Share

77

Bagian 77

            Tangisan Mas Rauf sangat pilu. Aku sebenarnya sungguh tak tega saat dr. Vadi mengatakan rencana pernikahan kami di hadapan mantan suamiku yang tengah terbaring tak berdaya. Namun, lebih baik dia mengetahui di awal daripada dia masih mengharapkan bisa kembali kepadaku.

            “Jangan menangis, Mas Rauf. Inilah takdir kita. Maaf, kami harus mengatakan kabar ini di saat kondisimu masih terbaring lemah. Namun, cepat atau lambat, kabar rencana pernikahanku ini memang harus kamu ketahui.” Aku berucap dengan suara yang lirih kepadanya. Kutarik napas dalam. Sungguh pilu ketika telinga ini mendengarkan isak tangis dari bibir pucat Mas Rauf yang kering. Mata cekung itu terus mengeluarkan air yang mengaliri pipi kurusnya. Dada Mas Rauf sampai naik turun sebab terisak-isak. Sebegitu sedihnya dia.

     &

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status