perlu menikah dengan orang lain aku sudah punya keturunan Ma, aku hanya akan menikah dengan El, Titik! Selain itu aku punya anak dari El. Jadi mulai sekarang Mama tidak perlu menjodohkan aku dengan orang lain, apalagi dengan orang tidak jelas asal usulnya” ucap Sean. Dan itu membuat Almira tersinggung dengan kalimat terakhir dari Sean. “ Maksud kamu, aku tidak jelas asal usulnya” ucap Almira memincingkan matanya pada Sean. “ Memang tidak
El masuk hingga kedalam ruangan yang biasanya di gunakan oleh para pengunjung untuk menunggu. Dia bisa melihat seorang laki laki sedang beradu argumen dengan staffnya. Melihat dari punggungnya dia bukan orang biasa.‘ Siapa dia, berani sekali mereka membuat keributan di tempat ini? Apa maunya dia?’ Batin El sambil berjalan mendekati mereka.Namun saat sudah dekat, El merasa jika dia mengenal laki laki itu dimasa lalu. Dan karena penasaran, El langsung mendekati dan melihat siapa yang sudah bersikap sombong di tokonya. Beraninya dia memarahi staffnya. Apalagi posisinya pengunjung yang salah. El tahu staffnya hanya menjalankan pekerjaan dengan profesional.“ Maaf Ada apa ini ya” ucap El, namun dia langsung terkejut saat melihatnya, siapa orang yang sudah membuat karyawannya kesal. “ El....” Sapanya sambil tersenyum dengan lebar. “ Allen! Ternyata itu kamu” ucap El sambil melihat Allen dari ujung kaki hingga kepala. Allen adalah sahabat Sean dan Daren, El mengenalnya dengan baik dimas
“ Arza!“Arza!Arza langsung menoleh ke pintu saat namanya dipanggil oleh Xhaqella dan juga Xavier. Dia langsung berdiri dan langsung menghampiri keduanya. “ Iya, Aku datang” seru Arza dari dalam kamarnya, sambil menaruh barang barang miliknya di lemari yang ada disamping tempat tidurnya. “ Kamu lagi ngapain, sejak tadi kamu tidak terlihat” Ucap Xavier sambil melongok kedalam kamar milik Arza, begitu pula dengan Xhaqella yang ikut mengintip.“ Oh saya sedang merapikan barang barang dan menyusunnya di lemari” ucap Arza sambil tersenyum kaku, dia canggung, bagaimana dia harus bersikap di depan kembar. Baginya kembar adalah majikannya yang mana dia harus sopan pada mereka. “ Tidak perlu formal begitu saat bersama kita, apalagi kita lebih muda dibandingkan kamu. Anggap saja kita keluarga kamu” Ucap Xavier. Ada desiran hangat menjalar di dalam dada Arza, baru kali ini ada orang yang kaya menganggapnya sebagai keluarga. Berteman dengan kembar membuat Arza memiliki warna dalam hidupnya.
“ Udah sore kita pulang yuk sayang!” ucap El pada anak sulungnya. “ Apakah sudah selesai, pekerjaan ibu” jawabnya sambil menoleh pada ibunya. “ Sudah, pekerjaan ibu belum terlalu banyak, nanti kalau bisnis ibu berkembang pekerjaan ibu akan menumpuk segini” ucap El sambil mengangkat tangannya di atas meja. Ia masih mengingat saat dulu menjadi sekertaris Hill Corporation. “ Dulu pekerjaan ibu juga banyak? seperti paman Daren bu? Setiap saya ikut ke kantor paman, aku sering melihat paman tengelam sama kertas kertas. Bahkan aku tidak hisa melihat paman lagi” ucap Xaquil sambil geleng geleng kepala karena menurutnya orang dewasa semakin sibuk. “ Hum, dulu ibu juga banyak sudah begitu ibu harus menjaga keamanan sistem jaringan supaya tetap aman, dan masih banyak lagi hal yang harus ibu kerjakan. Nanti kalau kamu sudah besar kamu bisa mengantikan bisnis yang ibu bangun ini” ucap El sambil tersenyum. Huft! “ Ibu sudah bekerja dangan sangat keras, tapi Tuan Sean mengabaikan ibu dan tid
Pulang dari kerjaan El langsung masuk ke dalam kamar, dia hanya menitipkan pesan pada anaknya untuk memberitahukan pada yang lainnya kalau dirinya sangat lelah. Jadi untuk malam ini dia tidak ikut makan malam bersama. Hati El masih benar benar sakit, dan begitu sampai di kamarnya dia langsung masuk ke kamar mandi dan menyalakan kran. Air mata yang sejak tadi di tahan mati matian akhirnya lolos juga saat ini. El mengeluarkan emosinya di kamar mandi. ‘ Kenapa semua orang membenciku? Apa yang telah aku lakukan pada mereka? Aku kira selama ini orang orang tulus mencintaiku dan juga menyayangiku, tapi faktanya semua itu palsu hiks....hiks...’ Batin El disela sela isak tangisnya.Sejak kedua orang tuanya yang meninggal karena kecelakaan, El berusaha untuk menyenangkan semua orang. Dia hanya berharap orang orang menyukai dirinya. Tidak membullynya karena dirinya hanyalah anak yatim piatu.Semua kenangan indah saat bersama mantan mertuanya kini kembali berputar putar di dalam kepalanya. Sem
Tok!Tok!Joe mengerutkan dahinya saat mendengar suara ketukan pintu apartemennya. Pasalnya dia tidak ada janji dengan siapapun untuk datang ke Apartemennya. selain itu Joe tidak punya banyak teman yang biasa berkunjung. Satu satunya yang sering keluar masuk apartemennya hanyalah Sean. “ Siapa yang malam malam berkunjung ke apartemen aku? Tidak biasanya ada yang datang” ucap Joe kemudian dia langsung beranjak dari sofa dan langsung melihat ke layar monitor untuk melihat siapa yang datang. Sekaligus memutuskan mau membuka pintu atau tidak. “ Daren!” Gumam Joe saat melihat Daren ada di apartemen miliknya, kemudian dia langsung membukakan pintunya. “ Lama amat sih” ucap Daren datar kemudian dia langsung menyelonong masuk , meskipun belum dipersilahkan masuk. Tapi menurut Daren saat kamu membuka kan pintu artinya kamu telah menyambut tamu kamu dan mempersilahkan masuk tanpa harus diucapkan.. Jadi tidak ada salahnya jika dirinya langsung masuk kedalam.‘ Nih orang tidak ada sopan sopann
Sementara itu, Sean kini sedang berada di ruang pribadinya ditemani dengan minuman keras. Terlihat di depannya sudah habis beberapa kaleng yang berserakan. “ Untuk apa aku hidup? Aku sudah bekerja keras selama ini tapi kenapa tidak ada satupun yang menghargai aku? Aku menanggung semua beban keluarga Hill di pundakku sendirian. Tapi kenapa mereka tidak ada satupun yang membiarkan aku bahagia? Apa susahnya mereka mendukung semua pilihanku, seperti halnya aku mendukung mereka?” Gumam Sean, sementara matanya sudah terlihat merah.Sean bener-bener kecewa dengan keluarganya karena tidak ada yang support dia satu pun. Selama ini dia memendam semua rasa kecewa terhadap keluarganya terutama mamanya. Dia hanya bisa melampiaskan dengan minum minum seperti ini. “ Dan juga El, apakah cintamu hanya sebesar biji wijen? kenapa kamu selalu marah marah padaku. Padahal aku sedang berusaha untuk memperbaiki hubungan kita” ucap Sean kembali menegak minuman sementara air matanya tiba tiba turun, ia benar
Pagi hari pun datang, bayang bayang masih sangat basah menandakan jika jam enam belum lewat. Burung burung mulai bertengker di dahan pohon yang rindang. Mereka pun mulai paduan suaranya, membuat siapapun yang masih mendengkur di balik selimut akan terusik karena paduan suara para burung yang tidak beraturan. Seolah oleh mereka berlomba untuk siapa yang paling keras suaranya. Hoam! Betul! Seorang tubuh kecil mulai mengeliat dari balik selimutnya karena suara brisik burung dari samping kamarnya yang bertengker di pohon. Dengan mata masih sedikit terpejam dia bangun sambil mengaruk garuk lehernya. Bukan karena gatel tapi karena kebiasaan setelah habis tidur. “ Kak.... mau bangun pagi dan olahraga tidak” ucapnya lemah dengan suara yang serak khas bangun tidur, sementara pipinya membengkak. Mungkin semalam dia habis makan banyak.Tidak ada suara sama sekali selain dengkuran halus dari ranjang di sebelahnya. “ Kak Xaquil! Mau bangun pagi dan cari udara pagi tidak?” ucapnya kemudian mel