Mobil berjenis van itu meluncur menuju pengadilan tempat sidang perceraian Leona dan Mark digelar. Wanita itu duduk dengan West di belakang, sedangkan Cassie dan Shaun di depan. Perjalanan diisi dengan berbagai percakapan seputar rencana yang akan mereka jalankan setelah sidang selesai.
Leona menoleh ke bagian belakang van yang dibatasi kaca tebal. Di sana terlihat stelan blazer berwarna hitam bermerek dengan bahan kualitas terbaik. Pakaian itu akan dikenakan olehnya ketika bertemu dengan Mark nanti siang.
“Kau yakin dia tidak akan mengenalku?” Entah berapa kali Leona mengajukan pertanyaan tersebut sejak tadi.
“Yakin 100%. Dia tidak akan bisa mengenalimu nanti. Aku jamin.” West mengerling kepada Cassie. “Cassie sangat lihai untuk masalah make-u
Leona berusaha menahan diri untuk tidak memaki Mark dan selingkungannya di pengadilan. Sumpah demi apapun, darah wanita itu benar-benar mendidih ketika melihat mereka berlagak seperti pengacara dan klien profesional. Dia tidak pernah menyangka kalau Sherly adalah kuasa hukum yang selama ini bekerja untuk suaminya.“Kau harus bisa mengontrol emosi. Jangan sampai terpancing oleh mereka, jika citramu tidak ingin buruk di depan majelis hakim,” bisik Cassie menenangkan teman sekaligus kliennya beberapa menit yang lalu.Mereka sekarang sudah berada di dalam ruang sidang, menunggu majelis hakim tiba. Jangan ditanyakan lagi bagaimana raut muka Leona saat ini. Masam, tidak ada lagi senyuman yang kerap menghiasi wajah cantiknya.“Jangan terkejut dengan pembacaan materi gugatan nanti,” ujar Cassie kemba
Begitu sidang selesai, mereka kembali ke rumah. Proses sidang ternyata lebih cepat dari dugaan. Mereka masih memiliki waktu tiga jam untuk mempersiapkan diri dengan rencana berikutnya. Setelah makan siang, West dan Leona akan menemui Mark di perusahaan.Leona telah berganti pakaian sekarang. Dia mengenakan setelan blazer berwarna hitam yang tampak elegan membungkus tubuh rampingnya. Rambut dibiarkan terurai sedikit ikal di bagian ujung.Cassie membantu menyempurnakan riasan Leona, agar tampak berbeda dari biasanya. Alhasil, wanita itu seperti terlahir sebagai sosok berbeda. Tidak ada lagi yang bisa mengenalinya sebagai Leona Parker.“Almost perfect,” decak Cassie terpukau dengan penampilan Leona.
Mark memperhatikan Tatiana dengan lekat. Bukan berarti dia bisa mengenali Leona, tapi karena terpukau dengan kecantikan yang dimiliki wanita itu. Pria itu terlalu mudah untuk tertarik dengan perempuan cantik. Apalagi secantik Tatiana yang melampaui Sherly.Tatiana sosok wanita elegan dan terpelajar. Setidaknya itulah image yang dibangun Leona saat ini. Tentu saja semua berdasarkan kertas yang diberikan West ketika di mobil tadi.“Jadi apa yang bisa saya bantu untuk Anda, Nona Clark?” tanya Mark membuka percakapan bisnis mereka.“Apa kau belum menjelaskannya kepada Tuan Sinclair, Zack?” Leona mengalihkan paras dengan dagu masih tegak. Dia benar-benar menjalankan peran seorang pengusaha kelas atas yang baru m
West ternganga mendengar perkataan Leona barusan. Dia tak menyangka wanita itu mengajaknya bercinta. Padahal sebelumnya mereka sudah sepakat untuk tidak melakukan hal itu sebelum menikah.“Kau hanya terbawa perasaan sesaat, Leona,” kata West memandang netra violet satu per satu.Sebelumnya Leona juga seperti ini ketika mengetahui fakta menyakitkan tentang Mark. Kesedihan yang mendalam membuat wanita itu hilang kendali, sampai meminta West menciumnya hingga hal itu terjadi. Sekarang juga demikian. Setidaknya itulah yang West pikirkan.Leona menggeleng cepat. “Aku yakin ini bukan perasaan sesaat. Ada luapan yang tidak kumengerti di sini,” tuturnya mengusap pelan dada sendiri.West menurunkan tangan Leona ke bawah, kemudian menundukkan kepala. Senyum
Mata lebar Leona berkedip pelan. Apakah ia salah dengar? Atau West yang asal bicara? Kepalanya mendadak pusing dengan apa yang dikatakan pria itu.“Kau jangan bercanda,” desis Leona bingung.Pria itu menggelengkan kepala. “Aku tidak bercanda, Leona. Hanya itu satu-satunya cara agar tidak melanggar janji yang telah disepakati. Kau tahu sebagai keturunan bangsawan sangat dilarang melakukan hubungan intim sebelum menikah, bukan?”Leona berdecak pelan. “Perjanjian itu tidak di depan notaris dan tidak memiliki landasan hukum, West. Lagi pula tidak ada yang tahu silsilah keluarga kita di sini.”“Malaikat mendengar dan menjadi saksi, Sayang,” timpal pria itu membelai pinggir wajah Leona.
Leona berdiri di depan cermin, membuka lebar kelopak mata sebelum benda bernama softlens memasuki rongganya. Tidak lebih dari dua menit, sepasang softlens berwarna violet telah melekat manis menutupi iris berwarna abu-abu. Kedua matanya berkelip pelan, agar menyesuaikan diri dengan kehadiran benda asing itu.Setelahnya, dia menyisir rambut burgundy lurus tebal itu dan mengikatnya ke atas. Leher jenjang menjadi terekspos jelas memperlihatkan garis melengkung, sehingga mampu menggugah hasrat pria yang berdiri di belakangnya.West menyeringai saat berjalan pelan mendekati Leona, kemudian memeluknya dari belakang. Sebuah kecupan diberikan di pinggir leher jenjang tersebut, membuat wanita itu me
Ruang VIP restoran kembali diam ketika Leona, West dan Mark menyantap hidangan makan siang. Mereka fokus menikmati hidangan yang disuguhkan oleh restoran pilihan Mark. Sebetulnya dulu tempat ini menjadi tujuan favorit Leona dan sang Suami. Banyak kenangan yang pernah terukir di sana.“Apa Anda ada janji setelah ini, Nona Clark?” tanya Mark setelah makanan tandas. Dia mengambil serbet lalu menyeka sudut bibir.Leona menggelengkan kepala. “Saya dan Zack akan berkunjung ke suatu tempat,” jawabnya seraya mengunyah makanan.Mark mengamati cara makan Tatiana yang sedikit mengingatkannya dengan Leona. Posisi tubuh mereka terlihat sama, membungkuk ke depan dan menggelengkan kepala ketika menikmati makanan yang lezat.Pria itu menumpu siku di atas meja dan
Kelegaan tampak di wajah West, setelah menjalani prosesi pernikahan. Penantian panjangnya berbuah manis. Pria itu akhirnya resmi menjadi suami dari Leona Parker, wanita yang sejak lama didambakan walau belum memiliki kekuatan secara hukum.West melihat wajah cantik Leona yang dihiasi make-up minimalis. Pakaian pengantin yang dikenakan begitu sederhana, karena mereka menikah dadakan. Hanya gaun berwarna putih panjang hingga mata kaki, ramping di bagian pinggang dan lepas ke bawah. Bagian atas hanya dilapisi brokat bermotif bunga.Rambut burgundy Leona disanggul ke atas, sehingga leher jenjangnya terlihat jelas. Sebuah jepit rambut bermotif daun terselip indah di samping kanan kepala. Tidak ada bunga di tangannya, karena pernikahan hanya dihadiri Shaun dan Cassie.“Berikan ciuman, apalagi yang kalian tunggu?” teriak Shaun membuat West terkesiap.Leona tersenyum malu, seakan ini adalah pernikahan pertamanya. Dulu, sewaktu menikah dengan
Tujuh bulan kemudianLeona sedang duduk di sofa ruang tamu rumah yang telah ditempatinya satu tahun belakangan. Dia sedang menonton televisi yang menayangkan berita kriminal. Di sampingnya ada West yang juga ikut menyaksikan siaran udara tersebut.Hari ini sidang vonis atas kepemilikan narkotika yang dituduhkan kepada Mark digelar, sehingga mereka berdua menantikan bagaimana hasil dari sidang tersebut. Setelah itu, Mark akan melakukan sidang lainnya atas tuduhan penipuan yang pernah dilakukan kepada West. Ternyata begitu banyak skandal yang telah dilakukannya, sehingga tuntutan menjadi berlipat.“Apa kau yakin ingin menjual rumah itu, Sayang?” tanya West memecah keheningan seraya memainkan rambut hitam istrinya.Oya, sekarang mereka telah resmi menjadi suami istri yang sah di mata hukum. West langsung mengurus berkas pernikahan, setelah sidang putusan akhir perceraian Leona dan Mark. Kini ia telah memiliki wanita itu secara ut
Leona bangun di pagi hari dengan senyum merekah. Dia masih belum percaya bisa berhasil mengelabui Mark. Wanita itu berpikir orang yang akan menjadi mantan suaminya adalah pria yang pintar. Ternyata tidak, pria itu bisa ditipu oleh perempuan bernama Tatiana.“Sepertinya kau bahagia sekali,” gumam West dengan mata separuh terbuka.Leona menoleh ke kiri, melihat suaminya berusaha membuka mata. Kepala yang dihiasi rambut burgundy itu mengangguk cepat.“Kita berhasil, West!!” seru Leona mengulang lagi antusiasme yang sempat diperlihatkan tadi malam.“You did it, Honey,” puji West memberi kecupan di bibir istrinya.Kening yang berukuran ideal itu langsung mengernyit. Bau mulut West yang terendus barusan membuatnya kembali mual. Tangan Leona langsung menutup bibir sendiri. Wanita itu menyingkirkan selimut, tak peduli dengan tubuh yang tidak mengenakan sehelai benang pun.“Kau kenapa, Sayang?”
Malam hari menjelang sidang keduaLeona sedang duduk di dalam mobil mendengar pengarahan yang diberikan West kepadanya. Malam ini adalah misi terakhir yang harus dijalankan menjelang persidangan. Target yang ditetapkan harus tercapai sebelum sidang kedua.“Karena ini misi terakhir kita, pastikan kau tidak melakukan kesalahan seperti sebelumnya,” terang West ketika mereka berempat berembuk di dalam mobil van, tak jauh dari kediaman Mark.Leona mengangguk paham. Berhasil atau tidaknya dari rentetan penipuan yang telah dilakoni West beberapa tahun belakangan ini, ada pada misi terakhir.“Pastikan kau memasukkan obat ini ke dalam minumannya, Leona,” ujar Cassie menyerahkan satu butir pil kepada wanita itu.“Apa ini?” tanya Leona dengan kening berkerut.“Itu pil yang bisa membuatnya melayang ke langit ketujuh,” jelas wanita berambut pirang itu.“Maksudmu sejenis narkoti
Beberapa hari kemudianLeona memutar tubuh ke kiri dan kanan, memastikan penampilan sebagai Tatiana Clark sudah sempurna. Cassie baru saja selesai mengaplikasikan make-up khas Tatiana. Eyeliner bersayap di bagian sudut kelopak mata dan lipstik berwarna merah menyala.Kali ini ia mengenakan gaun berwarna maroon yang pernah dibelikan West untuknya. Leona sengaja datang menjelang pulang jam kerja, karena Mark akan mengajaknya langsung ke rumah. Sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati sebelumnya.“Kau terlihat cantik sekali, Sayang,” puji West tiba-tiba memeluk Leona dari belakang.Wanita itu tersenyum melihat pantulan diri mereka di cermin. Beberapa hari belakangan ini suasana hatinya benar-benar membaik. Bayangkan dia telah melakukan dua aksi penipuan dengan target politisi kelas kakap.“Semua karena kerja kerasmu, Suamiku,” balas Leona masih tersenyum ringan.West menggelengkan kepala. “Se
Manik abu-abu milik Leona perlahan mengerjap, berusaha untuk terbuka. Samar tampak sosok pria sedang berbaring di samping seraya menatap dirinya.“Aku pasti rindu denganmu, West. Sehingga bermimpi kau ada di sini,” gumamnya dengan suara serak.Kelopak mata lebar itu kembali tertutup dengan senyum lebar. Mustahil jika West ada di sini, karena baru tiga jam yang lalu ayahnya menghubungi pria itu dan mengatakan Leona ada di Outville. Perjalanan dari Earth Ville menuju Outville memakan waktu setidaknya lima jam.“Sayangnya kau benar, Leona,” ucap suara bariton membuat senyum Leona semakin lebar.“Tidak mungkin. Rasanya tiga jam yang lalu Daddy menghubungi—” Kedua mata Leona langsung terbuka nyalang sebelum kalimat yang diucapkan selesai.“Astaga! Apa itu benar-benar dirimu, Sayang? Aku tidak bermimpi?” cicit Leona mengusap kedua mata, kemudian meraba pipi kiri West.Pria yang tidur d
Leona mengamati perubahan raut wajah ibunya. Seperti ada yang disimpan oleh wanita paruh baya itu. Dia memiringkan kepala mengejar mata Emilia.“Mom?” panggil Leona ketika belum mendapatkan jawaban darinya.Pandangan mata yang sudah tua itu meredup. “Jangan menyalahkan West atas apa yang terjadi, Le.”Meski tidak diutarakan, Emilia sudah tahu apa yang membuat putrinya pergi ke Outville seorang diri di malam hari. Apalagi jika bukan berpikiran West ingin membalas perbuatan Mark dengan memperalat Leona.Wanita berambut burgundy itu mengembuskan napas frustasi seraya mengusap keras kening sendiri. “Jangan menyalahkannya bagaimana, Mom? Sudah jelas dia menjadikanku sebagai alat untuk mendapatkan lagi harta yang telah ditipu. Dia yang menyarankanku untuk membalas perbuatan Mark.”“Dia datang ketika aku berada di jembatan, pura-pura menawarkan bantuan. Dan aku masuk ke dalam perangkapnya,”
Leona melihat koper besar yang dibawa dari rumah hampir empat bulan yang lalu. Pandangannya beralih ke arah foto dan kertas memo yang ada di tangan kiri. Dia menggigit kuku, sehingga membuat polesan cat di bagian ujung ibu jari terkikis. Berbagai dugaan muncul di pikiran saat ini.“West sengaja menjadikanku alat untuk mengambil lagi harta yang telah digelapkan oleh Mark,” duganya beberapa jam lalu.Dia berpikir bahwa West berkedok membantunya untuk membalaskan dendam, agar bisa mengambil lagi harta yang telah ditipu oleh Mark.“Ternyata West tidak benar-benar mencintaiku. Dia menyelidiki Mark dengan tujuan lain.” Pikiran negatif lain kembali muncul di pikiran wanita itu.Entah berapa kali ia melirik ke arah pintu masuk, tapi belum ada tanda-tanda West dan kedua rekannya muncul. Leona menarik napas singkat, kemudian meletakkan foto Mark dan kertas memo di atas meja. Setelahnya, ia berdiri dan bersiap untuk pergi dari sana.Le
West, Shaun dan Cassie terdiam mendengar pertanyaan Leona barusan. Mereka saling berpandangan satu sama lain beberapa saat. West kemudian memalingkan paras melihat istrinya.“Aku sudah berjanji untuk mengatakan semuanya padamu setelah menikah.” Dia menarik napas panjang sebelum kembali bersuara. “Baiklah, sekarang akan kuceritakan yang sebenarnya.”Cassie dan Shaun menundukkan kepala sebelum West mengatakan apa yang terjadi selama tiga belas tahun ini.“Setelah kau pergi dari rumah, Ibumu menghubungiku. Dia sangat mencemaskan keadaanmu, karena berada jauh darinya.” Pria itu mengubah posisi duduk menghadap Leona.Leona mengamati ekspresi suaminya ketika bercerita. Tampak kesedihan dari caranya memandang.“Emilia berpikir hanya aku yang bisa melindungimu. Dia memintaku untuk mencarikan orang yang bisa mengawasimu, Leona,” sambung West kemudian.“Kau melakukannya?” desis Leona tak perc
West meniup punggung tangan kanan Leona yang memerah, karena digosok terlalu keras dalam waktu yang lama di bawah air. Dia mengoleskan obat merah, kemudian membalutkan perban. Setelahnya pandangan netra biru kecil itu beranjak naik ke wajah cantik istrinya.“Kau tidak perlu melakukan ini, Sayang. Lihatlah kau melukai dirimu sendiri,” ujar West lembut. Tangannya meraih pipi tirus Leona, lalu mengusapnya lembut.“Aku hanya ingin menghilangkan bekas bibirnya di sini, West,” sahut Leona dengan kening mengernyit.“Sssttt … jangan menangis lagi,” hibur West menyeka bulir bening yang siap turun di sudut mata abu-abu milik Leona.Mereka berdua sudah berada lagi di rumah, sehingga tidak ada lagi pernak-pernik yang dikenakan ketika menyamar. Sepanjang perjalanan Leona lebih banyak diam. Dia merenung dan memikirkan apakah akan terus melanjutkan semua ini atau berhenti.Andai saja West tidak mengeluarkan uang yang ban